Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1. Gaya
Gaya merupakan suatu besaran vektor yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
kecepatan pada suatu objek. Sebagai contoh, seorang anak mendorong meja sehingga meja
menjadi bergerak. Anak memberikan gaya dorong pada meja, dan gaya dorong itulah yang
mengakibatkan meja bergerak. Gaya disimbolkan dengan F yang berasal dari kata “force”.
Sebagai besaran vektor, pengoperasian gaya mengikuti aturan operasi vektor.
Selain gaya dorong, ada berbagai macam gaya lainnya, seperti gaya berat (gaya gravitasi),
gaya normal, gaya gesekan, gaya tegangan tali, gaya pegas, gaya listrik, dan gaya magnet.
Gaya-gaya tersebut ada yang dikelompokkan menjadi kelompok gaya sentuh dan gaya tak
sentuh, dan kelompok gaya luar dan gaya konservatif. Namun pada dasarnya semua gaya di
alam ini hanya terdiri dari empat jenis. Secara berurutan dari gaya yang paling kuat ke gaya
yang paling lemah, yaitu gaya nuklir atau gaya inti, gaya elektromagnetik, gaya gravitasi, dan
gaya interaksi lemah. Dalam sudut pandang mikroskopis, sebagian besar gaya yang kita alami
sehari-hari merupakan gaya elektromagnetik. Pada pembahasan kali ini kita tidak membahas
mengenai keempat jenis gaya tersebut secara detail.
2. Hukum I Newton
Sebelumnya telah dijelaskan mengenai gerak lurus beraturan. Jika objek bergerak lurus
beraturan maka tidak ada perubahan kecepatan selama geraknya, dengan kata lain kecepatannya
konstan. Resultan gaya yang bekerja pada objek tersebut sama dengan nol, seperti yang
dinyatakan oleh Newton pada Hukum I-nya tentang gerak, bahwa jika resultan gaya yang
bekerja pada suatu objek sama dengan nol maka ada dua kemungkinan mengenai gerak objek
itu, bergerak lurus beraturan atau diam. Secara matematis, Hukum I Newton untuk satu
dimensi dinyatakan dengan
ΣF = 0 ................................................................................................... (1)
sedangkan untuk dua dimensi adalah
pada sumbu x : ΣF = 0 dan
pada sumbu y : ΣF = 0 ........................................................................ (2)
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah darimana asal kecepatan yang dimiliki objek
yang melakukan GLB jika resultan gayanya nol sementara telah diketahui bahwa penyebab
gerak adalah gaya. Penyebab objek melakukan GLB adalah gaya sesaat. Gaya sesaat
Contoh 1
Kita tinjau sebuah balok yang diam pada lantai datar dan licin!
Gaya yang bekerja pada balok adalah gaya berat ( = ) dan gaya normal ( ).
bekerja dari titik pusat massa balok dan mengarah lurus ke bawah sedangkan adalah gaya
normal. Oleh karena kedua benda diam terhadap sumbu y maka gaya ke atas dan ke bawah sama
besar (dalam gambar panjangnya sama). Gaya berat searah dengan percepatan gravitasi, yaitu
menuju pusat Bumi. Sementara itu, gaya normal adalah gaya kontak yang dikerjakan oleh
bidang terhadap benda di atasnya. Arah gaya normal selalu tegak lurus terhadap bidang dan
besarnya bergantung dari berat benda yang menekannya dan kemiringan bidang.
Gambar 1 (a) merupakan sketsa balok yang diam di atas lantai sedangkan Gambar 1 (b)
merupakan diagram benda bebas (DBB) berupa balok, dan Gambar 1 (c) merupakan diagram
benda bebas berupa titik. DBB adalah diagram gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda tanpa
menyertakan lingkungannya. Pada dasarnya DBB berupa balok dan DBB berupa titik sama saja.
Oleh karena itu, kita dapat menggunakan yang mana saja.
Oleh karena balok diam, sesuai dengan Hukum I Newton maka resultan gayanya sama
dengan nol.
Σ =0
− =0
=−
Nilai gaya berat sama dengan nilai gaya normal . Dalam gambar, kedua gaya tersebut
memiliki panjang yang sama.
Contoh 3
(a) (b)
Gambar 4. Sistem dan gaya-gayanya dan DBB untuk percabangan tali
./ = 0 ./1
./
Suatu balok terletak di atas bidang kasar. Dua permukaan yang bersentuhan adalah lantai
dan permukaan dasar balok. Pada balok-balok tersebut, gaya-gaya yang bekerja pada sumbu
vertikal adalah gaya berat dan gaya normal, seperti telah dijelaskan pada contoh sebelumnya.
2
234
(1)
(2)
26
234
Gambar 6. Perubahan nilai gaya gesekan terhadap gaya tarik
Penjelasan mengenai grafik ini yaitu untuk kurva (1), ketika yang bekerja pada balok
kurang dari atau sama besar dengan 234 maka balok tetap diam, dan besar gaya gesekan statis
yang bekerja saat itu adalah sama besar dengan gaya tarik. Selanjutnya untuk kurva (2), ketika
lebih besar 234 maka balok menjadi bergerak, dan gaya gesekan yang bekerja adalah gaya
gesekan kinetis yang besarnya konstan walaupun gaya tarik terus diperbesar.
Sebuah balok berada pada bidang miring dengan sudut kemiringan θ dan dalam keadaan hampir
bergerak (Gambar 7. a). Jika diketahui massa balok m, dan percepatan gravitasi g maka kita
dapat menghitung koefisien gesekan statis bidang miring.
Sebelumnya kita harus menentukan gaya-gaya yang dialami balok. Ada gaya berat dengan arah
lurus ke bawah, gaya normal dengan arah tegak lurus menjauhi bidang miring, dan gaya
gesekan statis maksimum yang arahnya melawan kecenderungan arah gerak balok. Tanpa
gesekan, balok akan bergerak menuruni bidang miring, maka arah gaya gesekan adalah naik
bidang miring. DBB ditunjukkan oleh Gambar 7 (b) dan (c).
./? ./?
/=> 9
θ /=> 9
78/ 9 θ
: x
78/ 9
Oleh karena benda belum bergerak, maka resultan gaya pada sumbu x dan sumbu y sama
dengan nol.
Σ =0
+ 78/ 9 = 0
− "#$ : = 0
= "#$ : .......................................................................................... (7)
Σ =0
$() : + ./1 = 0
$() : − 234 = 0
234 = $() : ........................................................................................ (8)
Contoh 5
Contoh 6
Pada Gambar 9, sebuah balok diletakkan pada suatu bidang miring licin. Balok kemudian
bergerak menuruni bidang miring. Gambar 10 diberikan DBB berupa balok.
Pada sumbu y balok tidak bergerak maka diperoleh
= "#$ :
Sedangkan pada sumbu x resultan gaya tidak sama dengan nol.
Σ = A
$() : = <
< = C $() : ........................................................................................ (12)
/=> 9
θ
78/ 9
θ
Contoh 7
Mirip dengan Contoh 2, sekarang kita tinjau bidang miring yang kasar dan balok bergerak
menuruni bidang miring. Persamaan gaya pada sumbu y sama dengan sebelumnya. Pada sumbu
x, oleh karena ada gaya gesekan .B maka persamaan gayanya adalah
Σ = A
$() : − 56 = <
$() : − 56 "#$ : = < .B
Selanjutnya kita dapat menentukan /=> 9
percepatan balok, yaitu 78/ 9
$() : − 56 "#$ :
<=
< = C $() : − 56 C "#$ : Gambar 11. DBB berupa balok
Ketika objek pertama mengerjakan gaya pada objek kedua, maka objek kedua juga akan
mengerjakan gaya yang sama besar kepada objek pertama namun berlawanan arah. Hal ini
dinyatakan oleh Newton dengan Hukum III-nya. Secara matematis hubungan gaya aksi dan
gaya reaksi secara vektor dinyatakan
DEFG =− HIDEFG
atau
DEFG + HIDEFG = 0 ......................................................................... (13)
Perlu ditekankan bahwa gaya aksi dan gaya reaksi muncul secara bersamaan, tidak ada
yang mendahului yang lainnya. Pemakaian istilah gaya aksi dan gaya reaksi pun dapat
dipertukarkan pada kedua gaya yang merupakan pasangan gaya aksi-reaksi. Ada empat ciri
yang dimiliki oleh dua gaya yang merupakan pasangan gaya aksi-reaksi, yaitu:
1. bekerja pada dua objek yang berbeda,
2. berlawanan arah,
3. sama besar, dan
4. terletak pada satu garis lurus.
Contoh 9
Contoh 10
Sebuah beban digantung dengan tali dan diikatkan pada atap, seperti gambar di samping.
Maka gaya yang bekerja pada beban adalah gaya berat ( ) dan gaya tegangan tali ( ). Apakah
kedua gaya tersebut adalah pasangan gaya aksi-reaksi?
dan bukan pasangan gaya aksi reaksi. Pasangan gaya aksi-reaksinya adalah
K
dengan dan dengan K . Gaya dan K adalah gaya-gaya gravitasi antara beban dengan
Bumi sedangkan gaya dan K adalah gaya tegangan tali yang bekerja pada benda-benda yang
berbeda, bekerja pada beban sedangkan K bekerja pada atap.
beban
Bumi