Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN

YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG ANYELIR


RSUD ARIFIN ACHMADPROVINSI RIAU

Satria Adipo1, Jumaini2, Siti Rahmalia Hairani Damanik3

Mahasiswa/Perawat RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru1


Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2,3

Email: dipoxsatria@yahoo.com
Abstract

The purpose of this research to identify the relationship of family support with anxiety level of chemotherapy patients in
Anyelir Ward General Hospital Arifin Achmad Riau Province. This research is descriptive study with cross sectional
approach. The samples taken from patients with cancer who followed chemotherapy in Anyelir Ward
GeneralHospitalArifin Achmad Riau Province with 39 respondents through purposive sampling technique. The data
taken by questionnaire that already tested for validity and reliability. The analysis used univariate and bivariate with
chi-square test. The results showed p value was 0,022 (p value < 0,05), which means there is a relationship between
family support with the anxiety level of chemotherapy patients. The results recommend to health workers to improve the
psychosocial nursing care and remind family the importance of family support to minimize the anxiety on chemotherapy
patients.

Keywords: Family support, the anxiety, chemotherapy

PENDAHULUAN penduduk di Indonesia. Kanker merupakan


Kanker adalah segolongan penyakit penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah
yang ditandai dengan pembelahan sel yang Stroke, TB, Hipertensi, Cidera, Perinatal, dan
tidak terkendali dan kemampuan sel-sel DM. Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit
tersebut untuk menyerang jaringan biologis (SIRS), jenis kanker tertinggi di RS seluruh
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung Indonesia pasien rawat inap tahun 2008
di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau adalah kanker payudara (18,4%) (Depkes,
dengan migrasi sel ketempat yang jauh 2010). Hasil Riskesdas (2013)
(metastasis) (Amalia, 2009).Penyakit kanker menunjukkanprevalensi kanker di Riau adalah
merupakan salah satu penyakit tidak menular 0,7 per1000 penduduk. Prevalensi kanker
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, pada perempuan lebih tinggi daripada laki-
baik dunia maupun di Indonesia.Kanker laki dan prevalensi kanker dikota cenderung
merupakan pembunuh no 2 setelah penyakit lebih besar daripada didesa.
kardiovaskuler yang menyebabkan kematian Data yang diperoleh dari RSUD Arifin
sebesar 12% kematian di dunia (Depkes, Achmad Pekanbaru melalui rekam medik,
2010). didapatkan sebanyak 390 orang yang dirawat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena penyakit kanker pada tahun 2012
dan Bank Dunia (2005) memperkirakan setiap dengan diagnosa tertinggiCa Mamae
tahun, 12 juta orang diseluruh dunia sebanyak 155 orang. Kemudian pada tahun
menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya 2013, didapatkan data sebanyak 478 pasien
meninggal dunia. Menurut data di Eropa, rawat inap karena penyakit kanker dengan
tercatat sekitar 421.000 kasus baru dan diagnosa tertinggi Ca Mamae sebanyak 186
hampir 90.000 kematian pada tahun 2008, orang.Dari data tersebut diperoleh kesimpulan
sedangkan di Amerika Serikat tercatat lebih ada peningkatan penyakit kanker dari tahun
dari 190.000 kasus baru dan 40.000 kematian 2012 sampai rahun 2013 sebanyak 88 orang
(Soebachman, 2011). (22%).
Berdasarkan data Riskesdas (2007), Pengobatan kanker salah satunya
prevalensi kanker adalah 4,3 per1000 adalah dengan kemoterapi.Menurut Fauziana
777
(2011) kemoterapi adalah proses pemberian informasi) maupun dalam bentuk dukungan
obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair instrumental (bantuan tenaga, dana, dan
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan waktu (Bomar, 2004). Menurut Ratna (2010)
membunuh sel kanker, namun tidak hanya sel dukungan dari keluarga merupakan faktor
kanker, tetapi juga sel-sel yang ada di seluruh penting seseorang ketika menghadapi masalah
tubuh. (kesehatan) dan sebagai strategi preventif
Kemoterapi mempunyai efek samping untuk mengurangi stress dimana pandangan
fisik dan psikologis pada pasien kanker. Efek hidup menjadi luas, dan tidak mudah stress.
samping fisik kemoterapi yang umum adalah Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam
pasien akan mengalami mual dan muntah, perawatan pasien, dapat membantu
perubahan rasa kecap, rambut rontok menurunkan kecemasan pasien,
(alopecia), Mukositis, dermatitis, keletihan, meningkatkan semangat hidup dan komitmen
kulit menjadi kering bahkan kaku dan kulit pasien untuk tetap menjalani pengobatan
bisa sampai menghitam, tidak nafsu makan, kemoterapi.
dan ngilu pada tulang (Nisman, 2011). Efek Menurut ahli Onkologi Liave dan
samping fisik tersebut memberikan dampak Rosa (2011), keluarga adalah teman terbaik
pada psikologis pasien kanker yaitu bagi pasien kanker dalam menghadapi
menyebabkan pasien kanker merasa tidak pertempuran dengan penyakitnya.Dukungan
nyaman, cemas bahkan takut menjalani keluarga terhadap pasien kanker sangat
kemoterapi. dibutuhkan guna mengangkat mental dan
Hasil penelitian Desiani (2008)tentang semangat hidup pasien. Kanker adalah
tingkat kecemasan pasien yang menjalani penyakit keluarga, dimana setiap orang
kemoterapi dengan responden sebanyak 54 terkena kanker akan berpengaruh juga kepada
orang, didapatkan bahwa sebagian besar seluruh keluarga baik berupa emosional,
responden mengalami kecemasan sedang. psikologis, finansial maupun fisik.
Kecemasan sedang ini menjadikan individu Hasil penelitian yang dilakukan
terfokus pada pikiran yang menjadi Melisa (2012) menunjukkan faktor eksternal
perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan yang paling besar menyebabkan kecemasan
persepsi, tetapi masih dapat melakukan adalah faktor dukungan sosial (14,2%). Salah
sesuatu dengan arahan orang lain. satu dukungan sosial diperoleh melalui
Kecemasan merupakan bagian dari dukungan keluarga.Sari (2012) dalam
kehidupan manusia yang ditandai dengan penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang hubungan dukungan keluarga dengan
mendalam dan berkelanjutan (Nadeak, motivasi pasien kanker payudara dalam
2010).Kecemasan yang berlebihan pada menjalani kemoterapi.
pasien kemoterapi dapat mempengaruhi Hasil studi pendahuluan yang
motivasi pasien dalam menjalankan dilakukan melalui observasi dan wawancara
kemoterapi, sehingga berpengaruh terhadap pada 6 orang pasien kanker yang menjalani
program kemoterapi (Lutfa, 2008).Efek kemoterapi di ruang Anyelir RSUD Arifin
samping yang ditimbulkan saat menjalani Achmad, didapatkan 5 orang (83%)
kemoterapi membuat pasien merasa tidak mengatakan khawatir, cemas dan takut
nyaman, takut, cemas, malas bahkan bisa menjalani kemoterapi. Pasien mengatakan
sampai frustasi ataupun putus asa dengan cemas terutama terhadap efek yang
pengobatan yang dijalani sehingga pasien ditimbulkan kemoterapi seperti mual, muntah,
kanker dalam hal ini sangat membutuhkan tidak nafsu makan dan rambut rontok.
dukungan dari keluarga (Ratna, 2010). Hasil observasi, didapatkan denyut
Dukungan keluarga adalah bentuk nadi pasien cepat (tachicardia), rambut
perilaku melayani yang dilakukan oleh rontok, kulit tampak menghitam terutama
keluarga, baik dalam bentuk dukungan pada bagian tempat pemberian obat
emosional (perhatian, kasih sayang, empati), kemoterapi dan pasien menyatakan mual.
dukungan penghargaan (menghargai, umpan Empat orang (66,7%) mengatakan mendapat
balik), dukungan informasi (saran, nasehat, bantuan dari keluarga, baik dari segi bantuan
778
kegiatan sehari-hari, ekonomi, dan dukungan Mendampingi, Siklus Kemoterapi, Diagnosa
kasih sayang dari keluarga sedangkan 2 orang Medis, dan Stadium Kanker
(33,3%) lainnya mengatakan kurang No Karakteristik Responden F %
mendapat dukungan keluarga. 1. Usia :
Berdasarkan data dan fenomena- Dewasa awal (18-25 3 7,7
fenomena diatas, maka peneliti tertarik tahun)
melakukan penelitian tentang “Hubungan Dewasa tengah (26- 25 64,1
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan 45 tahun)
Dewasa akhir (46-60 11 28,2
pasien kanker yang menjalani kemoterapi di tahun)
ruang Anyelir RSUD Arifin Achmad Provinsi 2. Jenis kelamin :
Riau”. Laki-laki 12 30,8
Perempuan 27 69,2
METODE 3. Tingkat pendidikan :
Tidak sekolah 1 2,6
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
SD 12 30,8
dengan desain deskriptif korelasi, SMP 15 38,5
menggunakan pendekatan cross sectional. SMA 10 25,6
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh PT 1 2,6
pasien kanker yang menjalani kemoterapi di 4. Pekerjaan :
ruang Anyelir RSUD Arifin Achmad Provinsi PNS 2 5,1
Swasta 9 23,1
Riau dari bulan Mei sampai hingga Oktober IRT 20 51,3
2014 sebanyak 257 orang, dengan rata-rata Wiraswasta 8 20,5
tiap bulan sebanyak 43 orang. Besar sampel 5. Status pernikahan :
dalam penelitian ini menggunakan rumus Sudah menikah 39 100
populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 6. Keluarga yang
(Notoadmodjo, 2005).Sampel yang digunakan mendampingi
Ada 32 82,1
memiliki kriteria inklusi sebanyak 39 orang Tidak Ada 7 17,9
dengan teknik purposive sampling. 7. Siklus Kemoterapi
Instrumen yang digunakan adalah 2 6 15,4
kuesioner yang terdiri atas karakteristik 3 13 13,3
responden, dukungan keluarga dan tingkat 4 7 17,9
5 11 28,2
kecemasan menggunakan skala likert. 6 2 5,1
Kuesioner dukungan keluarga terdiri dari 16 8. Diagnosa Medis
jenis pertanyaan yang telah valid dan reliabel Adenosarkoma 1 2,6
dengan menggunakan pearson product Ca Mamae 19 48,7
moment dengan angka kritik r hitung (0,476- Ca Nasopharing 8 20,5
Ca Parotis 1 2,6
0,891) > r tabel (0,444). Sedangkan kuesioner Rhabdomiosarkoma 2 5,1
tingkat kecemasan mengacu pada pertanyaan Ca Sinus 2 5,1
tanda dan gejala menurut skala penilaian Ca Squamous Cell 4 10,3
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS- Ca Tiroid 1 2,6
A).Analisa yang digunakan adalah analisa Ca Tonsil 1 2,6
9. Stadium Kanker
univariat dan analisa bivariat dengan
2 4 10,3
menggunakan uji Chi Square. 3 20 51,3
4 15 38,5
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian didapatkan Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa
hasil sebagai berikut: mayoritas responden berada pada kelompok
1. Karakteristik Responden usia dewasa tengah (26-45 tahun) (64,1%),
Tabel 1 mayoritas berjenis kelamin perempuan
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan (69,2%). Mayoritas pendidikan responden
Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, yaitu SMP (38,5%), mayoritas jenis pekerjaan
Status Pernikahan, Keluarga Yang responden yaitu Ibu Rumah Tangga (51,3%).

779
Berdasarkan status pernikahan, didapatkan responden yang mendapat dukungan keluarga
semua responden sudah menikah berjumlah rendah, mayoritas mempunyai tingkat
39 responden. kecemasan berat (72%). Sedangkan dari 14
responden yang mendapat dukungan keluarga
2. Dukungan Keluarga tinggi, mayoritas mempunyai tingkat
Tabel 2 kecemasan sedang berjumlah 10 responden
Distribusi frekuensi responden berdasarkan (71,4%).
Dukungan Keluarga Hasil uji statistik menggunakan uji
No Dukungan
F % Chi Squarediperoleh nilai p value0,022 (p
Keluarga value< 0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat
1. Rendah 25 64,1 disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan
2. Tinggi 14 35,9
keluarga dengan tingkat kecemasan
Total 39 100
responden. Nilai OR yang dihasilkan yaitu
0,156, yang berarti responden yang
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa mempunyai dukungan keluarga rendah
dari 39 responden yang diteliti, mayoritas mempunyai peluang 0,156 kali untuk
dukungan keluarga yang diterima responden mengalami kecemasan berat dibandingkan
yaitu rendah(64,1%). responden yang mendapat dukungan keluarga
tinggi.
3. Tingkat Kecemasan
Tabel 3 PEMBAHASAN
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan 1. Karakteristik Responden
Tingkat Kecemasan Berdasarkan hasil penelitian yang
No Tingkat Frekuensi Persentase
Kecemasan (F) (%)
dilakukan pada 39 responden yang menjalani
1. Sedang 17 43.6 kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Provinsi
2. Berat 22 56.4 Riau, didapatkan hasil bahwa mayoritas
Total 39 100 pasien yang menjalani kemoterapi berusia
pada rentang dewasa tengah (26-45 tahun).
Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2012)
dari 39 responden yang diteliti, mayoritas bahwa sebagian besar responden yang
responden memiliki tingkat kecemasan berat menjalani kemoterapi berada pada rentang
(56,4%). umur 41-65 tahun dan didukung dengan
penelitian Octaviana (2011) yang menyatakan
4. Hubungan dukungan keluarga dengan bahwa kelompok kasus kanker payudara
tingkat kecemasan pasien yang menjalani banyak terdapat pada rentang umur 40-49
kemoterapi tahun yaitu sebesar 41,7%.
Tabel 4 Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan
Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat mayoritasnya adalah perempuan.Hal ini
kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi sejalan dengan pendapat Ikatan Dokter Ahli
Dukungan Tingkat
P
Patologi Indonesia (2006) bahwa kanker
No Keluarga Kecemasan Total OR payudara merupakan jenis kanker pertama
value
Sedang Berat yang penderitanya adalah perempuan.
7 18 25
1 Rendah
(28.0%) (72,0%) (100%)
Berdasarkan tingkat pendidikan
10 4 14 responden yang tertinggi adalah SMP .Hasil
2 Tinggi
(71,4%) (28,6%) (100%) 0,022 0,156 penelitian Misgiyanto (2014) didapatkan
17 22 39 bahwa mayoritas tingkat pendidikan
Total
(43,6%) (56,4%) (100%) responden adalah SD sebanyak 46,7%.
Seseorang yang memilki tingkat pendidikan
Berdasarkan tabel 4 hasil analisis yang baik mampu berfikir dengan lebih kritis
hubungandukungan keluarga dengan tingkat dan memiliki pengetahuan yang lebih luas.
kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi Berdasarkan karakteristik pekerjaan
didapatkan hasil bahwa dari 25 orang didapatkan mayoritas adalah IRT. Hal ini bisa
780
dikaitkan dengan jenis kelamin dan tingkat yang dicirikan dengan tumor berdiameter 5
pendidikan pada penelitian ini yang cm dengan pembesaran kelenjar limfe,
didominasi oleh perempuan dan tingkat melekat antara satu dengan yang lain atau
pendidikan SMP. Hal ini didukung oleh pada jaringan yang berdekatan.
penelitian yang dilakukan oleh Tarwan (2010)
menyatakan bahwa mayoritas pasien dengan 2. Dukungan Keluarga
kanker ditemukan pada jenis pekerjaan IRT Berdasarkan hasil penelitian yang
yaitu sebanyak 17 orang (42,5%). dilakukan pada 39 responden yang menjalani
Pada penelitian ini juga menemukan kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Provinsi
mayoritas yang melakukan kemoterapi adalah Riau, didapatkan hasil bahwa mayoritas
individu yang sudah menikah. Hal ini mendapatkan dukungan keluarga rendah.Hal
didukung oleh teori Smeltzer dan Bare (2002) ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
bahwa wanita yang mempunyai anak pertama oleh Ni ketut (2012) didapatkan data bahwa
setelah usia 30 tahun mempunyai resiko dua sebagian besar responden memiliki dukungan
kali lipat untuk mengalami kanker payudara. keluarga cukup yaitu sebanyak 22 responden
Berdasarkan keluarga yang (36,7%). Berbeda dengan penelitian yang
mendampingi responden, mayoritas ada dilakukan Utami dkk, (2013) menunjukkan
didampingi keluarga. Keluarga yang bahwa dari 95 responden dengan kanker
mendampingi ketika pasien dalam masa serviks mempunyai dukungan keluarga yang
pengobatan akan membuat pasien merasa tinggi terhadap pasien yaitu sebanyak 76
diperhatikan dan tidak sendirian. Hal ini responden (80%). Adanya dukungan keluarga
membuat pasien merasa nyaman dan terbantu yang cukup atau bahkan tinggi, maka pasien
dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari. akan merasa lebih tenang dan nyaman dalam
Menurut Ratna (2010), selain dukungan sosial menjalani proses perawatan. Responden
yang diberikan keluarga, dukungan fisik mengatakan dukungan keluarga merupakan
secara langsung seperti pendampingan salah satu elemen penting dalam menunjang
keluarga akan memberi semangat dalam proses perawatannya dan mengurangi
mengurangi kecemasan pada pasien terutama kecemasan yang mereka rasakan selama
pasien dalam masa pengobatan. proses perawatan.
Berdasarkan siklus kemoterapi
didapatkan hasil bahwa mayoritas responden 3. Tingkat Kecemasan
sedangmenjalani kemoterapi siklus yang ke Berdasarkan hasil penelitian yang
3.Siklus ke 3 ini adalah lanjutan pengobatan dilakukan pada 39 responden yang menjalani
kemoterapi yang dimulai dari kemoterapi kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Provinsi
siklus 1, 2 dan berakhir pada siklus ke 6. Riau, didapatkan hasil bahwa mayoritas
Berdasarkan diagnosa medis, responden mengalami kecemasan berat. Hasil
didapatkan hasil bahwa mayoritas diagnosa peneltian ini menjelaskan bahwa pada
medis responden adalah Ca mamae.Hal ini seseorang yang berhadapan dengan penyakit-
didukung dari data Rekam Medis RSUD penyakit yang mengancam kehidupan dan
Arifin Achmad pada tahun 2012 sebanyak kondisi kesehatan penting dan
390 orang yang dirawat karena kanker dengan mengesampingkan yang lain, sehingga
diagnosa tertinggi adalah Ca Mamae. seseorang menjadi selektif. Setiap individu
Berdasarkan stadium kanker, mempunyai reaksi yang berbeda pada
didapatkan hasil bahwa mayoritas responden kecemasan.Menurut (Nisman 2011)
berada pada stadium 3 (51,3%).Kanker pada manifestasi dari kecemasan adalah sering
stadium dini sering tidak disadari oleh pasien bangun pada malam hari, denyut nadi
bahwa ia sedang menderta penyakit kanker, meningkat, gemetar, mersa takut terhadap
karena gejala pada stadium dini sering tidak kemoterapi, napas pendek dan gejala tidak
khas dan tidak ditemukan sehingga pasien enak dilambung.Kecemasan pada penderita
kanker sering datang terlambat untuk berobat, kanker akan meningkat ketika individu
biasanya ketika sudah stadium 2 dan 3. membayangkan adanya perubahan dalam
Kanker stadium 3 merupakan stadium lanjut hidupnya seperti efek dari kemoterapi yaitu
781
mual dan muntah, perubahan rasa kecap, kekhawatiran yang mendalam dan
rambut rontok, dermatitis, keletihan, kulit berkelanjutan (Nadeak, 2010).
menjadi kering bahkan kuku dan kulit Dampak kecemasan pada pasien
menghitam, tidak nafsu makan dan ngilu pada kemoterapi berpengaruh terhadap sistem saraf
tulang. sebagai neuro transmitter, dimana terjadi
peningkatan sekresi kelenjar norepineprin,
4. Hubungan dukungan keluarga dengan serotonin, dan gamma aminoburic acid
tingkat kecemasan pasien yang menjalani sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan
kemoterapi fisik (fisiologis), gejala gangguan tingkah
Berdasarkan hasil penelitian yang laku, dan gejala gangguan mental, seperti
dilakukan pada 39 responden yang menjalani perubahan denyut jantung, suhu tubuh,
kemoterapi di RSUD Arifin Achmad Provinsi pernapasan, mual, muntah, diare, sakit kepala,
Riau, didapatkan hasil bahwa dari 25 kehilangan nafsu makan, berat badan
responden dengan dukungan keluarga rendah, menurun ekstrem, sikap menolak, bicara
mayoritas responden memiliki tingkat kasar, sukar tidur, dan kurang konsentrasi.
kecemasan (72,0%). Sedangkan dari 14 Kecemasan yang berlebihan pada pasien
responden dengan dukungan keluarga tinggi, kemoterapi juga dapat mempengaruhi
mayoritas responden memiliki tingkat motivasi pasien dalam menjalankan
kecemasan sedang (71,4%). kemoterapi, sehingga berpengaruh terhadap
Hasil uji statistik menggunakan uji program kemoterapi (Lutfa, 2008).
Chi Square diperoleh nilai p value 0,022 (p Menurut Bomar (2004), dukungan
value < 0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat keluarga merupakan bentuk perilaku melayani
disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam
keluarga dengan tingkat kecemasan bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih
responden. Nilai OR yang dihasilkan yaitu sayang, empati), dukungan penghargaan
0,156, yang berarti responden yang (menghargai, umpan balik), dukungan
mempunyai dukungan keluarga rendah informasi (saran, nasehat, informasi) maupun
mempunyai peluang 0,156 kali untuk dalam bentuk dukungan instrumental
mengalami kecemasan berat dibandingkan (bantuan tenaga, dana, dan waktu). Pasien
responden yang mendapat dukungan keluarga yang menerima dukungan terutama dari
tinggi. keluarga akan membuat pasien merasa
Hal ini sejalan dengan penelitian yang nyaman, diperhatikan dan tidak sendirian
dilakukan Nadeak (2010) dimana terdapat dalam menjalani kemoterapi. Perasaan positif
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat inilah yang akhirnya mampu menghindari
kecemasan pasien. Hal ini sesuai dengan pasien dari perasaan negatif seperti
pendapat Sulistyawati (2005) yang kecemasan. Adanya keluarga yang selalu
menyatakan bahwa pasien yang tidak memberi dukungan akan membuat pasien
mendapatkan dukungan keluarga akan merasa memiliki dan dicintai sehingga akan
mengalami kecemasan yang meningkat.Hasil menjadi kekuatan bagi pasien dalam
ini tidak sejalan dengan penelitian Winda menjalani rangkaian proses kemoterapi.
(2014) didapatkan hasil bahwa tidak ada Dukungan keluarga berkaitan dengan
hubungan yang signifikan antara dukungan pembentukan keseimbangan mental dan
keluarga dengan tingkat kecemasan pasien. kepuasan psikologis.Dukungan ini dapat
Kecemasan adalah kekhawatiran yang menimbulkan efek penyangga, yaitu
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan memberikan efek-efek negatif dari stress
dengan perasaan tidak pasti dan tidak terhadap kesehatan dan efek utama yang
berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki secara langsung dapat mempengaruhi
obyek yang spesifik.Kecemasan dialami kesehatan.Dukungan keluarga yang sangat
secara subyektif dan dikomunikasikan secara besar terhadap responden secara psikologis
interpersonal (Stuart, 2007).Kecemasan dapat menambah semangat hidup bagi
merupakan bagian dari kehidupan manusia responden yang berdampak pada tigkat
yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kecemasan yang rendah (Lutfa, 2008).
782
Menurut hasil penelitian Ratna (2010) keluarga dengan tingkat kecemasan
bahwa dukungan dari keluarga merupakan responden.
faktor penting seseorang ketika menghadapi
masalah (kesehatan) dan sebagai strategi SARAN
preventif untuk mengurangi stress dimana Berdasarkan hasil penelitian ini
pandangan hidup menjadi luas, dan tidak disarankankepada perawat untuk
mudah stress, karena pasien kanker pada mengingatkan kembali kepada keluarga
umumnya diliputi kemarahan dan depresi. bahwa pentingnya dukungan keluarga untuk
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan meminimalkan kecemasan pasien yang
motivasi dalam diri pasien kanker dalam menjalani kemoterapi.Perawat juga dapat
menjalani kemoterapi memerlukan dukungan melakukan tindakan keperawatan seperti
yang tinggi dari keluarga. Kekuatan dari manajemen ansietas, teknik relaksasi dan
dalam diri pasien kanker akan lebih teknik distraksi untuk menurunkan tingkat
meningkat jika didukung oleh kekuatan lain kecemasan pasien.Institusi Rumah Sakit dapat
(dukungan keluarga) dan dengan ada rasa melakukan modifikasi lingkungan seperti
percaya diri dalam diri pasien itu sendiri. memberikan fasilitas televisi, ataupun musik
Dukungan keluarga merupakan faktor instrumental diruangan agar pasien merasa
eksternal untuk dapat mengurangi rasa nyaman dan dapat menurunkan kecemasan.
kecemasan seseorang, dukungan keluarga Peneliti berikutnya yang tertarik
juga sangat berperan bagi mereka yang mengangkat penelitian tentang kanker dan
sedang menghadapi atau menderita suatu kemoterapi dapat dipertimbangkan untuk
penyakiit.khusunya pada pasien kanker dalam lebih menspesifikkan variabelnya seperti
menjalani kemoterapinya, karena hal ini dapat menghubungkan stadium kanker, lama rawat
membantu dan mempercepat proses inap, siklus kanker, keluarga yang
penyembuhan bagi pasien kanker. mendampingi serta bisa menambahkan
variabel sarana dan prasarana terhadap
KESIMPULAN kecemasan pasien.Peneliti berikutnya juga
Berdasarkan hasil penelitian yang bisa mengangkat penelitian kualitatif tentang
dilakukan terhadap 39 responden yang kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi.
menjalani kemoterapi didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden berada pada rentang 1
umur dewasa tengah (26-45 tahun), jenis Satria Adipo: Mahasiswa Program
kelamin perempuan, berpendidikan SMP, Studi Ilmu Keperawatan Universitas
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan semua Riau, Indonesia
2
responden sudah menikah. Sebagian besar Ns. Jumaini, M.Kep, Sp.Kep.J: Dosen
responden didampingi oleh keluarga, sedang Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa
menjalani kemoterapi siklus yang ke 3, Program Studi Ilmu Keperawatan
sebagian besar diagnosa Ca mamae, sebagian Universitas Riau, Indonesia
3
besar responden berada pada stadium Siti Rahmalia Hairani Damanik, SKp,
3.Berdasarkan hasil gambaran kecemasan dan MNS: Dosen Bidang Keilmuan
dukungan keluarga, sebagian besar responden Keperawatan Medikal Bedah Program
mengalami kecemasan berat dan sebagian Studi Ilmu Keperawatan Universitas
besar mendapatkan dukungan keluarga yang Riau, Indonesia
rendah.
Berdasarkan uji statistik tentang
DAFTAR PUSTAKA
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
Amalia, L. (2009). Mengobati kanker serviks
kecemasan pasien yang menjalani kemoterapi
dan 33 jenis kanker lainnya.
di ruang Anyelir RSUD Arifin Achmad
Yogyakarta: Landscape.
Provinsi Riau diperoleh nilai p value 0,022 (p
Bomar. (2004). Promoting health families:
value< 0,05), artinya Ho ditolak, maka dapat
Applying family research and theory
disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan

783
to nursing practice. Philadelpia: paliatif. Diperoleh pada tanggal 16
W.B.Saunders Company. januari 2015 dari
Depkes.(2010). Jika tidak dikendalikan 26 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/k
juta orang di dunia menderita kanker. eperawatan/issue/view/226/showToc
Diperoleh pada tanggal 5 Mei 2014 Nadeak, R.J. (2010). Hubungan dukungan
dari keluarga dengan tingkat kecemasan
http://www.depkes.go.id/index.php?v pasien pre operasi di ruangan RB2
w=2&id=1060 RSUP HAM. Diperoleh pada tanggal 7
mei 2014 dari
Desiani.(2008). Gambaran tingkat kecemasan http://repository.usu.ac.id
pasien kanker payudara yang Nisman, W. A. (2011). Lima menit kenali
menjalani kemoterapi Di Rsud Al- payudara anda. Yogyakarta: Andi
Ihsan Kabupaten Bandung Yang Telah Yogyakarta.
Menerapkan Spiritual Care. Diperoleh Ni ketut (2012).Hubungan dukungan
pada tanggal 5 mei 2014 keluarga dengan tingkat kecemasan
darihttp://pustaka.unpad.ac.id/archives pada pasien kanker payudara di ruang
/128582 Angsoka III RSUPSanglah
Fauziana, A. (2011). Hubungan antara Denpasar.Diperoleh pada tanggal 16
dukungan keluarga dengan motivasi Januari 2015 dari
menjalani kemoterapi pada pasien http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/
post op ca mamae di RS Kanker article/view/10779/8024
Dharmais Jakarta Barat. Diperoleh Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi
pada tanggal 7 mei dari 2014. penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
http//www.library.upnvj.ac.id Cipta.
Liave & Rosa.(2011). Bila ada keluarga kena Octaviana.(2011). Faktor-faktor risiko kanker
kanker, inilah yang patut dilakukan. payudara pada pasien kanker
Diperoleh pada tanggal 5 mei 2014 payudara wanita di Rumah Sakit
dari http://palembang.tribunnews/2011 Kanker Dharmais Jakarta. Diperoleh
Lutfa ,U. & Maliya ,A. (2008). Faktor-faktor pada tanggal 16 Januari 2015 dari
yang mempengaruhi kecemasan http://repository.ipb.ac.id/handle/1234
pasien dalam tindakan kemoterapi di 56789/53467
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Ratna, W. (2010).Sosiologi dan antropologi
Diperoleh pada tanggal 5 mei 2014 kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
dari Rihama.
http//eprints.ums.ac.id/1131/1/4g.pdf Rijalul, H. (2013). Hubungan dukungan
Maeda, T. dan Morishima, I. (2013).The keluarga dengan kualitas hidup pasien
Predictors Of Psychological Status kanker yang menjalani kemoterapi di
Among Primary Breast Cancer RSUD kraton pekalongan.STIKES
Patients In Japan. Diperoleh pada Muhammadiyah Pekajangan
tanggal 16 Januari 2015 dari Pekalongan. Diperoleh pada tanggal 5
http://www.scirp.org/journal/ojn mei 2014 dari www.e-
Melisa. (2012). Faktor internal dan eksternal skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id
kecemasan pada pasien kanker serviks Sandina, D. (2011). 9penyakit mematikan
di Rsup H. Adam Malik Medan. mengenali tanda dan pengobatannya.
Fakultas Keperawatan Universitas Yogyakarta: Smart Pustaka.
Sumatera Utara diperoleh pada Sari, M. (2012).Hubungan dukungan
tanggal 5 mei 2014 dari keluarga terhadap motivasi pasien
http://download.portalgaruda.orgarticl kanker payudara dalam menjalani
e kemoterapi Di Ruang Cendrawasih
Misgiyanto (2014).Hubungan antara RSUD Arifin Achmad. Pekanbaru:
dukungan keluarga dengan tingkat STIKES Hang Tuah.
kecemasan penderita kanker serviks
784
Setiadi.(2008). Konsep & proses keperawatan
keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, C. S., & Bare, B. G.
(2002).Keperawatan medikal
bedah.Jakarta: EGC.
Soebachman, A. (2011). Awasi 7 paling
mematikan. Yogyakarta: Syura Media
Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan
jiwa edisi 5. Jakarta: EGC.
Sulistyawati et.al.(2005). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta:EGC.
Tarwan.(2010). Hubungan dukungan suami
dengan tingkat kecemasan pasien
kanker servix yang menjalani
kemoterapi. Diperoleh pada tanggal 16
Januari 2015
http://digilib.unimus.ac.id
Winda, R. I. (2014). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
Pasien Fraktur Tulang Panjang Pra
Operasi Yang Dirawat Di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. Pekanbaru:
Universitas Riau.

785

Anda mungkin juga menyukai