NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
SRI DAMAYANTI
201410201116
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh:
SRI DAMAYANTI
201410201116
ABSTRAK
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswi PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND
LIFE QUALITY OF ELDERLY WITH HYPERTENSION
AT GRUJUGAN BANTUL YOGYAKARTA1
ABSTRACT
Background: Patients with hypertension have a poor quality of life of 66.7%, while
33.3% elderly have good quality of life. Quality of life in the elderly needs the support
of the family because in old age the elderly need more attention, both in terms of health
and in terms of their daily life, such as care and appreciation for the elderly.
Objective: The objective of the study was to analyze the correlation between family
support and life quality of elderly people with hypertension.
Research Method: This research used correlation type with Design of Analytical
Observation and with cross sectional approach. This research was conducted on March
23, 2018 at Grujugan Bantul Yogyakarta. This study used respondents aged 56-85
years with 30 respondents as the samples. Sampling Technique applied Total
Sampling. Data analysis used Kendall's Tau statistical test.
Result: Based on Kendall's Tau statistical test, the result obtained significant value
0.000 (<0.05) and coefficient value 0.972.
Conclusion and Suggestion: There was correlation between family support and the
life quality of elderly with hypertension with very close relationship level. Elderly can
follow routine examination by elderly health care in order to control their hypertension
and always consume low-salt meal, also do regular exercise.
1
Title of the Thesis
2
Student of Student Of Nursing Science Faculty Of Health Science ‘Aisyiyah Yogyakarta University
3
Lecturer Of Nursing Science Faculty Of Health Science ‘Aisyiyah Yogyakarta University
A. PENDAHULUAN kewaspadaan di dunia kesehatan dan
Lanjut usia merupakan bagian pemerintah karena semakin banyaknya
dari proses tumbuh kembang pada jumlah populasi lansia maka semakin
setiap individu. Manusia tidak serta meningkat pula permasalahan yang
merta menjadi tua, tetapi setiap akan dihadapi, Indonesia sendiri akan
individu akan melewati proses menghadapi triple burden atau disebut
perkembangan yang dimulai dari bayi, dengan tiga beban yaitu meningkatkan
anak-anak, dewasa dan pada akhirnya angka kelahiran, beban penyakit
menua atau biasa disebut dengan (menular dan tidak menular) dan yang
lansia. Perubahan tersebut merupakan terahir terjadinya peningkatan angka
hal yang normal yang dialami setiap beban tanggungan yang sebenarnya
individu, baik dalam perubahan fisik untuk kelompok usia produktif
maupun tingkah laku seseorang saat terhadap usia tidak produktif (Depkes,
mencapai usia tua. Lanjut usia sudah 2016).
menjadi ketetapan Tuhan Yang Masa Penurunan tersebutlah yang
Esa, masa lansia merupakan masa kemudian meningkatkan angka
dimana seseorang akan mengalami kesakitan (morbidity rates) pada
kemunduran fisik, mental dan sosial lansia. Kesehatan penduduk dapat
secara bertahap (Azizah, 2011). diukur melalui angka kesakitan
Jumlah lansia yang berada di dunia tersebut, indikator yang menunjukan
dari tahun semakin meningkat, derajat kesehatan penduduk yang
berdasarkan data WHO pada tahun semakin baik ialah semakin rendahnya
2015 ada 901.000.000 orang yang angka kesakitan pada penduduk, pada
berusia 60 tahun atau lebih. Negara tahun 2015 angka kesakitan pada lansia
Asia menempati urutan pertama sebesar 28,62%, berarti dapat
dengan populasi lansia terbanyak, pada disimpulkan bahwa dari setiap 100
tahun 2015 berjumlan 508 juta populasi orang lansia 28 diantaranya mengalami
lansia, yang terdiri dari total populasi sakit. Angka kesakitan di Indonesia
lansia di dunia sebanyak 56% (United menurut tipe daerah pada tahun 2013-
Nations, 2015 dalam Jayanti, 2017). 2015 yaitu lansia sakit yang berada di
Negara Indonesia sendiri wilayah perkotaan sebesar 8,07%, sedangkan
yang memiliki lansia tertinggi yaitu lansia yang berada diperdesaan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 6,38% dan lansia yang berada
dengan banyak 13,81%, Jawa Tengah diperkotaan dan perdesaan sebesar
12,59% dan diikuti oleh Jawa Timur 7,17% (Kemenkes RI, 2017).
sebesar 12,25%. Daerah Istimewa Menurut Riset Kesehatan Dasar
Yogyakarta yang memiliki jumlah (Riskesdas, 2013) di Yogyakarta
lansia terbanyak adalah daerah Bantul memiliki angka kejadian hipertensi
sebanyak 42.108 untuk usia 60-64, pada lansia sebesar 25,8%. Angka dari
untuk usia 65-69 sebanyak 28.187, usia jumlah penderita hipertensi pada tahun
70-74 sebanyak 22.840, usia 75-79 2013 memang tidak sebesar dengan
sebanyak 19.034 dan untuk usia 80 data pada tahun 2007 yaitu 31,7%
tahun keatas sebanyak 20.787 (Biro (Riskesdas, 2013) Sedangkan menurut
Tata Pemerintahan Setda DIY, 2017). hasil data dari Pusdatin DIY (2016) DI
Meningkatnya jumlah penduduk Yogyakarta termasuk dalam urutan ke
lanjut usia di Indonesia merupakan 3 dengan kasus hipertensi sebanyak
pencapaian yang baik karena usia 12,8%.
harapan hidup di Indonesia juga Meningkatnya angka kejadian
meningkata, tetapi dengan peningkatan penyakit tidak menular, terutama
tersebut menjadi salah satu penyakit hipertensi yang dialami oleh
lansia sangat berpengaruh terhadap Ringinharjo, dan Sabdodadi.
kualitas hidup, dimana penduduk lansia Berdasarkan wawancara dengan
yang tidak mengidap penyakit tidak petugas Puskesmas Bantul II, Dusun
menular 1,5 kali (70%) memiliki Grujugan memiliki dua posyandu
kualitas hidup yang lebih baik, lansia yang menaungi 5 RT, dari
dibandingkan dengan lansia yang wawancara dengan pengurus posyandu
mengidap penyakit tidak menular lansia atau kader, di Dusun Grujugan
(49%) Pardono., Hapsari., dan Sari memiliki jumlah lansia yang banyak
(2009, dalam Poluan., Kalesaran., dan dan kebanyakan menderita penyakit
Ratag, 2016) Berdasarkan penelitian hipertensi, tetapi dari sekian banyak
yang dilakukan oleh Dewi dan Sudhana jumlah lansia, lansia yang aktif
pada tahun 2013 dalam hasil mengikuti posyandu setiap 2 bulan
penelitiannya menyatakan bahwa sekali dan yang selalu di dukung oleh
lansia dengan hipertensi memiliki keluarga sebanyak 25 orang.
kualitas hidup yang buruk sebesar Berdasarkan data dari posyandu lansia
66,7%, sedangkan 33,3% untuk lansia yang mengalami hipertensi sebanyak
yang memiliki kualitas hidup baik. 11 orang dan berdasarkan door to door
Meningkatkan kualitas hidup yang dilakukan peneliti menemukan 30
pada lansia membutuhkan dukungan lansia yang menderita hipertensi dan 11
dari keluarga, dimana pada usia tua lansia yang mendapatkan dukungan
para lansia sangat membutuhkan dari keluarganya rutin melakukan
perhatian, baik dalam hal kesehatan pemeriksaan sehingga penyakit
atau dalam kehidupan sehari-hari hipertensinya dapat diatasi dan lansia
mereka, seperti perawatan dan juga mengatakan bahwa kualitas
penghargaan untuk lansia. Berdasarkan hidupnya baik sedangkan 19 lansia
penelitian yang dilakukan Wafroh., yang tidak rutin melakukan
Herawati., dan Lestari (2016) lansia pemeriksaan atau tidak mengikuti
yang berada di PSTW Budi Sejahtera posyandu mengatakan hipertensinya
Banjarbaru yang tidak mendapatkan tidak terkontrol dan bahkan sampai
dukungan dari keluarganya sebesar mengganggu aktifitas sehari-hari
46%, untuk lansia yang cukup sehingga kualitas hidupnya kurang
mendapatkan dukungan keluarganya baik. Sehingga peneliti tertarik untuk
sebesar 24%, dan yang mendapatkan melakukan penelitian dengan judul
dukungan keluarga sepenuhnya hanya penelitian Hubungan Dukungan
24%. Hal ini diketahui karena keluarga Keluarga dengan Kualitas Hidup
dari lansia tidak membiayai lansia Lansia Penderita Hipertensi di Dusun
selama mereka berada di panti serta Grujugan Bantul Yogyakarta.
menyediakan keperluan ataupun B. METODE PENELITIAN
melengkapi setiap kekurangan dari Penelitian ini merupakan
sarana lansia. penelitian kolerasional, Design yang
Berdasarkan studi pendahuluan digunakan pada penelitian ini adalah
yang dilakukan pada tanggal 27 Observasional analitik dengan
November 2017 di Puskesmas Bantul menggunakan pendekatan cross
II, di dapatkan data lansia yang sectional. Instrumen yang digunakan
menderita hipertensi sebanyak 530 dalam penelitian ini adalah kuesioner.
orang untuk usia 60–69 tahun, dan 284 Populasi pada penelitian ini adalah
untuk usia >70 tahun. Wilayah kerja lansia yang memiliki penyakit
Puskesmas Bantul II hipertensi yang berada di Dusun
Grujugan Bantul Yogyakarta dengan
terdiri dari 3 desa yaitu desa Bantul, jumlah 30 responden yang sudah
dipilih berdasarkan kriteria yang adalah responden perempuan yang
dibutuhkan peneliti. Sampel pada berjumlah 21 responden (70%) dan
penelitian ini menggunakan teknik untuk lansia laki-laki berjumlah 9
total sampling. Analisis data yang responden (30%).
digunakan adalah uji statistik Kendall’s Karakteristik responden
Tau. berdasarkan pendidikan tertinggi
C. HASIL PENELITIAN adalah pendidikan SD dengan jumlah
1. Karakteristik Responden 11 responden (36,7%) sedangkan yang
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi paling rendah adalah perguruan tinggi
Karakteristik Responden di Dusun yaitu 0. Karakteristik responden
Grujugan Bantul Yogyakarta berdasarkan pekerjaan dimana
(N=30) pekerjaan terbanyak adalah buruh dan
No Karakteristik F % lainnya yang berjumlah 13 responden
1. Umur (43,3%) sedangkan pekerjaan paling
56-65 tahun 12 40,0 sedikit adalah POLRI/PNS/TNI yang
66-75 tahun 15 50,0 berjumlah 0 responden.
76-85 tahun 3 10,0 Berdasarkan karakteristik pada
2. Jenis Kelamin Status pernikahan responden dengan
Laki-laki 9 30,0 nilai tertinggi adalah lansia yang masih
Perempuan 21 70,0 memiliki pasangan yang berjumlah 23
3. Pendidikan responden (76,7%) sedangkan paling
SD 11 36,7 terendah adalah Janda/duda yang
SMP 6 20,0 berjumlah 7 (23,3%) responden.
SMA 3 10,0 Responden yang Lama menderita
Perguruan 0 0 hipertensi tertinggi adalah responden
Tinggi 10 33,3 yang menderita hipertensi selama <5
Tidak Sekolah tahun yang berjumlah 19 responden
4. Pekerjaan (63,3%) sedangkan paling rendah
Swasta 2 6,7 adalah ≥5 tahun yang berjumlah 11
Wiraswasta 2 6,7 responden (36,7).
Buruh 13 43,3 2. Dukungan Keluarga di Dusun
POLRI/PNS/TNI 0 0 Grujugan Bantul Yogyakarta
Lainnya 13 43,3
5. Status Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Pernikahan 23 76,7 Responden Berdasarkan Dukungan
Menikah 7 23,3 Keluarga di Dusun Grujugan Bantul
Janda/Duda Yogyakarta (N=30)
6. Lama Menderita Dukungan Keluarga F (%)
Hipertensi 19 63,3 Baik 16 53,3
< 5 tahun 11 36,7 Cukup 14 46,7
≥ 5 tahun Kurang 0 0
Total 30 100
Tabel 4.1 menunjukan lansia Tabel 4.2 menunjukan bahwa
dengan hipertensi paling banyak dukungan keluarga tertinggi adalah
adalah responden dengan usia 66-75 dukungan keluarga yang baik
tahun berjumlah 15 responden (50%) dengan nilai 16 reponden (53,3%)
dan yang paling sedikit pada usia 76- sedangkan yang memiliki nilai
85 tahun yang berjumlah 3 responden terendah adalah dukungan keluarga
(10%) Karakteristik responden kurang yaitu 0 responden.
berdasarkan jenis kelamin tertinggi
3. Dukungan Keluarga Berdasarkan Karakteristik Responden
DAFTAR PUSTAKA