KATA SULIT
PERTANYAAN
1. Patomekanisme pada kasus
o Demam
o Batuk berdahak
o Sakit kepala
o Myalgia
o Anoreksia
o Diare
o Mekanisme mukaid kuning
2. Penyakit apa saja yang memberikan riwayat batuk
3. Deferensial Diagnosis
4. Hubungan riwayat terdahulu dengan skrang
Jawaban Pertanyaan
DIAGNOSIS BANDING
TB PARU
a. Definisi
Tuber kulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui banyak menginfeksi
manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis kompleks. Penyakit ini
biasanyamenginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya melalaui saluran nafas yaitu
melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi TB paru (Mario dan Richard,
2005).Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yangmenyerang jaringan (parenkim)
paru,tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus (Depkes, 2007)
b. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran
dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan bentuk dari bakteri
ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul, tidak mempunyai selubung
tetapi kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid (terutama
asam mikolat). Sifat dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini dapat bertahan
terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut dengan
bakteri tahan asam (BTA). Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering
dan dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang
lembab dan gelap bisa sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau
dapat mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran udara (Widoyono,2011).
Sebagianbesar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ
tubuh lain. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan
merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi berbagai
senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan
pertumbuhan pada media kultur biasanyadapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu (Putra,
2010). Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia daripada bakteri
yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang
bergerombol. Mikobakteria ini kayaakan lipid. mencakup asam mikolat (asam lemak
rantai-panjang C78-C90), lilin dan fosfatida.Dipeptida muramil (dari peptidoglikan)
yang membentuk kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan
granuloma; fosfolipid merangsang nekrosis kaseosa.Lipid dalam batas-batas tertentu
bertanggung jawabterhadap sifat tahan-asam bakteri (Brooks, et al. 1996)
c. Epidemiologi
dalam situasi TB Di dunia yang memburuk dengan meningkatnya jumlah
kasus TB pada 22 negara yakni india, cina, Indonesia, bangladash, Nigeria,
Pakistan, afrika selatan, Filipina, Thailand, Zimbabwe, kamboja, Myanmar,
Uganda, afganistan dan mozambik. Pada bulan maret 1993 WHO
mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. Program pengendalian Tb
Nasional di Indonesia di mulai sejak tahun 1969 oleh daparteman kesehatan
Republik Indonesia. Indonesia adalah Negara dengan prelevan TB ke-3 tertinggi
di dunia tetapi pada tahun 2011 menempati urutan ke-4 setelah india,cina dan
afrika selatan. Di Indonesia menerapkan strategi DOTS di seluruh puskesmas dan
rumah sakit pemerintah dan beberapa di rumah sakit swasta. Di samping program
DOTS Pada tahun 2006 di mulai juga program tatalaksana pengobatan Tb yang
benar dengan mengikuti metode ISTC (Internatinal Standard for Tuberculosis
Care ).
d. Gejala Klinis TB paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batukdarah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi
TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan
gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes, 2007).
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 go longan yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori.
1. Gejala respiratori
Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak bergejala sampai
gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Gejala respiratorik
terdiri dari :
- Batuk produktif ≥2 minggu.
- Batuk darah.
- Sesak nafas.
- Nyeri dada.
2. Gejala sistemik
Gejala sistemik yang timbul dapatberupa :
- Demam.
- Keringat malam.
- Anoreksia
- Berat badan menurun (PDPI, 2011).
e. Patomekanisme
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,infeksi tuberculosis
terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai
permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di
saluran hidung ataucabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas
lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkanreaksi peradangan, leukosit
polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh
organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis
kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis
menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk
jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi
primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami
pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi
tuberkel yang dilepaskan daridinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan
keobronkial. Proses inidapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga
tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan
perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme atau
lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran
ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price &
Wilson,2005)
Efek primer dengan limfadenitis regional
FIBROSIS
PERKAPURAN
TUBERKULOSIS PRIMER
KAVITAS
SEMBUH DGN : FIBROSIS
SEMBUH
PERKAPURAN
MELUAS SEMBUH
AKTIF LAGI
TUBERKULOMA
KAVITAS AKTIF
SEMBUH
KAVITAS
• Penularan
Sumber penularan
- orang yg tidak sadar menderita tb
- pend. Tb manifestasi
• Cara penularan
- Aerogen = lgs (bicara), tdk lgs (droplet)
- Enteral = anak minum asi /susu sapi
- Perlutan / mukosa
• Fakt. Yg mempengaruhi penularan
usia, kelamin (lk > wnt), sosial
ekonomi, stress psikis/fisik
Gejala
A. Gejala respiratprik
- Batuk 3 minggu
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
B. Gejala sistemik
- Demam - anoreksia
- Malaise - bb menurun
- Keringat malam
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologik
Mikroskopik
biasa
fluoresens
Biakan & uji resistensi
konvensional
biakan radiometrik
Diagnosis
Tujuan pengobatan
• menyembuhkan
• mencegah kematian
• mencegah kekambuhan
• mencegah resistensi terhadap OAT
• memutuskan mata rantai penularan
Pemeriksaan foto toraks memberi gambaran bermacam-macam bentuk.
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi Tb paru aktif:
o Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas dan
segmen superior lobus bawah paru.
o Kaviti terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
nodular.
o Bayangan bercak milier.
o Efusi Pleura
Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif:
o Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas dan
atau segmen superior lobus bawah.
o Kalsifikasi.
o Penebalan pleura
f. Penatalaksanaan
Pencegahan
1. Proteksi terhadap paparan TB Diagnosis dan tatalaksana dini merupakan cara
terbaik untuk menurunkan paparan terhadap TB. Risiko paparan terbesar terdapat di
bangsal TB dan ruang rawat, dimana staf medis dan pasien lain mendapat paparan
berulang dari pasien yang terkena TB. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kemungkinan transmisi antara lain :
Cara batuk
Cara ini merupakan cara yang sederhana, murah, dan efektif dalam
mencegah penularan TB dalam ruangan. Pasien harus menggunakan sapu tangan untuk
menutupi mulut dan hidung, sehingga saat batuk atau bersin tidak terjadi penularan
melalui udara.
Menurunkan konsentrasi bakteri
-Sinar Matahari dan Ventilasi Sinar matahari dapat membunuh kuman TB dan ventilasi
yang baik dapat mencegah transmisi kuman TB dalam ruangan.
-Filtrasi
Penyaringan udara tergantung dari fasilitas dan sumber daya
yang tersedia.
- Radiasi UV bakt erisida l
M.tuberculosis sangat sensitif terhadap radiasi UV bakterisidal. Metode radiasi ini
sebaiknya digunakan di ruangan yang dihuni pasien TB yang infeksius dan ruangan
dimana dilakukan tindakan induksi sputum ataupun bronkoskopi.
Masker
Penggunaan masker secara rutin akan menurunkan penyebaran
kuman lewat udara. Jika memungkinkan,pasien TB dengan batuk tidak terkontrol
disarankan menggunakan masker setiap saat. Staf medis juga disarankan menggunakan
masker ketika paparan terhadap sekret saluran nafas tidak dapat dihindari.
d.Rekomendasi NTP (National TB Prevention)terhadap paparan TB:
- Segera rawat inap pasien dengan TB paru BTA (+) untuk pengobatan fase intensif, jika
diperlukan.
- Pasien sebaiknya diisolasi untuk mengurangi risiko paparan TB
ke pasien lain.
- Pasien yang diisolasi sebaiknya tidak keluar ruangan tanpa
memakai masker.
- Pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi terinfeksi TB sebaiknya
tidak ditempatkan di ruangan yang dihuni oleh pasien yang
immunocompromised, seperti pasien HIV, transplantasi, atau onkologi.
2. Vaksinasi BCG
BCG merupakan vaksin hidup yang berasal dari M.bovis
Fungsi BCG adalah melindungi anak terhadap TB diseminata dan TB ekstra paru berat
(TB meningitis dan TB milier). BCG tidak memiliki efek menurunkan kasus TB paru
pada dewasa. BCG diberikan secara intradermal kepada populasi yang belum terinfeksi
d. Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
e. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada masyarakat.
(Muttaqin, 2008)
Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi ( agen
antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis
depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin
( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin,
kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin
merupakan obat – obat baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).
g. Prognosis
Dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstraparu, keadaan
immunodefisiensi, usia tua, dan riwayat pengobatan TB sebelumnya. Pada suatu
penelitian TB di Malawi, 12 dari 199 orang meninggal, dimana faktor ri siko terjadinya
kematian diduga akibat BMI yang rendah, kurangnya respon terhadap terapi dan
keterlambatan diagnosa (Herchline, 2013).
Kesembuhan sempurna biasanya dijumpai pada kasus non-MDR dan non-XDR TB,
ketika regimen pengobatan selesai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi
dengan sistem DOTS memiliki tingkat kekambuhan 0-14 %. Pada negara dengan
prevalensi TByang rendah, kekambuhan biasanya timbul 12 bulan setelah pengobatan
selesai dan biasanya diakibatkan oleh relaps. Hal ini berbeda pada negara dengan
prevalensi TB yang tinggi, dimana kekambuhan diakibatkan oleh reinfeksi
(Herchline,2013).
PNEUMONIA
Defenisi
Etiologi
Bakteri
1. Streptococcus pneumonia
Pada suatu saat tertentu, 40-70% manusia adalah pembawa pneumokokus virulen,
selaput mukosa pernapasan normal harus mempunyai imunitas alami yang kuat terhadap
pneumokokus. Infeksi pneumokokus menyebabkan melimpahnya cairan edema fibrinosa
ke dalam alveoli, diikuti oleh sel-sel darah merah dan leukosit, yang mengakibatkan
konsolidasi beberapa bagian paru-paru. Banyak pneumokokus ditemukan di seluruh
eksudat, dan bakteri ini mencapai aliran darah melalui drainase getah bening paru-paru.
Dinding alveoli tetap normal selama infeksi. Selanjutnya, selsel mononukleus secara
aktif memfagositosis sisa-sisa, dan fase cair ini lambat-laun diabsorbsi kembali.
Pneumokokus diambil oleh sel fagosit dan dicerna di dalam sel.
2. Hemophylus influenza
Virus
1. Host Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan terhadap pengaruh agent.
Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor penjamu adalah faktor balita (umur, jenis
kelamin, status imunisasi campak, imunisasi DPT, status pemberian vitamin A, riwayat
menderita campak, status gizi balita, pemberian ASI Eksklusif, berat badan lahir, riwayat
asma).
3. Environment Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian
agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Dalam
penelitian ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi faktor lingkungan
(pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial ekonomi)
Menurut WHO (2010), pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara. Virus
dan bakteri biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak yang dapat menginfeksi
paru-paru jika dihirup. Virus juga dapat menyebar melalui droplet udara lewat batuk atau
bersin. Selain itu, radang paru-paru bias menyebar melalui darah, terutama selama dan
segera setelah lahir.
Faktor Risiko
Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia pada balita.
Menurut Depkes (2004), dibagi menjadi faktor balita, faktor ibu dan faktor lingkungan
dan sosioekonomis. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan insidens pneumonia
antara lain umur kurang dari 2 bulan, laki-laki, gizi kurang, BBLR, tidak mendapat ASI
memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak memadai, membedong
anak (menyelimuti berlebihan) dan defisiensi vitamin A. Sedangkan faktor risiko
meningkatkan angka kematian pneumonia antara lain umur kurang dari 2 bulan, tingkat
sosioekonomi rendah, gizi kurang, BBLR, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat
jangkauan pelayanan kesehatan rendah, kepadatan tempat tinggal, imunisasi tidak
memadai, dan menderita penyakit kronis. (Depkes RI, 2000). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian pneumonia dibagi menjadi 3 faktor yaitu: faktor balita,
faktor lingkungan dam faktor perilaku.
Diagnosis Pneumonia
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat bewarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui
gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala.
Penatalaksanaan
Upaya Pencegahan Pneumonia Menurut WHO (2010), WHO dan UNICEF pada
tahun 2009 membuat rencana aksi global Global Action Plan For The Prevention (GAPP)
untuk pencegahan dan pengendalian pneumonia. Tujuannya adalah untuk mempercepat
kontrol pneumonia dengan kombinasi intervensi untuk melindungi, mencegah dan
mengobati pneumonia pada anak dengan tindakan yang meliputi 1) melindungi anak dari
pneumonia termasuk mempromosikan pemberian ASI Eksklusif dan mencuci tangan,
mengurangi polusi udara didalam rumah, 2) mencegah pneumonia dengan pemberian
vaksinasi, 3) mengobati pneumonia difokuskan pada upaya bahwa setiap anak sakit
memiliki akses ke perawatan yang tepat baik dari petugas kesehatan berbasis masyarakat
atau di fasilitas kesehatan jika penyakitnya bertambah berat dan mendapatkan antibiotic
serta oksigen yang mereka butuhkan untuk kesembuhan.
Komplikasi
Prognosis
Pneumonia Komunitas
Pneumonia Nosokomial
BLOK RESPIRASI
Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat Palu
2017/2018