Disusun Oleh :
1. Aisyah Nasibar PO.71.31.1.16.004
2. Fatriani PO.71.31.1.16.014
3. Khusnul Alifia Arrizki PO.71.31.1.16.016
4. Marlisa Puspitasari PO.71.31.1.16.020
5. Maysara PO.71.31.1.16.021
6. Rizki Ananda PO.71.31.1.16.028
7. Rizki Rahma Dhantri PO.71.31.1.16.029
8. Tri Meita Riyani PO.71.31.1.16.036
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN GIZIPALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya jualah kami dapat menyelesaikan
Proposal Praktek Belajar Lapangan Perencanaan Program Gizi ini.
Praktek Belajar Lapangan Perencanaan Program Gizi akan
dilaksanakan dari tanggal 10 Juni – 21 Juni 2019 di 4 Desa dalam
wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo Kabupaten Musi Rawas Provinsi
Sumatra Selatan.
Dalam proses pembuatan laporanini kami banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Penanggung
Jawab Direktur Politeknik Kesehatan Palembang.
2. Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan dan selaku Ketua
Prodi IV Gizi Politeknik Kesehatan Palembang
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Rawas beserta
jajarannya.
4. Bapak Sartono, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam
kegiatan PPG.
5. Camat Musi Rawas beserta jajarannya.
6. Kepala Desa Tambah Asri.
7. Pimpinan Puskesmas Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi
Rawas beserta jajaran.
8. Bidan Desa dan tenaga kesehatan lain serta kader PosyanduDesa
Tambah Asri Kabupaten Musi Rawas.
9. Masyarakat Desa Tambah Asri yang telah berpartisipasi dan
bekerjasama.
iii
Kami menyadari bahwa Proposal Praktek Belajar Lapangan
Perencanaan Program Gizi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................ iv
DAFTAR TABEL................................................................. vii
DAFTAR BAGAN................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................... 3
C. Tujuan Penelitian..................................................... 3
D. Hipotesis Penelitian….............................................. 5
E. Manfaat Penelitian................................................... 6
v
BAB Halaman
C. Analisis Bivariat........................................................ 53
BAB V PENUTUP................................................................ 82
A. Kesimpulan.............................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 85
LAMPIRAN.......................................................................... 88
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
vii
Nomor Halaman
Anak Balita............................................................. 50
19. Distribusi Frekuensi Status Penyakit Infeksi Anak
Balita.......................................................................
50
20. Distribusi Frekuensi Konsumsi Kapsul Vitamin A
Anak Balita..............................................................
51
21. Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Ekslusif Anak
Balita…...................................................................
51
22. Distribusi Frekuensi Partisipasi Ibu dalam
Penimbangan Anak Balita…...................................
52
23. Distribusi Frekuensi Sanitasi Air Bersih.................. 52
24. Hubungan Asupan Energi Balita dengan Status
Gizi Balita Berdasarkan BB/TB...............................
53
25. Hubungan Asupan Protein Balita dengan Status
Gizi Balita Berdasarkan BB/TB...............................
54
26. Hubungan Asupan Lemak Balita dengan Status
Gizi Balita Berdasarkan BB/TB...............................
55
27. Hubungan Asupan Karbohidrat Balita dengan
Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB....................
56
28. Hubungan Pekerjaan Kepala Keluarga dengan
Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB....................
57
29. Hubungan Pendidikan Kepala Keluarga dengan
Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB....................
58
30. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi
Balita Berdasarkan BB/TB.......................................
60
31. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi
Anak Balita Berdasarkan BB/TB.............................
61
32. Hubungan Pantangan Makan Ibu Hamil dengan
Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB.....................
62
33. Hubungan Status Penyakit Infeksi dengan Status
Gizi Balita Berdasarkan BB/TB................................
63
viii
Nomor Halaman
ix
Nomor Halaman
x
DAFTAR BAGAN
Nomor Halaman
1. Kerangka Teori............................................................. 25
2. Kerangka Konsep ........................................................ 27
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan,
dan lainnya) (Suyanto, 2009). Status gizi dapat pula diartikan sebagai
gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan
energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).
Status gizi khususnya status gizi anak balita merupakan salah
satu indikator kualitas sumber daya manusia yang menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Status gizi yang diharapkan pada balita
adalah status gizi baik. Namun terdapat masalah gizi yang
mempengaruhi status gizi baik pada balita tersebut. Masalah gizi
tersebut adalah masalah malnutrisi yaitu kejadian gizi yang salah, bisa
kekurangan gizi (Undernutrition) maupun kelebihan gizi (Over
nutrition). Kekurangan gizi bisa disebut gizi buruk dan kelebihan gizi
disebut obesitas (Irianto, 2014).
Masalah gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling
terkait. Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi
individu, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling
mempengaruhi. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi
makanan yang tidak memenuhi prinsip gizi seimbang, tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang
yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya bayi tidak
memperoleh ASI eksklusif. Faktor penyebab langsung kedua adalah
penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit
menular dan buruknya kesehatan lingkungan, terutama diare dan
penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
1
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan
hidup dan perilaku hidup sehat (Kemenkes, 2012). Sedangkan, faktor
penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi individu
adalah karena faktor kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan
pangan yang kurang, kesempatan pekerjaan yang tidak pasti serta
pelayanan kesehatan yang kurang memadai (Irianto, 2014).
Di Indonesia, berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) menunjukkan prevalensi berat anak balita dibawah normal
dengan indikator BB/U adalah 18,4% (2007), 17,9% (2010) dan 19,6%
(2013), yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi berat anak balita
dibawah normal dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan Laporan PSG Sumatera Selatan tahun 2016,
menunjukkan 19,2 % anak balita pendek, sedangkan di Kabupaten
Musi Rawas anak balita pendek sebesar 19,1%. Hasil PSG tahun 2017
Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan 22,8% anak balita pendek,
sedangkan di Kabupaten Musi Rawas sebesar 25,9% anak balita
pendek.
Melihat dampak negatif yang diakibatkan oleh gizi kurang
terhadap derajat kesehatan anak balita, diantaranya mengakibatkan
terjadinya penyakit infeksi, terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak balita, kecacatan fisik, keterbelakangan mental,
hingga berujung pada kematian bila tidak ditangani lebih lanjut.
Ditambah lagi belum tersedianya data yang memberikan informasi
mengenai hubungan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah
tersebut, maka diperlukan adanya penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja
Puskesmas L. Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi
Rawas Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019.
2
B. Rumusan Masalah
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan status gizi
balita di wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo
Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan status
gizi anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo Kecamatan
Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas 2019.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang diharapkan dalam praktek belajar
lapangan perencanaan program gizi ini adalah sebagai berikut :
a. Diketahui distribusi frekuensi status gizi anak balita di Desa
Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo Kecamatan
Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
b. Diketahui distribusi frekuensi asupan zat gizi (energi, protein,
lemak dan karbohidrat) anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah
Kerja Puskesmas L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo
Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
c. Diketahui distribusi frekuensi jenis pekerjaan orang tua anak
balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
d. Diketahui distribusi frekuensi pendidikan orang tua anak balita di
Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
e. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan gizi dan kesehatan
ibu di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
3
f. Diketahui distribusi frekuensi status sosial ekonomi keluarga
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
g. Diketahui distribusi frekuensi pantangan makan anak balita di
Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
h. Diketahui distribusi frekuensi status penyakit infeksi anak balita
di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
i. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi vitamin A anak balita di
Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
j. Diketahui distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif anak balita
di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
k. Diketahui distribusi frekuensi pelayanan kesehatan anak balita di
Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
l. Diketahui distribusi frekuensi sanitasi air bersih keluarga di Desa
Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo Kecamatan
Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
m. Diketahui hubungan asupan zat gizi (energi, protein, lemak dan
karbohidrat) dengan status gizi anak balita di Desa Tambah Asri
Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo
Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.
n. Diketahui hubungan jenis pekerjaan orang tua dengan status gizi
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
4
o. Diketahui hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
p. Diketahui hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan ibu dengan
status gizi anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja
Puskesmas L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi
Rawas tahun 2019.
q. Diketahui hubungan status sosial ekonomi dengan status gizi
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
r. Diketahui hubunganstatus penyakit infeksi dengan status gizi
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
s. Diketahui hubungan konsumsi vitamin A dengan status gizianak
balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
t. Diketahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
u. Diketahui hubungan pelayanan kesehatan dengan status gizi
anak balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
v. Diketahui hubungan sanitasi air bersih dengan status gizi anak
balita di Desa Tambah Asri Wilayah Kerja Puskesmas
5
L.Sidoharjo Kecamatan Tugu Mulyo Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019.
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan asupan zat gizi (energi, protein, lemak, dan
karbohidrat) anak balita dengan status gizi anak balita.
2. Ada hubungan jenis pekerjaan orang tua dengan status gizi anak
balita.
3. Ada hubungan pendidikan orang tua dengan status gizi anak balita.
4. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan dengan
status gizi anak balita.
5. Ada hubungan status sosial ekonomi dengan status gizi anak balita.
6. Ada hubungan pantangan makan anak balita dengan status gizi anak
balita.
7. Ada hubungan status penyakit infeksi dengan status gizi anak balita.
8. Ada hubungan konsumsi vitamin A dengan status gizi anak balita.
9. Ada hubungan ASI eksklusif dengan status gizi anak balita.
10. Ada hubungan pelayanan kesehatan dengan status gizi anak balita.
11. Ada hubungan sanitasi air bersih dengan status gizi anak balita.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian
dibidang Gizi Masyarakat, sekaligus sebagai media untuk
menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.
2. Bagi Akademi
Sebagai pengembangan mahasiswa dalam kegiatan
penelitian serta menambah wawasan pengetahuan penelitian dan
keterampilan, guna peningkatan mutu penelitian.
6
3. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan bagi orang tua yang mempunyai
balita khususnya bagi ibu dalam upaya memperbaiki, meningkatkan
status gizi dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
kegiatan pelayanan kesehatan.
4. Bagi Pemerintah Daerah
Sebagai bahan informasi dalam perencanaan penetapan
program gizi masyarakat di daerah yang diteliti.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Status Gizi
Pengertian Status Gizi menurutIrianto (2006) dalam Krisna
Fitriyantonoadalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi
merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-
hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat
kebugaran dan kesehatan,membantu pertumbuhan bagi anak, serta
menunjang prestasi olahraga. Sedangkan menurut Almatsier
(2009), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara
status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Dalam pengertian yang lain, Supariasa dkk (2012)
menjelaskan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Berdasarkan beberapa
pendapat tentang status gizi di atas bahwa status gizi adalah status
kesehatan tubuh yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient, sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara statusgizi ,
kurus, normal, risiko untuk gemuk, dan gemuk agar berfungsi secara
baik bagi organ tubuh.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
dan penggunaan zat-zat gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara
langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Sedangkan, penilaian status gizi secara tidak
8
langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor
ekologi(Supariasa dkk, 2012).
Status gizi anak balita bisa diukur secara antropometri
dengan parameter berat badan, tinggi badan atau panjang badan
dibandingkan dengan usia anak balita sesuai dengan standar baku
WHO-2005.
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Indeks berat badan menurut umur merupakan penilaian
status gizi kurang dan gizi buruk (KEMENKES RI, 2011). Berat
badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan
mineral pada tulang. Penentuan berat badan dilakukan dengan
cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4) Skalanya mudah dibaca
5) Cukup aman cukup aman untuk menimbang anak balita
Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian
dipilih dan dianjurkan untuk penimbangan anak balita adalah
dacin.Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan
maksimum 25 kg. Dapat juga digunakan dacin berkapasitas 50
kg, tetapi hasilnya agak kasar karena angka ketelitiannya 0,25
kg (Supariasa dkk, 2012).
Standar deviasi unit disebut juga Z-score. WHO
menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan. Waterlow juga merekomendasikan
penggunaaan SD untuk menyatakan hasil pengukuran
pertumbuhan atau growth monitoring. Rumus perhitungan Z-
score adalah :
9
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
=
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
Berikut ini adalah kategori dan ambang batas status gizi anak
balita berdasarkan Indeks BB/U:
Tabel 1
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U
Kategori
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Status Gizi
Gizi Lebih >2 SD
-2 SD sampai dengan 2
Berat Badan menurut Gizi Baik
SD
Umur (BB/U) Anak
-3 SD sampai dengan < - 2
Umur 0-60 Bulan Gizi Kurang
SD
Gizi Buruk < -3 SD
10
Tinggi badan merupakan parameter bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur diketahui
dengan tepat. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita
yang sudah bisa berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi
microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1 cm (Supariasa dkk,
2012).
Standar deviasi unit disebut juga Z-score. WHO
menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan. Waterlow juga merekomendasikan
penggunaaan SD untuk menyatakan hasil pengukuran
pertumbuhan atau growth monitoring.Rumus perhitungan Z-
score adalah :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
11
c. Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat
badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB merupakan penilaian status
gizi kurus dan sangat kurus. Standar deviasi unit disebut juga
Z-score. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk
meneliti dan memantau pertumbuhan. Waterlow juga
merekomendasikan penggunaaan SD untuk menyatakan
hasil pengukuran pertumbuhan atau growth monitoring.
Rumus perhitungan Z-score adalah :
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑍 − 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑟𝑢𝑗𝑢𝑘𝑎𝑛
Berikut ini adalah kategori dan ambang batas status gizi anak
balita berdasarkan IndeksBB/PB atau BB/TB :
Tabel 3
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/PB
Kategori Status
Ambang Batas (Z-Score)
Indeks Gizi
Berat Badan menurut Sangat Kurus <-3 SD
Panjang Badan -3 SD sampai dengan <-2
(BB/PB) atau Berat Kurus
SD
Badan menurut -2 SD sampai dengan 2
Tinggi Badan (BB/TB) Normal
SD
Anak Umur 0-60
Gemuk >2 SD
Bulan
12
memantau pertumbuhan. Waterlow juga merekomendasikan
penggunaaan SD untuk menyatakan hasil pengukuran
pertumbuhan atau growth monitoring. Rumus perhitungan Z-
score adalah :
Berikut ini adalah kategori dan ambang batas status gizi anak
balita berdasarkan Indeks IMT/U :
Tabel 4
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks IMT/U
Kategori Status
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Gizi
Sangat Kurus <-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2
Indeks Massa Kurus
SD
Tubuh menurut
-2 SD sampai dengan 2
Umur (IMT/U) Normal
SD
Gemuk >2 SD
13
balita. Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa
terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein
dengan status gizi balita. Balita dengan tingkat konsumsi energi dan
protein yang mencukupi dan memenuhi kebutuhan tubuh akan
berbanding lurus dengan status gizi baik (Roshmita S, 2017).
a. Energi
Asupan energi diperoleh dari bahan makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak dan protein . Energi dalam
tubuh manusia dapat timbul karena adanya pembakaran
karbohidrat, protein, dan lemak sehingga manusia
membutuhkan zat-zat makanan yang cukup untuk memenuhi
kecukupan energinya (Ayu Diah, 2012).
Berdasarkan teori WNPG (2004) menyatakan bahwa kategori
asupan energi kurang jika < 80% AKG, kategori asupan
energi baik jika > 80 % AKG .
b. Protein
Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak
berperan sebagai sumber energi, tetapi berfungsi untuk
mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak21. Protein
merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi
tubuh karena berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat
pembangun dan pengatur (Ayu Diah, 2012).
Berdasarkan teori WNPG (2004) menyatakan bahwa kategori
asupan protein kurang jika < 80% AKG, kategori asupan
protein baik jika > 80 % AKG .
c. Lemak
Lemak berfungsi untuk memberikan tenaga kepada tubuh.
Satu gram lemak dapat dibakar untuk menghasilkan sembilan
kalori yang diperlukan tubuh (Almatsier, 2011).
14
Berdasarkan teori WNPG (2004) menyatakan bahwa kategori
asupan lemak kurang jika < 80% AKG, kategori asupan lemak
baik jika > 80 % AKG .
d. Karbohidrat
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan
bakar” (energi) utama bagi tubuh (Kurniasih, 2010).
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang menjadi
penyumbang terbesar dari total asupan energi (Gharib dan
Rasheed, 2011).
Berdasarkan teori WNPG (2004) menyatakan bahwa kategori
asupan karbohidrat kurang jika < 80% AKG, kategori asupan
karbohidrat baik jika > 80 % AKG.
Pada umumnya masyarakat pedesaan belum begitu mengerti
dan memperhatikan variasi dalam makanan sehari–hari, padahal
hasil pertanian mereka mencukupi untuk memvariasikan makanan
yang akan dikonsumsi. Jadi untuk mencapai asupan zat gizi yang
seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis makanan.
Bagi bayi dan anak, penggunaan energi diluar BMR, selain untuk
pertumbuhan diperlukan pula untuk bermain, makan dan
sebagainya. Untuk semua itu, diperlukan energi sehari-hari yang
dinyatakan dalam AKG (Angka Kecukupan zat Gizi), sebagai berikut:
Tabel 5
Angka Kecukupan Zat Gizi Dianjurkan
Pada Balita Di Indonesia
15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bayi 0 – 6 bulan
dengan BB 6 kg, memerlukan energi sebesar 550 kkal dan bayi yang
berumur 7 – 11 bulan dengan BB 9 kg, memerlukan energi sebesar
725 kkal, anak yang berumur 12 – 36 bulan dengan BB 13 kg,
memerlukan energi sebesar 1125 kkal, anak yang berumur 32 – 72
bulan dengan BB 19 kg, memerlukan energi sebesar 1600 kkal.
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu antara lain
Metode Recall 24 jam, Metode Estimasi Food Record, Metode
penimbangan makanan (Food Weighing), Metode Dietary History,
dan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency).
1) Metode Recall 24 jam
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber
“bahan bakar” (energi) utama bagi tubuh (Kurniasih, 2010).
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang menjadi
penyumbang terbesar dari total asupan energi (Gharib dan
Rasheed, 2011).
Untuk klasifikasi dari tingkat konsumsi Individu dapat
dilakukan dengan cara wawancara dengan menanyakan
semua bahan makanan baik makanan maupun minuman
yang dikonsumsi oleh balita di rumah maupun diluar rumah
termasuk jajanan selama 1x 24 jam yang lalu dilakukan
selama 3 hari melalui wawancara dengan menggunakana
metode food recall , dianalisa dengan DKBM lalu
dibandingkan dengan DKBM lalu dibandingkan dengan %
AKG 2013. Dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu baik dan
kurang. Dikatakan baik bila Konsumsi lebih dari sama dengan
80 % AKG dan dikatakan kurang bila konsumsi kurang dari
80% AKG.
16
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan
atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi
makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan
makanan secara kualitatif, tapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini
paling sering digunakan dapat penelitian epidemiologi gizi
(Supariasa dkk, 2012).
17
4. Pendidikan Kepala Keluarga
Menurut Berg (1987), latar belakang pendidikan seseorang
merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki
menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan
atau kurang informasi tentang gizi yang memadai.
Menurut Apriadji (1986), seseorang dengan pendidikan
rendah, belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang
memenuhi persyaratan gizi dibanding dengan orangg lain yang
pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah,
kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi
mengenai gizi, bukan mustahil pengertian gizinya akan lebih baik
(Suhendri, 2009).
Hasil Penelitian Kartono (1993), menunjukkan bahwa
pendidikan ayah dan pendidikan ibu terlihat berpengaruh terhadap
keadaan gizi anak, semakin tinggi tingkat pendidikan ayah maupun
ibu cenderung mempunyai anak dengan kedaan gizi baik.
Selanjutnya Jus’at (1992), menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu
sangat berperan pada pola asuh anak, alokasi masukan sumber
daya gizi serta informasi lainnya dan sekaligus menggambarkan
tingkat ekonomi keluarga.
Pendidikan orang tua berdasarkan penelitian Zulkarnain
(2012), dapat diukur dengan cara memberikan pertanyaan pada
responden menggunakan alat ukur kuesioner. Hasil ukur
dikategorikan berdasarkan kategori, yaitu SD (Tamat / Tidak
tamatSD), SMP (Tamat SMP), SMA (Tamat SMA), PT (Tamat PT).
18
Untuk meningkatkan gizi keluarga, perlu dukungan seluruh
anggota keluarga. Namun demikian, di dalam masyarakat
penanganan makanan masih didominasi oleh ibu. Oleh karena itu ibu
dituntut untuk memahami seluk beluk makanan yang berkaitan
dengan gizi (Lisdiana,1998).
Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada 3 kenyataan :
1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakan
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk
dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan
(Suhardjo, 1986).
Pemilihan pengolahan dan penyajian makanan dipengaruhi
oleh pengetahuan gizi. Semakin tinggi pengetahuan gizi semakin
diperhitungkan jumlah dan jenis makanan yang dipilih untuk
dikonsumsinya. Ibu yang tidak cukup pengetahuan gizi akan memilih
makanan yang paling menarik panca indra dan tidak mengadakan
pemilihan berdasarkan penilaian gizi makanan. Sebaliknya ibu yang
memiliki pengetahuan gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan
rasional dan pengetahuan gizinya tentang nilai gizi makanan
tersebut (Sediaoetama, 1991).
Hasil penelitian Hartati (2013), menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita.
Pengetahuan ibu dapat diukur dengan memberikan pertanyaan
tentang kesehatan dan gizi atau wawancara, dengan alat ukur
kuesioner, yang dikategorikan menjadi baik dan kurang. Kategori
dikatakan baik, jika responden mampu menjawab dengan benar ≥ 7
19
atau ≥ 50% pertanyaan, dan dikatakan kurang, jika responden
menjawab dengan benar kurang dari <7 atau 50% dari pertanyaan.
20
dan dikatakan tidak miskin, bila konsumsi beras ≥ 320 kg/ kapita/
tahun.
21
tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu (Anonim,
2009).
9. Konsumsi Vitamin A
Vitamin A adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi
manusia, karena zat gizi ini tidak dibuat oleh tubuh, jadi harus
dipenuhi dari luar tubuh berupa makanan yang dikonsumsi (Hassan,
2002). Vitamin A dapat melindungi tubuh dari infeksi organisme
asing, seperti bakteri patogen. Mekanisme pertahanan ini termasuk
22
ke dalam sistem imun eksternal, karena sistem imun ini berasal dari
luar tubuh. Vitamin ini akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel
darah putih dan antibodi di dalam tubuh sehingga tubuh menjadi
lebih resisten terhadap senyawa toksin maupun terhadap serangan
mikroorganisme parasit, seperti bakteri patogen dan virus
(Rutherford 2007).
Pada negara-negara berkembang kasus kekurangan vitamin
A memberikan kontribusi besar terhadap kematian bayi dan
mordibitas sehingga hal ini menjadi permsalahan utama gizi di
negara tersebut (Helen et al, 2012).
Menurut Kementerian Kesehatan, 2016 setiap tahun bulan
Februari dan Agustus disebut sebagai bulan pemberian kapsul
vitamin A, karena pada kedua bulan ini dilakukan pembagian
suplementasi vitamin A pada anak dengan kelompok umur 6 sampai
59 bulan di seluruh Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk memenuhi
kecukupan asupan vitamin A pada balita.Saat ini, cakupan
pemberian vitamin A secara nasional belum mencapai 80%.
Terdapat dua jenis kapsul vitamin A, yakni kapsul biru (dosis 100.000
IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU)
untuk anak umur 12-59 bulan, sedangkan kapsul merah juga
diberikan kepada ibu yang dalam masa nifas. Pemerintah
menyediakan kapsul vitamin A tersebut agar masyarakat dapat
memanfaatkannya tanpa dipungut biaya.
Kurang vitamin A erat kaitannya dengan penyakit infeksi.
Hadirnya penyakit infeksi dalam tubuh anak akan membawa
pengaruh terhadap keadaan gizi anak. Sebagai reaksi pertama
akibat adanya infeksi adalah menurunnya nafsu makan sehingga
anak menolak makanan yang diberikan. Penolakan terhadap
makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi kedalam tubuh
anak (Depkes RI, 1985).
23
10. ASI Ekslusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose
dan garam-garam organik yang dieksresi oleh dua belah kelenjar
payudara ibu (Soetiningsih, 1995). ASI ekslusif menurut WHO (1990)
adalah pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan padat lainnya
kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam betuk tetes atau sirup
selama 6 bulan kehidupannya.
ASI merupakan makanan ideal terutama pada bulan-bulan
pertama sebab memenuhi syarat seperti mengandung cukup energi
dan semua zat gizi esensial untuk membangun dan menyediakan
energi dan semua zat gizi yang diperlukan. ASI memiliki berbagai zat
anti infeksi, mengurangi kejadian eksim ektopik dan proses
menyusui menguntungkan ibu karena dapat lactational infertility. ASI
yang mengandung semua zat gizi untuk membangun dan
penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak
memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum
berfungsi baik pada bayi baru lahir, serat menghasilkan
pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadi, 1990).
Dengan kondisi bayi yang secara alamiah masih rentan
terhadap infeksi, maka ASI dapat melindungi bayi dari berbagai
infeksi hingga dapat menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian, terutama dari golongan sosial-ekonomi rendah yang hidup
dalam lingkungan yang kurang bersih (Pudjiadi, 1990).
24
tertuang dalam Undang-undang Kesehatan tentang kesehatan ialah
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat. Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan,
pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk
pelayanan kesehatan yaitu:
1) Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) Pelayanan
kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh perorangan secara
mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok
anggota masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit
dan memulihkankesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya
pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada institusi
pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik bersalin,
praktik mandiri.
2) Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) Pelayanan
kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan
masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif.
Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-
pusat kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.
Kunjungan ibu ke posyandu, puskesmas/poliklinik, dan
pelayanan kesehatan lainnya dikatakan baik jika ibu hadir dalam
mengunjungi sebanyak ≥ 4 kali kunjungan dalam 6 bulan, sedangkan
dikatakan kurang baik jika ibu hadir dalam mengunjungi sebanyak <
4 kali kunjungan dalam 6 bulan (Dapertemen Kesehatan RI, 2008).
25
bersih merupakan upaya pencegahan yang berkaitan dengan status
gizi. Ketersediaan sumber air bersih yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari seperti masak, minum dan mencuci bahan
makanan serta alat masak sangat berhubungan dengan kejadian
KEP khususnya pada anak balita dan di katakan baik jika air berasal
dari sumur gali/bor,PDAM. Sedangkan dikatakan tidak baik jika air
berasal dari sungai, air hujan dan air irigasi (WHO, 2002).
Sarana air minum yang memenuhi syarat kesehatan akan
memberi jaminan kepada individu untuk terhindar dari resiko terkena
penyakit diare (Jellieffe dan Jellieffe, 1989).
Kualitas air minum rupanya punya andil atas status gizi anak.
Studi menyimpulkan bahwa peningkatan kualitas air minum dapat
meningkatkan status gizi. Ketersediaan air yang berkualitas ini
penting untuk diperhatikan. Air bersih tidak hanya mencegah dari
penyakit infeksi tetapi juga menjaga status gizi anak agar tetap baik.
Seperti diketahui infeksi merupakan salah satu faktor penentu status
gizi anak. Bila status gizi kurang , kekurusan, kependekan akan
berlanjut terhadap produktifitas dan kualitas seseorang ketika dia
dewasa (Kencana, 2013).
26
27
B. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini
merupakan modifikasi dari kerangka teori Unicef tahun 1990 dalam
Supariasa 2001 dapat di lihat pada gambar dibawah ini :
28
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibawah ini merupakan hasil dari kerangka teori
yang dikemukakan, maka dibuat kerangka konsep penelitian seperti yang
tertera dibawah ini :
Konsumsi Vitamin A
ASI ekslusif
Pelayanan Kesahatan
Sanitasi Air Bersih
Sanitasi Air Bersih
29
D. Definisi Operasional
1. Status Gizi Balita
Keadaan fisik anak balita usia 6 - 52 bulan yang diukur secara
antropometri dengan parameter berat badan, tinggi badan atau
panjang badan dan IMT dibandingkan dengan usia anak balita
sesuai dengan standar baku WHO-2005.
a. Indeks BB/U
Cara Ukur : Antropometri dengan BB/U
Alat ukur : timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1
kg.
Hasil ukur :
1. Gizi Lebih, jika > 2 SD
2. Gizi Baik, jika -2 SD sampai dengan 2 SD
3. Gizi Kurang, jika -3 SD sampai dengan < -
2SD
4. Gizi Buruk, jika < -3 SD
(Kemenkes, 2011)
Skala ukur : Ordinal
b. Indeks TB/U atau PB/U
Cara ukur : Antropometri dengan indeks TB/U atau PB/U
Alat ukur : Microtoise dengan kapasitas 2 m dengan
ketelitian 0,1
cm dan Infantometer dengan kapasitas 110
cm
Hasil ukur : 1. Tinggi, jika > 2 SD
2. Normal, jika -2 SD sampai dengan 2 SD
3. Pendek, jika -3 SD sampai dengan < -2 SD
4. Sangat Pendek, jika < -3 SD
(Kemenkes, 2011)
Skala ukur : Ordinal
30
c. Indeks BB/TB
Cara Ukur : Antropometri dengan indeks BB/TB atau
BB/PB
Alat ukur : Microtoise dengan kapasitas 2 m dengan
ketelitian 0,1 cm, Infantometer dengan
kapasitas 110 cm, dantimbangan digital
dengan ketelitian 0,1 kg
Hasil ukur : 1. Gemuk, jika > 2 SD
2. Normal, jika -2 SD sampai dengan 2 SD
3. Kurus, jika -3 SD sampai dengan < -2 SD
4. Sangat Kurus, jika < -3 SD
(Kemenkes, 2011)
Skala ukur : Ordinal
d. Menurut IMT/U
Cara Ukur : Antropometri dengan indeks BB/TB atau
BB/PB
Alat ukur : Microtoise dengan kapasitas 2 m dengan
Ketelitian 0,1 cm, Infantometer dengan
kapasitas 110 cm, dan timbangn injak dengan
ketelitian 0,1 kg
Hasil ukur :1. Gemuk, jika > 2 SD
2. Normal, jika -2 SD sampai dengan 2 SD
3. Kurus, jika -3 SD sampai dengan < -2 SD
4. Sangat Kurus, jika < -3 SD
(Kemenkes, 2011)
Skala ukur : Ordinal
2. Asupan Zat GiziAnak Balita
Semua bahan makanan, makanan dan minuman termasuk
jajanan yangdikonsumsi balita yang diperoleh dari dalam maupun
luar rumahselama 1x 24 jam yang lalu dilakukan selama 3 hari
melalui wawancara dengan menggunakanform recall, dianalisa
31
dengan DKBM/KPI lalu dibandingkan dengan persen AKG yang
dianjurkan (% Angka Kecukupan Gizi) 2013.
a. Asupan Energi
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Form recall
Hasil ukur : 1. Konsumsi baik, bila ≥ 80 % AKG
2. Konsumsi kurang, bila < 80 % AKG
(WNPG, 2004)
Skala ukur : Ordinal
b. Asupan Protein
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Form recall
Hasil ukur : 1. Konsumsi baik, bila ≥ 80 % AKG
2. Konsumsi kurang, bila < 80 % AKG
(WNPG, 2004)
Skala ukur : Ordinal
c. Asupan Lemak
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Form recall
Hasil ukur : 1. Konsumsi baik, bila ≥ 80 % AKG
1. Konsumsi kurang, bila < 80 % AKG
(WNPG, 2004)
Skala ukur : Ordinal
d. Asupan Karbohidrat
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Form recall
Hasil ukur : 1. Konsumsi baik, bila ≥ 80 % AKG
2. Konsumsi kurang, bila < 80 % AKG
(WNPG, 2004)
Skala ukur : Ordinal
32
3. Jenis Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan utama sehari-hari kepala keluarga dalam
menunjang penghasilankeluarga, didapat melalui wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner.
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 1. Pegawai Pemerintah: PNS, anggota
ABRI,pensiunan
2. Wiraswasta: Pedagang, petani pengarap,
tukang becak
3. Petani : Petani pemilik
4. Buruh : Buruh pabrik atau usaha
lain, dan sopir
5. Lainya
(Menurut Notoatmodjo, 2012)
Skala ukur : Ordinal.
33
5. Pengetahuan Ibu tentang Gizi dan Kesehatan
Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan secara umum yang
dimiliki oleh ibu balita menurut kemampuan berfikirnya,didapat
melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner.
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur :1.Baik , jika jawaban benar ≥ 7 pertanyaan.
2.Kurang, jika jawaban benar < 7 pertanyaan.
(Hartati, 2013)
Skala ukur : Ordinal.
34
2.Tidak ada pantangan
Skala ukur : Ordinal.
8. Status Penyakit Infeksi
Keadaan anak balita mengalami penyakit infeksi seperti
Diare, Demam, Batuk dan Pilek dalam satu minggu terakhir.
Cara ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 1. Tidak
2. Ya
(Suhendri, 2009)
Skala ukur : Ordinal
9. Konsumsi Vitamin A
Pemberian kapsul Vitamin A pada balita dilakukan dua kali
setahun pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 100.000 IU
untuk bayi 6-11 bulan dan 200.000 IU untuk anak 12-59 bulan.
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 1. Ya, jika balita diberikan vitamin A sesuai
dosis umur selama 6 bulan terakhir
2. Tidak, jika balita tidak diberikan vitamin A
sesuai dosis umur selama 6 bulan terakhir
Skala ukur : Ordinal
35
2. Tidak
Skala : Ordinal
11. Pelayanan Kesahatan
Kunjungan ibu ke posyandu, puskesmas /polilkinik,
polindesdan pelayanan kesehatan lainnya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan anak balita selama enam bulan terakhir
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil Ukur : 1. Baik, ≥ 4 kali kunjungan
2. Kurang baik, <4 kali kunjungan
Skala Ukur : Ordinal
12. Sanitasi Air Bersih
Sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
seperti masak, minum dan mencuci bahan makanan serta alat
masak.
Cara Ukur : Wawancara langsung
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : 1. Baik, jika air berasal dari sumur gali/bor,
PDAM.
2.Tidak baik, jika air berasal dari sungai, air
hujan dan air irigasi.
Skala ukur : Ordinal
36
BAB III
METODE PENELITIAN
37
3. Cara Pengambilan Besar Sampel
Penarikan sampel menggunakan cara Systematic Random
Sampling, adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pendaftaran (pengelompokan) pada keluarga yang
mempunyai Batita dengan kriteria yang ditetapkan sesuai
dengan tujuan penelitian.
b. Beri nomor pada populasi secara merata.
c. Kemudian tentukan proporsi sampel yang diambil dan
selanjutnya dilakukan pemilihan pertama secara random satu
diantara nomor proporsi yang telah ditentukan untuk dijadikan
sampel, rumus yang digunakan :
N
K
n
Keterangan :
K = selang pengambilan sampel
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
4. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan teknik Quota
Random Sampling.
38
3) Karakteristik Keluarga (status sosial ekonomi, pendidikan
orangtua, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, pekerjaan
orangtua, sanitasi air bersih).
b. Data Sekunder, terdiri dari :
1) Data Monografi Desa (keadaan geografi desa, keadaan
demografi desa, agama, pekerjaan penduduk serta
pelayanan kesehatan dan sosial).
2) Data dan kepustakaan serta sumber lain yang menunjang
dalam penelitian ini.
39
6) Pengambilan data status gizi diambil pada tanggal 12Juni–18
Juni 2019 dengan mengumpulkan semua sampel di Balai
Desa dan dilakukan pengukuran tinggi/panjang badan serta
penimbangan berat badan anak balita dengan dibantu oleh
kader posyandu.
7) Untuk anak balita yang tidak datang pada saat pengkuran
maka dilakukan pengukuran di rumah anak balita(home visit).
8) Pengambilan data asupan zat gizi anak balita diperoleh
dengan cara melakukan kunjungan ke rumah yang
sebelumnya sudah dijanjikan dengan ibu dari anak balita,
data konsumsi dilakukan dengan cara wawancara langsung
menggunakan form recall konsumsi zat gizi diambil selama 3
hari berturut – turut. Saat kunjungan ke rumah juga dilakukan
wawancara mengenai data karakteristik keluarga.
b. Data Sekunder
1) Pengambilan data populasi balita diperoleh dari arsip desa
yang berjumlah ± 80 anak balita.
2) Data geografi desa.
3) Data demografi desa.
4) Data jumlah penduduk.
5) Data sarana dan prasarana kesehatan.
6) Data jumlah tenaga kesehatan.
40
d. Timbangan injak digital kapasitas 150 kg dengan tingkat
ketelitian 0,1 kg.
e. Timbangan makanan.
f. Buku estimasi makanan.
g. Program komputerisasi.
h. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan tahun 2013.
41
sejumlah ±50 sampel lalu dianalisa dengan komputer melalui
program komputerisasi.
5) Data sosial ekonomi didapat melalui wawancara. Dengan
mengukur nilai konsumsi beras dengan menggunakan alat
ukur kuesioner. Hasil ukur dikategorikan menjadi miskin dan
tidak miskin. Dikatakan miskin bila konsumsi beras <320 kg/
kapita/ tahun dan dikatakan tidak miskin, bila konsumsi beras
≥ 320 kg/ kapita/ tahun.
6) Data pengetahuan gizi dan kesehatan ibu dari ±50 sampel
dapat diukur dengan memberikan pertanyaan tentang
kesehatan dan gizi atau wawancara, dengan alat ukur
kuesioner, yang dikategorikan menjadi baik dan kurang.
a) pengetahuan baik, bila jawaban benar ≥ 50%
b) pengetahuan kurang, bila jawaban benar<50%.
7) Lalu data dikumpulkan sesuai kode sampelnya sejumlah ± 50
sampel dan dianalisa melalui program komputerisasi.
b. Analisis Data
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan
variasi seluruh variabel penelitian dengan cara membuat tabel
distribusi frekuensi, meliputi karakteristik balita: jenis kelamin,
usia, status kesehatan, asupan zat gizi (energi, protein,
lemak, KH), asi ekslusif, pantangan makanan pada balita,
pemberian kapsul vitamin A dan karakteristik keluarga : status
sosial ekonomi, pendidikan orangtua, pengetahuan gizi dan
kesehatan ibu, pekerjaan orangtua, sanitasi air bersih.
2) Analisis Bivariat
Analisis dilakukan dengan membuat tabel silang antara
masing-masing variabel bebas (status kesehatan balita,
asupan zat gizi balita {energi, protein, lemak dan KH}, asi
42
ekslusif, status sosial ekonomi, pantangan makanan pada
balita , pendidikan orangtua, pengetahuan gizi dan kesehatan
ibu, jenis pekerjaan orangtua, sanitasi air bersih, dan
pemberian kapsul vitamin A ) terhadap variabel terikat (status
gizi anak balita), untuk memperoleh gambaran variabel bebas
yang diduga ada hubungannya dengan kondisi status gizi
balita. Uji statistik yang digunakan dalam analisa bivariat ini
adalah uji Chi Square dengan menggunakan sistem
komputerisasi, yaitu menguji kemaknaan hubungan atau
perbedaan dengan tingkat kepercayaan 95%.Keputusan
statistik diambil dengan melihat nilai p pada tingkat
kepercayaan 95% sebagai berikut (Kuzma 1994) :
p> 0,05 ( α ) dinyatakan hasilnya tidak bermakna.
p ≤ 0,05 ( α ) dinyatakan hasilnya bermakana.
Rumus yang digunakan pada uji chi square:
Keterangan:
O = frekuensi hasil observasi.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Letak Geografis
Sebagai wilayah administrative, Desa Tambah Asri mempunyai
batas – batas wilayah sebagai berikut :
Batas wilayah Tambah Asri terbagi menjadi 4
perbatasan yaitu di Utara terdapat desa Wonorejo, bagian
Selatan desa Surodadi, bagian Barat desa Sidoharjo dan
bagian Timur terdapat desa Sungai Ketuan
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Tambah Asri sekitar 684,29 Ha.
a. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Tambah Asri sekitar 3056 jiwa.
Jumlah kartu keluarga sekitar 901 Kartu Keluarga.
b. Jumlah sarana
Ada beberapa sarana yang ada di Desa Tambah Asri
seperti Posyandu dengan jumlah 3 posyandu dan 1 Polindes.
Mayoritas masyarakat di desa Tambah Asri memiliki kebun
serta sawah sebagai sumber pangan untuk dapat memenuhi
kebutuhan makanan keluarga.
B. Analisis Univariat
Setelah dilakukan pengolahan data dari data yang dikumpulkan
dengan kuesioner selama 12 hari didapatkan hasil data univariat
sebagai berikut :
44
1. Status Gizi
TABEL 6
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT (BB/U)
DESA TAMBAH ASRI
Status Gizi (BB/U) n %
Gizi lebih 1 1,25
Gizi baik 63 78,75
Gizi kurang 12 15,0
Gizi buruk 4 5,0
Total 80 100
TABEL 7
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT (TB/U)
DESA TAMBAH ASRI
Status Gizi (TB/U) N %
Tinggi 3 3,75
Normal 54 67,5
Pendek 15 18,75
Sangat pendek 8 10
Total 80 100
45
(67,5 %), pendek 15 balita (18,75%), sangat pendek 8 balita (10%)
dan tinggi 3 balita (3,75%).
TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT (BB/TB)
DESA TAMBAH ASRI
Status Gizi (BB/TB) n %
Gemuk 3 3,75
Normal 64 80
Kurus 7 8,75
Sangat Kurus 6 7,5
Total 80 100
TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT (IMT/U)
DESATAMBAH ASRI
Status Gizi (IMT/U) n %
Gemuk 2 2,5
Normal 65 81,25
Kurus 6 7,5
Sangat Kurus 7 8,75
Total 80 100
46
(81,25 %), kurus 6 balita (7,5 %), sangat kurus 7 balita (8,75%) dan
gemuk 2 balita (2,5 %).
2. Asupan makanan
TABEL 10
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT ASUPAN
ENERGI
DESA TAMBAH ASRI
Asupan Energi n %
Baik 41 51,25
≥ 80 % AKG
Kurang 39 48,75
< 80 % AKG
Total 80 100
TABEL 11
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT ASUPAN
PROTEIN
DESA TAMBAH ASRI
Asupan Protein n %
Baik 60 75,0
≥ 80 % AKG
Kurang 20 25,0
< 80 % AKG
Total 80 100
47
Tabel 11 menunjukkan bahwa asupan zat gizi balita yang
asupan proteinnya ≥ 80 % AKG sebanyak 60 balita (75,0 %) dan
asupan proteinnya < 80 % AKG sebanyak 20 balita (25,0 %).
TABEL 12
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT ASUPAN
LEMAK
DESA TAMBAH ASRI
Asupan Lemak n %
Baik
37 46,25
≥ 80 % AKG
Kurang
43 53,75
< 80 % AKG
Total 80 100
TABEL 13
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT ASUPAN
KARBOHIDRAT DESA TAMBAH ASRI
Asupan
n %
Karbohidrat
Baik
35 43,75
≥ 80 % AKG
Kurang
45 56,25
< 80 % AKG
Total 80 100
48
Tabel 13 menunjukkan bahwa asupan zat gizi balita yang
asupan karbohidratnya ≥ 80 % AKG sebanyak 35 balita (43,75%)
dan asupan proteinnya < 80 % AKG sebanyak 45 balita (56,25%).
49
4. Pendidikan Kepala Keluarga
TABEL 15
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT
TINGKAT PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA DESA
TAMBAH ASRI
Tingkat
Pendidikan Kepala n %
Keluarga
SD 36 45,0
SMP 13 16,25
SMA 25 31,25
PT 6 7,5
Total 80 100
50
5. Pengetahuan Ibu
TABEL 16
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT
PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN KESEHATAN
DESA TAMBAH ASRI
Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Gizi dan n %
Kesehatan
Baik 70 87,5
≥ 7 pertanyaan
Kurang 10 12,5
< 7 pertanyaan
Total 80 100
51
7. Pantangan Makanan
TABEL 18
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT
PANTANGAN MAKANAN PADA BALITA DESATAMBAH
ASRI
Pantangan Makanan
n %
pada Balita
Ada 10 12,5
Tidak ada 70 87,5
Total 80 100
52
9. Konsumsi Kapsul Balita
TABEL 20
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT
KONSUMSI KAPSUL VITAMIN A DESATAMBAH ASRI
Konsumsi Vitamin
N %
A
Ya 69 86,25
Tidak 11 13,75
Total 80 100
53
11. Pelayanan Kesehatan
TABEL 22
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT
PELAYANAN KESEHATAN DESA TAMBAH ASRI
Pelayanan Kesehatan n %
Baik 78 97,5
≥ 4 kali kunjungan
Kurang Baik 2 2,5
< 4 kali kunjungan
Total 80 100
12. Sanitasi
DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BALITA MENURUT
SANITASI AIR BERSIH DESATAMBAH ASRI
54
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Asupan Zat Gizi (Energi) dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks BB/TB
TABEL 23
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT ASUPAN ENERGI DI DESA
TAMBAH ASRI
Uji statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p < 0,05
(0,026) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan zat gizi
(energi) balita dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
55
2. Hubungan Asupan Zat Gizi (Protein) dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks BB/TB
TABEL 24
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT ASUPAN PROTEIN DI DESA
TAMBAH ASRI
Uji statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p < 0,05
(0,009) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan zat gizi
(protein) balita dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
56
3. Hubungan Asupan Zat Gizi (Lemak) dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks BB/TB
TABEL 25
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT ASUPAN LEMAK DI DESA
TAMBAH ASRI
Uji statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p > 0,05
(0,994) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan zat
gizi (lemak) balita dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
57
d. Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi Balita Berdasarkan
Asupan Karbohidrat menurut indeks BB/TB
TABEL 26
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT ASUPAN KARBOHIDRAT DI DESA
TAMBAH ASRI
Status Gizi Total
Asupan Karbohidrat p
Wasting Normal n (%)
Kurang 11 (24,4%) 34 (75,6%) 45 (100%)
Baik 2 (5,6%) 34 (94,4%) 36 (100%)
0,024
Total 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
58
hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi karbohidrat
dengan status gizi berdasarkan indeks BB/TB.
TABEL 27
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT PEKERJAAN KEPALA KELUARGA DI DESA
TAMBAH ASRI
Pekerjaan Status Gizi Total
Kepala Keluarga p
Wasting Normal n (%)
Pegawai 8 (13,3%) 52 (86,7%) 60 (100%)
Tetap
Buruh 5 (25%) 15 (75%) 20 (100%) 0,473
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,473) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis
pekerjaan kepala keluarga dengan status gizi batita menurut indeks
BB/TB.
Pekerjaan kepala keluarga sangat berhubungan dengan
pendapatan keluarga yang mempengaruhi tingkat sosial ekonomi
keluarga. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
Sari Fatimah dkk (2008) di Kabupaten Tasikmalaya yang
59
mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat sosial
ekonomi keluarga yang rendah terhadap status gizi balita.
TABEL 28
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA DI DESA
TAMBAH ASRI
Pendidikan Status Gizi Total
Kepala Keluarga p
Wasting Normal n (%)
Menengah 7 (14,2%) 42 (85,8%) 49 (100%)
PT 6 (19,4%) 25 (80,6%) 31 (100%)
0,632
Total 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
Uji statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p > 0,05
(0,632) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan kepala keluarga dengan status gizi balita menurut indeks
BB/TB.
60
g. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks BB/TB
TABEL 29
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT PENGETAHUAN IBU DI DESA
TAMBAH ASRI
Pengetahuan Status Gizi Total
Ibu p
Wasting Normal n (%)
Kurang 1 (10%) 9 (90%) 10 (100%)
Baik 12 (17%) 58 (83%) 70 (100%)
0,567
Total 13 (16%) 67 (84%) 80 (100%)
Uji statistik dengan uji chi square didapatkan nilai p > 0,05
(0,567) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkt
pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita menurut indeks
BB/TB.
61
Duampanua Kabupaten Pinrang yang dilakukan pada 74 responden
menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita
mempunyai nilai p 0,416 sehingga tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita.
Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rosmalia Helmi pada tahun 2013,dari penelitian ini diketahui
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status
gizi balita menurut indikator BB/TB.
TABEL 30
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT SOSIAL EKONOMI DI DESA
TAMBAH ASRI
62
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,540) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
sosial ekonomi dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
TABEL 31
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT PANTANGAN MAKANAN BALITA DI DESA
TAMBAH ASRI
Status Gizi Total
Pantangan p
Wasting Normal n (%)
Tidak 10 (14,2%) 60 (85,8%) 70 (100%)
Ya 3 (30%) 7 (70%) 10 (100%)
0,208
Total 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,208) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pantangan
63
makanan ibu selama hamil dengan status gizi balita menurut indeks
BB/TB.
TABEL 32
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT STATUS INFEKSI DI DESA
TAMBAH ASRI
Status Gizi Total
Infeksi p
Wasting Normal n (%)
Tidak 5 (10,7%) 42 (89,3%) 47 (100%)
Ya 8 (24,2%) 25 (75,8%) 33 (100%)
0,104
Total 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,104) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status
penyakit infeksi dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
64
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Sjahmien Moehji
(2003:12) yang menyebutkan bahwa status kesehatan akan
mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi.
TABEL 33
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT KONSUMSI VITAMIN A DI DESA
TAMBAH ASRI
Status Gizi Total
Vitamin A p
Wasting Normal n (%)
Tidak 1 (9,0%) 10 (91%) 11 (100%)
Ya 12 (17,3%) 57 (82,7%) 69 (100%)
0,730
Total 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,730) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi
vitamin A dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
65
reaksi pertama akibat adanya infeksi adalah menurunnya nafsu
makan sehingga anak menolak makanan yang diberikan.Penolakan
terhadap makanan berarti berkurangnya pemasukan zat gizi
kedalam tubuh anak.
TABEL 34
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT ASI EKSLUSIF DI DESA
TAMBAH ASRI
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,162) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pemberian ASI
EKSLUSIF dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
66
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian M Kurnia
Widiastuti Giri dkk (2010) di Kecamatan Buleleng yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan status
gizi balita usia 6-24 bulan, dimana ibu yang memberikan ASI
Eksklusif akan semakin baik status gizi balitanya dari pada ibu yang
tidak memberikan ASI Eksklusif kepada balita yang berusia 6 –24
bulan.
TABEL 35
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT PELAYANAN KESEHATAN DI DESA
TAMBAH ASRI
67
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p > 0,05
(0,190) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pelayanan
kesehatan dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
TABEL 36
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BB/TB ANAK BALITA
MENURUT SANITASI AIR BERSIH DI DESA
TAMBAH ASRI
Status Gizi Total
Sanitasi p
Wasting Normal n (%)
Tidak Baik 0 (0%) 0 (0%) 0 (100%)
Baik 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
0,087
Total 13 (16,25%) 67 (83,75%) 80 (100%)
Uji statistik dengan uji Chi Square didapatkan nilai p < 0,05
(0,087) menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi air
bersih dengan status gizi balita menurut indeks BB/TB.
68
2. Hubungan Asupan Zat Gizi (Energi) dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 37
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI ANAK BALITA (TB/U)
MENURUT ASUPAN ENERGI DI DESA TAMBAH ASRI
Asupan Status Gizi Total
Energi Normal Stunting n (%) P
Baik 33(58,93%) 8(33,33%) 41(51,25%)
Kurang 23(41,07%) 16(66,67%) 39(48,75%) 0,051
69
a. Hubungan Asupan Zat Gizi (Protein) dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 38
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI ANAK BALITA (TB/U)
MENURUT ASUPAN PROTEIN DI DESA TAMBAH ASRI
70
b. Hubungan Asupan Zat Gizi (Lemak) dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 39
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI ANAK BALITA (TB/U)
MENURUT ASUPAN LEMAK DI DESA TAMBAH ASRI
71
d. Hubungan Asupan Zat Gizi (Karbohidrat) dengan Status Gizi
Balita Menurut Indeks TB/U
TABEL 40
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI ANAK BALITA (TB/U)
MENURUT ASUPAN KARBOHIDRAT DI DESA TAMBAH ASRI
72
e. HubunganJenis Pekerjaan KK dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 41
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PEKERJAAN
KEPALA KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA
BERDASARKAN TB/U
DI DESA TAMBAH ASRI
Pekerjaan Status Gizi Total
P
Kepala Keluarga Normal Stunting n (%)
Pegawai Tetap 44 (78,57%) 16 (67 %) 58 (72,5%)
Buruh 12 (21,43%) 8 (33%) 20 (27,5%) 0,515
Total 56 (70%) 24(30%) 80 (100%)
73
f. Hubungan Penddikan KK dengan Status Gizi Balita Menurut
Indeks TB/U
TABEL 42
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PENDIDIKAN
KEPALA KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA
BERDASARKAN TB/U
DI DESA TAMBAH ASRI
74
hubungan yang bermakna antara pendidikan kepala keluarga
dengan status gizi.
TABEL 43
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PENGETAHUAN
IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U DI DESA
TAMBAH ASRI
75
Duampanua Kabupaten Pinrang yang dilakukan pada 74 responden
menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita
mempunyai nilai p 0,416 sehingga tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita.
TABEL 44
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT SOSIAL EKONOMI
DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U DI DESA
TAMBAH ASRI
76
i. Hubungan Pantangan Makan Balita dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 45
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PANTANGAN
MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN
TB/U DI DESA TAMBAH ASRI
77
j. Hubungan Status Kesehatan Balita dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 46
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT STATUS
PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN
TB/U DI DESA TAMBAH ASRI
78
makanan cukup baik tetapi sering diserang demam, akhirnya dapat
menderita KEP (kekurangan energi dan protein).
TABEL 47
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT KONSUMSI VIT.A
DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U DI DESA
TAMBAH ASRI
79
l. Hubungan ASI Ekslusif dengan Status Gizi Balita Menurut
Indeks TB/U
TABEL 48
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT ASI EKSLUSIF
DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U DI DESA
TAMBAH ASRI
80
m. Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 49
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT PELAYANAN
KESEHATAN DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U
DI DESA TAMBAH ASRI
81
n. Hubungan Sanitasi Air Bersih dengan Status Gizi Balita
Menurut Indeks TB/U
TABEL 50
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN MENURUT SANITASI AIR
BERSIH DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TB/U DI
DESA TAMBAH ASRI
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pengamatan dan penelitian di lapangan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
batita di Desa Tambah Asri Kecamatan Tugumulyo Kabupaten
Musi Rawas dapat disimpulkan :
1. Analisa Univariat
a. Balita dengan status gizi kurang menurut indeks BB/U
ditemukan sebesar 15% dan Balita dengan status gizi
baik menurut indeks BB/U ditemukan sebesar 78,75 %.
b. Balita dengan status gizi sangat pendek menurut indeks
TB/U ditemukan sebesar 10 % dan Balita dengan status
gizi pendek menurut indeks TB/U ditemukan sebesar
18,75%.
c. Balita dengan status gizi sangat kurus menurut indeks
BB/TB ditemukan sebesar 7,5% dan balita dengan status
gizi kurus menurut indeks BB/TB ditemukan sebesar 8,75
%.
d. Balita dengan status gizi Sangat kurus menurut indeks
IMT/U ditemukan sebesar 8,75% dan kurus menurut
indeks IMT/U ditemukan sebesar 7,5 %.
e. Balita dengan asupan energi kurang ditemukan sebesar
48,75 %.
f. Balita dengan asupan protein kurang ditemukan sebesar
25,0 %.
g. Balita dengan asupan lemak kurang ditemukan sebesar
53,75 %.
h. Balita dengan asupan karbohidrat kurang ditemukan
sebesar 56,25 %.
83
i. Sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai petani
sebanyak yaitu sebesar 55 %.
j. Sebagian besar ibu balita beperndidikan SD yaitu sebesar
45,0 %.
k. Ibu balita yang memiliki pengetahuan yang kurang yaitu
sebesar 12,5%.
l. Sosial ekonomi keluarga yang memiliki status miskin yaitu
sebesar 31,25%.
m. Balita yang memiliki pantangan makanan yaitu sebesar
12,5 %.
n. Balita yang mengalami penyakit infeksi yaitu sebesar
41,25 %.
o. Balita yang tidak konsumsi kapsul vitamin A ditemukan
sebesar 13,75 %.
p. Balita yang tidak mendapatkan ASI ekslusif ditemukan
sebesar 22,5 %.
q. Tingkat partisipasi ibu balita dalam penimbangan anak
balita sebesar 97,5 %.
r. Penggunaan air bersih sebesar 100%
2. Analisis Bivariat
84
konsumsi Vit.A, dan pelayanan kesehatan terhadap status
gizi anak balita menurut indeks BB/TB, karena nilai p >
0,05.
85
DAFTAR PUSTAKA
86
Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi.Alfabeta
: Bandung.
Kemenkes RI. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakn Sadar Gizi dalam Rangka
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).Jakarta.
Moehji, Sjahmien. 1982. Ilmu Gizi Jilid 1. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.
Muhamad Asrar , Hamam Hadi dan Dradjat Boediman , 2009. Pola asuh,
pola makan, asupan zat gizi dan hubungannya dengan status gizi
anak balita masyarakat Suku Nuaulu di Kecamatan Amahai
Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku
https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/17716/11497
87
Sari Purwaningrum dan Yuniar Wardani tahun 2012, HUBUNGAN ANTARA
ASUPAN MAKANAN DAN STATUS KESADARAN GIZI
KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEWON I, BANTUL.
http://www.jogjapress.com/index.php/KesMas/article/view/1234/644
88
LAMPIRAN
89
3. Pengukurang Lingkar Lengan
90
4. Pengukuran Berat Badan.
5. Wawancara
91
92