Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian
1. Menurut FI Edisi IV
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.
Tablet adalah Sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa
bahan aktif dan biasanya dibuat dengan mengempa sejumlah partikel yang
seragam.
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetakdalam
bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi.
Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
B. Penggolongan
1. Berdasarkan Metode Pembuatan
a. Tablet cetak
1
dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga tablet dapat di potek
dan harus hati-hati saat pengemasan dan pendistribusiannya., besar
tekanan pada tablet 25-50 bar. Kepadatan tablet tergantung pada
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan.
b. Tablet kempa
b. Untuk pengobatan sistemik, per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat
dibedakan menjadi
2
2) Long acting/ jangka panjang : dalam satu hari cukup menelan satu
tablet. Obat bekerja lebih dari 8 jam.
a. Tablet salut biasa / salut gula (dragee), Adalah tablet kempa yang disalut
dengan beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula
berasal dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut,
seperti pati, kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang
disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet), Tablet kempa yang disalut
dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut
dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak
perlu berkali-kali. Disalut dengan hidroksi propil metil selulosa, metil
selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat
ftalat dengan PEG yang tidak mengandung air atau mengandung air.
c. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan
massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang
cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama
granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer
tablet). Tablet ini sering di gunakan untuk pengobatan secara repeat
action.
d. Tablet salut enteric (enteric-coated tablet), atau lepas tunda, Adalah
tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap
cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus. maka
diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan
obat sampai tablet melewati lambung. Bahan yang sering digunakan
adalah alol, keratin, selulosa acetat phtalat.
e. Tablet lepas lambat, Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi
sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek
terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga
3
jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk
beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
f. Tablet berlapis, tablet yang disiapkan dengan pengempaan granuler tablet
pada granulasi yang baru dikempa. Proses ini dapat diulangi untuk
menghasilkan tablet berlapis banyak dari 2 atau 3 lapisan.
1) Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan pada
pengaruh udara , kelembapan dan cahaya.
Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara ditelan, pecah di
lambung.
Bentuknya seperti tablet biasa, cara pakainya dikunyah dulu dalam mulut
kemudian ditelan, umumnya tidak pahit. Dimaksudkan untuk dikunyah
sehingga meninggalkan residu yang memberikan rasa enak di
mulut.Diformulasikan untuk anak-anak, antasida dan antibiotic tertentu.
Dibuat dengan cara dikempa .biasanya digunakan manitol, sorbitol dan
sukrosa sebagai pengikat dan pengisi. Tablet kempa yang mengandung
zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.
4
c. Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles)
Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya
dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut
atau hancur perlahanlahan dalam mulut. Tablet yang mengandung zat
aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi
lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut. Tablet
ini dibuat dengan cara tuang disebut pastilles atau dengan cara kempa
tablet menggunakan bahan dasar gula disebut trochisi. Umumnya
mengandung antibiotic, antiseptic, adstringensia.
Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan berisi hormon steroid,
dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian
tablet dimasukkan, dan kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas
perlahan-lahan. Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus
steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan,
mencegah kehamilan).
5
g. Tablet bukal (buccal tablet)
h. Tablet sublingual
j. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal
(dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
6
C. Komponen Tablet
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna, yang diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak
larut yang di izinkan pada pengaroma dan bahan pemanis.
1. Zat aktif
Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam
bentuk tablet dikelompokkan menjadi :
Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran
pencernaan (seperti antasida dan adsorben).
7
b. Bahan pengikat (binder)
f. Bahan Penyalut
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang
cocok,biasanya berwarna atau tidak.
3. Adjuvant
8
Tabel Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)
Red 3 Erytrosine
Yellow 5 Tartrazine
Mannitol Sakarin
Lactosa Siklamat
Sukrosa Aspartame
Dektrosa
9
bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi basah,
pengayakan adonan lembab menjadi pelet atau granul, kemudian dilakukan
pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelicin, dan
pembuatan tablet dengan kompresi.
3) Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan
dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut.
10
yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran
lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah
membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut,
ikatannya didapat melalui gaya.
b. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
11
c. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab
d. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus
terlebih dahulu.
1) Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya
dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam
tablet.
2) Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak
dan mahal. Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan
obat seperti senyawa amin dan laktosa spray dried dan menghasilkan
warna kuning. Pada kempa langsung mungkin terjadi aliran statik yang
terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga
keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
E. Keuntungan tablet
12
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan sehingga mudah
dibawa.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah
untuk dikemas dan dikirim.
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah,
tidak memerlukan pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan
pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama tablet salut yang memungkinkan pecah/ hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti
pelepasan di usus atau produk lepas lambat.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk
diproduksi secara besar-besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran
kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
10. Bau, rasa, dan warna yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan.
11. 11.Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat
aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan
yang paling rendah.
12. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang
kecil.
13. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil.
14. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air.
15. Pemakaian oleh penderita lebih mudah.
13
F. Kerugian tablet
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasinya, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya tinggi, absorpsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat
diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam
bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavailabilitas obat cukup
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembaban udara perlu
pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat
merupakan jalan keluar yang terbaik dan lebih murah.
4. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah, dan pasien lanjut
usia.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
14