Perbaikan Layanan Haji Kuota haji 2017 akhirnya kembali normal. Total kuota haji Indonesia pada musim haji tahun ini menjadi 221 ribu atau menyamai periode 2012. Sebelumnya, sejak 2013 hingga 2016, kuota haji Indonesia hanya 168.800 jamaah. Saudi terpaksa memotong kuota karena kompleks Masjidilharam yang selam ini menjadi salah satu lokasi tawaf sedang diperluas. Kini proyek perluasan tersebut sudah rampung. Kini Kementrian Agama (Kemenag) mempunyai tugas besar untuk menyiapkan penyelenggaraan haji pada musim haji mendatang dengan menyempurnakan berbagai layanan bagi jamaah, baik saat di tanah air maupun Tanah Suci. Salah satu agenda yang harus dituntaskan adalah mengurangi jumlah antrean calon jamaah haji. Kemenag perlu mempertimbangkan sejumlah terobosan untuk menyiasati membeludaknya calon jamaah. Tak cukup dengan melarang jamaah yang sudah berhaji untuk naik haji lagi. Tetapi, perlu digagas adanya moratorium atau pembatasan usia calon jamaah haji, entah usia 20-30 tahun tidak boleh mendaftar haji dulu. Selain itu, langkah ekstrem lainnya adalah memberlakukan ujian tertulis bagi calon jamaah. Terobosan itu sudah pasti akan memicu kontroversi. Apalagi, dalam doktrin agama, naik haji sebagai manifestasi beribadah, tidak boleh ada praktik larang-melarang. Namun, semua harus dikembalikan pada konteks prioritas untuk kemaslahatan umat. Kemenag tidak bisa berjalan sendiri menentukan parameter prioritas keberangkatan haji, tetapi harus melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta ormas-ormas Islam. Selain mengurangi antrean calon jamaah, tak kalah pentingnya adalah perbaikan layanan haji seperti penyiapan visa, pemondokan, dan katering haji. Dalam penyiapan visa, misalnya, pemerintah Indonesia seharusnya bisa memainkan peran strategis sebagai negara pengirim jamaah terbesar di dunia. Pemerintah bisa menekan Saudi untuk memberikan kepastian pengurusan visa. Jangan sampai kasus keterlambatan penerbitan visa sebagaimana musim haji sebelumnya kembali terulang. Soal pemondokan, pemerintah perlu sekali lagi memotong peran perantara dalam pencarian pemondokan jamaah di Tanah Suci. Kita tidak ingin adanya perantara membuat ongkos penyelenggaraan haji di Tanah Suci menjadi kian mahal. Sedangkan untuk penyediaan katering, perlu adanya kepastian hukum yang dituangkan dalam perjanjian tertulis kepada perusahaan katering agar para jamaah benar-benar terlayani dengan baik. Kini semua ada di tangan pemerintah. Keseriusan menjadi kunci suksesnya penyelenggaraan haji tatkala adanya normalisasi kuota jamaah pada musim haji tahun ini. Semua kebijakan pemerintah harus bervisi untuk kenyamanan beribadah bagi seluruh jamaah Indonesia. Semoga, (*) Struktur Teks Tajuk Rencana : 1. Masalah : Paragraf 1 2. Analisis masalah : Paragraf 3. Solusi :