Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Hurlock, E. B., 1999. Perkembangan Anak Jilid 2 (Edisi 6). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Iva Noorlaila, 2010. Panduan Lengkap Mengajar Paud. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Mayke S. Tedjasaputra, 2001. Bermain, Mianan dan Permaianan. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasrana indobesia.
Munandar. S.C.U., 1995 Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta kejasama dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Santrock, Jhon W, 2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Sumintarsih, 2008. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Penerbit Kepel
Press.
Yuliani Nurani Sujiono, 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT. Indeks.
4. Karakteristik Bermain Anak Usia Dini
Smith et al: Garvey; Rubin, Fein Vandenber dalam Johnson et al, 1999 dalam
Suyadi, 2010: 284 mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik bermain.
Karakteristik tersebut antara lain: a. Dilakukan atas pilihan sendiri, motivasi
pribadi, dan untuk kepentingan sendiri. b. Anak yang melakukan aktivitas bermain
mengalami emosi-emosi positif. c. Adanya unsur fleksibilitas, yaitu mudah
ditinggalkan untuk beralih ke aktivitas yang lain. d. Tidak ada tekanan tertentu
atas permainan yang sedang dilakukan sehingga tidak ada target yang dicapai. 43
e. Bebas memilih. Ciri mutlak bagi anak usia dini. f. Mempunyai kualitas pura-
pura, seperti anak memegang kertas lalu dilipat pura- pura menjadi pesawat dan
sejenisnya. Menguatkan hal tersebut, Jeffrey, McConkey dan Hewson 1984: 15-18
dalam Sujiono,2012: 146 memaparkan karakteristik bermain, yaitu: a. Bermain
muncul dari dalam diri anak Keinginan bermain harus muncul dari dalam diri
anak dan sesuai dengan caranya sendiri. Itu artinya, bermain dilakukan dengan
kesukarelaan atau tanpa paksaan. b. Bermain harus bebas dari aturan yang
mengikat Anak memiliki cara bermain sendiri sehingga kegiatan bermain harus
terbebas dari aturan yang mengikat. Hal tersebut dapat menimbulkan suasana
menyenangkan, mengasyikkan, ceria, dan menggairahkan bagi anak. c. Bermain
adalah aktivitas yang nyata atau sesungguhnya Bermain merupakan aktivitas
nyata bagi anak. Media yang digunakan ketika bermain dapat membantu anak
mendapatkan pengalaman dalam kehidupan. Misalnya ketika anak bermain air.
Anak melakukan aktivitas dengan air dan mengenali air melalui kegiatan bermain
yang dilakukan. d. Bermain harus difokuskan pada proses daripada hasil Anak
fokus dan menekankan pada proses bukan hasil yang diciptakan oleh anak.
Dengan demikian, anak dapat mengenal dan mengetahui apa yang dimainkan dan
mendapatkan keterampilan baru, meningkatkan perkembangan dalam diri dan
memperoleh pengetahuan dari apa yang dimainkan. Proses dalam suatu kegiatan
mengakibatkan anak belajar mengenai banyak hal. 44 e. Bermain harus
didominasi oleh pemain Bermain harus didominasi oleh anak bukan orang
dewasa. Hal tersebut bertujuan agar anak mendapat makna apapun dari kegiatan
bermain yang dilakukan. f. Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain
Anak sebagai pemain harus aktif. Bila anak pasif, anak tidak akan memperoleh
pengalaman baru, karena bagi anak bermain adalah bekerja untuk mendapat
pengetahuan dan keterampilan baru. Menguatkan pendapat tersebut, Hurlock
1978: 322 menjelaskan karakteristik bermain antara lain adalah: a. Bermain
dipengaruhi tradisi Anak kecil bermain meniru anak yang lebih besar dimana
anak-anak tersebut juga meniru kegiatan bermain yang dilakukan oleh generasi
sebelumnya. Setiap generasi pasti menurunkan bentuk permainan yang sama pada
generasi berikutya. b. Bermain mengikuti pola perkembangan yang dapat
diramalkan Sejak bayi hingga tahap pematangan, terdapat bentuk permainan yang
melibatkan pola perkembangan. Artinya, dalam melakukan suatu bentuk
permainan, anak mengalami tahapan bermain yang berbeda, dari yang sederhana
dan terus berkembang pada tahapan yang lebih baik. c. Ragam kegiatan
permainan menurun dengan bertambahnya usia Penurunan ini disebabkan oleh
berkurangnya waktu dan minat bermain pada anak yang lebih besar. Anak lebih
senang bermain dengan waktu yang lebih 45 panjang untuk mendapat kesenangan
daripada berpindah-pindah dari satu permainan ke permainan yang lain. d.
Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia Semakin besar anak,
semakin sering anak bermain dengan anak lain. Walaupun interaksi yang
dilakukan hanya sebatas berebut permainan. Bila anak mulai diterima di kalangan
bermain, maka akan timbul kesempatan bermain dengan cara sosial. e. Jumlah
teman bermain menurun dengan bertambahnya usia Anak usia prasekolah
menganggap semua orang di sekitarnya merupakan teman bermain yang potensial.
Namun ketika anak bertambah besar dan mulai membentuk kelompok bermain,
anak lebih suka dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok
bermainnya. Hal ini dikarenakan anak beranggapan bahwa kelompok bermainnya
memiliki perhatian dan cara bermain yang sama. f. Bermain menjadi lebih sesuai
dengan jenis kelamin Bayi dan anak kecil umumnya tidak begitu peduli dengan
perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki dan perempuan melakukan jenis
permainan yang sama atau serupa. Namun ketika mulai memasuki dunia sekolah,
anak mulai memahami perbedaan jenis kelamin dan berusaha menjauhi kegiatan
yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya. g. Permainan dari masa kanak-kanak
berubah dari tidak formal menjadi formal Bermain yang dilakukan anak kecil
bersifat spontan. Anak tidak memerlukan waktu, tempat, baju, dan peralatan
khusus untuk bermain. Anak akan bermain dengan benda apa saja yang
ditemuinya. Setelah anak memiliki 46 kelompok bermain, anak mulai melakukan
perjanjian untuk bermain dengan waktu, tempat, dan peralatan yang diperlukan. h.
Bermain secara fisik kurang aktif dengan bertambahnya usia Anak yang berada
dalam tahap bermain dimana anak tidak memperhatikan waktu dan hanya akan
berhenti bermain bila lelah, akan mencapai tahap bermain dimana anak tidak aktif
lagi menggunakan fisiknya. Tahap bermain aktif anak mulai menurun. Mereka
lebih suka melamun, yaitu suatu jenis bermain dimana anak hanya menggunakan
energi yang begitu minim. i. Bermain dapat diramalkan dari penyesuaian anak
Penyesuaian pribadi dan sosial anak ditunjukkan dengan adanya jenis permainan
yang dilakukan, kegiatan variasi permainan, dan waktu yang dihabiskan untuk
bermain. Misalnya, anak yang suka bermain sendiri memiliki tingkat penyesuaian
yang buruk dibanding dengan anak lain yang terbiasa bermain dengan temannya.
j. Terdapat variasi yang jelas dalam permainan anak Setiap anak pasti melalui
tahap bermain yang serupa. Namun demikian, anak tetap memiliki caranya sendiri
untuk melalui tahapan-tahapan bermain tersebut. Hal itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain kesehatan, perkembangan motorik, dan jenis kelamin.
Dari beberapa kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain
memiliki beberapa karakteristik yang sesuai dengan perkembangan anak usia 5-6
tahun. Karakteristik tersebut antara lain: a Bermain muncul dari dalam diri anak
dan merupakan pilihan sendiri, motivasi pribadi, dan untuk kepentingan 47 sendiri
b harus bebas dari aturan yang mengikat c harus difokuskan pada proses daripada
hasil d harus didominasi oleh pemain e harus melibatkan peran aktif dari pemain f
dipengaruhi tradisi. Namun dengan bertambahnya usia, karakteristik bermain
menjadi berkurang, tidak seperti ketika anak berada pada usia pra sekolah dan
taman kanak-kanak. Karakteristik yang membedakan antara lain: a Bermain
menjadi lebih formal b ragam kegiatan bermain mengalami penurunan c jumlah
teman bermain juga menurun dengan bertambahnya usia d anak menjadi lebih
senang bermain dengan anak lain yang sesuai dengan jenis kelaminnya e bermain
aktif juga terlihat berkurang. Meskipun demikian, semakin bertambahnya usia
anak, kegiatan bermain menjadi semakin sosial.