Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pseudofakia
Disusun Oleh
Pembimbing
dr. Ernita Tantawi,Sp.M
1
BAB I
STATUS PASIEN ILMU KESEHATAN MATA
I. IDENTITAS
Nama : Tn. RK
Umur : 31 Desember 1942 / 76 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jl. Kayu manis, Matraman, Jakarta timur
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 1 April 2019 jam 11.00 di ruang D
poliklinik mata RSPAD Gatot Soebroto.
Keluhan Utama:
Penglihatan mata kiri buram tanpa disertai mata merah sejak 1 bulan yang lalu.
2
Pasien merasa penglihtannya menurun dari hari ke hari pada mata kirinya dari sejak
kurang lebih 3 tahun yang lalu, kemudian pasien memeriksakan matanya ke Rumah Sakit
Pertamina Jaya dan di diagnosis katarak, kemudian pasien melakukan operasi katarak 2
tahun yang lalu di Rumah Sakit Pertamina Jaya, sesudah operasi penglihatan menjadi jauh
lebih baik dan tidak memiliki keluhan apapun setelah operasi. Pada 1 bulan terakhir, pasien
merasa penglihatannya menjadi buram kembali. Mata pasien tidak merah, tidak ada nyeri,
terasa gatal, dan pasien tidak pernah mengalami trauma pada mata.
Keluhan penglihatan sempit, nyeri pada bola mata, ada yang mengganjal pada
kedua mata, menabrak-nabrak apabila berjalan, melihat bayangan lingkaran disekeliling
cahaya, nyeri kepala, pusing, mata merah dengan penglihatan turun mendadak sebelumnya
disangkal oleh pasien.
Keluhan seperti sukar melihat pada malam hari disangkal pasien. Keluhan tidak
bisa membedakan warna juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak mempunyai riwayat
kencing manis atau hipertensi. Pada keluarga pasien juga tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama.
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 132/76 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephali
Mata : Lihat status ophtalmologis
THT : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru-Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada edema
ekstremitas.
B. STATUS OPHTALMOLOGIS
Mata kanan (Oculi Dextra) Mata kiri (Oculi Sinistra)
Visus
KETERANGAN OD OS
Tajam penglihatan 0,4 pin hole maju (-) 3/60 pin hole maju (-)
Koreksi Tidak dapat dikoreksi Tidak dapat dikoreksi
Addisi Tidak ada Tidak ada
Distansia Pupil 65mm/68 mm
Kacamata lama Tidak ada Tidak ada
4
Kedudukan bola mata
KETERANGA OD OS
Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia
Eksoftamus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Super silia
KETERANGAN OD OS
Warna Hitam sebagian putih Hitam sebagian putih
Letak Diatas palpebra superior Diatas palpebra superior
5
Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior
KETERANGAN OD OS
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva bulbi
KETERANGAN OD OS
Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista dermoid Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Sistem lakrimalis
KETERANGAN OD OS
Punctum Lacrimal Terbuka Terbuka
Epifora Tidak ada Tidak ada
Tes anel Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Sklera
KETERANGAN OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
6
Kornea
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Infiltrat dan Dendrit Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus senilis Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Lingkaran konsentris Lingkaran konsentris
Iris
KETERANGAN OD OS
Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Normal Normal
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
7
Pupil
KETERANGAN OD OS
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran ± 3 mm ± 3 mm
Refleks cahaya langsung Positif Positif
Refleks cahaya tidak langsung Positif Positif
Lensa
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Keruh sebagian Sedikit keruh
Letak Ditengah Intra Ocular Lens letak
ditengah
Shadow Test Positif Negatif
Badan kaca
KETERANGAN OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Fundus okuli
KETERANGAN OD OS
Reflex Fundus Positif Positif
Papil
1. Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai
2. Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
3. Batas Sulit dinilai Sulit dinilai
4. CD Ratio Sulit dinilai Sulit dinilai
Arteri Vena Arteri berwarna merah terang Arteri berwarna merah terang
Vena berwarna merah gelap Vena berwarna merah gelap
8
Perbandingan 2:3 Perbandingan 2:3
Retina
5. Perdarahan Tidak ada Tidak ada
6. Exudat Tidak ada Tidak ada
7. Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Makula Lutea
8. Reflex Fovea Sulit dinilai Sulit dinilai
9. Edema Tidak ada Tidak ada
Palpasi
KETERANGAN OD OS
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi digital Per palpasi normal Per palpasi normal
Tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang Pandang
KETERANGAN OD OS
Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
9
V. RESUME
Tn. RK, 76 tahun datang ke poliklinik mata RSPAD Gatot Soebroto dengan
keluhan penglihatan pada mata kiri buram tanpa disertai mata merah sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien sudah pernah melakukan operasi katarak 2 tahun yang lalu di Rumah Sakit
Pertamina Jaya, sesudah operasi penglihatan menjadi jauh lebih baik dan tidak memiliki
keluhan apapun setelah operasi. Pada 1 bulan terakhir, pasien merasa penglihatannya
menjadi buram kembali diserai rasa gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus OS
3/60 dengan pin hole tidak maju, pemeriksaan lensa OS terlihat sedikit keruh pada lensa
dan shadow test negatif.
VIII. Tatalaksana
a. Edukasi pasien mengenai penyakit katarak.
b. Anjuran laser Nd Yag untuk mata kiri.
c. Anjuran operasi katarak pada mata kanan ECCE (Extracapsular Cataract Extraction),
Fakoemulsifikasi + IOL.
IX. Prognosis
OD OS
1. Ad vitam Ad bonam Ad bonam
2. Ad fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
3. Ad sanactionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di
mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, ataupun terjadi
akibat keduanya. Gejala-gejala yang berhubungan dengan kelainan lensa pada umumnya berupa
gangguan penglihatan. Gejala-gejala presbiopia disebabkan oleh berkurangnya kemampuan
akomodasi pada penuaan dan berakibat pada berkurangnya kemampuan melakukan pekerjaan-
pekerjaan dekat. Hilangnya transparansi lensa menimbulkan penglihatan kabur (tanpa nyeri), baik
penglihatan dekat maupun jauh. Hal ini disebut sebagai katarak.2
1.3 Etiologi
Katarak terjadi sebagian besar karena proses degeneratif atau bertambahnya usia. Akan
tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital , komplikasi penyakit mata lokal ataupun sistemik.
Katarak juga disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti usia, bawaan sejak lahir, penyakit
sistemik, penggunaan obat tertentu terutama steroid, trauma, operasi mata sebelumnya.
1.4 Epidemiologi
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%
orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65
sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun. Sperduto
dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria.
Penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi
pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.1
Katarak juga merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia.
Prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari jumlah penduduk dan katarak menduduki
peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7%. Beberapa penelitian katarak
menunjukkan bahwa katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan ras kulit hitam
12
paling banyak.1
1.5 Penatalaksanaan
Evaluasi pasien yang penting antara lain: apakah penurunan kemampuan visual pasien
dapat ditolong dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi dilakukan tanpa
komplikasi. Penanganan katarak pada dewasa, dengan terapi medikamentosa tidak ada yang
terbukti dapat mencegah dan menyembuhkan katarak pada dewasa. Umumnya indikasi dilakukan
operasi katarak, bila penderita menghendaki perbaikan visus. Keputusan operasi tidak berdasarkan
besarnya penurunan visus, tetapi lebih berdasarkan adanya gangguan aktivitas penderita karena
gangguan visus tersebut dan keputusan tersebut tidak sama pada setiap orang, tergantung
kebutuhan penderita terhadap visus.
1.5.1 Intra Capsuler Cataract Extraction (ICCE) 3
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi kornea
superior yang lebar. Oleh karena itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah berdegenasi dan
lemah adalah salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan pada
keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Dapat dilakukan di tempat dengan
fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent,
hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan
nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.
1.5.2 Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)3
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus
prosedur utama pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat,
kemamppuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua kasus untuk katarak
dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada kontraindikasi. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps
13
badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya
subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk
pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh
pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi. 3
1.6 Pseudofakia
1.6.1 Definisi
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu
operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan
tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
1.6.2 Gejala Klinis
Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan optotype snellen, dapat
merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang ditanam (IOL), terdapat bekas
insisi atau jahitan.4
Keadaan setelah pemasangan lensa tanam:
a. Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian hanya
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
b. Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan kacamata plus untuk
penglihatan dekatnya
c. Consecutive Hypermetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D-+3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
I. Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
14
II. Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata normal
III. Iridodonesis ringan
IV. Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
V. Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka akan
terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan mendilatasi
pupil.
VI. Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.
1.6.3 Penatalaksanaan
Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk
memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan dengan
diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh
kacamata afakia yang tebal, lensa katarak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam
bola mata.
Lensa intraokular memiliki banyak jenis, tetapi sebagian besar desain terdiri dari sebuah
optik bikonveks di sentral dan dua buah kaki (haptik) untuk mempertahankan optik diposisinya.
Posisi lensa intraokular yang optimal adalah di dalam kantung kapsular setelah dilakukannya
prosedur ekstrakapsular. Hal ini berhubungan dengan rendahnya inisiden komplikasi pascaoperasi.
Lensa bilik mata belakang yang paling baru terbuat dari bahan yang lentur, seperti silikon dan
polimer akrilik. Kelenturan ini memungkinkan lensa tanam untuk dilipat sehingga ukuran insisi
yang dibutuhkan dapat dikurangi. Desain lensa yang menggabungkan optik multifokal juga telah
dibuat dengan tujuan untuk memberikan pasien penglihatan yang baik, dekat maupun jauh, tanpa
kacamata.4
15
1.7.1 Patofisiologi
Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO), atau
juga katarak ikutan (membran sekunder), yang menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ECCE. Dokter mata biasanya pada
saat operasi katarak lebih senang untuk meletakkan lensa tanam intraokuler pada tempat anatomi
yang sama dengan tempat lensa asli, yakni di kapsul posterior lensa. Bagian kapsul anterior dibuka
untuk mengeluarkan katarak, dan kapsul posterior ditinggalkan untuk menahan lensa yang akan
ditanam, dan juga untuk mencegah vitreous humor masuk ke segmen anterior mata. Setelah
operasi, ± 20% pasien akan timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang dikenal dengan Posterior
Capsule Opacity (PCO), yang menimbulkan gejala penglihatan kabur. Hal ini karena pertumbuhan
epitelial sel dari kapsul. Bila proses ini berkembang secara signifikan, penglihatan mungkin dapat
menjadi lebih buruk daripada sebelum dilakukan operasi katarak.
1.7.2 Etiologi
Epitel lensa subkapsuler yang tersisa mungkin mencoba melakukan regenerasi serat-serat
lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar), sehingga memberikan gambaran “Busa
Sabun atau Telur Kodok” pada kapsul posterior, disebut juga dengan Mutiara Elsching atau
Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut, mungkin menghasilkan banyak
lapisan, sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel-sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi
miofibroblastik. Kontraksi serat-serat ini menimbulkan banyak kerutan-kerutan kecil di kapsul
posterior, yang menimbulkan distorsi penglihatan. Cincin Soemmering juga dapat timbul sebagai
akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pinggir-pinggir melekat pada kapsul posterior,
meninggalkan daerah yang jernih ditengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini
tertimbun serabut lensa epitel yang berproliferasi. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan
ketajaman penglihatan setelah ECCE.
1.7.3 Gejala Klinis
a. Penglihatan kabur (seperti berkabut atau berasap), mungkin dapat lebih buruk daripada
sebelum di operasi.
b. Fotofobia, yaitu rasa silau bila melihat cahaya.
c. Tajam penglihatan menurun
16
1.7.4 Pemeriksaan Klinis
I. Pada awal gejala akan tampak gelembung-gelembung kecil dan debris pada
kapsul posterior.
II. Pada tahap selanjutnya akan ditemukan gambaran Mutiara Elsching pada kapsul
posterior lensa. Mutiara Elsching ini mungkin akan menghilang dalam beberapa
tahun oleh kerena dindingnya pecah
III. Dapat juga ditemukan cincin Soemmering pada daerah tepi kapsul posterior lensa.
1.7.5 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien setelah menjalani operasi ECCE ataupun setelah
suatu trauma pada mata, yang mengakibatkan penglihatan menjadi semakin kabur, juga rasa silau
bila melihat cahaya. Dan jika dilakukan pemeriksaan, melalui pupil yang didilatasikan dengan
menggunakan oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp, akan tampak gelembung-gelembung
kecil pada daerah belakang lensa, ataupun dapat ditemukan gambaran mutiara Elsching maupun
cincin Soemmering pada kapsul posterior lensa. Pada tes tajam penglihatan didapatkan visus yang
menurun.
1.7.6 Terapi
Pengobatan katarak sekunder adalah dengan pembedahan seperti disisio katarak sekunder,
kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh. Sebelum laser
Neodymium yttrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati dengan melakukan
kapsulotomi kecil dengan pisau jarum atau jarum nomor 27 gauge berkait, baik pada saat operasi
utamanya atau sebagai prosedur sekunder.
Namun pada tahun-tahun terakhir ini, laser Neodymium YAG telah populer sebagai
metoda non-invasif untuk melakukan disisi kapsul posterior. Denyut-denyut energi laser
menyebabkan “ledakan-ledakan” kecil di jaringan target, sehingga menimbulkan lubang kecil di
kapsul posterior di sumbu pupil sebagai prosedur klinis rawat jalan.
Komplikasi teknik ini antara lain adalah :
a) Naiknya tekanan intraokuler sementara.
b) Kerusakan lensa intraokuler.
17
c) Ruptur muka hialoid anterior dengan penggeseran depan vitreous menuju kamera
anterior.
Kenaikan tekanan intraokuler biasanya dapat diketahui dalam 3 jam setelah terapi dan
menghilang dalam beberapa hari dengan terapi. Jarang, tekanan tidak turun ke normal selama
beberapa minggu, lubang atau retakan kecil dapat terjadipada lensa intraokuler, tetapi biasanya
tidak mengganggu tajam penglihatan.
18
BAB III
KESIMPULAN
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam setelah operasi
katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu
operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan
tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
Katarak sekunder biasanya disebut juga dengan Posterior Capsular Opacity (PCO),
merupakan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau
setelah terjadinya ECCE. Pada operasi katarak, bagian kapsul anterior dibuka untuk mengeluarkan
katarak, dan kapsul posterior ditinggalkan untuk menahan lensa yang akan ditanam, dan juga untuk
mencegah vitreous humor masuk ke segmen anterior mata. Setelah operasi, ± 20% pasien akan
timbul gambaran berkabut pada kapsul, yang dikenal dengan Posterior Capsule Opacity (PCO),
yang menimbulkan gejala penglihatan kabur. Hal ini karena pertumbuhan epitelial sel dari kapsul.
Bila proses ini berkembang secara signifikan, penglihatan mungkin dapat menjadi lebih buruk
daripada sebelum dilakukan operasi katarak.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2015.
2. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Widya Medika: Jakarta. 2010.
3. Gerhard, lang. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart, 2010.
4. Ocampo, Vicente Victor D. Senile Cataract (Internet). 2018. (Diakses tanggal 11 April
2019). Tersedia di http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview.
5. Cataract Symptoms (Internet). American Academy of Ophtalmology. 2015. (Di akses pada
tanggal 11 April 2019). Tersedia di
http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts-diagnosis.cfm
20