Bab 2 RS Bayukarta
Bab 2 RS Bayukarta
3
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit
umum diklasifikasikan menjadi :
a) Rumah Sakit Umum Kelas A
1. Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf f harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
a. Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah;
b. Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik swasta;
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
2. Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
a. 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik
dasar;
b. 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c. 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis dasar;
d. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang;
e. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis lain;
f. 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut.
4
b) Rumah Sakit Umum Kelas B
1. Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf f harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
a. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah;
b. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik swasta;
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
2. Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
a. 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang;
e. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis lain;
f. 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut
5
c) Rumah Sakit Umum Kelas C
1. Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
huruf f harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
a. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah;
b. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik swasta;
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
2. Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
a. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang; dan
e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D
1. Pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
huruf f harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:
a. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah;
b. Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik swasta;
6
c. Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.
2. Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit terdiri atas:
a. 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut;
c. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar.
7
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
8
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila
sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah
tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan farmasi klinik
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau
permintaan Obat;
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik
berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada
pasien/keluarga pasien;
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang
terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga
kesehatan lain;
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi Obat;
9
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Melaksanakan dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran Obat suntik
2) Menyiapkan nutrisi parenteral
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang
tidak stabil
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada
tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan
institusi di luar Rumah Sakit;
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
2.2.3 Pengertian Apoteker
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016,
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
2.2.4 Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016,
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang mebantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
10