Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TETANUS

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Mikrobiologi

Yang diampu oleh dosen Rosi KS,S.ST.,M.Kes

Disusun oleh: Kelompok 5

1.Viki Lestari (190101018)

2.Wiedi Viseyyana O S (190101019)

3.Yuni Nur Indriani (190101020)

4.Lina Listianingsih (190101021)

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt atas berkat rahmat serta hidayah-nya kami
dapat menyelesaikan tugas mengenai “Tetanus”pada penulisan tugas ini, kami
berusaha menampilkan jenis jenis ragam bahasa yang ada menggunakan bahasa
yang sederhana, komunikatif sehingga dapat mudah dicerna atau di mengerti oleh
semua kalangan.
Kami berharap tugas ini dapat memberikan tambahan informasi dan dapat
dijadikan salah satu sumber pembelajaran yang dapat membantu rekan-rekan
dalam mencapai hasil belajar pada mata kuliah “Mikrobiologi” agar lebih baik.
Makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan orang-orang
sekitar yang telah bersedia memberikan dukungan baik secara real maupun
material. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Pramesti Dewi, M.kes selaku Rekltor UHB
2. Ibu Murniati, S.kep, Ns.,M.kep selaku Dekan fakultas kesehatan UHB
3. Ibu tin utami, SST, M.kes selaku Kaprodi kebidanan D3 UHB
4. Ibu Rosi KS,S.ST.,M.Kes selaku dosen pengampu matakuliah
Mikrobiologi
5. Teman- teman kebidanan D3 1A yang telah memberikan banyak
dukungan dalam proses pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini
. Purwokerto, 28 Oktober 2019

. Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG ...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH .....................................................................................2
C. TUJUAN ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................4
A. PENGERTIAN .....................................................................................................4
B. ETIOLOGI ...........................................................................................................4
C. PATOFISIOLOGI ................................................................................................4
D. TANDA DAN GEJALA ......................................................................................5
E. PENATALAKSANAAN ......................................................................................5
F. MEDIK DAN PERAWATAN ..............................................................................6
G. PENCEGAHAN ...................................................................................................6
H. KOMPLIKASI .....................................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................................................7
B. SARAN ..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan
dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan
dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi
juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu,
perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi
pada masa neonatus. Salah satu kasus yang banyak dijumpai di sejumlah
negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah adalah
kasus tetanus. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan, kematian
akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding
negara maju. Mortalitasnya sangat tinggi karena biasanya baru mendapat
pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan yang sempurna
memegang peranan penting dalam menurunkan angka mortalitas. Tingginya
angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat pengobatan
dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi
kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama

1
kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus
serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada sehingga
perlu diatasi secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan
istilah tetanus neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau
usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan.
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi
seorang tenaga medis, dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau
pelayanan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kewenangan dalam
menghadapi kasus tetanus neonatorum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari tetanus neonatorium?
2. Apa yang menjadi etiologi dari tetanus neonatorium?
3. Apa patofisiologi dari tetanus neonatorium?
4. Bagaimana tanda dan gejala tetanus neonatorium?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada tetanus neonatorium?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan pada tetanus
neonatorium?
7. Bagaimana melakukan pencegahan pada tetanus neonatorium?
8. Apa komplikasi dari tetanus neonatorium?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian tetanus neonatorium
2. Untuk mengetahui etiologi tetanus neonatorium
3. Untuk mengetahui patofisiologi tetanus neonatorium
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala tetanus neonatorium
2
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada tetanus neonatorium
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dan perawatan
pada tetanus neonatorium
7. Untuk mengetahui pencegahan pada tetanus neonatorium
8. Untuk mengetahui komplikasi dari tetanus neonatorium

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang
bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya
kuman tetanus melalui luka tali pusat. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus
yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh
Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun yang menyerang
sistem saraf pusat).

B. ETIOLOGI
1. Kuman Clostridium Tetani
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.

C. PATOFISIOLOGI
Virus yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobit beruba menjadi
bentuk fegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toksin dalam jaringan yang
anaerobit ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya
tekanan oksigen jaringan akibat adanya pus, nekrosis jaringan, garam kalsium yang
dapat diionisasi. Secara intra aksonal toksin disalurkan ke sel syaraf yang memakan
waktu sesuai dengan panjang aksonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat
perubahan elektrik dan fungsi sel syaraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel.
Dalam sum-sum tulang belakang toksin menjalar dari sel syaraf lower motorneuron
keluksinafs dari spinal inhibitorineurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan
gangguan pada inhibitoritransmiter dan menimbulkan kekakuan.

4
D. TANDA DAN GEJALA
Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda tersebut
biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul
dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi
adalah kekakuan pada rahang sehingga penderita tidak dapat membuka mulut, dan
menelan serta bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di
otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot
perut, lengan atas dan paha. Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih
jelas lagi, seperti:
1. Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound)
2. Bayi tiba-tiba panas.
3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot
faring (tenggorok dan rahang).
4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena
cahaya, suara dan sentuhan.
5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada otot-
otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai dengan kedua
alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang pada otot-otot perut, leher, dan
punggung dapat menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang,
sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku duduk sampai opisthotonus) .
Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah akan menyebabkan sembelit dan
tertahannya air kemih.
6. Dinding perut tegang (perut papan)
7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup).
8. Kesukaran menelan

E. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam keadaan bersih.
2. Pakaian bayi dikendurkan/dibuka
3. Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau sendok yang sudah
dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak tergigit giginya dan untuk mencegah
agar lidah tidak jatuh kebelakang menutupi saluran pernafasan.
5
4. Ruangan dan lingkungan harus tenang
5. Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit, ASI dengan
menggunakan pipet/diberikan personde (kalau bayi tidak mau menyusui).
6. Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
7. Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga bahwa anaknya
harus dirujuk ke RS

F. MEDIK DAN PERAWATAN


1. Di berikan cairan melalui intravena
2. Obat ATS 10.000 untuk perhari di berkan selama 2hari berturut-turut dengan IM
untuk neonatus bisa di berikan IV apa bila tersedia dapat di berikan human tetanus
immununoglobulin(HTIG) 3000-6000IU.im.
3. Ampisilin 100mg/kg/BB hari di bagi 4dosis
4. Tali pusat dibersihkan atau dikompres dengan alkohol betadine 10%
5. Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital
dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral,
kemudian dilanjutkan dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat
diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan
dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang
diberikan lewat anus.

G. PENCEGAHAN
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke
4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

H. KOMPLIKASI
1. Bronkhopneumonia : infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru
2. Asfiksia : keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur
3. Sepsis Neonatorum : infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi
baru lahi
6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tetanus neonatorum adalah:merupakan penyakit pada bayi baru lahir yang
bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi disebabkan oleh infeksi masuknya
kuman tetanus melalui luka tali pusat. Penyebab penyakit tetanus neonarorium yaitu:
1. Kuman Clostridium Tetani
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
Adapun gejala yang timbul pada penyakit tetanus neonatorium yakni:
1. Mulut mencucu seperti mulut ikan
2. Bayi tiba-tiba panas.
3. Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang pada otot
faring
4. Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru),
5. Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu.
6. Dinding perut tegang (perut papan)
7. Trismus (kesukaran membuka mulut/mulut tertutup).
8. Kesukaran menelan
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan tali pusat yang baik
3. Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester ke
3
4. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril

7
B. SARAN
Demi kepentingan bersama dan kesempurnaan makalah ini, kritik, saran dan
masukan yang bermanfaat dari teman – teman sangat kami butuhkan. Mohon di baca
dengan teliti dan di mengerti.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Medika :
Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai