Disusun oleh:
Kelompok 1
Alifia Putri
1708172
Arifka Nur Afifah 1708181
Diki Haris 1708195
Dina Mulyani Sunarya 1708197
Mimay Linda Yunita 1708238
Susi Septiani Rahayu 1708290
Yulli Anggraeni 1708306
Yusuf Ibrahim 1708308
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I.................................................................................................................... 1
PEMDAHULUAN..................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II................................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI...............................................................................................2
BAB III.................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
BAB IV.................................................................................................................. 7
PENUTUP............................................................................................................. 7
4.1 Simpulan..................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I
PEMDAHULUAN
1.3 Tujuan
LANDASAN TEORI
Menurut WHO Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, social
dan mental yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau
dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik,
mental dan social yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondidi
tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang timbul, sehingga memungkiunkan
individu untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan social yang
memuaskan.
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966 kesehatan jiwa adalah suatu
kondidi mental yang sejahtera sehinggamemungkinkan seseorang berkembang secara
optimal baik fisik, intelektual dan emosional dan perkembangan tersebut berjalan secara
selaras dengan keadaan orang lain sehingga memungkinkan hidup harmonis dan
produktif.
Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada sehat
jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diei pada
lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat,dan bahagia. Michael
Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang bebas dari gejala
gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. Clausen
mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mecegah gangguan
mental akibat berbagai stressor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stressor,
intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya.
Stuart dan sundeen memberikan batasan tentang keperawatan jiwa, yaitu suatu
peroses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan
perilaku, yang mengontribusi pada fungsi yang terintegrasi. Sementara ANA (American
Nurses Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa adalah suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya (stuart, 2007).
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka setiap perawat jiwa dituntut mampu
menguasai bidangnya dengan menggunakan ilmu perilaku sebagai landasan berpikir dan
berupaya sedemikian rupa sehingga dirinya dapat menjadi alat yang efektif dalam
merawat pasien (Depkes RI, 1998).
2.3 Model konseptual dalam Keperawatan Jiwa
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul jika hubungan
antara stimulus dan respons tidak terekondisikan dengan baik oleh seorang individu
sehingga menimbulkan kecemasan yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan.
Behaviorism sebgai ilmu psikologi timbul dari reaksi terhadao model introspeksi yang
berfokus pada isi dan oprasi pikiran. Behaviourism adalah ilmu psikologi yang berfokus
pada prilaku yang dapat diamati dan apa yang dapat dilakukan individu scara eksternal
unuk mengubah perilaku. Ilmu ini tidak berupaya menjelaskan cara kerja pikiran.
Para ahli behaviourism bahwa prilaku dapat diubah oleh sistenm pujian dan
hukuman. Untuk individu dewasa, menerima gaji secara teratur merupakan umpan balik
positif yang konstan. Gaji merupakan umpan balik positif yang kontinu dan merupakan
alasan salah satu inividu terus bekerja setiap hari dan berupaya melaksanakan tugas
dengan baik. Gaji ini membantu memotivasi prilaku positif ditempat kerja.
1. Ivan Petrovich Pavlov
Classic Conditioning (pengkondisian klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov
melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang
diinginkan.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui
bahwa daging menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus : Stimulus yang
tidak dikonidsikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang
dikondisikan (CS = Conditional Stimulus : Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng
dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan). Dengan
menerapkan startegi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus
yang berasal dari luar dirinya.
2. Burrhus Frederic Skinner
Menejemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
(behavior modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu
memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi penghargaan
dalam bentuk apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan
perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila
di beri penguatan (reinforcement). Skinner membagi penguatan menjadi dua, yaitu
penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku sedangkan penguatan negative dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau bahkan menghilang.
Bentuk-bentuk penguatan positif dapat berupa hadiah (seperti memberikan sebuah
benda), perilaku (tersenyum, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau dapat
berupa penghargaan (Juara 1, nilai A). Sedangkan bentuk penguatan negative dapat
seperti tidak memberikan penghargaan, atau menunjukan perilaku tidak senang
(menggeleng).
BAB III
PEMBAHASAN
Dikembangkan oleh H.J. Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi modifikasi
perilaku dikembangkan dari teori belajar (learning theory). Belajar terjadi jika ada
stimulus dan timbul respon, serta respon dikuatkan (reinforcement). Model perilaku
dapat diterapkan pada beberapa pasien dengan gangguan jiwa seperti resiko perilaku
kekerasan atau halusinasi. Bentuk perilaku yang ditunjukan pasien dengan resiko
perilaku kekerasan antara lain mengganggu orang lain, berkata kasar, mondar-mandir,
memukul, penolakan atau bermusuhan, meludahi orang lain dan bicara tanpa henti.
1. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Perilaku dipelajari. Penyimpangan terjadi karena manusia telah membentuk
kebiasaan perilaku yang tidak diinginkan. Karena perilaku dapat dipelajari, maka
perilaku juga tidak dipelajari. Perilaku menyimpang terjadi berulang karena berguna
untuk mengurangi ansietas. Jika demikian, perilaku yang lain dapat mengurangi
ansietas dapat dipakai sebagai pengganti.
2. Proses terapeutik
Terapi merupakan proses pendidikan. Penyimpangan perilaku tidak dihargai.
Perilaku yang lebih produktif dikuatkan. Terapi relaksasi dan latihan keasertifan
merupakan pendekatan perilaku. Terapi modifikasi perilaku dikembangkan dari teori
belajar (learning theory) belajar terjadi jika ada stimulus dan timbul respon, serta
respon dikuatkan (rainfoscemen).
PENUTUP
4.1 Simpulan