Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

DI RSJD ATMA HUSADA MAHAKAM SAMARINDA

DI SUSUN OLEH :

1. Fadly Ariyanto 8. Khusnul Khotimah


2. M. Maulana Ismail 9. Eddo Febryan Pramana
3. Wahyuni Agustina 10. Ida Bagus Nuraini
4. Aviva Handini 11. Riski Nur Pratiwi
5. Muhammad Firdaus 12. Dedy Darmawan
6. Sri Novika Aditama 13. Vinna Fitriana
7. Duwi Mawarti 14. Dina Ayu Hapsari

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Depkes RI (2003) gangguan jiwa diartikan sebagai gangguan pikiran,


perasaan dana tau tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan tergangunya
aktivitas sehari-hari. Menurut World Health Organisasion (2016), terdapat sekitar 35 juta
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia,
serta 47,5 juta terkena dimensia. Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama
dinegara-negara berkembang adalah skizofrenia termasuk jenis psikosis yang menempati
urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada. Di Indonesia sendiri menuru data
Riskesdas 2103 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
Skizofrenia bersifat kronis dan dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi
pikiran, perasaan, dan perilaku. Tanda-tanda pasien skizofrenia diantaranya adalah
penurunan/ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham),
afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) dan
mengalami kesulitan melakukan aktifitas sehari–hari (Keliat, 2006). Perilaku–perilaku
pada pasien skizofrenia yang sering muncul dapat mempengaruhi fungsi dalam
kehidupan sehari–hari klien. Perilaku–perilaku pada pasien skizofrenia meliputi gejala
positif (halusinasi, delusi, gangguan pikiran, gangguan perilaku), dan gejala negatif (afek
datar, defisit perawatan diri, menarik diri (Videbeck, 2008).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku klien skizofrenia yang
banyak dijumpai dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari–hari. Pasien gangguan jiwa akan
mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi akibat perubahan proses pikir
sehingga aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi,
berpakaian, makan, dan eliminasi untuk diri sendiri (Standar Diagnosa Keperawata
Indonesia (SDKI), 2017). Pengukuran defisit perawatan diri didasarkan pada tingkat
kemampuan pasien dalam melakukan perawatan diri sesuai dengan batasan karakteristik
menurut SDKI (2017). Klasifikasi penggolongan tingkat kemampuan perawatan diri
pasien dibagi menjadi mandiri total, perlu menggunakan alat bantu, semi mandiri,
ketergantungan sebagian, dan ketergantungan total (Wilkinson, 2008). Keterbatasan
perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani
oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakuan intervensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial.
Penelitian Pinedendi N, dkk (2016) menunujukkan bahwa pemberian tindakan
asuhan keperawatan oleh perawat kepada pasien dengan defisit perawatan diri dapat
meningkatkan kemampuan pasien melakukan perawatan pada dirinya secara mandiri.
Salah satu tindakan yang diberikan pada pasien dengan defisit perawatan diri dapat
dilakukan dengan Terapi Aktivitas Kelompok dengan topik defisit perawatan diri.
Dengan menggunakan terapi aktivitas kelompok ini diharapkan mampu memberikan
perawatan yang tepat sehingga pasien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari
defisit perawatan diri.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum: Tujuan umum yaitu klien mampu
memahami pentingnya kebersihan diri dan perawatan diri secara
maksimal.
2. Tujuan Khusus:
Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.
Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

BAB II
RENCANA KEGIATAN

A. Landasan Teori (Kasus dan TAK)


1. Konsep Defisit Perawatan Diri
a). Pengertian
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah,
2004).Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).

b) Klasifikasi
Kurang perawatan diri: Mandi/kebersihan
Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias
Kurang perawatan diri: Makan
Kurang perawatan diri: Toileting

c) Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut:
Kelelahan fisik
Penurunan kesadaran
Menurut (Depkes: 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah:
1) Faktor prediposisi
Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59),
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
Body Image: Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
Praktik Sosial: Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Status Sosial Ekonomi: Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan: Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Budaya: Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
Kebiasaan seseorang: Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain –
lain.
Kondisi fisik atau psikis: Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
b). Manifestasi klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
 Fisik
- Badan bau, pakaian kotor.
- Rambut dan kulit kotor.
- Kuku panjang dan kotor.
- Gigi kotor disertai mulut bau.
- Penampilan tidak rapi.
 Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif.
- Menarik diri, isolasi diri.
- Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
 Sosial
- Interaksi kurang.
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
- Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

2. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling
bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu. Individu
dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi.
Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota
kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara sistematis dapat
menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif atau dapat
difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas dalam kelompok ini
disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai
dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan
menimbulkan distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
hari. Terapi menggunakan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi
Aktivitas Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian
dari terapi kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien
gangguan jiwa dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok
pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk
mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah 20-
40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah
kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit (Budi Ana Keliat, 2007).

B. Kriteria dan Proses Seleksi


1. Kriteria / Karakteristik Klien
a) Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan diri:
defisit perawatan diri.
b) Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif
atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c) Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam keadaan
sakit, terinfus dan terpasang alat medis lainnya.
d) Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)

2. Proses Seleksi
a) Mengumpulkan data klien
b) Menganalisis data klien
c) Obsevasi di ruangan klien
d) Menentukan klien

3. Data Klien
Nama klien peserta TAK:
1. Tn. Anju
2. Tn. Utuh
3. Tn. Ali mataliu
4. Tn. Malik
5. Tn. Syarifudin
6. Tn. Jabal noor

C. PENGORGANISASIAN
1. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada sesi 1-3:
Sesi 1 & Sesi 2
Hari/tanggal: senin, 7 Oktober 2019
Waktu: 10.00 wita – 11.30 Wita
Tempat: RSJD Atma Husada Mahakam (Ruang Belibis )
Sesi 3 & 4
Hari/tanggal: Rabut, 9 Oktober 2019
Waktu: 08.00 - 09.30
Tempat: RSJD Atma Husada Mahakam (Ruang Belibis)

2. Tim Terapis
a) Tim Terapi
Sesi 1
- Leader: Eddo Febryan pramana
- Co. Leader: Muhammad Firdaus
- Fasilitator:
- M. Maulana Ismail
- Wahnyuni Agustina
- Aviva Handini
- Sri Novika Aditama
- Duwi Mawarti
- Khusnul Khotimah
- Riski Nurti Pratiwi
- Dedy Darmawan
- Vinna Fitriana
- Dina Ayu Hapsari
- Fadli Ariyanto
- Observer: Ida Bagus Nuraini
Sesi 2
- Leader: Khusnul Khotimah
- Co. Leader: Dina Ayu Hapsari
- Fasilitator:
- M. Maulana Ismail
- Wahnyuni Agustina
- Aviva Handini
- Ida Bagus Nuraini
- Duwi Mawarti
- Eddo Febryan Praman
- Riski Nurti Pratiwi
- Dedy Darmawan
- Vinna Fitriana
- Muhammad Firdaus
- Fadli Ariyanto
- Observer: Sri Novika Aditama
Sesi 3 & Sesi 4
- Leader: Duwi Mawarti
- Co. Leader: Aviva Handini
- Fasilitator:
- M. Maulana Ismail
- Wahnyuni Agustina
- Eddo Febryan Pramana
- Sri Novika Aditama
- Muhammad Firdaus
- Khusnul Khotimah
- Ida Bagus Nuraini
- Dedy Darmawan
- Vinna Fitriani
- Dina Ayu Hapsari
- Fadli Ariyanto
- Observer: Riski Nurti Pratiwi
3. Tugas Terapi
a) Tugas Leader
- Menyusun rencana TAK
- Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
- Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin jalannya
TAK
- Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok
- Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
- Sebagai role model
- Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberi
reinforcement positif
- Evaluasi tindak lanjut
b) Tugas Co. Leader
- Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok
- Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang
- Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik
c) Tugas fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk
aktif mengikuti berlangsungnya TAK.
- Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok
d) Tugas Observer
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia), dinamika jalannya TAK, keadaan peserta (aktif, pasif,
kooperatif)
- Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga
penutupan
- Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator tentang
jalannya TAK
4. Setting
Ruang Belibis RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda
a) Terapis dengan klien duduk bersama membentuk persegi panjang
b) Ruang nyaman dan tenang
Contoh Denah

Ket:
: Leader dan Co-Leader : Observer

: Klien : Fasilitator

5. Antisipasi Masalah
Beri Perhatian khusus dalam penyampain Materi dan Peragaan.
6. Bimbing sebisa mungkin peserta TAK mengikuti perintah terapis.
7. Buatlah kontrak dengan seluruh peserta TAK untuk dispilin selama proses
berjalannya TAK dengan tidak meninggalkan tempat pelaksaan sesuai dengan
kontrak waktu.
D. Proses Pelaksanaan

Sesi I: Menjelaskan Cara Menjaga Kebersihan Diri : Mandi


a. Tujuan
1) Klien mampu memperkenalkan diri dengan singkat menyebutkan nama lengkap
dan nama panggilan
2) Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri
3) Klien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diri dengan mandi
4) Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri mandi
b. Alat
1) Name tag
2) Sound/speaker
3) Kaset atau CD
4) Tape recorder
5) Bola kecil
6) Buku catatan dan pulpen
7) Alat Mandi : Gayung, Sabun, Ember, Handuk
8) Jadwal kegiatan klien
c. Metode dan Media
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan Tanya jawab
3) simulasi
d. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
- Memilih klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan diri.
- Membuat kontrak dengan klien.
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
 Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Terapis dan klien memakai papan nama
 Evaluasi/validasi
Menanyakan kepada klien apakah sudah pernah terlibat dalam TAK
 Kontrak
- Memperkenalkan diri.
- Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan manfaat
perawatan diri mandi, alat dan bahan yang digunakan untuk mandi, cara
dan tahapan mandi
- Menjelaskan aturan main berikut.
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Kerja
- Terapis menjelaskan jalannya kegiatan yaitu diawali dengan perkenalan
singkat menyebutkan nama lengkap, panggilan, hobi dan asal dengan cara
kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan
dengan arah jarum jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka
anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
- Sesi ini diawali dari terapis kemudian dilanjutkan dengan anggota kelompok
lain yang mendapat giliran melalui putaran bola seperti diawal
- Ulangi poin kedua dan ketiga sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran dan beri pujian pada setiap keberhasilan
- Terapis melanjutkan dengan menanyakan pentingnya/ manfaat menjada
kebersihan diri dengan mandi kepada anggota kelompok
- Buat rangkuman pendapat klien yang benar tentang manfaat mandi yang benar.
Tambahkan informasi jika masih ada yang kurang. Manfaat mandi :
 Memberihkan kotoran untuk mencegah infeksi kulit dan gatal-gatal
 Menghilangkan bau badan
 Meningkatkan penampilan diri
- Diskusikan alat-alat untuk mandi. Beri kesempatan klien untuk menjelaskan
alat-alat yang sering digunakan untuk mandi
- Buat rangkuman alat-alat mandi, tunjukkan alat-alat tersebut.
 Alat/bahan mandi:
 Sabun
 Handuk
 Air
 Gayung ember
- Diskusikan tahapan mandi yang benar. Berikan kesempatan kepada klien
untuk menjawab. Beri pujian bila benar . Bila adakesalahan, lakukan koreksi
dengan meminta pendapat klien yang lain
- Buat rangkuman dan tambahkan jika ada informasi yang kurang
- Lakukan demonstrasi mandi yang benar
Cara mandi :
Basahi seluruh permukaan tubuh dengan air
Ambil sabun gosokkan ke seluruh badan, anggota badan, wajah, dan area
perineal
Bilas dengan air bersih hingga sisa sabun hilang
Keringkan dengan handuk yang bersih
- Beri pujian untuk setiap peragaan yang telah dilakukan
4) Terminasi
 Evaluasi
Evaluasi subjektif : Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
Evaluasi objektif : minta klien bergantian menyebutkan kembali tentang
manfaat mandi, alat dan bahan, dan cara mandi
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
 Tindak lanjut
- Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan mandi dengan
cara yang telah dilatih sebanyak 2 x perhari
- Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan harian
klien.
-
 Kontrak yang akan datang
- Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu diskusi mengenai tata cara
menjaga kebersihan diri dengan berhias yang baik
- Menyepakati waktu dan tempat

5) Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi
adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 1,
dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal, kemampuan
nonverbal, kemampuan klien menyebutkan manfaat pentingnya mandi,
menjelaskan alat dan bahan mandi, menjelaskan tahapan mandi dan
memperagakan mandi dengan tepat menggunakan formulir evaluasi berikut:
- Kemampuan Verbal
Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan Nama Lengkap

2. Menyebutkan nama panggilan

3. Menyebutkan asal

4. Menyebutkan hobi

Jumlah

- Kemampuan non verbal

Nama Klien
No Aspek yang Dinilai

1. Kontak mata

2. Duduk tegak

3. Menggunakan Bahasa tubuh


yang sesuai

4. Mengikuti kegiatan dari awal-


akhir

Jumlah

Menyebutkan alat Memperagakan


Menyebutkan Menyebutkan cara
No Nama Klien dan bahan untuk cara mandi
manfaat mandi tahapan mandi
mandi
Petunjuk:
- Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama peserta
- Untuk tiap Peserta, beri penilaian tentang kemampuan verbal, nonverbal dan
kemampuan dalam menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri, cara
menjaga kebersihan diri dan akibat apabila tidak melakukan perawatan diri
Beri tanda jika klien mampu dan tanda jika klien tidak mampu.
- Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien

Sesi II: Tata Cara Berhias Pria


a. Tujuan
1) Klien dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat yang berhias.
2) Klien mampu menyebutkan cara berpakaian, bercukur untuk pria dan cara berhias
dan menyisir rambut.
3) Klien mampu menggunakan alat-alat yang diberikan untuk berhias
4) Klien mampu menjelaskan manfaat berhias

b. Alat
Peralatan berhias dan bercukur
c. Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
d. Langkah Kegiatan
1) Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
 Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien dan terapis pakai papan nama
 Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan pengalaman klien tentang berhias dan bercukur untuk pria
yang dilakukan selama ini
 Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berhias untuk mempercantik diri
- Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai

3) Tahap Kerja
- Terapis memulai dengan melakukan gerakan ice breaking sederhana
( gerakan goyang ayam bebek)
- Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk berhias,
manfaat dan tata cara berhias dan bercukur untuk pria. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran.
- Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
- Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan
mendemonstrasikan tata cara berhias dan bercukur untuk pria.
- Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berhias (menyisir
rambut).
- Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berhias.
- Memberikan pujian kepada klien
- Upayakan semua klien mampu berhias dan sudah mencoba
4) Tahap Terminasi
 Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah berhias
- Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar cara berhias
 Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk berhias.
- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
5) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah cara
berhias yang benar dan baik, keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.
Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri.
Menyebutkan
Menyebutkan MMenyebutkan akibat
No Nama Klien alat untuk
tata cara berhias tidak berhias
berhias
Petunjuk:
- Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
- Berikan penilaian pada masing-masing peserta TAK mengenai kemampuan
dalam menyebutkan alat untuk berhias, tata cara berhias dan akibat bila
tidak berhias.

Sesi III : Mengenal dan menyebutkan tata cara makan dan minum yang baik
a) Tujuan
- Klien mampu menyebutkan alat –alat makan dan minum
- Klien mampu menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum
- Klien mampu menjelaskan cara makan dan minum yang tertib
- Klien mampu menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
b) Alat
- Peralatan makan dan minum
c) Metode
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab
- Bermain peran dan simulasi
d) Langkah Kegiatan
4) Persiapan
- Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
- Membuat kontrak dengan klien
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
5) Orientasi
 Salam Terapeutik
- Salam dari terapis kepada klien
- Klien dan terapis pakai papan nama
 Evaluasi/validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan pengalaman klien tentang tata cara makan dan minum yang
baik
 Kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu tata cara makan dan minum dan baik
- Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.

6) Tahap Kerja
- Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang makan dan minum, manfaat
dan tata cara makan dan minum . Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
- Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
- Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk makan dan minum yang
baik.
- Meminta klien untuk mendemonstrasikan dan menyebutkan alat untukmakan
dan minum .
- Menanyakan perasaan klien setelah melakukan dan menyebutkan tata caara
makan dan minum baik.
- Memberikan pujian kepada klien
- Upayakan semua klien mampu berhias dan sudah mencoba
5) Tahap Terminasi
 Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengetahui tata cara makan dan
minum yang baik.
- Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar unutk makan dan minum
 Tindak lanjut
- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk
melakukan makan dan minum.
- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

6) Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat
mengetahui beberapa ilmu terkait cara makan dan minun yang baik dan benar.

Menyebutkan
Menyebutkan
tata cara makan Menyebutkan manfaat
No Nama Klien alat makan
dan minum makan minum
dan minum
yang baik
Sesi IV : Menjelaskan Cara Eleminasi Yang Baik
a) Tujuan
1) Klien mampu menyebutkan tempat BAB dan BAK yang sesuai
2) Klien mampu membersihkan diri setelah buang air yang baik
b) Alat
- Peralatan toileting
c) Metode
1) Dinamika kelompok
2) Diskusi dan tanya jawab
3) Bermain peran dan simulasi

d) Langkah Kegiatan
1. Persiapan

- Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya

- Membuat kontrak dengan klien

- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

 Mengucapkan salam terapeutik


- Salam dari terapis kepada klien

- Perkenalkan nama dan panggilan terapis

 Memvalidasi keadaan/ kondisiklien dan mengevaluasi jadwal kegiatan


harian pasien (Sp 1,2, dan3).
- Menanyakan perasaan klien
- Menanyakan apakah sudah melakukan latihan-latihan yang telah di
lakukan beberapa hari ini.

 Mengadakan kontrak
- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu tata cara eleminasi yang baik
- Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
- Terapis memberikan gerakan ice breaking sederahana (pijat bahu yang
ada di sebbelah kanan dan kiri secara bergantian)
Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk
BAB/BAK, tata cara BAK/BAB yang baik. Ulangi sampai semua klien
mendapat giliran

Berikan pujian setiap klien selesai bercerita

Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk BAK/BAB

Menanyakan perasaan klien setelah mengenal tata cara BAK/BAB

Memberikan pujian kepada klien

Upayakan smua klien mampu mengenal tata cara BAK/BAB

4. Tahap Terminasi

 Evaluasi

- Terapis menanyakan perasaan kliensetelah mengenal tata cara


BAK/BAB

- Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar tata cara BAK/BAB

 Tindak Lanjut

- Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk


eleminasi

- Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien

5. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung. Khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi dalah kemampan klien yang diharapkan adalah cara
eleminasi yang benar dan baik.

Kemampuan eleminasi untuk mecegah defisit perawatan dir

No Nama klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan cra Menyebutkan


secara mandiri tempat melakukan cara
cara BAB/BAK BAB/BAK BAB/BAK membersihkan
BAB/BAK

Petunjuk :

 Tulis nama panggiln klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

 Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal dan menjelaskan BAB/BAK,
melakukan BAB/BAK secara mandiri, klien mampu membersihkan tempat
BAB/BAK,beri tanda ceklis, jika klien mampu dan beri tanda silang jika klien tidak
mampu.
BAB III
LAPORAN HASIL
A. Kesimpulan (evaluasi)
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pemeliharaan hygiene perorangan di
perlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada
orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara
perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional
klien.
B. Saran
Semoga proposal SPTK ini dapat memberikan pengetahuan dan motivasi
bagi klien dalam peningkatan Defisit Perawatan Diri melakukan aktivitas
mandi/kebersihan diri, memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri,
menunjukkan aktivitas makan, dan melakukan atau menyelesaikan aktivitas
toileting sendiri.
Bagi tenaga kesehatan sebagai bahan masukan dan saran untuk dapat lebih
membantu dalam proses harga diri pasien dengan perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai