Anda di halaman 1dari 7

Biologi Umum

Rabu, 12 Oktober 2011

Interaksi Organisme Dengan Lingkungannya


A. Tujuan

1. Memerikan jenis tanah atau permukaan lahan pada lokasi pengamatan.


2. Memerikan relief tanah atau permukaan lahan pada lokasi pengamatan.
3. Memerikan sifat fisik klimatik tanah/permukaan lahan (suhu dan kelembaban tanah, suhu dan kelembaban
udara, dan intensitas cahaya) pada lokasi pengamatan.
4. Memerikan sifat kemis (pH, dsb) tanah/permukaan lahan pada lokasi pengamatan.
5. Menyebutkan jenis-jenis dan spesifikasi vegetasi yang ada di lokasi pengamatan.
6. Menyebutkan jenis-jenis dan spesifikasi hewan yang ada di lokasi pengamatan.
7. Menjelaskan jenis-jenis asosiasi yang ada di lokasi pengamatan.
8. Mengaitkan sifat spesifik organisme dengan spesifikasi lingkungannya.

B. Latar Belakang

Lingkungan suatu organisme adalah segala sesuatu, baik abiotik (benda tak hidup) maupun biotik
(benda hidup) yang ada di sekitar organisme itu, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kehidupan organisme itu. Hal ini menunjukkan tingkatan organisasi kehidupan ekosistem yang mencakup
organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi.
Interaksi sendiri adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek
mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi
antarorganisme, antarpopulasi, dan antarkomunitas serta dengan lingkungan sekitarnya.
Organisme dipengaruhi oleh lingkungan (baik komponen biotik dan abiotik), akan tetapi dengan
kehadiran dan aktivitasnya, organisme juga akan mengubah lingkungannya. Kemungkinan pengaruh yang
sangat dramatis yang diakibatkan oleh organisme pada lingkungannya terjadi sekitar tiga milyar tahun silam,
ketika bakteri foto sintetik pertama mulai menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi dan
menghasilkan O2. Atmosfer aerobik yang dihasilkan dari perubahan ini sangat berpengaruh pada keseluruhan
planet.

C. Kajian Pustaka
Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme, antarpopulasi, dan
antarkomunitas.
1. Interaksi antarorganisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu
berhubungan dengan individu yang lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu dari populasi lain. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
a. Netral
Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak
menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak. Contohnya: capung dan sapi.
b. Predasi
Hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator
tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh: Singa
dengan kijang, rusa.
c. Parasitisme
Hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, biasanya salah satu organisme hidup pada organisme lain
dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan. Contoh: Benalu dan pohon
inangnya.
d. Komensalisme
Hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
makanan, salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contoh: Anggrek dan pohon yang
ditumpanginya.
e. Mutualisme
Hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh:
Bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

2. Interaksi Antarpopulasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak
langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antarpopulasi sebagai berikut:
- Aleopati
Interaksi antarpopulasi, bila suatu populasi menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya
populasi lain. Contoh: Disekitar pohon walnut jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan
zat yang bersifat toksik (racun).
- Kompetisi
Interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi memiliki kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan
untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh: Persaingan antara populasi kambing dan populasi sapi si
padang rumput.

3. Interaksi antarkomunitas
Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran
energi dan siklus materi. Interaksi ini dapat diamati pada daur karbon yang melibatkan dua ekosistem berbeda
yaitu laut dan darat.

4. Interaksi Antarkomponen biotik dengan abiotik


Interaksi antarkomunitas biotik dan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan
lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. selain aliran energi, didalam ekosistem
terdapat juga struktur atau tingkat trofi, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi-
interaksi ini, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan
mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.

Hubungan antara organisme dengan lingkungan menyebabkan:


a. Aliran energi
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi yang diperoleh organisme
berasal dari makanan yang dikonsumsinya dan dipergunakan untuk aktivitas hidupnya.
Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi lain dimulai
dari sinar matahari lalu ke produsen, konsumer primer, konsumen tingkat tinggi, sampai saproba didalam tanah.
Siklus ini berlangsung didalam ekosistem.
Golongan organisme autotrof merupakan makanan penting bagi organisme heterotrof, yaitu organisme
yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Makanan organisme heterotrof merupakan bahan organik yang
sudah jadi. Sedangkan, golongan organisme autotrof mendapat makanan dari materi anorganik.
b. Struktur atau tingkat trofik
Pada rantai makanan diketahui tingkat tropik yang terdiri produsen, konsumen tingkat I, konsumen tingkat
II, dan seterusnya.
Produksi : Laju pemasukan materi maupun energi yang berperan adalah produsen, konsumen, dan dekomposer.
Konsumsi : Penggunaan metabolik bahan organik yang diasimilasi oleh organisme autotrof. Yang berperan
adalah produsen, konsumen, dan dekomposer.
Dekomposisi : Perombakan bahan organik menjadi bahan anorganik. Dilakukan oleh ketiga komponen juga yaitu
produsen, konsumen, dan dekomposer.
c. Siklus materi
Siklus ini lebih ditekankan pada perputaran materi diantara komponen ekosistem. Materi yang menyusun
tubuh makhluk hidup berasal dari lingkungannya. Materi yang berupa unsur-unsur terdapat pada senyawa kimia
yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup. Materi itu antara lain siklus air, siklus oksigen, siklus
karbon, siklus nitrogen, dan siklus sulfur. Siklus materi dimulai dari produsen dan kembali lagi ke produsen.
Diawali dengan produsen yang menghasilkan makanan, dimanfaatkan oleh konsumen, bila konsumen mati maka
akan diurai oleh dekomposer atau bakteri yang menghasilkan materi organik yang akan digunakan produsen
lagi. Karena merupakan siklus, jadi terjadinya terus-menerus.
d. Keberagaman biotik
Dalam suatu ekosistem, terdapat lebih dari satu organisme yang menempati ruang tertentu. Hal ini
disebabkan karena suatu organisme tidak dapat hidup tanpa organisme lain. Dalam ekosistem, komponen biotik
saling mempengaruhi dan berinteraksi satu sama lain.
e. Pengaruh abiotik
Keberadaan suatu organisme pada habitat tertentu adalah hasil perpaduan dengan keadaan lingkungan
setempat. Komponen abiotik meliputi faktor klimatik (suhu dan kelembaban tanah, suhu dan kelembaban udara,
itensitas cahaya, curah hujan, dan angin) dan faktor substratum didalamnya sifat kemis (air tanah, pH tanah,
struktur/tekstur tanah).

D. Alat dan Bahan

1. Termometer ruang
2. Higrometer
3. pH meter
4. Lux meter
5. Roll meter
6. Kantong plastik
7. Cetok
8. Air suling (aquades)
9. Kapas
10. Rafia
11. Pipet
12. Pinset
13. Gelas beker

E. Langkah Kerja

1. Menentukan lokasi pengamatan


2. Membuat plot 3x3 untuk membatasi lokasi
3. Mengamati dan menentukan relief tanah lokasi pengamatan.
4. Mengambil sampel tanah dibeberapa sudut bagian top soil menggunakan cetok dengan kedalaman 15 meter.
5. Menentukan tekstur dan struktur tanah yang ada dilokasi pengamatan.
6. Mengukur pH, suhu, dan kelembaban udara dalam tanah pada lokasi pengamatan.
7. Mengukur suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin, serta intensitas cahaya lokasi pengamatan.
8. Mengamati jenis-jenis spesifikasi vegetasi yang ada dilokasi pengamatan.
9. Mengamati jenis-jenis hewan dan spesifikasinya yang ada di lokasi pengamatan.
10. Mengamati jenis asosiasi antara hewan dan tumbuhan, antara hewan dan hewan, atau tumbuhan dan
tumbuhan dilokasi pengamatan.
F. Hasil Pengamatan

Lokasi pengamatan : Taman laboratorium FMIPA


Waktu pengamatan : 08.05 WIB
Data kondisi faktor lingkungan abiotik di lokasi pengamatan.

Relief Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu pH Struktur Intensitas


tanah udara udara tanah tanah tanah tanah cahaya
Rata 65% 31oC 77 % 29oC 6,8 -Pasir 65-66
62,5%
-Liat
25%
-Debu
12,5%
Daftar jenis tumbuhan (vegetasi) yang ada dilokasi pengamatan

No. Jenis vegetasi Jumlah Cara hidup


1. Rumput 80% Bebas
2. Rodes color 10% Bebas
3. Cemara 1 Bebas
4. Pohon Glodogan pecut 1 Bebas
5. Putri malu 4 Bebas
6. Lumut 1% Menumpang
7. Semanggi 3% Bebas
8. Meniran 1% Bebas

Daftar jenis hewan yang ada dilokasi pengamatan

No. Jenis hewan Jumlah Cara hidup


1. Semut rangrang Banyak Koloni
2. Semut hitam Banyak Koloni
3. Laba-laba Sedikit Soliter
4. Nyamuk dan lalat Sedikit Soliter
Jenis asosiasi yang ditemukan di lokasi pengamatan

No. Jenis Asosiasi Nama organisme Keterangan


1. Komensalisme Pohon Glodogan Semut membuat sarang pada pohon
pecut dan semut glodogan pecut.
2. Kompetisi Rumput dan semanggi
3. Komensalisme Laba-laba dan pohon Laba-laba membuat sarang
cemara dipohon cemara.
G. Pembahasan

Berikut adalah segitiga tekstur tanah pada lokasi pengamatan.


Gambar
Berdasarkan segitiga tanah dan analisis laboratorium, jenis tanah termasuk dalam golongan tanah bertekstur
geluh lempung lempengan pasir.
Berdasarkan hasil pengamatan, relief tanah rata, kelembaban udara 65%, suhu udara 31oC,
kelembaban tanah 77%, suhu tanah 29oC, pH tanah 6,8 yang menunjukkan asam, struktur tanah bertekstur
pasir, intensitas cahaya 65-66 kandela.
Berdasarkan hasil pengamatan dan teori, pH tanah asam disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah
hujan, tipe vegetasi, drainase tanah internal, dan aktivitas manusia.
Secara alami hujan bersifat asam (pH sedikit dibawah 6) karena CO2 yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam pada hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan hewan.
Jenis tumbuhan (vegetasi) yang ada dilokasi pengamatan yaitu rumput, rodes color, cemara, pohon
glodogan pecut, putri malu, lumut, semanggi, dan tumbuhan meniran menunjukkan dukungan faktor abiotik
terhadap organisme dimana tanaman tumbuh dengan subur dan hampir 80% ditutupi rumput. Dengan tanah
bertekstur pasir membantu tanaman tumbuh dengan akar yang banyak, karena memiliki pori-pori tanah yang
besar.
Jenis hewan yang ada pada lokasi pengamatan yaitu semut rangrang, semut hitam, laba-laba, nyamuk,
dan lalat. Dengan tekstur tanah pasir, semut rangrang dan semut hitam dapat dengan mudah membuat
rumahnya menggunakan pasir. Begitupun laba-laba menggunakan daun dari pohon cemara membuat sarangnya
karena daun cemara mendukung kuatnya sarang laba-laba. Populasi hewan yang banyak adalah semut karena
dengan tekstur tersebut semut dapat dengan mudah melakukan pergerakan.
Jenis asosiasi yang ditemukan pada pengamatan yaitu asosiasi komensalisme dimana semut hitam
membuat sarangnya pada daun pohon glodogan pecut dan laba-laba yang membuat sarangnya didaun pohon
cemara. Disebut komensalisme karena semut hitam dan laba-laba diuntungkan karena memiliki rumah.
Disamping itu, pohon glodogan pecut dan pohon cemara tidak dirugikan dengan keberadaan sarang semut dan
sarang laba-laba. Jenis asosiasi ketiga adalah kompetisi dimana rumput dan semanggi memiliki kepentingan
yang sama untuk hidup menjalar ditanah. Meskipun lebih didominasikan oleh rumput, semanggipun juga tersebar
dengan akarnya yang menjalar ditanah.
H. Kesimpulan

1. Jenis tanah atau permukaan lahan yang diamati pada lokasi pengamatan dilihat berdasarkan
segitiga tanah sebagai berikut.
Gambar Segitiga tanah
Analisis laboratorium: Pasir 62,5%, Liat 25%, dan Debu 12,5%.
Jenis tanah termasuk dalam golongan tanah bertekstur geluh lempung lempengan pasir.
2. Relief tanah pada lokasi pengamatan adalah rata.
3. Sifat fisik klimatik:
kelembaban udara 65%, suhu udara 31oC, kelembaban tanah 77%, suhu tanah 29oC, pH tanah 6,8 yang
menunjukkan asam, struktur tanah bertekstur pasir, intensitas cahaya 65-66 kandela. Berdasarkan hasil
pengamatan mendukung kelangsungan tumbuhan dan hewan di lokasi tersebut. Sifat fisik klimatik tanah tidak
terlepas dari pengaruh sifat kemis tanah, dengan data hasil pengamatan: relief tanah rata, struktur tanah pasir,
memungkinkan tumbuhan seperti rumput, semanggi, rodes color, dan putri malu dapat tumbuh subur dengan
akar yang panjang dan banyak.
4. Jenis vegetasi yang ditemukan pada lokasi pengamatan adalah rumput, rodes color, cemara,
pohon glodogan pecut, putri malu, lumut, semanggi, dan meniran.
5. Jenis hewan yang ditemukan pada lokasi pengamatan adalah semut rangrang, semut hitam,
laba-laba, nyamuk, dan lalat.
6. Jenis asosiasi yang ditemukan pada pengamatan yaitu asosiasi komensalisme dimana semut
hitam membuat sarangnya pada daun pohon glodogan pecut dan laba-laba yang membuat
sarangnya didaun pohon cemara. Jenis asosiasi ketiga adalah kompetisi dimana rumput dan
semanggi memiliki kepentingan yang sama untuk hidup menjalar ditanah.
7. Kaitan sifat spesifik organisme dan lingkungan. Keadaan setiap organisme pada suatu habitat
adalah hasil perpaduan dengan keadaan lingkungan setempat. Dari sifat klimatik tanah
mempengaruhi sifat kemis tanah seperti pH, dan tekstur/struktur tanah. Dengan sifat spesifik
lingkungan dapat menentukan kekhasan organisme, salah satunya adalah makanan. Dengan sifat
spesifik lingkungan yang bertekstur tanah pasir, pH 6,8 atau asam dan faktor lainnya mengakibatkan
pada daerah tersebut tumbuh banyak tumbuhan terutama rumput yang cocok dengan tekstur tanah
pasir dan tumbuhan dilokasi tersebut subur karena keadaan pH 6,8 membantu melarutkan mineral
dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo Media Pratama
Campbell A. Neil, dkk. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Diposkan oleh Marlin M. Raunsai di 07.57


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

 ▼ 2011 (1)
o ▼ Oktober (1)
 Interaksi Organisme Dengan Lingkungannya
Mengenai Saya

Marlin M. Raunsai
Hai saya Marlin Raunsai dari Papua. Saya orang serui, tapi tinggal di sorong dan jayapura. Saya suka
menulis, baca buku, dan menyanyi. Saya kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai