Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ANGGA BUDIANTO

NIM : 030294102
UPBJJ :YOGYAKARTA

TUGAS 3

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam (MKDU4221)


Tugas Ke :3

Mulailah menjawab soal dengan bismillah dan diakhiri dengan hamdalah.


Jawaban ditulis secara online (online text).
Jawablah soal-soal di bawah ini!
1. Apa pengertian agama dan ada berapa kategori agama menurut Al-Maqdoosi, serta
termasuk kategori manakah agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Cu,
Kaharingan, Sunda Wiwitan, Kejawen?

2. Perhatikan kisah di bawah ini…!


Ahmad mendorong bagasi ukuran 20 kilogram ke halaman rumahnya. Angin sore sepoi-sepoi
menerbangkan baju koko yang dikenakannya. Ia melemparkan senyum ke segala sisi. Hampir seluruh
orang kampungnya menunggu kepulangan Ahmad. Ia patut bangga karena setelah tiga tahun lebih
berkelana, baru kali ini ia pulang dengan titel yang cukup kuat. Hafiz – penghafal al-Qur’an. Gelar yang
tidak main-main. Tanpa embel-embel di secarik kertas namun kedudukannya lebih dihormati dan
dihargai daripada mereka yang memiliki titel di kertas putih dengan stempel perguruan tinggi negeri
atau swasta.
Di mana-mana, orang menyebut nama Ahmad. Ahmad bangga. Orang tuanya terharu. Hari-hari yang
lewat adalah bagian terpenting untuk hari-hari berikutnya. Satu patah kata yang diutarakan Ahmad
seakan-akan petuah yang tidak boleh dibuang. Setiap kalimat dari Ahmad adalah berkah.
Orang-orang kampung mulai menitipkan anak-anak mereka untuk diajarkan al-Quran. Ahmad pun
mengajar dengan penuh semangat. Hampir tiap hari rumahnya diisi oleh ricuh anak-anak mengaji.
Alunan kalam ilahi menggema. Semua berlangsung seadanya dan Ahmad merasa telah berada di atas
rata-rata.
Ahmad dikenal sebagai seorang pria yang egois. Sifat ini telah mendarah daging dalam dirinya. Kata-
kata Ahmad tak lagi halus dan bersahaja. Terkadang, Ahmad sering memarahi murid-muridnya. Seiring
waktu, anak-anak mulai menjauh dari Ahmad. Ambisi Ahmad untuk mengajarkan anak-anak dengan
benar tidak salah, namun sifat Ahmad yang kerap emosi menghadapi anak-anak membuat mereka
yang berusia kecil enggan bersahabat dengan Ahmad. Ahmad tidak ambil pikir. Ia menekuni diri
dengan apa yang bisa. Bekal menghafal al-Quran dipercayanya akan mendatangkan rejeki. Ia terus
mengasah kemampuan menghafal.
“Ia tidak bersosialisasi dengan pria lain, tidak ikut aktivitas kampung, tidak terlibat dalam kegiatan
keagamaan di kampung, tidak melakukan banyak hal yang bermanfaat di lingkungan selain menghafal
saja”
Seorang Ibu tentu tidak mau anaknya dikucilkan masyarakat. Belum lagi orang-orang mulai
membicarakan Ahmad. Ibu menegur Ahmad. Sekali dua kali Ahmad beralasan ini dan itu. Berkali-kali
Ibu menegur, Ahmad mulai naik pitam.
“Untuk apa kau hafal Quran jika sifat tak pernah ubah?” pekik Ibu.
“Ibu tahu apa tentang Ahmad?” tantang Ahmad.
“Ibu yang melahirkan engkau!” lirih suara Ibu menerima pertanyaan dari anaknya yang seorang “alim”
tersebut. Ahmad tidak merasa bersalah.
“Saya sudah dewasa, Bu! Saya tak suka diatur-atur!”
“Ibu tak mengatur, Ahmad. Kau tak hidup sendiri…,”
Pertikaian demi pertikaian terus terjadi. Tidak sehari dua hari. Hal-hal sepele menjadi masalah bagi ibu
dan anak itu. Satu sisi, Ibu butuh perhatian dari anaknya; dalam hal apapun termasuk urusan rumah
tangga. Sisi lain Ibu tak mau anaknya dijauhi oleh masyarakat padahal dia memiliki kemampuan.
Bagaimana mungkin masyarakat melibatkan Ahmad dalam kegiatan jika ia tak pernah bertegur sapa.
Puncak dari segala pekik saat Ahmad tidak mampu menghafal dengan baik. Ahmad menyalahkan Ibu.
Ibu tidak terima. Ibu dan anak perang dingin sampai tak batas waktu.
“Dia durhaka!,” pilu Ibu kepada Ayah. Ayah paham betul tabiat Ahmad. Bukan saja perkataan ibunya
saja yang dibantah, perkataan ayahnya juga sering mendapat bantahan. Ahmad berjalan atas
pembenaran sikapnya. Ahmad juga merasa telah benar dapat menghafal al-Quran.
Perang dingin ibu dan anak itu terus berlanjut. Ahmad semakin hari semakin lupa ayat-ayat al-Quran.
Namun Ahmad tidak pula mencari akar permasalahannya. Di hatinya, Ibu saja yang terbayang telah
mencampuri urusannya dalam menghafal al-Qur’an.
(Sumber: http://www.bairuindra.com/)

Question (pertanyaan):
 Secara praktik ada berapa macamkah akhlak umat manusia dalam menjalani kehidupan?
Termasuk kategori manakah akhlak yang ditunjukkan oleh Ahmad?
 Terdapat serangkaian problem yang sebenarnya dihadapi oleh Ahmad, problem dengan
siapa sajakah yang dialami Ahmad? dan bagaimana seharusnya Ahmad berakhlak
kepada mereka?
3. Apakah Islam mendukung kesenian? Lalu mengapa pada zaman Nabi terasa banyak batasan-
batasan untuk mengembangkan kesenian?
4. Bagaimana meningkatkan kualitas kinerja umat Islam?
5. Jelaskan pandangan saudara tentang kontribusi agama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa…!

_Have a great time doing it_

You can download this file:

Jawaban
1. Apa pengertian agama dan ada berapa kategori agama menurut Al-Maqdoosi, serta termasuk
kategori manakah agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Kaharingan, Sunda
Wiwitan, Kejawen?
Jawab :
Klasifikasi agama menurut al-Maqdoosi
a. Wahyu dan Non-wahyu Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan,
kepada rasul-rasulNya dan kepada kitab-kitabNya serta pesannya untuk disebarkan kepada
seluruh umat manusia (misionaris). Agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan
manusia kepada tata aturan ilahi di atas. Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen,
dan Islam.
b. Misionaris dan Non-misionaris Agama misionaris adalah agama yang ajarannya
mengharuskan penganutnya menyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-
misionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut al-Maqdoosi, agama yang tergolong
misionaris hanya Islam tetapi, pada perkembangan berikutnya, Kristen, dan Budha menjadi
agama misionaris.
c. Rasial dan Universal Ditinjau dari segi rasial dan geografis, agama di dunia terbagi ke dalam
tiga golongan: 1) semitik, 2) arya, 3) mongolia. Yang termasuk agama semitik adalah Yahudi,
Kristen, dan Islam. Sedangkan yang tergolong arya adalah Hindu, Jainisme, Sikhiisme,
Zoaterianisme. Sedangkan yang tergolong Mongolian adalah Confusionisme, Taoisme, dan
Shintoisme.

2. Question (pertanyaan): Secara praktik ada berapa macamkah akhlak umat manusia dalam
menjalani kehidupan? Termasuk kategori manakah akhlak yang ditunjukkan oleh Ahmad?
Terdapat serangkaian problem yang sebenarnya dihadapi oleh Ahmad, problem dengan siapa
sajakah yang dialami Ahmad? dan bagaimana seharusnya Ahmad berakhlak kepada mereka?
Jawab :
 Diterjemah dari kitab Is’af thalibi Ridhol Khllaq bibayani Makarimil Akhlaq.Akhlak adalah sifat-
sifat dan perangai yang diumpamakan pada manusia sebagai gambaran batin yang bersifat
maknawi dan rohani.Dimana dengan gambaran itulah manusia dibangkitkan disaat hakikat
segala sesuatu tampak dihari kiamat nanti. Akhlak adalah kata jamak dari khuluk yang kalau
dihubungkan dengan manusia,kata khuluk lawan kata dari kholq. Perilaku dan tabiat manusia
baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak.Akhlak merupakan etika perilaku
manusia terhadap manusia lain,perilaku manusia dengan Allah SWT maupun perilaku manusia
terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam
kehidupan sehari-hari disebut akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah.Acuhannya adalah
Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal. Akhlak kepada Pencipta, Akhlak terhadap
Sesama Jika sumber utama moral adalah akal dengan variasi yang berbeda satu sama lain,
maka manusia akan mengalami krisis moral, kehilangan arah, kehilangan orientasi hidup, dan
tujuan luhur sebagai manusia karena akal manusia terbatas dan relatif. Bentuk ekstrem dari
krisis moral salah satunya adalah bunuh diri. Atas dasar itulah agama dijadikan sebagai
sumber mutlak karena agama merupakan pedoman yang bersumber dari Allah.
 Problem yang di alami ahmad adalah kurang menguasai emosi dan keangkuhannya karena itu
amalan dan hafalan yang di punyainya luntur.
Sebaiknya ahmad lebih bisa menghargai orang tua dan thawadhuk kepada orang tuanya.

3. Apakah Islam mendukung kesenian? Lalu mengapa pada zaman Nabi terasa banyak batasan-
batasan untuk mengembangkan kesenian?
 Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai- nilai agama. Kesenian
dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan berbagai
macam seni lainnya. Ketika seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan
hiasannya yang dibenarkan agama, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Dan
telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.Perwujudkan kreatiftas
manusia dalam mengembangkan potensi alam semesta. Kesenian Islam berdasarkan ajaran
tauhid.Sebagai alat menyebarkan agama dan memperkukuhkan amal kebajikan dan kebaikan
dikalangan umat Islam. Perwujudan dalam bentuk seni tari, kaligraf, masjid, bangunan yang
bercorak Islam, seni lukis, qasidah, dan lainnya. Seni yang dibolehkan oleh Islam adalah seni
yang tidak melenceng dari ajaran agama, bukan yang menimbulkan kemungkaran, menimbulkan
syahwat, dan lain sebagainya

4. Bagaimana meningkatkan kualitas kinerja umat Islam?


Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang
melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR. al-Baihaki)
Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan selektif.
Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa
mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.
Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan kata-kata
iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan ketaqwaan.
Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi menunjukkan
bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan terhormat.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-dalamnya. Sabda
Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat pelakunya.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa
“sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya niat. Niat juga
merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.
Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman Allah SWT agar
kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya sehingga mengakibatkan
penerima merasa tersakiti hatinya.
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian…” (al-Baqarah :
264)
Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar utama kerja,
apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya. Memisahkan antara taqwa
dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan membiarkan kerja berjalan pada
wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam pembangunan individu, kepatuhan kepada
Allah SWT serta pengembangan umat manusia.
Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan
didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi pahala dan siksa.
Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa upah atau imbalan, namun
harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah SWT. Prinsip inilah yang harus
dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang
zaman.
Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta tidak
diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan harus
mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan seperti bersungguh-
sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya. Disamping itu mereka harus
mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja menjadi suatu tradisi kerja
didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam
kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di akhirat. Kesadaran
inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja,
berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam
sebuah hadis rasulullah bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang
dilakukannya secara tulus.” (HR Hambali)
Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu
dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (al-Baqarah: 172)
Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus
dipekerjakan secara professional dan wajar.
Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman
keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan
prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan kreatif
serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai pekerjaannya. Tanpa
professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan
menurunnya produktivitas bahkan sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat
produksi
5. Jelaskan pandangan saudara tentang kontribusi agama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa!
Menurut saya, Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal yang
pokok yaitu:
1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.
2. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.
4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.
Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang akan diberi
amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah:
1. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
2. Seorang yang dapat dipercaya.
3. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
4. Seorang yang cerdas.
5. Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.
Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. Dalam
faktanya manusia memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di samping
tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan
menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kenyataan tersebut perlu
dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Pendekatan terbaik untuk
melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif agama Islam lebih khusus Al-quran banyak
memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Anda mungkin juga menyukai