Efektivitas Komunikasi Sebagai Mediator
Efektivitas Komunikasi Sebagai Mediator
Abstrak
Pendahuluan
Keberadaan Indonesia yang mempunyai luas lautan lebih besar
dibandingkan daratan menyebabkan potensi kelautan dan perikanan sangat
besar. Namun sumberdaya alam kelautan perikanan yang besar tersebut
ibarat raksasa yang sedang tidur jika tidak ada keseimbangan
pengembangan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Tekad pemerintahan
sekarang ini dengan salah satu jargon nya yaitu revolusi mental SDM patut
kita dukung dengan menjalankan sistem pemerintahan khususnya di sektor
kelautan perikanan dengan semaksimal mungkin sesuai kebutuhan
kemajuan Indonesia. Pemerintahan di wilayah propinsi dan atau
kota/kabupaten untuk mampu menyesuaikan diri dalam segala aspek
kehidupan. Sistem pemerintahan suatu negara dari tingkat pusat hingga
daerah harus mampu memenuhi tuntutan globalisasi, penyelenggaran
pemerintahan yang baik menjadi kewajiban yang mutlak untuk dipenuhi.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 1
Prinsip-prinsip pemerintahan yang baik adalah sebagai berikut
akuntabilitas yang diartikan sebagai kewajiban untuk mempertanggung
jawabkan kinerjanya; keterbukaan dan transparansi (openness and
transparency) dalam arti masyarakat tidak hanya dapat mengakses suatu
kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam proses perumusannya; ketaatan
pada hukum dalam artian seluruh kegiatan didasarkan pada aturan hukum
yang berlaku dan aturan hukum tersebut dilaksanakan secara adil dan
konsisten dan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan
pemerintahan umum dan pembangunan (Mangnga’,2012)
Organisasi merupakan suatu sistem dimana bagian yang satu saling
terkait dengan yang lain. Organisasi merupakan suatu kesatuan kompleks
yang berusaha mengalokasikan sumber daya manusia secara penuh demi
tercapainya suatu tujuan (Mangnga’, 2012). Tujuan tersebut akan mampu,
mudah dan ringan dicapai apabila setiap komponen di dalamnya mampu
berjalan selaras dan beriringan. Sebaliknya apabila salah satu komponen di
dalamnya tidak mampu berjalan selaras, akan mengakibatkan komponen
lainnya mengalami kerusakan sehingga tujuan organisasi tersebut sulit untuk
dicapai.
Tanpa SDM suatu organisasi tidak akan dapat berjalan. Sumber Daya
Manusia (pegawai) merupakan unsur yang strategis dalam menentukan
sehat tidaknya suatu organisasi. Pengembangan SDM yang terencana dan
berkelanjutan merupakan kebutuhan yang mutlak terutama untuk masa
depan organisasi. Oleh karena itu manajemen dituntut untuk
mengembangkan paradigma baru dalam mempertahankan kualitas SDM
terkait mengembangkan potensinya agar memberikan kontribusi maksimal
pada organisasi (Pratiwi, 2012).
Manajemen sumber daya manusia merupakan serangkaian tindakan atau
proses penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
SDM untuk mencapai tujuan individu maupun tujuan organisasi (Robbins,
1996). Jika proses manajemen SDM berjalan dengan baik, akan mampu
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mampu mengembangkan
potensi yang terkandung di dalamnya.
Organisasi merupakan suatu kesatuan atau perkumpulan yang terdiri atas
orang-orang atau bagian-bagian yang di dalamnya terdapat aktivitas kerja
sama berdasarkan aturan-aturan untuk mencapai tujuan bersama (Sehfudin,
2011). proses atau kegiatan organisasi tidak terlepas dari kerjasama setiap
komponen (manusia) di dalamnya. Kerja sama tersebut akan mampu
berjalan apabila terdapat komunikasi. Lancar tidaknya proses komunikasi
akan mempengaruhi tercapai nya tujuan organisasi.
Komunikasi berperan penting yaitu sebagai penghubung antara
komponen satu dengan yang lainnya dalam organisasi. Melalui komunikasi,
setiap pegawai akan mampu untuk memberi dan menerima perintah,
berdiskusi, mengekspresikan perasaanya dan lain-lain. Komunikasi di
dalam organisasi dapat berlangsung secara vertikal, horisontal, ke samping
dan ke luar. Komunikasi yang berjalan dengan baik akan mampu
meningkatnya kinerja SDM dan mampu meningkatkan kualitas organisasi
secara keseluruhan (Sehfudin, 2011). Komunikasi yang berjalan dengan baik
akan memberikan kepahaman yang sama antara pegawai satu dengan
pegawai lainnya.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 2
Melalui komunikasi, diharapkan SDM dapat diarahkan untuk
menghasilkan kinerja yang terbaik bagi organisasi. Komunikasi dalam
organisasi dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, kompensasi,
motivasi, penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, jaminan keselamatan,
dan lain-lain. Penilaian kinerja juga merupakan kegiatan komunikasi yang
artinya pegawai mendapat perhatian dari atasan dan menambah gairah
kerja pegawai. Penilaian kinerja berdampak bagi yang berprestasi
dipromosikan, dikembangkan dan diberi penghargaan atas prestasi,
sebaliknya pegawai yang tidak berprestasi mungkin akan didemosikan
(Pratiwi, 2012)
Kinerja pegawai, baik instansi pemerintahan dan swasta diawasi dan
dinilai. Dengan demikian setiap pegawai dapat memberikan semua
kemampuan terbaiknya dalam setiap tugasnya demi tercapainya tujuan
organisasi (instansi). Hal ini tercantum dalam UU Nomor 43 tahun 1999
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 3 ayat 1 yang berbunyi, “Pegawai
Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil,
dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan
pembangunan.’ Maknanya bahwa setiap pegawai dituntut untuk memiliki
kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi (instansi).
Sejauh mana efektifitas komunikasi dalam organisasi pemerintah di sektor
kelautan dan perikanan (kasus di DKP DIY)?. Bagaimana pengaruh faktor
individu pegawai, antar individu pegawai dan faktor organisasi DKP DIY
terhadap efektifitas komunikasi terhadap kinerja?. Bagaimana juga peran
efektifitas komunikasi sebagai variabel mediator terhadap kinerja SDM di
DKP DIY? Semua pertanyaan tersebut ingin dianalisis dalam penelitian ini
sebagai bahan pertimbangan dan kebijakan dalam “revolusi mental SDM” di
instansi pemerintah khusus nya sektor kelautan dan perikanan.
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui dan
mempelajari sejauh mana efektifitas komunikasi di DKP DIY; (2) mengetahui
dan mempelajari indikator dari faktor individu, antar individu dan organisasi
dalam mempengaruhi efektifitas komunikasi; (3) mengetahui dan
mempelajari sejauh mana peran efektifitas komunikasi terhadap kinerja SDM
di DKP DIY
Metode Penelitian
Penelitian ini bertempat di DKP Provinsi DIY yang dilaksanakan pada
tanggal 6 Januari – 17 Februari 2014. Peneltian ini menggunakan
pendekatan deskriptif explanatory, yaitu menggambarkan dan memberikan
penjelasan mengenai peran DKP Provinsi DIY dalam menciptakan
komunikasi yang efektif dan peranan efektifitas komunikasi dalam
menunjang kinerja pegawai. Populasi dalam peneltian ini berjumlah 80 orang
pegawai/SDM DKP di DIY. Sampel sebanyak 41 responden yang ditentukan
dengan teknik purposive sampling (sampling tertuju) berdasarkan setiap
bagian ada yang mewakili
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 3
Analisis Data
Untuk menjawab tujuan penelitian ke satu yaitu sejauh mana
efektifitas komunikasi pada organisasi DKP di DIY dengan analisis distribusi
frekuensi jawaban responden terkait dengan variabel efektifitas komunikasi.
Untuk menjawab tujuan penelitian kedua yaitu apa saja indikator dari faktor
individu, antar individu dan organisasi yang mempengaruhi efektifitas
organisasi dengan measurement model masing-masing faktor dengan
generalized structure component analysis (GESCA). Untuk menjawab tujuan
penelitian ketiga yaitu bagaimana peran efektifitas komunikasi terhadap
kinerja pegawai/SDM DKP di DIY dengan overall model dengan GESCA.
Menurut Solimun (2010), langkah-langkah menganalisis data dengan
metode GESCA sebagai berikut :
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 4
Gambar 1. Model Struktural Berbasis Teori dan Hasil Penelitian
Terdahulu
Efektifitas komunikasi (X4) dalam penelitian ini terdiri dari 3 indikator, yaitu
pengulangan informasi, umpan bail dan empati. Model pengukuran variabel
laten efektivitas komunikasi (X4) dapat dilihat pada gambar 3.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 5
Gambar 4. Model Pengukuran Formasi Dari Variabel Laten Faktor
Organisasi (X3)
Faktor antar individu (X2) terdiri dari indikator perbedaan usia, kepercayaan
penerima dan perbedaan bahasa. Model pengukuran variabel laten faktor antar
individu (X2) dapat dilihat pada gambar 6.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 6
menggunakan notasi-notasi GeSCA. Konstruksi diagram jalur dengan notasi
GeSCA pada penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada gambar 8.
y = ∏y η + δ y
Keterangan :
x = indikator variabel laten eksogen (ξ)
y = indikator variabel laten endogen (η)
∏ = matriks loading yang menghubungkan variabel laten dan
indikatornya
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 7
x1.2 = λX1.2 ξ1 + δ1
x1.3 = λX1.3 ξ1 + δ1
x1.4 = λX1.4 ξ1 + δ1
b. variabel laten eksogen 2 (reflektif), yaitu faktor antar individu (X2):
x2.1 = λX2.1 ξ2 + δ2
x2.2 = λX2.2 ξ2 + δ2
x2.3 = λX2.3 ξ2 + δ2
c. variabel eksogen 3 (reflektif), yaitu faktor organisasi (X3):
x3.1 = λX3.1 ξ3 + δ3
x3.2 = λX3.2 ξ3 + δ3
x3.3 = λX3.3 ξ3 + δ3
d. variabel eksogen (reflektif), yaitu efektivitas organisasi (X4):
x4.1 = λX4.1 ξ4 + δ4
x4.2 = λX4.2 ξ4 + δ4
x4.2 = λX4.2 ξ4 + δ4
e. variabel endogen (reflektif), yaitu kinerja (Y):
Y1.1 = λY1.1 η + ζ
Y1.2 = λY1.2 η + ζ
Y1.3 = λY1.3 η + ζ
Y1.4 = λY1.4 η + ζ
Y1.5 = λY1.5 η + ζ
Y1.6 = λY1.6 η + ζ
Y1.7 = λY1.7 η + ζ
Y1.8 = λY1.8 η + ζ
Pendugaan Parameter
Measure of Fit
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 8
Measure of fit pada GeSCA dijelaskan secara rinci oleh Solimun (2010), bahwa
pada analisis GeSCA measures of fit dapat dilakukan pada model pengukuran,
model struktural, dan model keseluruhan (overall model).
Measure of fit pada model pengukuran bertujuan untuk memeriksa (menguji)
apakah instrumen penelitian valid dan reliabel.
Measure of fit pada model struktural bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar informasi yang dapat dijelaskan oleh model struktural (hubungan antar
variabel laten) hasil analisis GESCA.
Measure of fit pada model keseluruhan (overall model) adalah ukuran
goodness of fit gabungan antara model pengukuran dan model struktural,
hal ini dapat dilakukan pada overall model yang semua variabel memiliki
indikator bersifat refleksif.
a. Measure of fit Measurement Model
Convergent validity
Suatu konstruk laten dikatakan mempunyai convergent validity yang baik
apabila memiliki nilai loading factor lebih dari 0.70 dan signifikan. Akan
tetapi, untuk penelitian tahap awal pengembangan skala pengukuran,
konstruk laten yang memiliki nilai 0.5 sampai 0.6 dikatakan cukup (Chin,
1998 dalam Ghozali, 2008).
Discriminant validity
Discriminant validity model pengukuran refleksif diukur dengan cara
membandingkan nilai akar kuadrat dari AVE (average variance extracted)
setiap variabel laten dengan korelasi antara variabel bersangkutan dengan
variabel lainnya di dalam model. Dikatakan memiliki nilai discriminant
validity yang baik apabila nilai akar kuadrat AVE lebih besar dari pada nilai
korelasi antara variabel tersebut dengan variabel lainnya dalam model
(Forner dan Lacker, 1981 dalam Ghozali, 2008). Berikut rumus
menghitung discriminant validity menurut Ghozali (2008) :
𝑖∑ λ2
𝐴𝑉𝐸 = ∑ λ2 +∑ 1− λ2𝑖
𝑖
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 9
Overall Model adalah model di dalam GeSCA yang melibatkan model
struktural dan model pengukuran secara terintegrasi, jadi merupakan
keseluruhan model. Menurut (Hu & bentler, 1999 dalam Ghozali, 2008), suatu
model dikatakan good fit apabila mempunyai nilai GFI mendekati 1 dan nilai
SRMR mendekati 0.
Beberapa pemeriksaan goodness-of-fit model overall disertai nilai cut-off
menurut Solimun (2010) dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Ukuran Goodnes of fit Model Overall Pada GeSCA
SRMR Keterangan
< 0.05 Close fit (model sangat sesuai)
0.05 – 0.08 Good fit (model sesuai)
0.08 – 0.1 Marginal fit (model cukup sesuai)
> 0.1 Poor fit (model tidak sesuai)
Measurement Model
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 10
Measurement model merupakan model persamaan yang dapat
mendifinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya, measurement
model ini didapatkan dari kosntruksi diagram jalur. Pada variabel laten faktor
individu (X1) dengan indikator perbedaan persepsi, keterampilan mendengar,
kondisi emosi dan keterampilan umpan balik, indikator yang menjadi fokus
utama dalam membentuk komunikasi yang efektif adalah keterampilan
mendengar. Pada variabel laten faktor antar individu (X2) dengan indikator
perbedaan usia, kepercayaan penerima dan perbedaan bahasa, indikator
yang menjadi fokus utama membentuk komunikasi yang efektif adalah
perbedaan bahasa. Pada variabel laten faktor organisasi (X3) dengan
indikator gaya kepemimpinan, hirarki organisasi dan ukuran kelompok,
indikator yang menjadi fokus utama dalam membentuk komunikasi yang
efektif adalah hirarki organisasi. Pada variabel laten efektifitas komunikasi
(X4) dengan indikator pengulangan informasi, umpan balik dan empati,
indikator yang menjadi fokus utama dalam membentuk komunikasi yang
efektif adalah umpan balik. Pada variabel laten kinerja dengan indikator
kecakapan, kedisiplinan, kretifitas, kerjasama, tanggung jawab, ketepatan
waktu, keterampilan memimpin, kualitas dan kuantitas kerja, indikator yang
menjadi fokus dalam penilaian kerja adalah kreatifitas.
Measure of fit
Measure of fit Measurement Model
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 11
Measure of fit Measurement Model merupakan tahap evalusasi model
berupa pengkalibrasian instrumen, pengkalibrasian ini perlu dilakukan
apabila suatu instrumen penelitian mempunyai indikator bersifat reflektif.
a. Convergent Validity
Convergent validity menggambarkan nilai korelasi antara nilai indikator
dengan nilai variabel latennya, suatu dikatakan convergent validity apabila
nilai loading factornya setidaknya 0.5.
Tabel 4. Convergent Validity
Variabel Laten Indikator Loading Factor
Faktor Individu (X1) Perbedaan Persepsi 0.734
Keterampilan Mendengar 0.867
Kondisi Emosi 0.850
Keterampilan umpan balik 0.850
Faktor Antar Individu Perbedaan Usia 0.906
(X2) Kepercayaan Penerima 0.757
Perbedaan Bahasa 0.934
Faktor Organisasi (X3) Gaya Kepemimpinan 0.829
Hirarki Organisasi 0.897
Ukuran Kelompok 0.879
Efektifitas Komunikasi Pengulangan Informasi 0.911
(X4) Umpan Balik 0.924
Empati 0.869
Kinerja (Y) Kecakapan 0.309
Kedisiplinan 0.828
Kreatifitas 0.871
Kerjasama 0.826
Tanggung Jawab 0.826
Ketepatan Waktu 0.833
Keterampilan Memimpin 0.827
Kualitas dan Kuantitas Kerja 0.562
Dari tabel convergent validity di atas, hanya indikator kecakapan pada
variabel laten kinerja (Y) yang tidak convergent validity karena nilai loading
factornya < 0.5; yaitu sebesar 0.309.
b. Discriminant Validity
Discriminant Validity mengukur korelasi nilai variabel laten (√𝐴𝑉𝐸) dengan
nilai korelasi antar variabel laten. Instrumen penelitian dikatakan mempunyai
nilai diccriminant validity yang baik apabila nilai korelasi variabel laten
(√𝐴𝑉𝐸) lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel.
Kinerja
Individu 0.623
Antar Individu 0.625
Organisasi 0.624
Efektifitas Komunikasi 0.626
Kinerja √𝑨𝑽𝑬 = 𝟎. 𝟓𝟕𝟒
Dari tabel discriminant validity di atas, hanya variabel laten kinerja (Y) yang
tidak memiliki nilai discriminant validity yang baik karena nilai korelasi
variabel laten lebih kecil dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel.
c. Internal Consistency Reliability
Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai Internal Consistency Reliability
apabila mempunyai nilai alpha ≥ 0.6.
Model Fit
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 13
Model fit ini bergtujuan untuk melihat kesesuaian model yang digunakan
dalam penelitian dengan teknik GeSCA.
Uji t
Pengujian hubungan antar variabel laten pada penelitian ini menggunakan
Uji T, yaitu membandingkan nilai T hitung yang didapat dari pembagian nilai
estimate dan standart error dengan nilai T tabel yang didapat dari tabel T.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 14
Gambar 29. Pengujian Hubungan Antar Variabel Laten Dengan Uji T
a. Faktor individu (X1) tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
(Y), faktor individu (X1) akan berpengaruh terhadap kinerja (Y) melalui
komunikasi yang efektif. Dari pernyataan persetujuan terhadap
pernyataan pada indikator tidak saling berdebat argumen, tidak memotong
pembicaraan, mengajukan pertanyaan dan memperhatikan keseluruhan
informasi menandakan setiap individu (pegawai) membutuhkan
komunikasi yang efektif untuk menunjang kinerjanya. Faktor individu (X1)
tidak berpengaruh secara langsung terhadap faktor organisasi (X3)
menunjukkan Dislautkan Provinsi DIY mampu menciptakan kerjasasama
yang baik, dengan kerjasama yang baik maka kelebihan yang dimiliki
seorang pegawai akan mampu menutupi kelemahan pegawai yang
lainnya.
b. Faktor antar individu (X2) tidak berpengaruh secara langsung terhadap
efektifitas komunikasi (X4) dan kinerja (Y), perbedaan – perbedaan antara
pegawai satu dengan pegawai yang lainnya seperti perbedaan bahasa,
perbedaan usia, kepercayaan penerima menjadi hambatan tersendiri
untuk membentuk komunikasi yang efektif. Faktor antar individu (X2)
berpengaruh secara langsung terhadap faktor organisasi (X3), hal ini
menandakan Dislautkan Provinsi DIY mampu menjembatani perbedaan –
perbedaan yang terdapat diantara para pegawainya karena didukung oleh
kepemimpinan, hirarki organisasi dan pembagian kelompok kerja yang
baik.
c. Faktor organisasi (X3) tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kinerja (Y), faktor organisasi (X3) akan berpengaruh terhadap kinerja (Y)
melalui efektifitas komunikasi, suatu organisasi sangat membutuhkan
komunikasi yang efektif karena berkaitan dengan pendistribusian
informasi, pelaksaanaan fungsi-fungsi manajemen yang membuthkan
koordinasi yang baik dari semua elemen yang ada di dalamnya.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 15
d. Efektifitas komunikasi (X4) menunjukkan peranan yang sangat penting di
dalam organisasi yaitu mampu menjadi intervening variable (variabel
penghubung) antara variabel laten faktor individu (X1), faktor antar individu
(X2) dan faktor organisasi (X3) dengan kinerja (Y). Hal ini menunjukkan
kegiatan di dalam organisasi, baik kegiatan individu, antar individu
maupun kegiatan organisasi membutuhkan komunikasi yang efektif untuk
menunjang kinerja.
Implementasi
Setiap organisasi memiliki banyak elemen-elemen yang saling terkait
membentuk suatu sistem, elemen-elemen tersebut memiliki karateristik yang
berbeda-beda dan berpotensi menimbulkan masalah yang dapat
mengganggu kelancaran organisasi. Masalah dapat timbul karena
komunikasi yang buruk, namun masalah juga bisa diselesaikan dengan
komunikasi yang terjalin dengan baik.
Semua elemen di dalam organisasi akan bekerja saling terkait satu sama
lain untuk menjalankan tugas atau pekerjaannya, untuk itu peran komunikasi
sangat penting di dalamnya, melalui komunikasi kesamaan persepsi
(pandangan, pendapat) bisa terbentuk sehingga membantu pelaksanaan
tugas. Penciptaan iklim komunikasi yang kondusif, proses komunikasi yang
berjalan efektif akan mampu menunjang kinerja pegawai karena setiap
pegawai akan mampu terkoneksi dengan baik, untuk itu komunikasi yang
berjalan dengan efektif akan mampu membawa pengaruh positif terhadap
kinerja pegawai.
Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta mampu membentuk komunikasi yang efektif yang berpengaruh
secara langsung dan positif terhadap kinerja pegawai. Secara lebih luas,
stakeholder sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta baik yang berada di kantor maupun di lapangan dari tingkat
provinsi sampai dengan kabupaten/kota mampu saling berkoordinasi
(berkomunikasi) dengan baik, hal ini dapat digambarkan dengan semakin
berkembangnya sektor perikanan dan kelautan di Provinsi daerah Istimewa
Yogyakarta, karena tanpa adanya komunikasi yang terjalin dengan baik akan
sangat sulit bahkan mustahil untuk mengembangkan sektor perikanan di
wilayah Provinsi DIY yang sangat kompleks. Dalam penelitian ini, bisa
menggambarkan peran pemimpin melalui organisasinya (instansi) di wilayah
Provinsi DIY bisa membawa perkembangan yang positif bagis sektor
kelautan dan perikanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, namun
terlepas dari itu semua sektor kelautan dan perikanan di Provinsi DIY masih
bisa terus dikembangkan dilihat dari potensi ketersediaan lahan yang masih
belum dimanfaatkan.
Saran
Saran berdasarkan hasil analisis dengan GESCA antara lain :
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 17
d. Meningkatkan umpan balik, dapat dilakukan misalnya melalui
pembuatan laporan tugas baik menggunakan laporan berbentuk tulisan,
secara verbal dan menyebarkan angket
e. Menyediakan berbagai fasilitas hiburan ringan seperti permainan catur,
tenis meja, pusat kuliner, latihan menyanyi, latihan musik, untuk
melepaskan kepenatan.
f. menggelar kegiatan olahraga secara rutin setiap minggunya di
lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta misalnya senam bersama, membangun atau bekerjasama
dengan sport center misalnya pusat kebugaran, kolam renang, tenes,
bulu tangkis, futsal, dll
g. Melakukan kegiatan sosial seperti kunjungan ke panti dan menggelar
acara memasak ikan bersama kaum dhuafa, program beasiswa bagi
pelajar atau mahasiswa yang tidak mampu.
h. Membiasakan Penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar,
meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dengan kursus, software
bahasa Inggris, dll
i. Pengoptimalan penyampaian informasi melalui media yang
memunculkan gelombang suara, baik media komunikasi audial seperti
melalui speaker, telephone, dari mulut ke mulut, maupun media
komunikasi audiovisual seperti video, dokumentasi, peragaan dan lain
sebagainya
j. Perlu adanya upaya pelatihan dan pengembangan karir sesuai keahlian
masing-masing pegawai, antara lain dengan cara sebagai berikut :
Secara rutin (setiap bulan atau 2 bulan sekali) mengundang
motivator untuk memberikan motivasi kepada pegawai
Menggelar kunjungan kerja ke instansi sejenis di luar daerah
Melakukan rotasi jabatan secara berkala
Memberlakukan sangsi yang bersifat membangun, seperti
pemberian tugas tambahan
Daftar Pustaka
Ekasari, Dewi Fenty dan Sunaryo, Sony. 2010. Pemodelan SEM dengan
Generalized Structured Component Analysis (GESCA). Jurusan
Statistika. Fakultas MIPA. ITS : Surabaya.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 18
Huda, Niamul. 2011. Pengertian Dokumentasi.
http://pengertianpengertian.blogspot.com/2011/10/pengertian-
dokumentasi.html?m=1. Diakses pada 18 Desember 2012.
Hwang, Heungsun et.al. 2004. Generalized Structured Component Analysis.
Psychometrika 69 (1) : 81-99.
Imron, Ali. 2007. Hubungan Efektivitas Komunikasi Organisasi Dengan
Kinerja Guru (Survai di SMK Nusantara, Ciputat). Skripsi Mahasiswa
Program Studi Manajemen Pendidikan. Jurusan Pendidikan Islam.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Junaidi, Wawan. 2011. Pengertian Dokumentasi. http://wawan-
junaidi.blogspot.com/ 2011/12/pengertian-dokumentasi.html. Diakses
pada tanggal 18 Desember 2012.
Kiswanto, M. 2010. Pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap
Kinerja Karyawan Kaltim Pos Samarinda. 6 (1) : 10.
KKP. 2012. Statistik Kelautan dan Perikanan. www.stattistik.kkp.go.id.
Diakses tanggal 19 Maret 2014
Mangnga’, Dwi Arche Rante. 2012. Kinerja Pegawai di Dinas Kelautan Dan
Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Skripsi Mahasiswa Program
Sarjana. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Manullang, M dan Manullang, Marihot. 2001. Manajemen Sumberdaya
Manusia Edisi Pertama. Fakultas Ekonomi UGM: Yogyakarta.
Nimran, Umar. 2009. Perilaku Organisasi. Laros: Sidoarjo.
Pratiwi, Riska. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
Makassar. Skripsi Mahasiswa Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis. Universitas Hasanuddin: Makassar.
Riniwati, Harsuko. 2011. Mendongkrak Motivasi dan Kinerja Pendekatan
Pemberdayaan SDM. UB Press: Malang.
Romel, Dian. 2011. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Kepuasan
Kerja dan Implikasinya Pada Kinerja Pada Kineja Karyawan di
Unikom. Fakultas Ekonomi. Universitas Komputer Indonesia :
Bandung.
Rukmana, Widdi Ega. 2010. Analisis Pengaruh Human Relation dan Kondisi
Fisik Lingkungan Terhadap Etos Kerja dan Kinerja Karyawan Dedy
Jaya Plaza Tegal. Fakultas Ekonomi. Undip : Semarang
Sehfudin, Arif. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada PT Bank
Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Semarang). Skripsi
Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro: Semarang.
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 19
Setiarini, Sri Kus. 2011. Analisis Hubungan Karakteristik Individu, Faktor
Organisasi dan Motivasi Terrhadap Kinerja Perawat Pelaksana dan
Bidan di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Tahun
2011. Fakultas Kesehatan Masyarakart. Universitas Indonesia : Depok
Siagian, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi
Aksara: Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. PT
Pustaka LP3ES Indonesia: Jakarta.
Solimun. 2010. Generalized Structure Component Analysis. Jurnal.
Universitas Brawijaya: Malang.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sumarsono, H.M Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha
Ilmu: Yogyakarta.
Sunu, Pramudya. 1999. Peran SDM dalam Penerapan ISO 9000 Kajian
Peran SDM dengan Pendekatan TQM. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta.
Udaya, Jusuf et.al. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Umar, Husein. 2011. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan
Paradigma Positivistik dan Berbasis Pemecahan Masalah. PT Raja
Grafindo Persada
Usman, Husain dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian
Sosial Edisi Kedua. Bumi Aksara : Jakarta.
Yusnita, Rita Tri. 2010. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Konflik
Pekerjaan Keluarga dan Ketakutan Akan Kesuksesan pada Wanita
Serta Dampaknya pada Prestasi Kerja (Survey pada Pemerintah Kota
Tasikmalaya Tahun 2010).
Makalah ini telah dipresentasikan di Forum Semnas Sosial Eonomi Kelautan Perikanan di
Universitas Padjajaran Bandung pada tanggal 24 September 2014[Type text] Page 20