larutan uji, disuntikkan ke dalam kromatograf konsentrasi terendah analit dalam sampel
kemudian diukur luas puncaknya, dibuat yang masih dapat dideteksi dan masih
kurva hubungan antara konsentrasi (sumbu ditetapkan kadarnya dengan presisi dan
x) dan luas puncak (sumbu y), selanjutnya akurasi yang masih dapat diterima.
dibuat persamaan garis regresi dan dihitung
nilai koefisien korelasinya. Uji presisi dan akurasi
Larutan uji dibuat dari sampel saos tomat
Uji linearitas simulasi yang ditambahkan larutan baku
Satu seri larutan baku rhodamin B yang dengan cara yang sama seperti pada uji
terdiri dari 7 konsentrasi berbeda, dibuat linearitas. Konsentrasi larutan baku rhodamin
dengan cara dipipet larutan induk rhodamin B yang ditambahkan adalah 12, 15, dan 18 bpj.
B 10000 bpj masing-masing sebanyak 60, Percobaan diulang masing-masing sebanyak
90, 120, 150, 180, 210, dan 240 µL ke dalam 3 kali.
labu tentukur 10mL dan diencerkan dengan
menggunakan aquabidest sampai tanda. Penetapan kadar rhodamin B dalam saos
tomat komersial
Selanjutnya, larutan uji dibuat dari sampel Saos tomat komersial ditimbang sejumlah
saos tomat simulasi yang ditambahkan larutan lebih kurang 2,5 g, lalu ditambahkan metanol,
baku. Saos tomat simulasi ditimbang saksama kemudian divorteks sampai homogen, lalu
lebih kurang 200 mg lalu dimasukkan ke dalam dipisahkan dengan cara dipusingkan. Dari
tabung reaksi, ditambahkan 1,0 mL larutan filtrat yang diperoleh kemudian dimasukkan
rhodamin B dengan konsentrasi 60 bpj, lalu ke dalam labu tentukur 10 mL dan dicukupkan
dipanaskan di tangas air selama 5 menit, dengan air, dikocok, disaring, dan disonikasi.
selanjutnya ditambahkan metanol sebanyak 3mL Sebanyak 20 µL larutan uji disuntikkan ke dalam
lalu divorteks sampai homogen dan dipisahkan kromatograf kemudian diukur luas puncaknya
dengan cara dipusingkan. Semua filtrat dan kadar rhodamin B yang terdapat dalam saos
ditampung dimasukkan ke dalam labu tentukur tomat komersial dihitung dengan menggunakan
10 mL dan dicukupkan dengan aquabidest, persamaan regresi dari kurva baku.
dikocok lalu disaring dan disonikasi (kandungan
baku rhodamin B = 6 bpj).
Untuk pembuatan saos tomat yang HASIL DAN PEMBAHASAN
mengandung rhodamin B 9, 12, 15, 18, 21, dan 24
bpj dilakukan dengan langkah berupa ditimbang Optimasi metode KCKT untuk analisis
saksama lebih kurang 200mg saos tomat simulasi, rhodamin B dalam saos tomat yang telah
lalu dipipet 1,0 mL masing-masing larutan dilakukan meliputi pemilihan pelarut dan
rhodamin B 90, 120, 150, 180, 210, dan 240 bpj. penentuan panjang gelombang serapan
Selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama maksimum (λmaks). Pemilihan pelarut bertujuan
seperti membuat larutan uji dengan kandungan untuk mendapatkan pelarut yang dapat menarik
baku rhodamin B 6 bpj. rhodamin B yang terikat pada matriks saos tomat
secara optimal. Penentuan λmaks adalah untuk
Penetapan batas deteksi dan batas kuantitasi mengetahui λ yang digunakan pada detektor.
Dengan menggunakan persamaan garis Dari hasil percobaan, metanol diketahui
regresi yang diperoleh dari uji linearitas, memberikan hasil yang paling baik dibandingkan
dihitung simpangan baku respon, batas pelarut lainnya dan dapat menarik rhodamin
deteksi dan batas kuantitasi untuk mengetahui B yang terikat pada matriks saos tomat yang
ditandai dengan warna larutan merah muda bersifat polar terhadap fase diam dalam sistem
yang jernih dan warna merah pada saos tomat fase balik, sehingga waktu retensi analit tidak
hilang. Larutan rhodamin B dalam metanol terlalu cepat, yaitu pada sekitar 5,4 menit. Hal
menunjukkan λmaks 553,50 nm (Gambar 1). ini dapat meningkatkan selektivitas metode
Panjang gelombang deteksi pada detektor terhadap senyawa polar yang ada dalam sampel.
kromatograf menggunakan panjang gelombang Pembuatan kurva baku dilakukan untuk
554 nm. Panjang gelombang tersebut masih memperoleh persamaan garis linear yang
sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi digunakan untuk perhitungan kadar rhodamin B,
IV, yaitu selisih panjang gelombang untuk sedangkan uji linearitas untuk melihat linearitas
pengukuran lebih kurang 2 nm dari λmaks (9). hubungan repon instrumen terhadap konsentrasi
Puncak rhodamin B dapat dideteksi pada analit dalam matriks saos tomat. Dari kurva baku
kromatogram pada waktu retensi sekitar 5,5 menit rhodamin B, diperoleh persamaan garis regresi
pada kondisi sistem kromatograf menggunakan y = -11698,7857 + 207937,6905x, dengan nilai
kolom C-18 GRACE 250 mm (oktadesilsilan), fase koefisien determinasi 0,996 yang linear pada
gerak asetonitril–dapar fosfat pH 3,50 (70 : 30) rentang konsentrasi 6-24 bpj (Gambar 4).
dengan laju alir 1,2 mL/menit, dan detektor 554 Hasil uji linearitas rhodamin B diperoleh
nm (Gambar 2 dan 3). pH dapar fosfat sebesar nilai keffisien determinasi 0,998 (mendekati 1)
3,50 meningkatkan afinitas rhodamin B yang yang menunjukkan repon instrumen terhadap
Tabel 1. Perolehan kembali dan simpangan baku relatif (SBR) pada uji akurasi dan presisi metode KCKT
konsentrasi analit dalam matriks saos tomat dan akurasi yang masih dapat diterima sebesar
linear pada rentang konsentrasi 6-24 bpj. Pada 3 bpj. Dari hasil uji ini dapat disimpulkan
uji linearitas diperoleh persamaan garis y = bahwa konsentrasi terendah rhodamin B yang
-57452,4286 + 226937,3333x (Gambar 5). dipersiapkan untuk uji linearitas, uji presisi dan
Dari persamaan garis pada uji linearitas akurasi haruslah lebih besar dari batas kuantitasi
dapat ditentukan sensitivitas metode dengan yang diperoleh, yaitu 3 bpj. Metode ini sedikit
menentukan batas deteksi (BD) dan batas lebih sensitif dari metode yang dilaporkan oleh
kuantitasi (BK). Hasil menunjukkan bahwa Su (2015) yang menghasilkan BK metode sebesar
konsentrasi terendah rhodamin B dalam sampel 3,4 ug/mL (7).
saos tomat yang masih dapat dideteksi adalah Parameter analitik lain yang divalidasi adalah
sebesar 1 bpj. Sedangkan dari hasil uji batas akurasi dan presisi metode. Akurasi metode
kuantitasi diperoleh informasi bahwa konsentrasi menunjukkan ketepatan hasil analisis dengan
terendah rhodamin B dalam saos tomat yang nilai sebenarnya, sedangkan presisi mununjukkan
masih dapat ditetapkan kadarnya dengan presisi ketelitian metode. Penilaian akurasi metode
berdasarkan hasil uji perolehan kembali,
sedangkan untuk presisi metode berdasarkan
nilai simpangan baku relatif dari beberapa kali
pengulangan hasil uji. Dari hasil uji akurasi yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian yang digunakan mempunyai derajat
Gambar 1. Spektrum serapan ultraviolet larutan rhodamin B (1, 2, 3 bpj) secara overlay
Gambar 1. Gambar
Spektrum 1. Spektrum
serapan serapan
ultraviolet larutan ultraviolet
rhodamin B (1, 2, 3 bpj) secara overlay
Gambar 1. Spektrum serapanlarutan
ultravioletrhodamin B (1, 2,
larutan rhodamin 3 bpj)
B (1, 2, 3 bpj) secara overlay
secara overlay
Gambar
Gambar 4. 4.Kurva
Kurva
bakubaku
larutanlarutan
rhodaminrhodamin b
b dalam metanol
dalam metanol
Gambar
Gambar 5. Kurva
5. Kurva hubungan
hubungan luas
luas puncak puncak
terhadap konsentrasi
larutan rhodamin B pada uji linearitas
terhadap konsentrasi larutan
Gambar
Gambar 3. Kromatogram
3. Kromatogram rhodamin rhodamin B saos
B dalam sampel
Gambar 3. Kromatogram rhodaminsaos
dalam sampel B dalam sampel saos Gambar 5. rhodamin
Kurva B pada
hubungan luas ujiterhadap
puncak linearitas
konsentrasi
Gambar 3. Kromatogram rhodamin B dalam sampel saos larutan rhodamin B pada uji linearitas
ketepatan yang baik dan memenuhi syarat yaitu Aplikasi metode KCKT yang divalidasi untuk
untuk konsentrasi analit dalam matriks sampel mendeteksi rhodamin B dalam saos tomat
≥ 10 bpj, persen perolehan kembali adalah 90- komersial menunjukkan 1 dari 6 saos komersial
110 %. Hasil ini menunjukkan metode yang mengandung rhodamin B dengan konsentrasi
divalidasi lebih akurat dari metode Su (2015) sebesar 25 µg/g.
yang menghasilkan persen perolehan kembali
sebesar 78,47-101,6 % (7). Hal ini kemungkinan KESIMPULAN
karena penyiapan sampel dengan cara SPE lebih
kompleks yang menyebabkan perolehan kembali Metode KCKT menggunakan kolom C-18 GRACE
lebih kecil dari 80 % (7). Metode penetapan 250 mm (oktadesilsilan), fase gerak asetonitril–
kadar secara KCKT ini juga merupakan metode dapar fosfat pH 3,50 (70 : 30) dengan laju alir 1,2
yang mempunyai ketelitian tinggi dengan nilai mL/menit, dan detektor 554 nm adalah metode
simpangan baku relatif ≤ 2 %. Parameter analitik yang valid untuk menentukan kadar rhodamin B
yang divalidasi telah menunjukkan hasil yang dalam saos tomat. Saos tomat komersial yang positif
memenuhi syarat International Conference of mengandung rhodamin B diketahui mengandung
Harmonisation (9). rhodamin B sekitar 25 µg/g.