Makalah CSR
Makalah CSR
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Nadliroh Aniqoh (141180110)
2. Muhammad Amrozy (141180234)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Ibu Yuni Siswanti selaku dosen dari mata
kuliah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas dari dosen yang bersangkutan untuk memenuhi tugas yang telah ditentukan
dan juga bertujuan agar setiap mahasiswa mampu mengetahui dan memahami materi tentang
tanggung jawab sosial perusahaan yang dijelaskan dalam makalah ini.
Makalah ini dapat kami susun karena adanya sumber-sumber bacaan buku dan sumber
internet. Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terimakasih kepada para penyedia
sumber meskipun tidak dapat secara langsung kami sampaikan.
Kami menyadari bahwa pada pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam segi bahasa, penulisan, susunan penulisan, dan lain-lain. Kami meminta maaf atas
kekurangan yang ada dalam makalah ini kepada para pembaca dan mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca. Dan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Tim Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
di Indonesia saat ini semakin berkembang karena kesadaran perusahaan akan pentingnya
melakukan kegiatan CSR. Di negara lain CSR sudah biasa dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan multinasional. Tuntutan masyarakat dan perkembangannya serta derasnya arus
globalisasi dan pasar bebas, memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya
melaksanakan CSR.
Perusahaan semakin mengerti pentingnya kegiatan CSR karena adanya umpan balik dan
manfaat yang didapatkan oleh perusahaan. Dan saat ini bukan lagi umpan balik keuntungan
saja yang diharapkan oleh perusahaan tetapi juga dampak dalam jangka panjang. Memang
terlihat perusahaan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk kegiatan CSR tetapi itu
sebanding dengan apa yang akan didapatkannya, bukan saat itu juga tetapi akan didapat
perusahaan dalam jangka panjang. CSR tidak hanya untuk meningkatkan laba tetapi juga
berperan dalam memperkuat brand di mata masyarakat dan yang akan membuat perusahaan
eksis lebih lama. Perusahaan yang mana memiliki produk tergolong resiko tinggi biasanya
yang melaksanakan kegiatan CSR secara gencar.
Corporate Social Responsibility dapat dikatakan sebagai tanggung jawab moral terhadap
pemegang kepentingan yaitu pemegang saham, karyawan, media, pemerintah, konsumen
terutama adalah masyarakat atau komunitas yang ada di sekitar perusahaan itu tumbuh.
Dengan diadakannya CSR dengan masyarakat sekitar, diharapkan tidak ada kecemburuan
sosial yang dapat menyulut menjadi konflik. Perusahaan juga harus menyadari bahwa mereka
beroprasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat.
Dalam melaksanakan CSR perusahaan memiliki beberapa inisitif yang dapat dipilih
untuk menjadi fokus dalam kegiatan CSR. Di Indonesia sendiri sudah banyak inisiatif
Corporate Social Responsibility yang diterapkan. Dari mulai mengajak konsumen untuk
beramal, penanaman pohon demi mengurangi dampak global warming, serta mengubah
perilaku masyarakat untuk lebih baik dalam isu tertentu. Tidak sedikit dana yang dikeluarkan
dalam setahun oleh perusahaan hanya untuk menunjang kegiatan Corporate Social
Responsibility.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peningkatan CSR baru-baru ini ?
2. Apa karakteristik inti dari CSR ?
3. Bagaimana CSR dalam konteks organisasi yang berbeda ?
4. Bagaimana CSR diberbagai wilayah di dunia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peningkatan CSR baru-baru ini.
2. Untuk mengetahui karakteristik inti CSR.
3. Untuk mengetahui CSR dalam konteks organisasi yang bebeda.
4. Untuk mengetahui CSR diberbagai wilayah di dunia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peningkatan CSR Baru-Baru Ini
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal pada tahun 1980-an,
namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) Indonesia dikenal dengan nama CSA ( Corporate Social Activity) atau
aktivitas sosial perusahaan. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena
konsep dan pola pikir yang digunakan hampir sama.
Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005
mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA
bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia
dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik
mengenai aktivitas CSR. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan
BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA.
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat
industri yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa Inggris berarti
tuli), sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi
(Suharto, 2007:103-104):
1. Dehumanisasi industri.
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah
menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan
tersebut, maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. ‘merger mania’ dan
perampingan perusahaan telah menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan
pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi dan
kerusakan lingkungan yang hebat.
2. Equalisasi hak-hak publik.
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung jawaban
perusahaan atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya
3
perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas (accountability) perusahaan
bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian
perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkan.
3. Aquariumisasi dunia industri.
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium.
Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum,
prinsip etis, dan filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak
kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.
4. Feminisasi dunia kerja.
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian
perusahaan, bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti
hamil dan melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap
timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran anak, kenakalan remaja akibat
berkurang atau hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di lingkungan
masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas
pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan olah raga dan
rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial terhadap isu ini.
4
diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan, dan tidak termasuk
dalam harga pasar untuk barang dan jasa. Polusi biasanya dianggap sebagai contoh klasik
dari eksternalitas karena masyarakat setempat menanggung biaya tindakan produsen.
Regulasi dapat memaksa perusahaan untuk menginternalisasi biaya eksternalitas, seperti
denda polusi, namun CSR akan mewakili pendekatan sukarela untuk mengelola
eksternalitas, misalnya oleh perusahaan yang berinvestasi pada teknologi bersih yang
mencegah polusi di tempat pertama.
3. Orientasi multipihak. CSR melibatkan mempertimbangkan berbagai kepentingan dan
dampak di antara berbagai pemangku kepentingan yang berbeda selain hanya pemegang
saham. Asumsi bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab kepada pemegang saham
biasanya tidak dipermasalahkan, namun intinya adalah karena perusahaan mengandalkan
berbagai konstituensi lain seperti konsumen, pengusaha, pemasok, dan masyarakat lokal
untuk bertahan dan sejahtera, mereka tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk
pemegang saham.
4. Penyelarasan tanggung jawab sosial dan ekonomi. Penyeimbangan kepentingan
pemangku kepentingan yang berbeda ini mengarah ke empat segi. Sementara CSR
mungkin akan melampaui fokus sempit terhadap pemegang saham dan profitabilitas,
banyak juga yang percaya bahwa tidak seharusnya bertentangan dengan profitabilitas.
5. Praktik dan nilai. CSR sudah jelas tentang aturan tertentu praktek bisnis dan strategi yang
berhubungan dengan isu-isu sosial, tapi bagi banyak orang itu juga tentang sesuatu yang
lebih yaitu filsafat atau aturan nilai-nilai yang mendasari praktek-praktek ini.
6. Di luar kedermawanan. Di beberapa wilayah di dunia, CSR terutama tentang
kedermawanan - yaitu kemurahan perusahaan terhadap orang yang kurang beruntung.
Tapi perdebatan saat ini pada CSR cenderung tegas mengklaim bahwa CSR
'sesungguhnya' adalah lebih dari hanya kedermawanan dan proyek masyarakat, tetapi
tentang bagaimana seluruh operasi perusahaan - yaitu fungsi bisnis inti - dampak pada
masyarakat. Fungsi bisnis utama meliputi produksi, pemasaran, pengadaan, manajemen
sumber daya manusia, logistik, keuangan, dan lain-lain.
Keenam karakteristik inti ini, kami sarankan, mencakup aspek-aspek utama CSR. Namun,
seperti yang akan kita bahas sekarang, makna dan relevansi CSR akan bervariasi sesuai
konteks organisasi dan nasional.
5
C. CSR Dalam Konteks Organisasi yang Berbeda
Suatu organisasi pada dasarnya bisa dibagi menjadi dua ketegori, yang pertama lembaga
organisasi bisnis (komersial) dan yang kedua lembaga organisasi non komersial. Dalam
makalah ini kita akan membahas lembaga perekonomian Islam sosial non komersial yang ada
di masyarakat.
Organisasi atau lembaga non profit adalah suatu lembaga yang bersasaran pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang
tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi non profit pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan (aktualisasi
filosofi) dari sekelompok orang yang memilikinya. Karena itu bukan tidak mungkin diantara
lembaga yang satu dengan yang lain memiliki filosofi (pandangan hidup) yang berbeda,
maka operasionalisasi dari filosofi tersebut kemungkinan juga akan berbeda. Karena filosofi
yang dimiliki lembaga non komersial sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya
dan lingkungan poleksosbud (politik, ekonomi, sosial dan budaya) tempat organisasi nirlaba
itu ada.
Lembaga non komersial atau organisasi non profit merupakan salah satu komponen
dalam masyarakat yang perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari
dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga non profit. Karakter
dan tujuan dari organisasi non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan
organisasi profit.
Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau
komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk
mencari keuntungan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset
yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh
dan untuk manusia.
Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa lembaga non
komersial adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan
usaha atau kegiatannya. Dalam lembaga non komersial pada umumnya sumber daya atau
dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan berasal dari
donatur atau sumbangan dari orang-orang yang ingin membantu sesamanya. Tujuan lembaga
6
non komersial yaitu untuk membantu masyarakat luas yang tidak mampu khususnya dalam
hal ekonomi.
7
Diantara negara maju dan berkembang terdapat kategori ketiga yang perlu perhatian
lebih dalam perspektif CSR. Sebagian besar negara-negara bekas blok komunis telah
berubah dari ekonomi jangka terencana dan pemerintah untuk sistem pasar kapialis.
Sedangkan tanggung jawab sosial bisnis dioperasikan negara jauh ke depan, termasuk
penyediaan pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sejumlah layanan lainnya, transisi
menuju perekonomian pasar dengan terlihatnya mantan konglomerat menjadi pemegang
saham perusahaan.
Terdapat sejumlah pendekatan yang berbeda untuk CSR di negara-negara ini,
mungkin terdapat pendapat dalam beberapa hal, Rusia, China merupakan kasus yang
lebih ekstrem. Rusia, di satu sisi melihat privatisasi dan beralih ke kapitalisme dengan
agak lemahnya lembaga pemerintah dan korupsi. Beberapa yang merujuk pada ‘ekonomi
koboi’. Oleh karena itu, tidak heran bahwa CSR masih berupa konsep yang sebagian
besar tidak diketahui di Rusia (Grafiki dan Moon, 2014) dan bagi sebagian pembisnis
Rusia, memiliki uang merupakan kemiripan kuat dengan komunis China, disisi lain, telah
mempertahaankan kapasitas yang kuat bagi negara dalam mengontrol dan mengatur
ekonomi dan sementara peran serta tanggung jawab bisnis di masyarakat mungkin tida
selalu disebut dalam bahasa barat CSR, masih melihat yang cukup besar perusahaan di
daerah. Banyak komentator mengharapkan bahwa China, dengan pertumbuhan
pembangunan ekonomi, akan terlehat kenaikan peraturan CSR dalam beberapa tahun
kedepan.(Miler, 2005)
BAB III
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah
gagasan yang telah meningkatkan popularitas di seluruh dunia selama dekade terakhir.
Sebagian besar perusahaan besar, dan bahkan beberapa perusahaan kecil sekarang
menampilkan laporan CSR, manajer, departemen atau setidaknya proyek CSR, dan subjek
semakin sering dipromosikan sebagai area inti manajemen, di samping pemasaran, akuntansi,
atau keuangan. CSR memiliki enam karakteristik ini yaitu; sukarela, internalisasi atau
pengelolaan eksternalitas, orientasi multipihak, penyelarasan tanggung jawab sosial dan
ekonomi, praktik dan nilai, dan di luar kedermawanan.
B. Saran
Sebaiknya sebuah perusahaan tidak hanya berfokus pada mencari laba akan tetapi harus
juga ada keseimbangan dengan melaksanakan program CSR atau tanggung jawab sosial
perusahaan karena program CSR merupakan suatu bentuk program yang bermanfaat bagi
suatu perusahaan. Program CSR tidak hanya menguntungkan bagi masyarakat sekitar
perusahaan akan tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri seperti meningkatkan citra
perusahaan, memperkuat “brand” perusahaan, mengembangkan kerja sama dengan para
pemangku kepentingan, membedakan perusahaan dengan pesaingnya, dan menghasilkan
inovasi dan pembelajaran untuk meningkatkan pengaruh perusahaan.
9
Daftar Pustaka
1. Crane, Matten and Spence, 2008. Corporatee Social Responsibility, Routledge Taylor and
Francis Group, Madison Avenue New York
2. https://www.kompasiana.com/ahdasegati/5a2349b1fcf6815a23405523/kelembagaan-sosial-
non-komersial?page=all
3. https://renavirgiana.wordpress.com/2016/04/17/makalah-corporate-social-responsibility-csr/
10