PENDAHULUAN
2.1 Definisi
1. Cholinesterase (ChE)
Cholinesterase (ChE) atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah
suatu enzim yang terdapat didalam jaringan tubuh yang berperan untuk menjaga
sistem saraf pusat berfungsi dengan tepat. Cholinesterase dapat ditemukan pada
membran sel terminal syaraf kolinergik juga pada membran lainnya, seperti
dalam plasma darah dan sel plasenta (Knechtges, 2008).
Cholinesterase atau disebut enzim asetylcholinesterase adalah
suatu enzim yangterdapat didalam membran sel terminal syaraf kolinergik
juga pada membran lainnya, sepertid a l a m p l a s m a d a r a h , s e l p l a s e n t a
yang berfungsi sebagai katalis untuk
m e n g h i d r o l i s i s acetylcholine menjadi choline dan acetat.
Asetylcholinesterase (ChE) adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis
acetylcholine.Active site dari cholinesterase terdiri dari 2 sub, yaitu esteratic site
dan aniotik site.
2. Pestisida
Pestisida (pesticide) berasal dari kata pest atau hama dan cide atau
memberantas. Menurut FAO pestisida adalah setiap zat atau campuran yang
diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap hama
termasuk vektor pada manusia atau penyakit pada binatang serta tanaman yang
tidak disukai atau binatang yang menyebabkan kerusakan.
Menurut Undang-Undang Nomor : 12 tahun 1992 tentang sistem
budidaya tanaman (Pasal 1), disebutkan bahwa pestisida adalah zat atau senyawa
kimia, atau zat perangsang tumbuh, bahan lain serta organisme renik, atau virus
yang digunakan untuk melakukan perlindungan bagi tanaman.
Pestisida dapat diartikan juga sebagai zat kimia jasad renik, virus atau
bahan lain yang digunakan untuk berbagai kebutuhan pertanian, antara lain
mengendalikan serta mencegah hama, memberantas atau membunuh rumput-
rumputan,mengatur pertumbuhan tanaman yang bertujuan agar tanaman
mencapai produktivitas maksimal.
Pestisida dapat didefinisikan sebagai semua zat kimia dan bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau
mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagian-
bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, memberantas rerumputan, mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan, mengatur atau
merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk
pupuk, memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan
dan ternak, memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau
mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah
binatang -binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau
binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau
air.
2.2 Penyebab
1. Pemeriksaan fisik
Pada penderita ditemukan gejala dan tanda-tanda yaitu sesak nafas waktu
beraktivitas, adanya edama paru
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah dperlukan untuk mengetahui adanya penyakit ataupun
komplikasi, dan juga adanya hiponatremia menunjukan adanya gagal jantung
yang berat
3. Rontgen thorax
Pemeriksaan rontgen thorax dapat mengetahui adanya pembesaran pada
jantung
4. Echokardiografi
Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif mengenai struktur
jantung dan juga fungsi kerja jantung
5. Angiografi
Angiografi dapat digunakan pada nyeri dada yang berulang akibat gagal
jantung
1. Bila organofosfat tertelan dan penderita sadar, segera muntahkan penderita dengan
mengorek dinding belakang tenggorokan dengan jari atau alat lain, dana tau
memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam segelas air
hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena bahaya
aspirasi.
2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan. Terlebih
dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang menyumbat jalan
nafas. Bila organofosfat tertelan, jangan lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.
3. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan kulit
dicuci dengan air sabun.
4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15 menit.
Pengobatan:
1. Segera diberikan antidotum sulfas atropine 2 mg IV atau IM. Dosis besar ini tidak
berbahaya pada keracunan organofosfat dan harus diulang setiap 10-15 menit
sampai terlihat gejala-gejal keracunan atropin yang ringan berupa wajah merah,
kulit dan mulut kering, midriasis dan takikardi. Kemudian atropinasi ringan ini
harus dipertahankan selama 24-48 jam, karena gejal-gejala keracunan organofosfat
biasanya muncul kembali. Pada hari pertama mungkin dibutuhkan sampai 50 mg
atropine. Kemudian atropine dapat diberikan oral 1-2 mg selang beberapa jam,
tergantung kebutuhan.
Atropin akan menghilangkan gejala-gejala muskarinik perifer (pada otot polos dan
kelenjar eksokrin) maupun sentral. Pernafasan diperbaiki karena atropin melawan
brokokonstriksi, menghambat sekresi bronkus dan melawan depresi pernafasan di
otak, tetapi atropine tidak dapat melawan gejala kolinergik pada otot rangka yang
berupa kelumpuhan otot-otot rangka, termasuk kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2. Pralidoksim diberikan segera setelah pasien diberi atropin yang merupakan
reactivator enzim kolinesterase. Jika pengobatan terlambat ebih dari 24 jam
setelah keracunan. Dosis normal yaitu 1 gram pada orang dewasa. Jika kelemahan
otot tidak ada perbaikan, dosis dapat diualangi 1-2 jam. Pengobatan umumnya
dilanjutkan tidak lebih dari 24 jam kecuali pada kasus pajanan dengan kelarutan
tinggi dalam lemak atau pajanan kronis. Pralidoksim dapat mengaktifkan kembali
enzim kolinesterase pada sinaps-sinaps termasuk sinaps dengan otot rangka
sehingga dapat mengatasi kelumpuhan otot rangka.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Tuan X berusia 45 tahun memiliki dua orang anak yang masih duduk di bangku sekolah
dan berprofesi sebagai seorang petani di desa Wuluhan kabupaten Jember. Setiap hari ia
harus bekerja dari pagi sampai sore bahkan sampai larut malam. Tuan X setiap hari
menyemprotkan obat pestisida untuk membasmi hama yang menyerang tanamanya.
Karena sering terpapar pestisida terus menerus dan tuan X mengaku tidak
menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan masker. klien mengeluhkan
mual, lemas, cemas, merasa pusing , selama di rumah klien mengatakan sudah muntah 3
kali. dadanya terasa sesak saat bernafas dan penglihatan menjadi buram.. Sebelumnya
klien sudah menangani sendiri dengan cara membeli obat di toko, namum 3 hari setelah
mengkonsumsi obat kondisi klien semakin memburuk dan membuat istrinya cemas.
Akhirnya istri klien membawa tuan X ke RS Soebandi. klien sempat muntah 3 kali saat
datang di UGD RS Soebandi. Sesampainya disana klien ditangani di UGD dan di beri
terapi oksigen dan dipasang infus, dan pasien mendapatkan perawatan di Ruang Sakura
RSD dr.Soebandi Jember.
3.1 Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Tn. X No. RM : 120898
Umur : 45 tahun Pekerjaan : Petani
Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Menikah
perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 10 November 2017 pukul
10.00 WIB
Pendidikan : SMP Tanggal : 14 November 2017 pukul
Pengkajian 11.00
Alamat : Wuluhan, Jember Sumber : Klien, keluarga klien, dan
Informasi rekam medis
3.2 Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa medik : -
2. Keluhan utama :
Keluhan saat MRS : Sesak nafas
Keluhan saat Pengkajian : mual
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pada hari kamis tanggal 10 November 2017 sekitar pukul 10.00 wib klien
mengeluhkan mual, lemas, cemas, merasa pusing , selama di rumah klien
mengatakan sudah muntah 3 kali. dadanya terasa sesak saat bernafas dan
penglihatan menjadi buram.. Sebelumnya klien sudah menangani sendiri dengan
cara membeli obat di toko, namum 3 hari setelah mengkonsumsi obat kondisi
klien semakin memburuk dan membuat istrinya cemas. Akhirnya istri klien
membawa tuan X ke RS Soebandi. klien sempat muntah 3 kali saat datang di
UGD RS Soebandi. Sesampainya disana klien ditangani di UGD dan di beri
terapi oksigen dan dipasang infus, dan pasien mendapatkan perawatan di Ruang
Sakura RSD dr.Soebandi Jember.
Data Subjektif:
10-11-2017
Klien mengatakan dadanya terasa sesak saat bernafas
Klien mengeluhkan mual
Klien mengatakan lemas
Klien merasa cemas
Klien merasa pusing .
selama di rumah klien mengatakan sudah muntah 3 kali.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Sebelum MRS di RSD dr.Soebandi saat ini klien pernah di frawat di
Rumah sakit 15 tahun yang lalu karena terkena penyakit demam
berdarah.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Klien mengatakan badannya terasa gatal ketika makan makanan seperti
telur. Selain itu klien memiliki alergi terhadap amoxicillin dimana klien
akan merasa jantungnya berdebar dan dadanya terasa sesak.
c. Imunisasi
Klien mengatakan mendapatkan imunisasi saat kecil dulu, namun tidak
tahu imunisasi apa.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Klien merupakan seorang petani yang sering berkunjung ke sawah dan
ladangnya setiap pagi atau sore. Klien merupakan perokok aktif.
Biasanya klien menghabiskan sekitar 1 pack rokok setiap harinya. Klien
tidak pernah memiliki kebiasan rutin untuk melakukan olahraga.
e. Obat-obatan yang digunakan:
Klien mengatakan jika pusing maka membeli obat paramex di warung
5. Riwayat penyakit keluarga:
Menurut keluarga klien, keluarga tidak ada yang memiliki penyakit serius,
seperti penyakit menular, penyakit keturunan, atau penyakit menahun.
Genogram:
3.3 Pengkajian: Pola Gordon, NANDA
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Persepsi kesehatan : keluarga mengatakan bahwa sehat adalah keadaan dimana klien
dapat bekerja dengan baik, karena ketika sehat semua aktivitas tidak akan
mengalami gangguan.
Pemeliharaan kesehatan : Keluarga klien mengatakan, sehari-hari klien bekerja
sebagai petani di desa Wuluhan. Keluarga mengatakan klien suka merokok, klien
merokok sekitar 10 tahunan yang lalu dan biasanya menghabiskan sekitar 2 pack
rokok dalam seharinya. Klien gemar sekali mengkonsumis kopi, keluarga
mengatakan klien biasanya mengeluh pusing jika tidak disediakan kopi. Klien juga
suka makan-makanan asin dan biasanya banyak mengkonsumsi daging-dagingan
saat di rumah. Klien biasanya membeli obat di warung jika mengalami pusing.
Normal >18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0-27,0
- Biomedical sign :
-
- Clinical Sign :
Kulit keing, rambut tidak berubah, tampak lemah, terlihat lemas, mukosa
bibir kering, konjungtiva merah muda, CRT =3 detik, dan tidak mampu
beraktivitas berat.
Interpretasi:
Klien kekurangan cairan dan nutrisi
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
No Pola nutrisi Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah
sakit
Makanan
5 Lain-lain - -
Minuman
Interpretasi :
Terdapat perubahan pola nutrisi pada klien jika dibandingkan sebelum sakit
dan saat sakit
Berat badan ideal = 162-100 = 62 kg
BMR Berat Badan Aktual
BMR aktual = 88,362+ (13,397x BB aktual) + (4,799x TB) – (5,677x Usia)
= 1418,693 kkal
= 1418,693 x 1,2
= 1702,431 kkal
= 1702 kkal
BMR Berat Badan Ideal
BMR aktual = 88,362+ (13,397x BB Ideal) + (4,799x TB) – (5,677x Usia)
= 1378,499 kkal
Kebutuhan Kalori Harian = BMR x aktivitas fisik
= 1378,499 x 1,2
= 1654,198 kkal
= 1654 kkal
Interpretasi : Tn. S dengan kebutuhan kalori harian untuk BB actual sebesar 1702
kkal, sementara untuk kebutuhan kalori harian untuk BB ideal sebesar 1654kkal.
3. Pola eliminasi:
BAK
No Pola Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah
eliminasi sakit
9 Lain-lain - -
BAB
No Pola Saat sebelum sakit Saat sakit di rumah sakit
eliminasi
1 Frekuensi 1 kali/hari belum BAB 2 hari
3 Konsistensi Padat -
4 Warna Kuning -
7 Bj Tidak terkaji -
10 Lain-lain - -
Interpretasi: Pola BAB klien terganggu semenjak rawat inap di rumah sakit
Balance cairan
No Jenis cairan Intake Output
1 Infus RL 20 1000 cc
tpm
2 Obat Intravena -
5 Urin 1000 cc
6 Feses -
7 IWL 15
ml/kgBB=15x65=975
cc
: -105 ml
Makan/ minum √
Toileting √
Berpakaian √
Ambulasi/ ROM √
Interpretasi:
Dilihat dari pola aktivitas harian klien, kondisi klien saat ini dikatakan
membutuhkan bantuan petugas pada toileting karena klien lemas. Pada makan
minum, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ROM klien dibantu oleh petugas
ataupun keluarga untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-harinya.
Status oksigenasi sedang, RR 25 x/mnt dan nadi tidak normal, akan tetapi tekanan
darah klien cenderung rendah.
Interpretasi : Klien mengalami gangguan pola tidur di malam hari namun di siang
hari klien sering tertidur
Interpretasi : klien memiliki masalah pada pola persepsi diri: gambaran diri
dan harga diri. Klien memiliki harapan untuk menjadi lebih baik
Klien mengatakan jarang shalat saat Klien mengatakan selalu shlat saat
berada di rumah berada di rumah dan rumah sakit,klien
mengatakan terus berdoa semoga
kesehatannya membaik
Keadaan Umum:
Tanda vital:
b. Palpasi : vocal fremitus sama antara dada kanan dan kiri, tidak terdapat
krepitasi
d. Auskultasi : Bunyi pernafasan vesikuler pada semua lapang paru dan terdapat
suara paru tambahan cracles (+) pada daearah paru kiri.
8. Abdomen
a. Inspeksi : Abdomen berbentuk cekung, bersih, tidak ada jejas.
b. Auskultasi : bising usus terdengar 6 x/mnt
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen region kanan atas, tidak
terjadi hepatomegali dan splenomegali
d. Perkusi : Didapatkan bunyi timpani pada region kiri atas abdomen.
08.45 Menimbang berat badan setiap hari dan Pasien menurut segala Agar kondisi Ns A N S
monitoring status pasien yang diinstruksikan dan pasien lebih
Menjaga intake/asupan yang akurat dan mengatakan kondisi stabil dalam
catat outpun pasien yang lebih baik nutrisi
Memonitoring status hidrasi ( misalnya Agar kondisi
membrane mukosa lembab, denyut nadi pasien lebih
adekuat, dan tekanan darah ) stabil dalam
Memonitoring TTV pasien nutrisi
Agar kondisi
Memonitoring makan / cairan yang
pasien lebih
dikonsumsi
stabil dalam
cairan
Agar kondisi
pasien terkontrol
Agar kondisi
pasien dapat
homeostatis
11.00 1. Mengakultasi suara nafas, catat area yang Pasien menurut dan Agar kondisi Ns A N S
ventilasinya manurun, atau tidak ada dan menaati setiap instruksi pasien terkontrol
adanya suara tambahan perawat. Agar kondisi
2. Memonitor aliran oksigen pasien terkontrol
3. Memonitoring status hidrasi ( misalnya Agar kondisi
membrane mukosa lembab, denyut nadi pasien terkontrol
4. Memonitoring TTV pasien Agar kondisi
5. Memonitoring adanya shock pernafasan pasien terkontrol
kembali Agar kondisi
pasien terkontrol
Agar kondisi
pasien terkontrol
3.9 Evaluasi Keperawatan (SOAP)
No Diagnosa Evaluasi
1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan S : Pasien mengatakan sesak nafas
dengan hipoventilasi O : Pasien terlihat sesak nafas dan menggunakan otot bantu pernafasan dengan
RR : 30x/menit
A : masalah tidak teratasi
P : lanjutkan intervensi sampai kondisi pasien membaik
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Bagi perawat ini merupakan suatu rencana keperawatan dalam kasus
keracunan utamanya keracunan,maka dapat makalah ini menjadi referensi
menjadi perlakuan asuhan keperawatan dan menjadi tambahan referensi untuk
kasus keracunan pestisida,kami harap pembaca dapat terbangun pemikiran
terhadap permasalahan ini dikarenakan banyak penduduk indonesia yang
berprofesi sebagai petani dimana salah satu permasalahnya yaitu keracunan
pestisida ini,maka dari itu kami harap adanya suatu pemikiran kritis terhadap
permasalahan ini,kami harap juga pembaca dapat mengkritik atau memperbaiki
hasil kerja kami yang tidak mungkin sempurna ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-publichealth.com/cholinestrase-dan-keracunan-pestisida/
http://eprints.undip.ac.id/44654/3/Hendy_Luthfanto_22010110120135_BAB2KTI.pdf
https://www.scribd.com/document/324651065/Makalah-Cholinesterase
https://www.scribd.com/document/246947554/Pemeriksaan-Enzim-Cholinesterase