Bab II Tinajuan Pustaka
Bab II Tinajuan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
A. Geologi Regional
Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau yang telah mengalami suatu proses
tektonik yang sangat kompleks dalam waktu geologi. Bentuk pulau ini yang
Sulawesi (sebelumnya Celebes) terdiri dari empat semenanjung yang dikenal sebagai
“lengan atau arm”. Lengannya terdiri dari Lengan Selatan, Lengan Utara, Lengan
dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang
1. Mandala Barat (West and North Sulawesi Volcano-Prutonic Arc) sebgai jalur
magmatic (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung
3. Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan
segmen dari kerak samudra dan batuan sedimen berumur Trias- Miosen
Banggai Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah kearah barat
yang terdiri dari 13 Kecamatan dan salah satunya adalah Kecamatan Wolo. Wilayah
1. Geomorfologi
sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Kolaka, Sulawesi
yang dapat dibagi dalam daerah pegunungan, daerah perbukitan dan daerah
pedataran. Daerah pegunungan menempati bagian selatan dan utara. Dibagian selatan
terdapat pegunungan yakni pegunungan Blok Lapao-pao dibentuk oleh batuan granit.
Sedang bagian utara ditempati pegunungan Tamborasi disusun oleh batu gamping.
Daerah perbukitan menempati bagian timur dengan ketinggian 200-700 meter dan
merupakan perbukitan agak landai yang terletak diantara pegunungan dan pedataran.
2. Stratigrafi
Secara regional, daerah studi terutama tersusun oleh kelompok Batuan Ultra
basa (Ku) yang berumur Kapur dan Endapan Aluvial berumur Holosen. Batuan ultra
basa di Sulawesi Tenggara merupakan kelompok batuan ofiolit (Ku) yang terdiri atas
kecoklatan; berbutir sedang sampai kasar, fanerik, hablur penuh, yang tersusun oleh
halus sampai sedang; granular dengan bentuk Kristal tidak sempurna (anhedral),
terdiri dari olivin dengan sedikit piroksen. Serpentinit, kelabu kehijauan; agak keras
setempat mengandung asbes; biasanya terdapat pada lajur sesar. Pada umumnya
bantuan ultramafik didaerah ini telah mengalami pelapukan cukup kuat yang
meter. Mineral garnierite, magnesit dan oksidabesi sering dijumpai didaerah ini.
Batuan ini adalah bantuan asal kerak samudera yang merupakan batuan dasar dan
lajur Hialu. Bantuan ofolit ini tertidih takselaras dengan formasi Matano yang
berumur kapur akhir, sehingga umur batuan diduga lebih tua dari kapur akhir.
Endapan Aluvial terdiri atas endapan berukuran kerikil, kerakal, pasir, lempengan dan
lumpur. Sebenarnya terdapat di daerah daratan sekitar muara sungai besar yang
3. Struktur geologi
Struktur geologi yang terdapat pada Daerah Wolo berupa sesar geser mendatar,
sesarturun, kekar yang dijumpai hampir pada semua batuan komplek mafik dan
batuan ultramafik, begitu juga perlipatan yang diduga mulai terbentuk sejak
mezosoikum . Pada daerah Wolo banyak terdapat kekar kekar yang terisi oleh
B. Nikel Laterit
Nikel (Ni) merupakan logam berwarna putih keperakan yang keras dan tahan
korosi. Logam ini termasuk material yang cukup reaktif terhadap asam dan lambat
bereaksi terhadap udara pada suhu dan tekanan normal. Logam ini cukup stabil dan
tidak dapat bereaksi terhadap oksida, sehingga sering digunakan sebagai koin dan
pelapis yang sifatnya paduan. Dalam dunia industri, nikel adalah salah satu logam
yang paling penting dan memiliki banyak aplikasi; 62% dari logam nikel digunakan
untuk baja tahan karat, 13% sebagai superalloy dan paduan tanpa besi karena sifatnya
yang tahan korosi dan suhu tinggi (Astuti, 2012 dalam Salinita dan Nugroho, 2014).
Deposit nikel di bumi dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu bijih
sulfida dan bijih laterit (oksida dan silikat). 72% cadangan nikel dunia merupakan
nikel laterit dan baru 42% dari cadangan tersebut yang diproduksi. Meskipun 72%
dari tambang nikel berbasis bijih laterit, 60% dari produksi primer nikel berasal dari
bijih sulfide. Bijih nikel laterit banyak ditemukan di belahan bumi yang memiliki
iklim tropis atau subtropis yang terdiri dari pelapukan batuan ultramafik yang
mengandung zat besi dan magnesium kadar tinggi. Deposit sulfida nikel biasanya
lebih kecil dari deposit laterit. Deposit laterit berkadar antara 1,0 - 1,5% Ni dengan
ratarata kadar nikel 0,6 - 1,5% dengan tonase yang jauh lebih besar (Yildirim dkk.,
Nikel laterit merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi,
karena pada masa sekarang dan masa akan datang, kebutuhan nikel semakin
meningkat. Nikel memiliki banyak kegunaan, antara lain dalam pembuatan baja tahan
karat, sebagai bahan pembuatan alat-alat laboratorium (fisika dan kimia), katalis,
bahkan ratusan penggunaan lainnya, sehingga menarik sekali untuk diolah. Nikel
diperoleh dari endapan yang terbentuk akibat proses oksidasi dan pelapukan batuan
ultramafik yang mengandung nikel 0,2-0,4%. Jenis-jenis mineral tersebut antara lain
olivin, piroksin dan amfibol. Bahan galian ini umumnya ditemukan pada daerah
topografi, drainase, tenaga tektonik dan struktur geologi. Endapan ini merupakan
bijih yang dihasilkan dari proses oksidasi dan pelapukan batuan ultrabasa yang ada di
atas permukaan bumi. Pelapukan yang ekstrim akan melarutkan semua elemen dalam
Nikel laterit merupakan salah satu mineral logam hasil dari proses pelapukan
kimia batuan ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur Ni, Fe, Mn, dan Co
secara residual dan sekunder. Nikel laterit dicirikan oleh adanya logam oksida yang
berwarna coklat kemerahan mengandung Ni dan Fe. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit adalah morfologi, batuan asal dan
tingkat pelapukan. Tingkat pelapukan yang tinggi sangat berperan terhadap proses
lateritisasi. Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari proses pelapukan yang
intensif pada batuan peridotit, selanjutnya infiltrasi air hujan masuk ke dalam zona
retakan batuan dan akan melarutkan mineral yang mudah larut pada batuan dasar.
Mineral dengan berat jenis tinggi akan tertinggal di permukaan sehingga mengalami
pengkayaan residu seperti unsur Ca, Mg, dan Si. Mineral lain yang bersifat mobile
akan terlarutkan ke bawah dan membentuk suatu zona akumulasi dengan pengkayaan
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat
berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan
udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari mineral itu menjadi larutan.
Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat
membentuk kristal mineral baru. Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim,
komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan.
Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada
di daerah kering atau sangat dingin. Curah hujan rata-rata dapat mencerminkan
kecepatan pelapukan, tetapi temperatur sulit dapat diukur. Namun secara umum,
kecepatan pelapukan kimia akan meningkat dua kali dengan meningkat temperatur
setiap 10oC. Mineral basa pada umumnya akan lebih cepat lapuk dari pada mineral
asam. Itulah sebabnya basal akan lebih cepat lapuk dari pada granit dalam ukuran
yang sama besar. Sedangkan pada batuan sedimen, kecepatan pelapukan tergantung
Batuan Ultrabasa hadir dalam bumi sebagai komponen utama penyusun mantel
atas di bawah kerak benua atau kerak samudera. Secara sederhana batuan beku
ultramafik adalah batuan beku yang secara kimia mengandung kurang dari 45% SiO2
tersusun atas olivin, ortopiroksen, klinopiroksen, dan fase alumina baik plagioklas,
spinel atau garnet tergantung kesetimbangan suhu dan tekanannya batuan ultramafik
merupakan batuan yang menjadi sumber bagi endapan nikel laterit dan nikel sulfida.
Selain sebagai sumber nikel, batuan ultramafik juga dapat menjadi induk dari kromit,
logam dasar, kelompok logam platinum (PGM), intan, dan bijih besi laterit (Kurniadi
dkk., 2018)
Gambar 3. Stabilitas Plagioklas, spinel, dan Garnet Lherzolit pada diagram suhu
dan tekanan: Sumber Kurniadi dkk.,2018
anhdrous. Saat mineral hydrous seperti hornblend terbentuk pada batuan ultrabasa, itu
dapat mengindikasikan hadirnya air selama proses kristalisasi. Batuan ultrabasa dan
ultrabasa yang berasal dari manapun cenderung akan mengalami alterasi hidrotermal.
Olivin dan ortopiroksen akan bereaksi dengan larutan fluida panas yang kemudian
membentuk mineral serpentin. Batuan ultrabasa yang di dominasi oleh mineral olivin
tingkat rendah pada batuan ultrabasa akan menghasilkan batuan serpentin atau talk
Beberapa mineral dominan yang hadir dalam batuan ultrabasa, adalah sebagai berikut
Kurniadi dkk.,2018)
dengan mineral mafik seperti olivin dan piroksen untuk menghasilkan lizardit,
antigorit dan / atau krisotil. Ada beberapa hal terjadinya proses serpentinisasi adalah
adanya penambahan air, adanya pelarutan magnesia (atau penambahan silika), adanya
pelepasan besi dalam olivin (Fe, Mg) , konversi besi yang lepas dari ikatan ferro
(Fe2+) menjadi ferri (Fe3+) untuk membentuk magnetit berbutir halus. Akibatnya
memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap karakteritisasi tanah laterit yang
ada. Secara umum batuan dasar penghasil tanah laterit merupakan batuan-batuan
ultramafik dimana batuan yang rendah akan unsur Si, namun tinggi akan unsur Fe,
Mg dan terdapat unsur Ni yang berasal langsung dari mantle bumi. Kehadiran mineral
serpentin pada batuan ultramafik menjadi suatu peranan penting dalam pembentukan
karakteristik tanah laterit yang ada terutama pada pengkayaan unsur logam Ni pada
dan senyawa pada mineral olivin maupun piroksen pengurangan atau perubahan
Laterit adalah produk sisa dari pelapukan kimia batuan di permukaan bumi, di
mana berbagai mineral asli atau primer mengalami ketidakstabilan karena adanya air,
kemudian larut atau pecah dan membentuk mineral baru yang lebih stabil. Laterit
penting sebagai batuan induk untuk endapan bijih ekonomi. Proses terbentuknya
nikel laterit dimulai adanya pelapukan yang intensif pada batuan peridotit/batuan
induk. Batuan induk akan terjadi perubahan menjadi serpentinit akbat adanya larutan
Sebagian unsur Ca, Mg, dan Si akan mengalami dekomposisi dan beberapa
terkayakan secara supergen ( Ni, Mn, Co, Zn). Atau terkayakan secara relative ( Fe,
Cr, Al, Ti, S, dan Cu). Air resapan yang mengandung CO2 yang berasal dari udara
serpentin, dan piroksen. Air meresap secara perlahan sampai batas antara zona
limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir secara lateral, kemudian lebih banyak
didominasi oleh transportasi larutan secara horizontal. Untuk bahan-bahan yang sukar
atau tidak mudah larut akan tinggal pada tempatnya dan sebagian turun ke bawah
bersama larutan sebagai larutan koloid. Batuan-batuan seperti Fe, Ni, Dan Co akan
membentuk konsentrasi residual dan konsentrasi celah pada zona yang disebut
Profil Nikel laterit pada umumnya adalah terdiri dari 4 zona gradasi sebagai
berikut :
1. Tanah Penutup
Tanah Penutup atau Top soil (biasanya disebut “Iron Capping”) Tanah residu
berwarna merah tua yang merupakan hasil oksidasi yang terdiri dari masa hematit,
geothit serta limonit. Kadar besi yang terkandung sangat tinggi dengan kelimpahan
unsur Ni yang sangat rendah. Tebal lapisan bervariasi antara 0-2 M. Tekstur batuan
asal tidak dapat dikenali lagi. Kandungan unsur Ni pada zona ini <1% dan Fe>30%.
2. Zona Limonit
Berwarna merah coklat atau kuning, berukuran butir halus hingga lempungan,
lapisan kaya besi dari limonit soil yang menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis
pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi pada zona limonit hampir
seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari
2% berat dan kadar SiO2 berkisar 2-5% berat. Sebaliknya kadar hematite menjadi
sekitar 60–80% berat kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Kandungan Ni pada zona ini
berada pada selang antara 1% sampai 1,4%. Zona ini didominasi oleh mineral
goethite, disamping juga terdapat magnetit, hematit, kromit, serta kuarsa sekunder.
Zona ini jarang terdapat pada batuan dasar (bedrock) yang serpentinisasi.
Berwarna putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang rekahan dan sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
4. Zona Saprolit
Zona saprolit merupakan campuran dari sisa – sisa batuan, bersifat pasiran,
saprolitic rims, vein dari garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa
kasus terdapat silika bozwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke
bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral mineral
“colloidal talk” dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentine. Struktur dan
Tersusun atas bongkahan atau blok dari batuan induk yang secara umum
sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadarnya sudah mendekati atau sama
dengan batuan dasar). Bagian ini merupakan bagian terbawah dari profil laterit
(Kurniadi dkk.,2018)
1. Batuan Asal
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada
batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan
lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil,
seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan
2. Iklim
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
akan mengakibatkan:
a. Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon-pohonan
c. Humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya
lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal
dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga
4. Struktur
batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga
penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi
reagenreagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan
terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini
menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah
yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
sebagai berikut : Survai tinjau, Prospeksi, Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci.
geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi
yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya
dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain
2. Prospeksi (Prospecting)
daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan
adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak
langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan
suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi
deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan
termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan
dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan.
untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan.
mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan mineral yang telah
diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran , kuantitas dan
kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan
tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling)
mungkin di perlukan.
yang memiliki nilai ekonomis pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas
dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada
geologi dan kemenerusan dari sumberdaya mineral harus diketahui, diestimasi atau
kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan rendah.
Hal ini direka dan diasumsikan dari adanya bukti geologi, tetapi tidak diverifikasi
kemenerusan geologi dan/atau kadarnya. Hal ini hanya berdasarkan dari informasi
yang diperoleh melalui teknik yang memadai dari lokasi mineralisasi seperti
singkapan, paritan uji, sumuran uji, dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat
kepercayaannya terbatas atau tidak jelas. Sumberdaya mineral tereka memiliki tingkat
tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan mineral dapat
diestimasi dengan tingkat kepercayaan yang wajar. Hal ini didasarkan pada hasil
eksplorasi, dan informasi pengambilan dan pengujian conto yang didapatkan melalui
teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji,
sumuran uji, terowongan uji, dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu
tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan mineral dapat
diestimasi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil
eksplorasi rinci dan terpercaya, dan informasi mengenai pengambilan dan pengujian
conto yang diperoleh dengan teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti
singkapan, paritan uji, sumuran uji, terowongan uji, dan lubang bor. Lokasi informasi
pada kategori ini secara meruang adalah cukup rapat untuk memastikan kemenerusan
tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan material
dilusi ataupun ”material hilang”, yang kemungkinan terjadi ketika material tersebut
ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan
termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas faktor-faktor
pemerintahan. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi
telah dapat dibenarkan dan masuk akal. Cadangan bijih dipisahkan berdasar naiknya
tingkat keyakinan menjadi cadangan bijih terkira dan cadangan bijih terbukti (SNI
4726:2011).
1. Cadangan bijih terkira (Probable Reserves)
ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari
sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk material dilusi dan ”material hilang” yang
kemungkinan terjadi ketika material ditambang. Pengkajian dan studi yang tepat
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan pemerintahan. Pada saat laporan dibuat,
pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.
Cadangan bijih terkira memiliki tingkat keyakinan lebih rendah dibandingkan dengan
Cadangan bijih terbukti, tetapi sudah memiliki kualitas yang cukup sebagai dasar
ekonomis untuk ditambang. Hal ini termasuk material dilusi dan ”material hilang”
yang mungkin terjadi ketika material ditambang. Pengkajian dan studi yang tepat
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan pemerintahan. Pada saat laporan dibuat,
pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.
Cadangan bijih terbukti mewakili tingkat keyakinan tertinggi dari estimasi cadangan
(SNI 4726:2011).
Gambar 2.4 Hubungan antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral, dan cadangan
(SNI 4726: 2011)
cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan dan kegunaan.
Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan yang dipilih harus
ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka tingkat kebenaran
c. Ketersediaan data tidak adanya data lubang bor yang menunjukkan ketebalan
endapan bijih nikel sehingga data merupakan indikasi secara geologi saja.
d. Jenis bahan galian. Bijih nikel merupakan jenis bahan galian golongan B yang
mempunyai bentuk dan geometri yang sederhana, dan memiliki assosiasi dengan
Saat ini kita mengenal beberapa metode yang biasa digunakan di dalam
perhitungan cadangan, mulai dari metode paling sederhana yang bisa kita kerjakan
secara manual sampai dengan metode yang cukup rumit sehingga harus dikerjakan
tipe dan model dan faktor-faktor lainnya. (Sujoko dan Prabowo, 2009)
Perhitungan cadangan dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan yang akan
dihitung.
masing endapan.
penampang.
2) Rumus prismoida
4) Rumus obelick
5) Rumus trapezoidal
2. Metode isoline
Metode ini digunakan pada endapan bijih dengan ketebalan kadar mengecil dari
tengah atau dapat pula dikatakan cara ini dilakukan untuk menghitung volume dengan
memanfaatkan kontur. Metode ini memerlukan jumlah data yang cukup, kerapatan
data yang sesuai serta sebaran data yang sesuai. Metode isoline hanya digunakan pada
endapan-endapan teratur yang bervariasi pada ketebalan kadar saja, terutama yang
yang mempunyai ketebalan dan kadar yang membesar ke arah tengah.Untuk endapan-
endapan yang kompleks dan diskontinyu, metode ini tidak dapat digunakan. (Sujoko
Metoda poligon disebut juga metoda daerah pengaruh (area of influence) pada
metoda ini semua faaktor ditentukan untuk suatu titik tertentu pada endapan mineral,
diekstensikan sejauh setengah jarak dari titik di sekitarnya yang membentuk suatu
daerah pengaruh. Batas daerah pengaruh terluar dari polygon ini bisa hanya sampai
pada titik-titik bor terluar saja (included area), atau diekstensikan sampai sejauh
a. Untuk setiap lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang dibentuk
oleh garis-garis berat antara titik tersebut dengan titik-titik terdekat di sekitarnya.
mempunyai kadar dan ketebalan yang konstan yaitu sama dengan kadar dan
(Inverse Distance Weighting) serta metode non klasik yaitu penaksiran dengan
menggunakan Kriging. Metode Kriging adalah yang paling baik dalam hal ketepatan
penaksirannya (interpolasi), metode ini sudah memasukkan aspek spasial (posisi) dari
titik referensi yang akan digunakan untuk menaksir suatu titik tertentu. Salah satu
prosess creening, yaitu titik referensi yang terletak tepat di belakang suatu titik yang
lebih dekat akan diabaikan. Kelebihan ini tidak mungkin ditemui pada metode klasik
yang selama ini digunakan. Setelah data-data hasil uji kualitas dari conto
titik-titik (grid) yang belum mempunyai data kualitas. Nilai data hasil taksiran
tersebut merupakan nilai rata-rata tertimbang (weighting average) dari data conto
yang telah ada. Dalam penaksiran data kadar (kualitas) ini dilakukan teknik-teknik
a. Letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap letak data conto,
c. Orientasi setiap conto yang menunjukkan hubungan letak ruang antar conto.
data hasil pengukuran dan pengujian, dengan menggunakan prosedur dan metode
tertentu agar mendekati kondisi yang sebenarnya. Dalam studi ini akan dimodelkan
bentuk bijih nikel laterit serta mengestimasi kadar antartitik pemercontohan (titik bor,
sumur uji dan sebagainya) dan di zona pengaruh, sehingga dapat dihitung jumlah
didasari oleh nilai titik yang paling dekat dengan blok tersebut. Dalam kerangka
model blok, dikenal jenis penaksiran poligon dengan jarak titik terdekat (rule of
nearest point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai conto yang
terdekat, atau dengan kata lain titik (blok) terdekat memberikan nilai pembobotan
satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik (blok) yang lebih jauh memberikan nilai
Metode inverse distance weighting (IDW) adalah salah satu dari metode
mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi
akan lebih mirip pada data sampelyang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot
(weight) akan berubah secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data sampel.
Bobot ini tidak akan dipengaruhi olehletak dari data sampel. Metode ini biasanya
nilai pada power sangat mempengaruhi hasil interpolasi. Nilai power yang tinggi
yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi
disebut sebagi isotropik . Dengan kata lain, karena metode ini menggunakan rata-rata
dari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau lebih
besar dari data sampel. Jadi, puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat
ditampilkan dari hasil interpolasi model ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
sampel data yang digunakan harus rapat yang berhubungan dengan variasi lokal. Jika
sampelnya agak jarang dan tidak merata, hasilnya kemungkinan besar tidak sesuai
Keterangan :
𝑑𝑗 = kadar
𝑑𝑖 = jarak
n = Pangkat
jarak saja dan belum memperhatikan efek pengelompokan data, sehingga data dengan
jarak yang sama namun mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan
memberikan hasil yang sama. Atau dengan kata lain metode ini belum memberikan
korelasi ruang antara titik data dengan titik data yang lain. (Hustrulid dkk, 2013)
c. Metode kriging
Kriging adalah teknik untuk melakukan prediksi atau penaksir pada lokasi-
sekitarnya. Penggunaan metode kriging dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap
pertama menghitung nilai variogram atau semivariogram dan fungsi covarians. Tahap
kedua adalah melakukan prediksi pada lokasi tak tersampel (Asy’ari, 2012)
1) Perhitungan luas
2) Perhitungan volume
3) Perhitungan tonase