Anda di halaman 1dari 5

Majalah Kedokteran UKI 2016 Vol XXXII No.

1
Januari - Maret
Laporan Kasus

Laporan Kasus: Tetanus Otogenik pada Orang Dewasa

Richard Pieter

Departemen Telinga Hidung dan Tenggorokan


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia,
Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia

Abstrak
Tetanus adalah penyakit akut, seringkali fatal dan disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani. Kuman tersebut biasanya masuk melalui luka tusuk atau kotor dan kadang-kadang melalui lesi otitis yang
disebut tetanus otogenik. Tetanus otogenik lebih banyak ditemukan pada laki-laki di banding perempuan dengan
kisaran umur 4–9 tahun. Tulisan ini melaporkan kasus tetanus otogenik pada laki-laki, 29 tahun dengan otitis media
supurativa kronik (OMSK) telinga kanan yang disertai pembentukan cairan. Gejala kliniknya adalah trismus dan
kekakuan otot. Pada anamanesis diketahui riwayat imunisasi pasien tidak lengkap. Untuk tatalaksana, dilakukan
pencucian telinga kanan dengan larutan H2O2 3% secara teratur. Selanjutnya pasien juga diberi anti tetanus serum
(ATS) sebanyak 20.000 unit selama lima hari, antibiotik amoksillin dan asam clavulanat oral serta penisilin prokain
intra muskular. Pada hari ke-10 pasien dipulangkan dalam keadaan baik.

Kata Kunci: otitis media supuratifa kronik, tetanus otogenik

Case Report: Otogenic Tetanus in Adult


Abstract
Tetanus is an acute infection of the nervous system, caused by an exotoxin that was produced by Clostridium
tetani. Otogenic tetanus affects male more than female especially between 4–9 years old. This is a case report of
an otogenic tetanus affected a 29-year old man, with chronic suppurative otitis media with discharge in his right
ear. Clinical signs were trismus and intermittent spasm; immunization history was unknown. The affected ear was
regularly washed with 3% H2O2 until pus diminished. Patient was also treated with injection of 20,000 IU of Anti
Tetanus Serum (ATS) for 5 days, oral Amoxillin and Clauvulinic acid, and intramuscular injection of Penicilin
Procain. The treatment resulted in reduced trismus and the patient could normally open his mouth again. At the
10th-day, patient was discharged from the hospital in a good condition.

Key words: chronic suppurative otitis media, otogenic tetanus

Koresponden; E-mail: richard.ptr@gmail.com

25
Pendahuluan Di berbagai negara penurunan insidens
tetanus terjadi karena program imunisasi
Tetanus adalah infeksi akut yang pemerintah. Imunisasi tetanus terutama
sering berakibat fatal, dan disebabkan oleh ditujukan untuk mencegah tetanus neonatorum
eksotoksin yang diproduksi oleh bakteri dan menurunkan insidens menjadi satu/1000
anaerobik Clostridium tetani. Gejala tetanus kelahiran hidup dalam satu tahun pada tahun
meliputi spasme otot yang bersifat periodik 2008 Selain pada bayi dan anak, imunisasi
dan berat. Manisfestasi klinis tetanus tetanus juga ditujukan pada anak sekolah,
antara lain berupa spasme otot wajah (risus ibu hamil, perempuan usia subur dan calon
sardonikus), kesukaran membuka mulut pengantin (cantin).5,6
(trismus) karena spasme otot maseter, Tulisan ini bertujuan melaporkan dan
rigiditas abdomen dan kejang otot berlanjut mengingatkan bahwa walau pun imunisasi
(opistotonus).1 secara nasional telah dinyatakan berjalan
Kuman tetanus, C.tetani dapat ditemukan baik, tetapi tetanus harus dicurigai pada
di lingkungan, pada air, tanah, saluran cerna kasus dengan trismus, sulit menelan dan
hewan dan manusia. Clostridium tetani gejala lain yang merupakan tanda dan gejala
biasanya memasuki tubuh melalui luka. tetanus.
Seperti luka tusuk atau luka yang tercemar
kotoran, tinja atau saliva hewan.2 Selain itu Laporan Kasus
juga dilaporkan tempat masuk yang jarang
dilaporkan yakni luka pada otitis media kronik. Seorang laki-laki berusia 29 tahun
Studi yang dilakukan di Nigeria tahun 2001– datang berobat ke Poliklinik Telinga Hidung
2005, menemukan tetanus otogenik lebih Tenggorokan Rumah Sakit Umum UKI
banyak ditemukan pada pria dibandingkan (THT RSU UKI) Cawang, dengan keluhan
perempuan (7:1). Tetanus otogenik sering tidak bisa membuka mulut sejak dua hari
ditemukan pada anak usia 2-5 tahun dari sebelumnya. Dari telinga kanan keluar cairan
keluarga dengan status ekonomi rendah berwarna coklat yang berbau. Sejak usia 9
dengan riwayat imunisasi buruk.3,4 tahun telinga kanan sering mengeluarkan

1a 1b

Gambar 1a. Risus sardonikus pada perawatan hari pertama. Ditandai oleh spasme otot wajah, alis tertarik ke
atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, dan bibir tertekan kuat pada gigi. Gambar 1b. Perbaikan pada hari
ketiga ditandai trismus ± 2 cm.

26
cairan berbau dan penderita sering Penatalaksanaan
mengorek-ngorek telinga dengan benda
tumpul, seperti peniti dan bulu ayam. Pasien Pasien dirawat selama 10 hari di RSU
tidak dapat mengingat riwayat imunisasi UKI, ditangani oleh staf Departemen THT
dengan baik, sehingga disimpulkan bahwa bekerjasama dengan Departemen Bedah
pasien memiliki riwayat imunisasi tidak serta Departemen Penyakit Gigi dan Mulut.
lengkap. Untuk membersihkan telinga dilakukan
Pada pemeriksaan telinga kanan, pencucian dengan larutan H2O2 3%, 3×5
ditemukan sekret yang jumlahnya cukup tetes per hari secara teratur selama tujuh hari.
banyak, berwarna kecoklatan serta berbau Untuk mengatasi infeksi telinga diberikan
busuk. Membrana timpani mengalami obat tetes telinga kombinasi fluorokortison
perforasi sentral dan uji pemeriksaan asetat 1 mg, polimiksin B sulfat 1000 IU,
pendengaran Rinne negatif, uji Weber neomisin sulfat 5 mg, lidokain HCl 40 mg
menunjukkan lateralisasi ke kanan dan diberikan 3×2 tetes per hari. Selanjutnya
uji Schwabach memanjang. Hasil tiga pasien diberikan anti tetanus serum 20
pemeriksaan di atas ini memberi kesan tuli 000 IU/hari secara intramuskular selama
konduktif. Pemeriksaan hidung dalam batas lima hari. Antibiotik yang diberikan
normal, dan pemeriksaan tenggorok tidak adalah kombinasi amoksisilin dan asam
dapat dilakukan karena pasien hanya dapat klavulanat oral 3×500 mg selama 10 hari,
membuka mulut selebar 1 cm. dan penisilin prokain 3×1,5 juta unit secara
intramuskular selama tiga hari. Obat anti
Penegakan Diagnosis spasme diazepam 5 ml intra vena diberikan
jika pasien kejang. Selama pasien dalam
Diagnosis tetanus otogenik pada pasien keadaan trismus diberikan diet saring lunak
ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, tinggi kalori tinggi protein. Pemeriksaan
pemeriksaan fisik dan berdasarkan keberhasilan radiologi mastoid dan CT-scan kepala
terapi (ex juvantibus). Dari anamnesis dan leher dilakukan untuk mengetahui
ditemukan pasien tidak bisa membuka kemungkinan komplikasi. Pasien dirujuk ke
mulut dan telinga kanan mengeluarkan Departemen Penyakit Gigi dan Mulut untuk
cairan berbau sejak lama. Pasien mempunyai mencari fokus infeksi dan dinyatakan tidak
kebiasaan untuk mengorek telinga dengan ditemukan fokus infeksi.
peniti dan bulu ayam. Pada pemeriksaan Pada hari ketiga kondisi pasien membaik,
fisik ditemukan spasme pada otot wajah trismus menjadi 4 cm, sekret telinga sudah
dengan alis tertarik keatas, sudut mulut tidak ada dan pasien makan lunak, namun
tertarik keluar bawah, bibir tertekan kuat penanganan pasien masih sama seperti
pada gigi dan ditemukan trismus yang penangan pada hari pertama dan kedua.
disimpulkan sebagai risus sardonikus yang Pada hari keempat, trismus minimal dan
sering ditemukan pada tetanus. Pemeriksaan sekret pada telinga pasien sudah tidak ada
telinga kanan menemukan perforasi sentral sehingga penanganan lokal yang dilakukan
membran timpani dan mengeluarkan hanya memberi tetes telinga kombinasi,
cairan berbau. Berdasarkan anamnesis dan sementara antibiotik sistemik, dan suntikan
pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis kerja anti tetanus diteruskan. Pada hari ke 6–9
tetanus otogenik dan selanjutnya diberikan pasien semakin membaik dan pemeriksaan
pengobatan yang sesuai. Pemeriksaan THT memperlihatkan perbaikan nyata
mikrobiologis untuk menemukan C. tetani berupa berkurangnya sekret dan trismus.
tidak dilakukan karena alasan biaya. Pada hari ke sepuluh pasien di perbolehkan

27
Tabel 1. Tatalaksana dan Perkembangan Penyakit
Hari Tindakan yang dilakukan Gejala Klinis
Pertama Lokal: - Cuci telinga dengan H2O2 3% 1.Trismus 1 cm
- Tetes telinga 2.Sekret (+)
3.Pasien makan makanan saring
Sistemik: - Oral amoksilin + asam
clavulanat (3×500 mg)
- penisilin prokai, IM
- ATS 20.000 IU
Kedua Lokal: - cuci telinga dengan H2O2 3% 1.Trismus 2 cm
- Tetes telinga 2.Sekret mulai kering
3.Pasien masih makan makanan saring
Sistemik: - Diteruskan
Ketiga Lokal: - Pencucian telinga dengan 1.Trismus 4 cm
larutan H2O2 3% 2.Sekret -
- Tetes telinga 3.Pasien mulai makan makanan lunak

Sistemik: - Diteruskan
Keempat Lokal : - Tetes telinga 1.Trismus -
Sistemik: - Diteruskan 2.Sekret -
3.Pasien masih makan makanan lunak
Kelima Lokal : - Tetes telinga 1.Trismus -
Sistemik: - Diteruskan 2.Pasien sudah makan makanan biasa

pulang, dalam keadaan trismus sudah tidak kesulitan menelan dan kekakuan pada
ada. Pasien pulang dalam keadaan baik, dan leher. Pasien memperlihatkan ekspresi risus
dilakukan edukasi untuk tidak mengorek- sardonikus yang terjadi akibat kekakuan
ngorek telinga dengan benda-benda yang otot wajah. Risus sardonikus biasanya
mungkin menyebabkan infeksi, pasien ditemukan pada tetanus dan keracunan
juga dilarang berenang karena perforasi strichnin.5,7 Dugaan keracunan strikhnin
pada membrana timpani. Selain itu pasien dapat disingkirkan karena berdasarkan
juga dianjurkan untuk melakukan operasi anamnesis, gejala klinik dan hasil pengobatan
timpano plasti. mendukung diagnosis tetanus. Diagnosis
secara ek juvantibus dihubungkan dengan
Diskusi keberhasilan terapi untuk tetanus yakni
perawatan luka, pemberian anti tetanus dan
Infeksi tetanus biasanya terjadi karena pemberian obat antibiotik penisillin.5
kontaminasi luka oleh kuman C. tetani. Pada Keberhasilan isolasi C. tetani dari luka
pasien ini tempat masuk kuman diduga otitis yang diduga sebagai port d’entree rendah
media kronik yang sudah diderita pasien sejak hanya sekitar 30% sehingga diagnosis
20 tahun yang silam. Kebiasaan pasien untuk seringkali ditegakkan hanya berdasarkan
membersihkan liang telinga dengan peniti gejala klinik yang ditemukan dan bukan
atau bulu ayam menguatkan kemungkinan berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis
luka tersebut sebagai tempat masuk kuman. untuk menemukan kuman seperti halnya
Pada laporan ini diagnosis tetanus yang terjadi pada pasien ini.2,8
ditegakkan berdasarkan anamnesis, Umumnya gejala klinis yang ditemukan
pemeriksaan fisik dan ex juvantibus, sesuai terbagi menjadi tiga yaitu tetanus lokalis
dengan hasil pengobatan. Pada kasus ini pada tempat luka masuk, tetanus sefalik yang
ditemukan gejala klinis yakni trismus, menyangkut susunan saraf pusat. Kedua

28
tipe di atas sangat jarang ditemukan. Bentuk Ucapan Terima Kasih
ketiga yakni bentuk umum (generalized
tetanus) adalah bentuk yang paling sering Penulis mengucapkan terima kasih pada
ditemukan (80%). Tanda awal bentuk Dr. Adjinul Bachri, Sp. B dari Departemen
tersebut adalah trisnus (lockjaw) diikuti Ilmu Bedah FKUKI dan Drg. Sri Rahayu,
kekakuan pada leher, sulit menelan dan Sp. BM dari SMF Penyakit Gigi dan Mulut
rigiditas pada otot abdomen.9 Pada kasus RSUKI atas bantuannya dalam penanganan
ini ditemukan risus sardonikus, trismus dan pasien.
kekakuan pada leher, yang sesuai dengan
tipe tetanus yang ketiga. Daftar Pustaka
Pemerintah telah menggalakkan vaksinasi
1. Sjamsuhidayat R, De Jong W. (eds). Tetanus.
termasuk vaksinasi terhadap tetanus.
Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit EGC.
Program vaksinasi tersebut telah berhasil Jakarta 2004: 24-5
menurunkan prevalensi tetanus diseluruh 2. Farrar JJ, Yen LM , Cook T, Fairweather N, Binh
wilayah Indonesia.5 Pasien ini adalah laki- J, Parry CM et al. Tetanus. J Neurol Neurosurg
laki dewasa usia 29 tahun yang menderita Psychiatry. 2000; 69: 292-301
3. Sharma A. Relapse in child with otogenic
otitis media supurativa kronik (OMSK).
tetanus. Trop Doct 2006 ; 36: 56-7
Dari anamnesis diketahui bahwa pasien 4. Akinbohun A, Ijaduola G. Otogenic tetanus
tidak mendapat imunisasi lengkap semasa among children in Ibadan, Nigeria. J Internet
kanaknya. Hal itu agaknya turut berperan Otorhinolaryngol. 2008; 10 (2):1-4
dalam munculnya tetanus pada penderita 5. Soedjatmiko. Pentingnya imunisasi untuk
mencegah wabah, sakit berat, cacat serta
tersebut.
kematian bayi dan balita. Buletin Jendela Data
Tetanus otogenik diketahui banyak dan Informasi kesehatan. 2012; 1: 23-8
terjadi pada orang dengan imunisasi tidak 6. WHO. Technical Note: Current recommendation
lengkap, yang banyak ditemukan di negara for treatment of tetanus during humanitarian
berkembang dengan sosial ekonomi rendah.5 emergencies. 2010
7. Biltta KAJ. Tetanus. Kapita Selekta penyakit
Kasus ini mengingatkan kita bahwa meskipun
dengan implikasi keperawatan (Nurses guick
program imunisasi telah dilaksanakan dengan check diseases) ed2 . Jakarta: Penerbit Buku
baik dan keberhasilannya tinggi namun tetanus Kedokteran EGC ; 2013
harus diwaspadai pada pasien dengan tanda 8. Kretsinger K, Broder KR, Cortese MM, Joyce
trismus dan kesulitan menelan serta tanda MP, Ortega-Sanchez I, Lee GM, et al. Preventing
tetanus, diphtheria, and pertusis among adults:
lain yang sesuai dengan tanda tetanus.
use of tetanus toxoid, reducediphtheria toxoid
and acellular pertusis vaccines. MMWR
Kesimpulan 2006;55(77):1-33
9. Lisboa T, Ho YL, Filho GTHF, Brauner
Diagnosis tetanus otogenik ditegakkan JS, Valiatti JLS, Verdeal JC, Machado FR.
Guidelines for the management of accidental
melalui anamnesis, termasuk riwayat
tetanus in adult patients. Rev Bras Ter Intensiva.
imunisasi yang tidak lengkap, gejala klinis 2011; 23(4):394-409
dan pemeriksaan fisik. Pada kasus ini tempat
masuk kuman C. tetani diduga OMSK yang
sudah berlangsung lama dan kebiasaan
pasien menggunakan benda tak steril untuk
mengorek telinga.

29

Anda mungkin juga menyukai