Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku
inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat, dan
proses dalam menghadapi tantangan hidup, menurut Soemahamidjaja (1997) dalam
Pinem (2013).
Seorang wirausahawan adalah seorang yang memiliki kemampuan dalam hal
menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya
kreativitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda
dari yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya
mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak, menurut Kashmir (2006)
dalam Pinem (2013). Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang
mendapatkan awalan ke dan an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-
hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wirausaha terdiri dari kata wira yang
berarti keberanian dan usaha yang berarti kegiatan bisnis, kewirausahaan dapat
diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melakukan suatu kegiatan bisnis secara
mandiri. Pada dasarnya wirausaha adalah orang yang berani berusaha secara mandiri
dengan cara-caranya sendiri untuk mengambil resiko dan menentukan nasibnya
sendiri atas segala keputusan yang diambilnya dengan memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya. Pada dasarnya setiap orang adalah wirausaha, karena setiap orang
memiliki peluang yang sama untuk melakukan kegiatan wirausaha.
Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu
yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things
or old thing in new way) (Zimmerer, 1996). Banyak wirausaha yang sukses karena
kemampuan kreatif dan inovatif yang dimilikinya dalam mengelola sumber daya yang
ada di sekitarnya. Kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru dan
cara baru dalam pemecahan masalah dalam menemukan peluang . sedangkan inovasi
adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecah masalah dan
menemukan peluang. Banyak wirausaha yang telah sukses berdasarkan pemikiran
yang kreatif dan inovatif yang dimilikinya. Telah banyak yang embuktikan bahwa

1
ide-ide kreatif yang diwujudkan akan melahirkan sesuatu yang berbeda dari
sebelumnya, dan ini akan menambah minat para konsumen. Sesuatu yang baru dan
berbeda akan memberikan nilai tambah pada produk barang ataupun jasa yang
dihasilkan, ini dapat menjadi peluang yang menguntungkan bagi para wirausaha yang
kreatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kreativitas dan inovasi?
2. Bagaimana proses dan manfaat kreatif dan inovasi dalam bisnis?
3. Teori hirearki kebutuhan maslow?
4. Teori me clelland dalam bisnis?
5. Teori ERG dalam bisnis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari kreativitas dan inovasi
2. Untuk mengetahui proses dan manfaat kreatif dan inovasi dalam bisnis
3. Untuk mengetahui Teori hirearki kebutuhan maslow
4. Untuk mengetahui Teori me clelland dalam bisnis
5. Untuk mengetahui Teori ERG dalam bisnis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi kreativitas dan inovasi


Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk
mencipta atau proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-
ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang
sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, ada banyak pengertian
kreativitas, misalnya ada yang mengartikan kreativitas sebagai upaya
melakukan aktivitas baru dan mengagumkan. Di lain pihak, ada yang
menganggap bahwa kreativitas adalah menciptakan inovasi baru yang
mencengangkan.
Arti dari kata ‘kreatif’ sendiri adalah menciptakan sesuatu yang
berbeda dari yang lain, atau menghubungkan hal-hal yang tadinya tidak
berhubungan. Sedangkan arti dari kata ‘inovatif’ adalah menciptakan sesuatu
yang belum pernah ada menjadi ada atau menciptakan sesuatu yang sama
sekali berbeda. Hal-hal itulah yang sejatinya diperlukan para wirausahawan.
Yang dimaksud dengan wirausahawan adalah pengusaha, tetapi tidak semua
pengusaha adalah wirausahawan. Wirausahawan adalah pionir dalam
bisnis, inovator, penanggung resiko yang mempunyai penglihatan visi ke
depan dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha. Fungsi
kreativitas dalam proses inovasi merupakan pembangkitan ide yang
menghasilkan penyempurnaan efektivitas dan efisiensi pada suatu sistem.

B. Proses dan manfaat kreatif dan inovasi dalam bisnis


Hakikatnya, kreativitas menghasilkan sudut pandang baru oleh
seseorang terhadap suatu masalah. Pola pikir dari seorang dengan kepribadian
kreatif adalah terbuka dan luas, atau sering kali disebut ‘out of the box’. Perlu
kita ketahui, pola pikir yang demikian itu tidaklah datang secara instan,

3
melainkan melalui suatu proses yang berkesinambungan. Graham
Wallas, dalam bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi 4 tahap:
1. Tahap Persiapan, mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan data/informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain,
dan bertanya pada orang lain.
2. Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan,
individu melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut. Ia tidak
memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya”
dalam alam pra sadar.
3. Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap
timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, yaitu saat munculnya inspirasi
atau gagasan baru.
4. Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi
baru tersebut terhadap realitas. Di sini diperlukan pemikiran kritis dan
konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses
konvergensi (pemikiran kritis).

Inovasi merupakan hubungan interaksi yang menghasilkan dengan


menggunakan pengetahuan yang bermanfaat secara ekonomi. Inovasi ini
sangat berguna bagi perkembangan produk, hal ini dilakukan agar konsumen
tidak merasa bosan dengan produk-produk yang dihasilkan oleh produsen.

Inovasi juga memberikan nilai lebih terhadap nilai produk tersebut,


karena dengan adanya inovasi maka produk yang lama nampak baru dengan
kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh inovasi tersebut, Semakin banyak
produsen berinovasi, maka akan semakin panjang siklus produk tersebut.

Ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem


inovasi antara lain :

1. Tahapan pengetahuan
2. Tahapan Rujukan (persuasi)
3. Tahapan Keputusan
4. Tahapan Implementasi
5. Tahapan konfirmasi.

4
Jadi Proses inovasi harus melalui tahapan-tahapan diatas kemudian
dikonfirmasi jika memang inovasi tersebut sangat berguna dan bermanfaat
dari segi ekonomi, karena inovasi diciptakan dengan tujuan untuk menghemat
dari segi ekonomi.

C. Teori hirearki kebutuhan maslow


Teori kebutuhan maslow mengemukakan bahwa manusia mempunyai
tingkatan kebutuhan hidup untuk dipenuhi. Seumur hidupnya manusia akan
berusaha untuk tetap mengatasi kebutuhannya dari yang paling mendasar.
Tingkatan kebutuhan dalam teori maslow membedakan seseorang
dilihat dari kesejahteraan hidupnya. Teori yang dikenal di berbagai
dunia/bidang ini menjabarkan tingkatan kebutuhan dengan skema piramida.
Kebutuhan pada teori maslow disusun dari yang paling mendasar atau
mendesak. Kemudian dilanjutkan dengan kebutuhan dasar lainnya dan
seterusnya.
Kebutuhan dasar lanjutan yang diutarakan dalam teori maslow tidak
dapat terpenuhi apabila kebutuhan dasar sebelumnya terpenuhi. Setiap
manusia pasti merasakan tingkatan kebutuhan tersebut dan harus berusaha
keras dalam memenuhinya. Meski demikian hanya sedikit yang mencapai
puncak dari tingkatan kebutuhan menurutt Abraham Maslow.
Barangkali, tepat untuk dikatakan bahwa teori motivasi yang paling
terkenal adalah hierarki kebutuhan (hierarchy of needs) milik Abraham
Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdaat
hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:

1. Fisiologis: Meliputi rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan


fisik lainnya,
2. Rasa aman: Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan
emosional.
3. Sosial: Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan.
4. Penghargaan: Meliputi faktor-faktor penghargaan internal seperti rasa
hormat diri, otonomi, dan pencapaian, dan faktor-faktor penghargaan
eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.

5
5. Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya;
meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri
sendiri.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan yang
lebih tinggi dan lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman
dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah (lower-order needs);
kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan
tingkat atas (higher-order needs). Perbedaan antara kedua tingkatan tersebut
didasarkan pada dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi
secara internal (di dalam diri seseorang), sementara kebutuhan tingkat rendah
secara dominan dipenuhi secara eksternal (oleh hal-hal seperti imbalan kerja,
kontrak serikat kerja, dan masa jabatan).
Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga
keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein,
serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat,
dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain
ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan ini.
Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan (Safety)
Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul
kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,
kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan
pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan
fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan
adalah pertahanan hidup jangka panjang.
Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan
Love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan,
kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta
menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian,
pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan
cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.

6
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love
dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove;
orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks,
atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya:
hubungan pacaran, hidup bersama atau pernikahan yang membuat orang
terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang
mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi.
B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya,
tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak
berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi
orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang
membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan,
kekuatan motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis
harga diri :
1. Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.
2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) :
kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran,
dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi.
Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan
dinilai dengan baik oleh orang lain.
Kebutuhan Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah
kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu
yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –
kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk
memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk
menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat
melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak
prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini
menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-

7
kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam
itu.
D. Teori me clelland dalam bisnis
Teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan: prestasi
[achievement], kekuasaan [power], dan afiliasi [pertalian]. Kebutuhan ini
ditetapkan sebagai berikut: (1) Kebutuhan akan prestasi: Dorongan untuk
mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, berusaha
keras untuk sukses. (2) Kebutuhan akan kekuasaan: Kebutuhan untuk
membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu [tanpa
dipaksa] tidak akan berperilaku demikian. (3) Kebutuhan akan afiliasi: Hasrat
untuk hubungan antarpribadi yang ramah dan akrab.
Beberapa orang mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil.
Mereka bergulat untuk prestasi pribadi bukannya untuk ganjaran sukses itu
semata-mata. Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu dengan
lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya.
Dorongan ini adalah kebutuhan akan prestasi (nAch-achievement need). Dari
riset mengenai kebutuhan akan prestasi, McClelland mendapatkan bahwa
peraih prestasi tinggi membedakan diri mereka dari orang lain oleh hasrat
mereka untuk menyelesaikan hal-hal dengan lebih baik. Mereka mencari
situasi di mana mereka dapat mencapai tanggung jawab pribadi untuk
menemukan pemecahan terhadap masalah-masalah, di mana mereka dapat
menerima umpan-balik yang cepat atas kinerja mereka sehingga mereka dapat
mengetahui dengan mudah apakah mereka menjadi lebih baik atau tidak, dan
di mana mereka dapat menentukan tujuantujuan yang cukup menantang.
Peraih prestasi tinggi bukanlah penjudi; mereka tidak menyukai
berhasil karena kebetulan. Mereka lebih menyukai tantangan menyelesaikan
suatu masalah dan menerima baik tanggung jawab pribadi untuk sukses atau
kegagalan, bukannya mengandalkan hasil itu pada kebetulan atau peluang atau
tindakan orang lain. Yang penting, mereka menghindari apa yang mereka
persepsikan sebagai tugas yang terlalu mudah atau terlalu sukar. Mereka ingin
mengatasi rintangan, tetapi mereka ingin merasakan sukses (atau kegagalan)
itu disebabkan oleh tindakan mereka sendiri. Ini berarti mereka menyukai
tugas-tugas dengan kesulitan menengah.

8
Peraih prestasi tinggi berkinerja paling baik apabila mereka
mempersepsikan kemungkinan sukses mereka sebesar 0,5, yaitu, di mana
mereka menaksir bahwa mereka mempunyai peluang sukses 50-50. Mereka
tidak menyukai berjudi dengan peluang kecil karena mereka tidak
memperoleh kepuasan prestasi dari sukses secara kebetulan. Sama halnya
pula, mereka tidak menyukai rintangan yang rendah (probabilitas keberhasilan
tinggi) karena lalu tidak ada tantangan terhadap keterampilan mereka. Mereka
suka menentukan tujuan-tujuan yang menuntut sedikit penguluran diri. Bila
kira-kira terdapat peluang sama untuk sukses atau gagal, maka ada
kesempatan optimum untuk mengalami perasaan-perasaan berprestasi dan
kepuasan atas upaya mereka.
Kebutuhan akan kekuasaan (nPow-need for power) adalah hasrat untuk
mempunyai dampak, berpengaruh, dan mengendalikan orang lain.
Individuindividu dengan nPow yang tinggi menikmati untuk dibebani,
bergulat untuk dapat mempengaruhi orang lain, lebih menyukai ditempatkan
di dalam situasi kompetitif dan berorientasi-status, dan cenderung lebih peduli
akan prestise [gengsi] dan memperoleh pengaruh terhadap oran lain daripada
kinerja yang efektif.
Kebutuhan ketiga menurut McClelland adalah pertalian atau afiliasi
(nAff—need for affiliation] Kebutuhan ini menerima perhatian paling kecil
dari para perveliti. Afiliasi dapat diidentikkan dengan tujuan-tujuan Dale
Carnegiehasrat untuk disukai dan diterima-baik oleh orang lain. Individu
dengan motif afiliasi yang tinggi berjuang keras untuk persahabatan, lebih me-
nyukai situasi kooperatif daripada situasi kompetitif, dan sangat menginginkan
hubu-ngan yang melibatkan derajat pemahaman timbal-balik yang tinggi.
Bagaimana Anda mengetahui apakah seseorang itu, misalnya, seorang
peraih prestasi tinggi? Ada kuesioner untuk menyadap motif ini, tetapi
kebanyakan riset menggunakan suatu tes proyektif di mana subjek-subjek
memberi reaksi terhadap gambar-gambar. Tiap gambar ditunjukkan kepada
subjek dan kemudian ia menulis suatu kisah berdasarkan gambar itu. Sebagai
contoh, gambar itu dapat memperlihatkan seorang pria duduk di depan meja
dalam posisi termenung, memandangi potret seorang wanita dengan dua anak
yang berada di sudut meja. Kemudian subjek itu diminta untuk menulis cerita
yang menguraikan apa yang sedang terjadi, apa yang mendahului situasi itu,

9
apa yang akan terjadi di masa depan, dan semacamnya. Cerita-cerita itu
menjadi, sebenarnya, tes-tes proyektif yang mengukur motif-motif tak sadar.
Tiap cerita diskor dan diperolehlah nilai-angka seorang subjek dari masing-
masing ketiga motif itu.
Dengan mengandalkan pada jumlah riset yang ekstensif, beberapa
ramalan cukup beralasan untuk didukung dibuat berdasarkan hubungan antara
kebutuhan akan prestasi dan kinerja pekerjaan. Meskipun lebih sedikit riset
yang telah dilakukanpada kebutuhan akan kekuasaan dan akan afiliasi, ada
juga penemuan-penemuan yang konsisten.
Pertama, individu dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi lebih
menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab pribadi, umpan-balik, dan
suatu risiko dengan derajat menengah. Bila karakteristik-karakteristik ini
berlaku, peraih prestasi tinggi akan sangat termotivasi. Misalnya, bahwa
peraih prestasi tinggi sukses dalam kegiatan wiraswasta seperti menjalankan
bisnis mereka sendiri dan mengelola unit mandiri di dalam sebuah organisasi
yang besar.
Kedua, suatu kebutuhan tinggi untuk berprestasi tidak harus mengantar
menjadi seorang manajer yang baik, teristimewa dalam organisasi-organisasi
besar. Orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi tertarik dengan betapa
baik mereka melakukan secara pribadi dan tidak dalam mempengaruhi orang
lain untuk melakukan dengan baik.
Ketiga, kebutuhan untuk afiliasi dan kekuasaan cenderung erat
dikaitkan dengan sukses managerial. Manajer terbaik tinggi dalam kebutuhan
akan kekuasaan dan rendah kebutuhan akan afiliasi. Memang, suatu motif
kekuasaantinggi dapat merupakan persyaratan untuk keefektifan managerial.
Tentu saja, mana penyebab dan mana akibat dapatlah diperdebatkan.
Akhirnya, karyawan sukses dilatih untuk merangsang kebutuhan
prestasi mereka. Pelatih berlaku efektif dalam mengajar individu-individu
untuk berpikir akan prestasi, memenangkan, dan sukses; dan kemudian
membantu mereka untuk belajar bagaimana bertindak dalam suatu cara
prestasi tinggi dengan lebih menyukai situasi di mana mereka mempunyai
tanggung jawab pribadi, umpan balik, dan risiko yang sedang.

10
Jadi, jika pekerjaan itu membutuhkan seorang peraih prestasi tinggi,
manajemen dapat memilih seorang dengan suatu nAch tinggi atau
mengembangkan calonnya sendiri lewat pelatihan untuk berprestasi.
E. Teori ERG dalam bisnis
Clayton Alderfer dari Universitas Yale telah mengerjakan-ulang
hierarki kebutuhan Maslow untuk menggandeng dengan lebih akrab dengan
riset empiris. Hierarki kebutuhan revisinya disebut teori ERG.
Alderfer berargumen bahwa ada tiga kelompok kebutuhan inti-
eksistensi [existence], hubungan [relatedness], dan pertumbuhan [growth]-jadi
disebut teori ERG. Kelompok eksistensi mempedulikan pemberian persyaratan
eksistensi materil dasar kita, mencakup butir-butir yang oleh Maslow dianggap
sebagai kebutuhan faali dan keamanan. Kelompok kebutuhan kedua adalah
kelompok hubunga-hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan
antarpribadi yang penting. Hasrat sosial dan status menuntut interaksi dengan
orang-orang lain agar dipuaskan, dan hasrat ini segaris dengan kebutuhan
sosial Maslow dan komponen eksternal dari klasifikasi penghargaan Maslow.
Akhirnya, Alderfer memencilkan kebutuhan pertumbuhan-suatu hasrat
intrinsik untuk perkembangan pribadi, mencakup komponen intrinsik dari
kategori penghargaan Maslow dan karakteristik-karakteristik yang tercakup
pada aktualisasi-diri.
Di samping menggantikan lima kebutuhan dengan tiga, apa beda teori
ERG Alderfer dari teori Maslow? Berbeda dengan teori hierarki kebutuhan,
teori ERG memperlihatkanbahwa (1) dapat beroperasi sekaligus lebih dari satu
kebutuhan, dan (2) jika kepuasan dari suatu kebutuhan tingkat-lebih-tinggi
tertahan, hasrat untuk memenuhi kebutuhan tingkat-lebih-rendah meningkat.
Hierarki kebutuhan Maslow mengikuti kemajuan yang bertingkat-tingkat dan
kaku.
Teori ERG tidak mengandaikan suatu hierarki yang kaku di mana
kebutuhan yang lebih rendah harus lebih dahulu cukup banyak dipuaskan
sebelum orang dapat maju terus. Misalnya, seseorang dapat mengusahakan
pertumbuhan meskipun kebutuhan eksistensi dan hubungan belum dipuaskan;
atau ketiga kategori kebutuhan dapat beroperasi sekaligus. Teori ERG juga
mengandung suatu dimensi frustrasi-regresi. Anda ingat, Maslow berargumen

11
bahwa seorang individu akan tetap pada suatu tingkat kebutuhan tertentu
sampai kebutuhan tersebut dipenuhi.
Teori ERG menyangkalnya dengan mengatakan bahwa bila suatu
tingkat kebutuhan dari urutan-lebih-tinggi terhalang, akan terjadi hasrat
individu itu untuk meningkatkan kebutuhan tingkat lebih-rendah. Ketidak-
mampuan memuaskan suatu kebutuhan akan interaksi sosial, misalnya,
mungkin meningkatkan hasrat memiliki lebih banyak uang atau kondisi kerja
yang lebih baik. Jadi frustrasi [halangan] dapat mendorong pada suatu
kemunduran ke kebutuhan yang lebih rendah. Ringkasnya, teori ERG
berargumen, seperti Maslow, bahwa kebutuhan tingkat lebih-rendah yang
terpuaskan menghantar ke hasrat untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih-
tinggi; tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator sekaligus,
dan halangan dalam mencoba memuaskan kebutuhan tingkat lebihtinggi dapat
menghasilkan regresi ke suatu kebutuhan tingkat lebih-rendah.
Teori ERG lebih konsisten dengan pengetahuan kita mengenai
perbedaan individual di antara orang-orang. Variabel seperti pendidikan, latar
belakang keluarga, dan lingkungan budaya dapat mengubah pentingnya atau
kekuatan dorong yang dipegang sekelompok kebutuhan untuk seorang
individu tertentu.
Bukti yang memperlihatkan bahwa orang-orang dalam budaya-budaya
lain memperingkatkan kategori kebutuhan secara berbeda—misalnya, pribumi
Spanyol dan Jepang menempatkan kebutuhan sosial sebelum persyaratan
faali— yang konsisten dengan teori ERG. Beberapa studi telah mendukung
teori ERG, tetapi ada juga bukti bahwa teori ERG tidak berhasil dalam
beberapa organisasi. Bagaimanapun, secara keseluruhan teori ERG
menyatakan suatu versi yang lebih sahih [valid] dari hierarki kebutuhan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-
ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif berbeda dengan yang
sudah ada sebelumnya.
Inovasi adalah menciptakan sesuatu yang belum pernah ada menjadi
ada atau menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda. Dalam proses
kreatifitas dan inovasi memiliki 4 tahapan kreatifitas dan 5 tahapan inivasi
B. Saran
Semoga setelah membaca makalah ini pembaca lebih mengetahui mengenai
kreativitas dan inovasi, bisa juga menjadi salah satu referensi untuk dibaca.

13

Anda mungkin juga menyukai