Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu cita-cita perjuangan bangsa Indonesia adalah terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, seiring
dengan tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan kesejahteraan lahir dan
batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata. Salah satu unsur pokok
kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya kebutuhan perumahan, yang merupakan
kebutuhan dasar bagi setiap warga negara Indonesia dan keluarganya, sesuai harkat
dan martabatnya sebagai manusia. Perumahan sangat berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian bangsa. Perumahan tidak hanya dilihat sebagai sarana
kebutuhan hidup, tetapi perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,
yang berfungsi dalam mendukung terselenggaranya pendidikan, keluarga,
persemaian budaya, peningkatan kualitas generasi yang akan datang dan berjati diri
serta menciptakan tatanan hidup yang baik di dalam masyarakat.
Kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Berbagai
macam upaya pemenuh kebutuhan ini terwujud dengan semakin banyaknya proyek-
proyek perumahan, rumah susun dan apartemen. Dengan melihat demografi
penduduk di Indonesia yang cenderung terpusat di kota-kota besar sebagai efek
sentralisasi pemerintahan dan bisnis, kebutuhan rumah di kota-kota besar pun akan
sulit ditangani melihat keterbatasan lahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Sejak
tahun 2010, Indonesia terus mengalami kekurangan pasokan perumahan yang bisa
akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan berbagai cara untuk
mengatasi masalah backlog rumah terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR). Menurut data Kementerian PUPR per 8 maret 2019, jumlah backlog secara
nasional sebanyak 7,6 juta unit. upaya dilakukan pemerintah untuk mengurangi
backlog tersebut terutama untuk rumah umum dan rumah khusus untuk mengatasi
backlog adalah Program Sejuta Rumah. Program yang sudah dilaksanakan sejak
1
tahun 2015 ini ditujukan kepada MBR dan non-MBR. Sedangkan di DKI Jakarta
sendiri yang diambil dari data yang diambil 2015 jumlah backlog adalah 1.276.424.
Dalam rangka menjawab kebutuhan perumahan bagi Pemerintah provisi DKI Jakarta
melalui program yang di gagas gubernur anies baswedan memprogramkan
pembangunan solusi rumah warga (samawa) atau rumah dp o persen yang
bekerjasama dengan badan usaha milik daerah (BUMD) PT. Jakarta propertindo
(jakpro) dan PD pembnagunan jaya yang nantinya akan di tujukan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) dengan penghasilan 4-7 juta perbulan dan juga kepada
masyarakat umum. melalaui peraturan gubernur nomor 104 tahun2018 tentang
fasilitas pembiayaan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Dalam perencanaanya pemerintah prvinsi DKI Jakarta akan membangun
hunian rumah murah ini di tiga lokasi diantaranya pulo gadung, pondok kelapa, dan
tanjung priok. Rusunami yang berlokaasi di pondok kelapa dengan nama klapa
village telah selaesai dibangun tahun ini, maka dan sisanya di rencanakan akaan di
bangun tahun depan.
1.2. Tujuan Perancangan
Membuat design rumah susun yang efisien dan memenuhi standar hunian
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

1.3. Masalah Perancangan


Rumah murah ini berbentuk rumah susun di mana mungkin tak semua orang
menyukai bentuk hunian dengan konsep rumah susun, Beberapa penyebabnya
seperti terbatasnya lahan, sulitnya akses, kurangnya ruang hidup menjadi faktor
merugikan yang harus dihadapi.

1.4. Pendekatan
Pendekatan perancangan yang dipilih adalah pendekatan secara sosial, karena
fasilitas dan ruang public yang ada akan digunakan bersama secara komunal.
Pendekatan perancangan berikutnya adalah pendekatan fungsional, karena
rumah susun ini adalah solusi untuk mengatasi kurangnya lahan untuk kebuhtuhan
rumah tinggal.

2
Pendekatan perancangan berikutnya adalah pendekatan secara ekologi, karena
beertempat tinggal di lingkungan urban selalu perhadapan dengan isu lingkungan,
seperti polusi udara, air bersih, serta penghijauan lingkungan.
Pendekatan perancangan yang lain nya adalah pendekatan ekonomi,Pendekatan
ekonomi yang di maksud adalah pemilihan bahan pada rumah susun akan mengikuti
kondisi ekonomi penghuni sekitar.

1.5. Batasan Masalah


Agar penulisan ini tidak menyimpang, maka dari itu penulis membatasi masalah
yang ada agar mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan
,maka penulis menetapkan batasan hanya pada perancangan hunian rusun yang
beralamat di jl. yos sudarso raya, kebon bawang, tanjung priok, Jakarta utara .

1.6. Kerangka Berpikir


Rumah susun yos sudarso – Jakarta utara

3
Keterangan kerangka berpikir perancangan :

Perancangan rumah susun


yos sudarso

Latar Belakang
 Kebutuhan rumah tinggal untuk warga jakarta
 Program pemerintah provinsi DKI jakarta
 Keterbatasan lahan untuk bangunan rumah tinggal
.

Data Primer: Data Sekunder:


bappeda DKI jakarta internet

Permasalahan : Desain :
Kebutuhan akan rumah Desain hunian yang
tinggal bagi warga kota sesuai dengan analisis
jakarta dan kebutuhan

Analisa : Solusi : Membuat


Hunian yang sesuai dengan standar perancangan sesuai dari
perancangan dan peraturan yg hasil analisis dan
berlaku kebutuhan.

Gambar 1.1. Diagram kerangka berpikir perancangan


Sumber : Pribadi

4
BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI & OBYEK PERANCANGAN

2.1. Gambaran Umum Daerah


2.1.1 Administratif
Secara administratif lokasi perancangan beralamat di jl. Yos sudarso, kampong
bawang, tanjung priok, Jakarta utara

Gambar 2.1. Peta wilayah Jakarta utara


Sumber : Google earth

Gambar 2.1. Peta wilayah tanjung priok


5
Sumber : Google earth

2.1.2 Geografi
a. Geografi wilayah Jakarta utara

Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan daerah pesisir pantai dan


termasuk dataran rendah, mempunyai luas 139,56 km2 dengan ketinggian dari
permukaan laut antara 0 sampai dengan 20 meter. Beberapa daerah tertentu ada di
bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa/empang air
payau. Di samping itu, Jakarta Utara merupakan tempat bermuaranya 9 sungai dan
2 banjir kanal (BPS, 2008). Dengan kondisi geografis seperti ini menyebabkan
Jakarta sebagai kawasan yang memiliki potensi terlanda banjir, termasuk banjir
kiriman dan banjir karena air pasang laut.
Letak geografis di pesisir pantai mengakibatkan iklim Jakarta Utara
terhitung panas, dengan suhu rata-rata 28,9 C, curah hujan setiap tahun rata-rata
199,78 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan Februari (642,10 mm) dan
bulan Desember (601,10 mm). Curah hujan tertinggi tahun 2008 lebih tinggi
dibandingkan tahun lalu yang mencapai 2.397,40 mm. Kemudian kelembaban
udara rata-rata 73,75 persen yang disapu angin dengan kecepatan 3,4 knot
sepanjang tahun (BPS, 2008).
Apabila dilihat dari batas wilayahnya, Kotamadya Jakarta Utara dibatasi
dengan batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa di koordinat 106 29-00 Bujur
Timur (BT), 15 10-00 Lintang Selatan (LS), 106 07-00 Bujur Timur (BT), 05
10-00 Lintang Selatan (LS).
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II
Tangerang, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang


dan Jakarta Pusat.
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Jakarta Timur dan Kabupaten
Daerah Tingkat II Bekasi.

Di samping itu, tanah daratan di Kotamadya Jakarta Utara lebih banyak


6
digunakan untuk perumahan dan industri. Apabila dirinci berdasarkan penggunaan
maka 52,71 persen untuk perumahan, 15,27 persen untuk areal industri, 10,37
persen digunakan sebagai perkantoran dan pergudangan, sedangkan sisanya
merupakan lahan pertanian, lahan kosong, dan sebagainya.
Tabel 2.2
Persentase Penggunaan Tanah di Jakarta Utara
Tahun Persentase luas tanah (Ha) yang digunakan untuk Jumlah
Perumahan Industri Kantor & Taman Pertanian Lahan Lainnya
Gudang Tidur
2002 55.45 12.65 8.21 2.13 2.02 3.44 16.10 2102 %
2003 51.12 14.12 10.41 1.70 4.34 5.26 13.06 100 %
2004 52.83 14.05 10.56 1.24 3.04 3.38 14.90 2104 %
2005 52.71 15.27 10.37 0.89 3.83 3.21 13.72 2105 %
Sumber : BPS
b. Geografi wilayah sekitar kawasan yos sudarso (tanjung priok)
Kondisi geografi wilayah ini cukup beragam yang bisa berhubungan baik dengan
kondisi site lingkungan. Dan dengan batas batas wilayah sekitar adalah :
1.Utara : Permukiman Warga
2.Selatan : jl. tol pelabuhan
3.Timur : jl. Tol tanjung priok
4.Barat : Permukiman Warga dan RPTRA sungai bambu

1
4
3

Gambar 2.1. Peta wilayah yos sudarso


Sumber : Google earth

7
Kecamatan tanjung priok terletak di jakarta utara, memiliki luas wilayah
25,1255 km² dengan jumlah penduduk 12.395 jiwa/km². Di daerah ini
terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan terpadat di
Indonesia. Sejak dahulu kawasan ini merupakan pelabuhan prasejarah sejak
zaman penyebaran agama Hindu, dan kemudian oleh pemerintah kolonial
Belanda Tanjung Priok benar-benar dikembangkan menjadi kawasan pelabuhan
komersial pada akhir abad ke-18.

 Geografi Site
Sedangkan kondisi geografi di dalam site itu sendiri berada diarea zona perumahan
sedang di jl. Yos sudarso, kampong bawang, tanjung priok, Jakarta utara dengan luas
area total ± 12.000 M²

Gambar 2.2. Peta geografis site


Sumber : pemprov dki jakarta

2.1.3 Demografi
A. Kependudukan

Jakarta sebagai kota metropolitan tentu menjadi incaran banyak orang, mereka
berbondong-bondong ke Jakarta untuk mengadu nasib. Banyak orang dari berbagai
penjuru memilih tinggal di Jakarta, untuk sementara atau bahkan selamanya. Ini

8
terbukti dengan terus bertambahnya jumlah penduduk DKI Jakarta dari tahun ke
tahun. Memang harus diakui, pertambahan penduduk ini juga akibat dari faktor lain,
seperti jumlah angka kelahiran yang lebih tinggi dibanding angka kematian. Pada
tahun 1961, jumlah penduduk DKI Jakarta baru mencapai 2,91 juta jiwa. Angka ini
berubah di tahun 1971 menjadi 4,55 juta jiwa. Tahun 1980 menjadi 6,48 juta jiwa,
lalu pada tahun 1990 bertambah lagi menjadi 8,23 juta jiwa, kemudian akhir tahun
2000 mencapai 9,27 juta jiwa.

Begitu pula untuk Jakarta Utara, pada tahun 1961, jumlah penduduk baru
mencapai 469,80 ribu jiwa. Pada 1971 menjadi 612,40 ribu jiwa, lalu pada 1981
menjadi 976,40 ribu jiwa. Angka ini terus bertambah di tahun 1990, menjadi

1.075.071 jiwa. Kemudian pada Desember 2000 menjadi 1.192.719 jiwa. Pada
juni 2001 menjadi 1.437.057, dengan 714.319 laki-laki dan 722.738 perempuan.
Dengan demikian, selama kurun waktu 1961-2001 , dan pada 2010 jumblah penduk
bertambah menjadi lebih dari 1,5 juta jiwa. jumlah penduduk Jakarta Utara naik tiga
kali lipat lebih, sedangkan lahan yang ada tidak bertambah.

Meskipun penduduk Jakarta Utara terus mengalami peningkatan, laju


pertumbuhan penduduknya berangsur-angsur mengalami penurunan. Hal ini karena
dari tahun ke tahun terjadi penyebaran jumlah penduduk ke wilayah sekitar DKI
Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (BODETABEK). Penyebaran
penduduk itu pun terus meningkat sejalan dengan pembangunan di wilayah
BODETABEK tersebut. Dalam kurun waktu 1961-2002, laju pertumbuhan
penduduk Jakarta Utara tertinggi terjadi pada kurun 1971-1980, dari 2,71 persen
menjadi 5,25 persen (BPS, 2008).

Pada tahun 2001, Kepulauan Seribu beralih menjadi kabupaten terpisah


sehingga jumlah penduduk Jakarta Utara mengalami penurunan. Namun berdasarkan
data terakhir, tingkat kepadatan penduduk per kilometer persegi kembali mengalami
kenaikan. Dengan luas wilayah hanya sekitar 139,56 km2, Jakarta Utara harus
menanggung penduduk yang semakin banyak dari tahun ke tahun.

9
B. Sosial dan Ekonomi
 Sosial tanjung priok

C. Tata Ruang
 Tata Ruang lokasi perancangan
Tata ruang wilayah adalah wujud struktur ruang dan pola pemanfaatan
ruang. Berdasarkan peta zonasi tanjung priok, lokasi site berada dalam kawasan:
S.1 (sub zona prasarana pendidikan)
S.2 (sub zona prasarana kesehatan)
S.3 (sub zona prasarana ibadah)
R.4 (sub zona Rumah Sedang)
K.1 (sub zona perkantoran)
B.1 (sub zona ruang terbuka biru)

10
Gambar 2.5 zonasi site
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta

D. Sarana dan prasarana


a. Sarana dan prasarana wilayah sekitar site
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Dalam hal ini,
sarana dan prasarana yang dimaksud adalah penunjang kegiatan / fasilitas yang
terdapat di sekitar site.

11
Gambar 2.7 RPTRA sungai bambu
Sumber : Wikipedia
Pada tepat di sebelah barat daya site terdapat ruang terpadu ramah anak
(RPTRA) yaitu ruang public terpadu ramah anak sungai bambu.

Gambar 2.8 rumah sakit puri medika


Sumber : beritajakarta

Rumah Sakit Puri Medika merupakan Rumah Sakit Umum Swasta yang
terletak di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Layanan yang ditawarkan
Rumah Sakit Puri berupa; IGD 24 Jam, Rawat Jalan & Rawat Inap, Klinik
Umum & Klinik Spesialis, Trauma Center dan BPJS.

12
Gambar 2.9 pasar pelita
Sumber : beritajakarta
Pasar yang terletak di Tanjung Priok Jakarta Utara ini menjual aneka
kebutuhan sehari-hari dan lokasinya mudah untuk dijangkau baik dengan
kendaraan bermotor ataupun mobil.
2.2 Deskripsi Objek Perancangan
a. Kepemilikan dan Sejarah

Kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Berbagai


macam upaya pemenuh kebutuhan ini terwujud dengan semakin banyaknya proyek-
proyek perumahan, rumah susun dan apartemen. Dengan melihat demografi
penduduk di Indonesia yang cenderung terpusat di kota-kota besar sebagai efek
sentralisasi pemerintahan dan bisnis, kebutuhan rumah di kota-kota besar pun akan
sulit ditangani melihat keterbatasan lahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Sejak
tahun 2010, Indonesia terus mengalami kekurangan pasokan perumahan yang bisa
akan terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk.

Dalam rangka menjawab kebutuhan perumahan bagi Pemerintah provisi DKI


Jakarta melalui program yang di gagas gubernur anies baswedan memprogramkan
pembangunan solusi rumah warga (samawa) atau rumah dp o persen yang
bekerjasama dengan badan usaha milik daerah (BUMD) PT. Jakarta propertindo
(jakpro) dan PD pembnagunan jaya yang nantinya akan di tujukan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) dengan penghasilan 4-7 juta perbulan dan juga
kepada masyarakat umum. melalaui peraturan gubernur nomor 104 tahun2018

13
tentang fasilitas pembiayaan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.

Dalam perencanaanya pemerintah prvinsi DKI Jakarta akan membangun


hunian rumah murah ini di tiga lokasi diantaranya pulo gadung, pondok kelapa, dan
tanjung priok. Rusunami yang berlokaasi di pondok kelapa dengan nama klapa
village telah selaesai dibangun tahun ini, maka dan sisanya di rencanakan akaan di
bangun tahun depan.

b. Pengelolaan dan Pendanaan

Proyek rusun dp 0 persen yang beralamat di jl. Yos sudarso, kampung bawang,
tanjung priok, Jakarta utara ini akan di kelola dan di bangun oleh sebuah badan usaha
milikm daerah (BUMD) yaitu PT. Jakarta propertindo (jakpro) dengan anggaran
berasal dari APBD sebagai penyertaan madal daerah (PMD). PMD yang diminta
untuk merealisasikan ini sebesar Rp 266 miliar, PMD itu hanya 30 persen dari total
investasi yang dibutuhkan Jakpro untuk pengembangan tahap pertama. Kelak,
kekurangan investasi dibiayai dari hasil penjualan unit hunian.

c. Kegiatan
Rusun tersebut tidak hanya menjadi sarana hunian bagi para penghuni akan
tetapi rusun itu juga bisa menjadi sarana bermain,Pendidikan,komersil maupun
sosial.

2.3 Deskripsi Lokasi Objek Perancangan

a. Lokasi

Terletak pada jl. Yos sudarso, kampong bawang, tanjung priok, Jakarta utara,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13460

b. Luas site
Lokasi site memiliki luas tanah ± 12.000 M².
Dengan KDB 45%.

14
c. Lingkungan sekitar site
site berada diantara rumah warga maupun bangunan komersil dan akses
menuju jalan utama yaitu jalan raya yos sudarso.

2.4 Kondisi Eksisting

Gambar eksisting site

1
4
3
2

Gambar 2.1. Peta wilayah yos sudarso


Sumber : Google earth

1.Utara : Permukiman Warga


2.Selatan : jl. tol pelabuhan
3.Timur : jl. Tol tanjung priok
4.Barat : Permukiman Warga dan RPTRA sungai bambu

15
Gambar 2.10 Kondisi Eksisting
Sumber : google earth
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan kondisi eksisting di
lapangan adalah lahan kosong yang di tumbuhi oleh rumput, semak, dan beberapa
pepohon.

16
Gambar 2.10 Kondisi Eksisting
Sumber : bappeda DKI

17
Gambar eksisting site

Gambar 2.10 Kondisi Eksisting


Sumber : google earth
18
19
BAB III

PERMASALAHAN DAN SOLUSI DESAIN

3.1. Analisis masalah


1. Analisis kontekstual makro
Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan daerah pesisir pantai dan termasuk
dataran rendah, mempunyai luas 139,56 km2 dengan ketinggian dari permukaan laut antara
0 sampai dengan 20 meter. Beberapa daerah tertentu ada di bawah permukaan laut yang
sebagian besar terdiri dari rawa-rawa/empang air payau. Di samping itu, Jakarta Utara
merupakan tempat bermuaranya 9 sungai dan 2 banjir kanal (BPS, 2008). Dengan kondisi
geografis seperti ini menyebabkan Jakarta sebagai kawasan yang memiliki potensi terlanda
banjir, termasuk banjir kiriman dan banjir karena air pasang laut.
Letak geografis di pesisir pantai mengakibatkan iklim Jakarta Utara terhitung panas,
dengan suhu rata-rata 28,9 C, curah hujan setiap tahun rata-rata 199,78 mm dengan
maksimal curah hujan pada bulan Februari (642,10 mm) dan bulan Desember (601,10 mm).
Curah hujan tertinggi tahun 2008 lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai
2.397,40 mm. Kemudian kelembaban udara rata-rata 73,75 persen yang disapu angin
dengan kecepatan 3,4 knot sepanjang tahun (BPS, 2008).
Di samping itu, tanah daratan di Kotamadya Jakarta Utara lebih banyak digunakan
untuk perumahan dan industri. Apabila dirinci berdasarkan penggunaan maka 52,71 persen
untuk perumahan, 15,27 persen untuk areal industri, 10,37 persen digunakan sebagai
perkantoran dan pergudangan, sedangkan sisanya merupakan lahan pertanian, lahan
kosong, dan sebagainya.

2. Analisis Masalah Fungsional


Sesuai dengan fungsi bangunan yang akan di gunakan sebagai hunian vertical maka
permasalahan fungsional dalam perancangan adalah kebutuhan ruang yang efisiaen untuk
memenuhi segala bentuk fasilitas yang dibutuh kan oleh penghuni rusun.

3. Analisis masalah lingkungan

49
1. Pada site dibagian timur dan selatan terdapat jalan tol yang sekiranya bisa
menghasilakan polusi suara maupun udara.

Gambar 2.10 tol tanjung priok


Sumber : google earth
2. Letak geografis di pesisir pantai mengakibatkan iklim Jakarta Utara terhitung panas,
dengan suhu rata-rata 29 derajat Celcius.

4. Analisis masalah ekonomi

5. Analisis masalah social budaya


Sebagai wilayah di Ibukota, Jakarta Utara tidak hanya dihuni oleh masyarakat lokal
atau Warga Negara Indonesia (WNI) asli saja, tetapi juga oleh Warga Negara Asing
(WNA). Cukup banyak WNA yang datang, kemudian menetap di sini. WNA yang tinggal
di wilayah ini berasal dari beberapa negara, seperti Cina, India, Jepang, Malaysia, Arab,
dan Belanda. Berdasarkan data BPS (2008) sampai Juni 2007, WNA yang tinggal di Jakarta
Utara paling banyak berasal dari Cina dengan 377 orang, dan disusul dari India dengan 154
orang. Mereka umumnya tinggal di daerah Penjaringan, Tanjung Priok, dan Kelapa Gading.

Tabel 2.6
Jumlah Warga Negara Asing di Jakarta Utara
Jumlah Warga Negara Jumlah Persentase Warga Negara
Tahun
Asing (WNA) Penduduk Asing (WNA)
1989 6.017 1.026.825 0,59 %
Maret 1990 5.820 1.049.427 0,55 %
Desember 1992 4.991 1.083.071 0,46 %
1999 710 1.157.946 0,06 %
2001 669 1.437.075 0,05 %
2007 535 1.197.970 0,04 %

50
Sumber : Diolah dari buku “Mengayuh Biduk Kemandirian: Potret Jakarta Utara di Masa Reformasi” dan
BPS 2008.

3.2. Pemilihan Solusi Desain


Sulusi desain untuk hunian vertical/rusun ini adalah dengan melakukan pendekatan
desain yang ramah lingkungan dengan gaya bangunan yang umum dan bisa diterima oleh
semua kalangan,
Yang di maksud dengan desain yang ramah lingkungan adalah suatu
pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman
dasar dari arsitektur yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat didalamnya.
adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya..
Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan lahan
hijau. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman
merambat. Tujuan utama daripendekatan ini adalah menciptakan eco desain, arsitektur
ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Pendekatan yang
ramah lingkungan juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi,
air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan
bangunan. Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi
Bangunan Hijau.

3.3.Usulan Lokasi dan Batasan Site


Lokasi Kawasan site merupakan zona perumahan sedang ,lokasi site ini masih
dalam kondisi lahan kosong. Batasan peraturan pembangunan ini diantaranya adalah:
Luas area : 12.000 m2
Zonasi :Hunian perumahan sedang
 KDB 45%
 KLB 3,5
 KDH 30%
 KTB 55%
 Type T
51
3.4.Rencana Implementasi
A. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan
dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan
waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah
desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan
lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar
hemat energi, antara lain:

1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan


menghemat energi listrik.
2. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu
juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga
lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat
terang tertentu.
3. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur
intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
4. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang
bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
52
5. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

B. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)


Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan
lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan
lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan
cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
3. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk
mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

C. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini
dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya
tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk
tapak yang ada.
D. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan Bangunan mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan
architecture yang ramah lingkungan harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di
dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

53
BAB IV

DESKRIPSI PROYEK
3.1 Definisi
Pengertian rumah susun menurut KBBI (Kamus besar bahasa indinesia) adalah
gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa tempat tinggal (masing-masing
untuk satu keluarga); flat.
Rusun (Rumah susun) dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Condominium.
Condominium ini di dalam UU RI No. 16 Tahun 1985 Juncto UU No. 4 Tahun 1992,
tentang Rumah Susun memberikan pengertian bahwa : “ Condominium/ Rumah Susun
adalah bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi
dalam arah horizontal dan atau vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing
dapat memiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang
dilengkapi dengan apa yang disebut “bagian bersama, tanah bersama dan benda bersama.
Rumah Susun' adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang masing- masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian-bersama, benda-bersama dan tanah bersama.
Masing-masing memiliki batas-batas, ukuran dan luas yang jelas, karena sifat dan
fungsinya harus dinikmati bersama dan tidak dapat dimiliki secara perseorangan.
Pembangunan Rumah Susun (Rusun) seharusnya dibangun sesuai dengan tingkat
keperluan dan kemampuan masyarakat terutama bagi yang berpenghasilan rendah. Rusun
hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah
Negara atau hak pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pembangunan Rusun berlandaskan pada azas kesejateraan umum, keadilan dan
pemerataan, serta keserasian dan kesimbangan dalam perikehidupan, dengan bertujuan
memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat
yang berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.
Kepemilikan satuan Rusun dapat dimiliki oleh perseorangan atau badan hukum
yang memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang meliputi, hak atas bagian-

54
bersama, benda-bersama, dan tanah-bersama, yang semuanya merupakan satu-kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan.
Kepemilikan satuan Rusun dapat dimiliki dengan cara membayar tunai (cash) dan
angsuran (kredit pemilikan rumah atau KPR). Dalam pengelolaannya, setelah Rusun yang
ditempati sudah melunasi angsuran sesuai dengan perjanjian akad kredit yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak (penghuni dan pengembang/pihak perbankan-red), maka
penghuni Rusun wajib membentuk Persatuan Penghuni Rumah Susun (PPRS) dan
diberikan kedudukan sebagai badan hukum, sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 ayat 1
dan ayat 2 UndangUndang No. 16 Tahun 1985 Tentang Rumah Susun. Yang ketentuannya
diatur dalam Perarturan Pemerintah RI No. 4 thn 1998.

3.2 Tipologi Bangunan


Menurut peraturan mentri keuangan republic Indonesia Nomor 50/pmk/03/2005,
rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
digunakan sebagai tempat hunian dengan luas maksimum 21m2 setiap unit hunian, yang
dilengkapi dengan kamar mandi serta dapur yang dapat bersatu dengan unit hunian ataupun
terpisah dengan penggunaan komunal, dan diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan
rendah, yang pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah
Susun.
Rumah susun juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ketinggian lantai bangunan,
yaitu (Paul dalam citaresmi, 2001):
1. Low rise: memiliki ketinggian 2-6 lantai dan menggunakan tangga sebagai
sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal dengan walk-up- jlat.
2. Medium rise: memiliki ketinggian 6-9 lantai dan bisa menggunakan elevator
listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
3. High rise: memiliki ketinggian di atas 9 lantai dan hams menggunakan elevator
listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
Apabila mengacu pada luas unit hunian, maka rumah susun dibedakan menjadi tipe
studio seluas 18m2 hingga tipe penthouse seluas 200m 2. Pada umumnya yang bertipe kecil

55
banyak dijumpai pada rumah susun murah dan sederhana yang dihuni oleh masyarakat
berpendapatan menengah ke bawah (Paul dalam citaresmi,2001).

Berdasarkan jumlah lantai dalam satuan unit hunian, rumah susun dibagi menjadi
tiga jenis yaitu (Joseph de Chiara, 1984:560):
1. Simplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 1lantai. Jenis ini
adalah yang paling umum karena merupakan jenis yang paling simpel dan
ekonomis dalam pembangunannya.
2. Duplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 2 lantai yang
dihubungkan dengan tangga. Ruang keluarga, dapur, dan ruang makan berada
pada satu lantai, sedangkan lantai lainnya digunakan sebagai ruang tidur atau
ruang istirahat. Keunggulan ekonomis dari rumah susun jenis ini adalah bahwa
koridor dan pintu lift tidak perlu disediakan untuk setiap lantai bangunan.
3. Triplex: merupakan rumah susun yang tiap unitnya terdiri dari 3 lantai. Pada
dasarnya pembagian ruangnya sama denganjenis duplex.

Berdasarkan status kepemilikan satuan unit huniannya, rumah susun dibagi


menjadi tigajenis, yaitu (Joseph de Chiara, 1984:571):
1. Condominium: merupakan bangunan bangunan rumah susun yang dimiliki
secara bersama oleh penghuninya dan setiap penghuninya memiliki surat
hipotek atas unit rumah susun yang dihuni, sedangkan fasilitas umum dimiliki
secara bersama-sama dengan penghuni lainnya.
2. Cooperative Ownership: merupakan bangunan rumah susun di mana
penghuni mempunyai hak kepemilikan yang diberikan oleh suatu instansi
tertentu yang membangun rumah susun dan biasanya dikenakan biaya
pemeliharaan atau biaya-biaya lainnya.
3. Rent: merupakan bangunan rumah susun di mana penghuni tidak memiliki
hak milik atas unit yang dihuninya dan hams membayar biaya sewa serta
pemeliharaan kepada pemiliknya.

Menurut Yudohusodo (1991:357), rumah susun memiliki karakteristik yang


berbeda dengan hunian horizontal. Rumah susun mengandung dualisme system
kepemilikan, yaitu sistem kepemilikan perseorangan dan bersama baik dalam bentuk ruang

56
maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian-bagian yang masing-
masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah yang dikenal dengan
istilah condomium. Sistem ini mewajibkan untuk mengadakan pemisahan hak dari masing-
masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan akta pemisahan yang mengandung
nilai perbandingan proporsional yang akan digunakan sebagai dasar penerbitan sertifikat
hak milik atas satuan yang bersangkutan.

Menurut Danial (1998:20-21), rumah susun merupakan altematif solusi yang tepat
dalam upaya penyediaan perumahan serta peningkatan daya guna lahan kota karena
memiliki beberapa keunggulan, yaitu:

i. Mengefisiensikan pemanfaatan lahan perumahan dengan kemampuannya


untuk menampung lebih banyak penduduk di lahan yang relatif sempit.
ii. Menciptakan lingkungan perumahan yang layak huni terutama bagi golongan
masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
iii. Efisiensi penyediaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana
perkotaan, karena dalam penyediaannya tidak perlu dilakukan penyebaran
untuk dapat memperluas jangkauan pelayan atau dengan kata lain lebih
compact.
iv. Mengurangi pengeluaran untuk biaya transportasi karena pembangunan rumah
susun yang hanya membutuhkan lahan yang relatif kecil memungkinkan
pembangunannya di kawasan pusat kota yang juga merupakan kawasan tempat
kerja sehingga aksesibilitas ke tempat kerja menjadi lebih mudah.
v. Memperbaiki kualitas fisik lingkungan perkotaan terutama dalam mengatasi
masalah permukiman kumuh dan liar.
3.3 Persyaratan Bangunan
1. Ruang
Memenuhi fungsi utamanya sebagai tempat tinggal sehari – hari,tempat usaha atau
fungsi ganda
2. Struktur dan Komponen Bahan Bangunan
Memperhatikan prinsip koordinasi modular dan syarat konstruksi

57
3. Kelengkapan Rumah Susun
Dilengkapi dengan alat transportasi bangunan,pintu, dan tangga darurat kebakaran,
alat dan system alarm kebakaran,penangkal petir, jaringan air bersih, saluran air hujan,
saluran pembuangan limbah, tempat sampah, tempat jemuran, kelengkapan
pemeliharaan bangunan, jaringan listrik, generator, dan gas.
4. Kepadatan dan Tata Letak Bangunan
Memperhungkan KDB, KLB, ketinggian dan kedalaman bangunan serta
penggunaan tanah untuk mencapai optimasi daya tanah
5. Satuan Rumah Susun
a. Dapat terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang)
di dalam atau diluar ruang utama
b. Dilengkapi dengan system penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup,
system evakuasi yang menjamin kelancaran dan kemudahan, system penyediaan
daya listrik yang cukup dan terus menerus, serta system pompa air secara otomatis.
6. Benda Bersama

Dapat berupa prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan.

7. Bagian Bersama
Dapat berupa ruang secara umum, struktur dan kelengkapan rumah susun, prasarana
lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu dengan bangunan rumah susun.
8. Prasarana Lingkungan
Berupa jalan setapak, jalan kendaraan, sebagai penghubung antar bangunan rumah
susun atau keluar lingkungan rumah susun, tempat parker atau tempat penyimpanan
barang, utilitas umum yang terjadi dari jaringan air limbah, jaringan sampah, jaringan
pemadam kebakaran, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telpon, dan jaringan lain
nya.
9. Fasilitas Lingkungan
Harus dilengkapi dengan perniagaan dan perbelanjaan, lapangan terbuka,
Pendidikan kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintah, dan pelayanan umum serta
permakaman dan pertamanan.
1. Prasarana Fasilitas Jalan dan Tempat Parkir
a. Utilitas Umum

58
b. Fasilitas Perniagaan
c. Fasilitas Kesehatan
d. Fasilitas Peribadatan

2. Prinsip Dasar Pembangunan


a. Keterpaduan
Pembangunan rumah susun dilakukan berdasarkan prinsip keterpaduan Kawasan
sector antara pelaku dan keterpaduan system perKotaan
b. Efisiensi dan Efektivitas
Memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal melalui peningkatan
intensitas penggunaan lahan sumber daya lainnya.
c. Penegak Hukum
Mewujudkannya kepastian hokum dalam bermukim bagi semua pihak serta
menjunjung tinggi nilai – nilai kearifan yang hidup di tengah masyarakat.
d. Keseimbangan dan Keberlanjutan
Mengindahkan keseimbangan ekosistem dan kelestarian sumberdaya yang ada.

e. Partisipasi
Mendorong kerjasama kemitraan dengan badan usaha dan masyarakat untuk dapat
berpatisipasi dalam proses perencanaan pembangunan penugasan operasi dan
pemeliharaa serta pengelolaan rusun.
f. Kesetaraan
Menjamin adanya kesetaraan bagi masyarakat berpenghasil rendah menengah
kebawah untuk dapat menghuni rumah susun yang layak bagi peningkatan
kesejahteraan
3.4 Studi Banding Proyek Sejenis
a. Studi Banding dari Pengamatan Langsung
Bangunan yang menjadi objek studi banding langsung yaitu Rumah Susun Bandar
Kemayoran yang berada di Jalan Benyamin Suaeb Blok C3, Kota Tua, Pademangan Tim.,

59
Pademangan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus IbuKota Jakarta 14410. Karena untuk
mengetahui ruang-ruang yang belum ada di objek yang diteliti juga mengetahui pola ruang
dan sirkulasinya. Dengan ketinggian 20 lantai.

Gambar 4.1. Rusunami Bandar Kemayoran


Sumber: Foto Pribadi

Denah yang digunakan pada Rusun Bandar Kemayoran itu menggunakan denah
tipikal,dan terdapat fasilitas seperti,kios2,musholla, pemadam kebakaran, tangga
darurat,lift orang maupun lift barang sebagai penunjang pada rusun tersebut

Gambar 4.2. Floor Plan Rusun Bandar Kemayoran


Sumber: Foto Pribadi

60
Gambar 4.3. Denah rusun
Sumber: Rusunami bandar kemayoran

Dalam Rusunami Bandar Kemayoran,terdapat kitchen set yang untuk membantu


penghuni Rusun lebih nyaman dalam urusan dapur.

Gambar 4.4. Kondisi Dapur


Sumber: Rusunami bandar kemayoran
Kamar yang ada di Rusunami Bandar Kemayoran,menggunakan bed tipe king size
untuk kenyamanan penghuni yang tinggal pada Rusun tersebut.

61
Gambar 4.5. Kondisi Kamar Tidur
Sumber: Rusunami bandar kemayoran

Demi Kenyamanan para pengunjung yang yang datang ke kamar


penghuni,disediakan lah ruang tamu yang berisikan sofa untuk menerima tamu maupun
ngobrol keluarga

62
Gambar 4.6. Kondisi Ruang Tamu
Sumber: Rusunami bandar kemayoran
Apabila penghuni ingin berolahraga, Rusunami Bandar Kemayoran menyediakan
fasilitas penunjang seperti,menyediakan nya ruang olahraga untuk penghuni

Gambar 4.7. Area Olahraga Rusun Bandar Kemayoran


Sumber: Foto Pribadi

Dengan adanya lorong yang ukuranya ±3m,memudahkan nya pergerakan penghuni


yang tinggal di Rusun tersebut ditambah dengan kondisi cahaya yang memadai dari lampu.

63
Gambar 4.8. Kondisi Lorong pada rusun
Sumber: Foto Pribadi

Tersedia nya lahan parkir yang digunakan untuk kenyamanan para penghuni apabila
memiliki kendaraan,tinggal menaruh kendaraan tersebut di dalam rusun

Gambar 4.9. Tempat Parkir


Sumber: Foto Pribadi
Dengan ada nya kantor pemasaran,para masyarakat lebih mudah untuk
mendapatkan informasi tentang rusun yang ingin dia beli.

64
Gambar 4.10. Kantor Pemasaran
Sumber: Foto Pribadi

b. Studi Banding dari Data Sekunder

c. Kesimpulan Studi Banding


 Rusun Bandar Kemayoran :
1. Dari segi fasilitas,Bandar Kemayoran terdapat beberapa fasilitas pendukung
yang di sediakan untuk kenyamanan penghuni,seperti:
- Parkiran sudah menggunakan ticketing
- Lift barang dan Lift orang
- Keamanan yang tercukupi
- Pertokoan
- Ruang pengelola
- Area olahraga
- Taman
- dsb
2. Dalam segi desain,Bandar Kemayoran mempunya desain bangunan yang
mengikuti daerah,yaitu dia membuat bangunan berlantai tinggi di gunakan
untuk menampung penduduk sekitar rusun yang bisa dibilang permukiman
kumuh.
Mempunyai 2 tipe kamar yaitu tipe 24 dan tipe 36.
65
BAB V
PERENCANAAN DAN PROGRAM

5.1 Penggunaan Bangunan / Fasilitas


Rumah susun merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama, dengan sistem pengelolaan
yang menganut konsep kebersamaan. (UURS, No.16 tahun 1985).
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang terstrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan- satuan yang masing-masing
dapat memiliki secara terpisah terutama tempat- tempat hunian yang dilengkapi dengan
bangunan bersama dan tanah bersama. (UURS, No.4 tahun 1993).
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik
dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan- satuan yang masing-masing
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. (UU, No.1 tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).

5.2 Jenis dan Pengelompokkan Kegiatan


Kegiatan yang terjadi di dalam rumah susun dibagi menjadi :

1. Kelompok kegiatan pribadi

Kegiatan yang dilakukan oleh penghuni di dalam rumah susun dalam


pemenuhan kebutuhan sendiri untuk penghuni yang bersangkutan, seperti makan, tidur,
mandi, dll,

2. Kelompok kegiatan bersama


Kegiatan yang dilakukan secara bersama – sama, baik itu dilakukan di dalam
maupun di luar rumah susun, seperti diskusi, rekreasi.
66
3. Kelompok kegiatan sosial

Kegiatan yang dilakukan penghuni dalam berkomunikasi baik dengan sesama


penghuni dan pengunjung rumah susun, seperti menerima tamu.
4. Kegiatan pengelola

Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi penghuni dengan


pendataan, keuangan penghuni, perawatan serta keamanan rumah susun.

5. Kegiatan penunjang

Kegiatan yang menunjang seluruh kegiatan penghuni, seperti kantin, toko – toko
(retail), ruang komunal, parkir, tempat bermain anak – anak.

6. Kegiatan service

Kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan kegiatan penunjang di dalam


rumah susun, seperti ruang M E, ruang keamanan, dapur.

5.3 Kebutuhan Ruang


Rumah Susun dirancang sebagai hunian tempat tinggal memiliki fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan Bersama serta kegiatan untuk meningkatkan ekonomi
pernghuni, oleh karna itu, disediakan fasilitas – fasilitas yang sesuai dengan fungsinya,
yaitu :

1. Fasilitas Penghuni
Fasilitas penghuni, yaitu fasilitas berupa ruang yang mewadahi fungsi hunian,
yaitu antara lain :
a. Unit Couple
Unit couple menyediakan fasilitas yang sama dengan rumah tipe 36. Unit
hunian yang cukup luas disesuaikan dengan kebutuhan penghuni nya, yaitu terdiri
dari :

67
 Teras
 Kamar tidur
 Ruang keluarga
 Dapur
 Kamar mandi
 Ruang jemur
b. Unit Family
Unit family yang diperuntukkan bagi keluarga terdiri dari empat sampai lima
anggota keluarga. Menggunakan tipe 42. Unit family terdiri dari :
 Teras
 Ruang tamu
 Kamar tidur
 Ruang keluarga
 Dapur
 Kamar mandi
 Ruang jemur
2. Fasilitas Penunjang
Fasilitas ini dipergunakan bagi penghuni dalam satuan unit hunian, seperti
untuk bersosialisasi, bermain anak – anak, dan berkumpul. Fasilitas – fasilitas ini
terdiri dari :
a. Lapangan
b. Taman Bermain
c. Musholla / Masjid
d. Lobby / Ruang tunggu

3. Fasilitas Pengelola
Menyediakan fasilitas untuk melengkapi kebutuhan pengguna dan
memberikan pelayanan, baik social maupun ekonomi terhadap pengguna bangunan.
Fasilitas – fasilitas tersebut antara lain :
a. Unit pertokoan
b. Koperasi
68
c. Klinik
d. Kantor pengelolaan
e. Pos keamanan
f. Parkir
g. Ruang office boy
h. Ruang ME
i. Ruang Genset

69
5.4 Program Ruang

Tabel 5.1. Program Ruang Rusun


Sumber : Data Pribadi

70
Sumber : Data Pribadi

5.5 Hubungan Ruang


a. Makro
Hubungan ruang antar kelompok kegiatan adalah saling berhubungan satu dengan
yang lain nya.
PENGHUNI

PENUNJANG PENGELOLA

Gambar 5.1. Hubungan Ruang Makro


Sumber : Analisa

71
b. Mikro
- Hubungan Ruang dalam unit Rusun

Teras

R.Keluarga K.Tidur
K.Tidur
R.Makan Utama
Anak
Dapur

Gudang
R.Cuci
R.Jemur

K.Mandi

Gambar 5.2.Diagram Hubungan Kamar


Sumber : Analisa

- Hubungan ruang antar unit rusun

Area Komunal

Selasar

Unit Unit Unit Unit Unit


Rusun Rusun Rusun Rusun Rusun

Gambar 5.3.Diagram Hubungan Antar Unit


Sumber : Analisa

72
- Hubungan kelompok ruang

ENTRANCE

PARKIR PARKIR
PENGUNJUNG PENGHUNI
PENGHUNI

KELOMPOK
SIRKULASI
RUANG LUAR
UNIT RUSUN

` KELOMPOK
KORIDOR
RUANG
PENUNJANG

UNIT RUSUN

Gambar 5.4.Diagram Hubungan Kelompok Ruang


Sumber : Analisa

5.6 Sirkulasi
a. Manusia
- Penghuni dan Pengunjung

Parkir Entrance Lobby Sirkulasi


vertikal

Unit Kamar
Sirkulasi
horizontal
Unit Kamar

Gambar 5.5.Sirkulasi penghuni dan pengunjung Rusun


Sumber : Analisa

73
- Pengelola

Parkir Entrance Lobby R.Pengelola

Gambar 5.6.Sirkulasi Pengelola Rusun


Sumber : Analisa

b. Barang

Entrance Lobby Lift Barang

Lift Barang
Gambar 5.7.Sirkulasi Barang Rusun
Sumber : Analisa

c. Kendaraan

Mobil

Parkir Main Entrance Motor

Pengelola

Khusus

Disabilitas

Gambar 5.8.Sirkulasi Kendaraan Rusun


Sumber : Analisis

74
BAB VI
ELABORASI TEMA

4.1 Pemilihan Tema dan Alasannya

Tema yang digunakan dalam perencanaan tugas akhir ini adalah “ Neoklasik-
kontemporer“.

Gambar 5.3. contoh bangunan neo klasik


Sumber : google

Arsitektur neo klasik adalah gaya arsitektur yang dihasilkan oleh gerakan neo
klasik yang dimulai pada pertengahan abad ke 18. Gaya ini mengadopsi gaya dari arsitektur
klasik kuno, prinsip-prinsip Vitruvian, dan karya arsitek Italia Andrea Palladio. Di Eropa
tengah dan timur, gaya ini biasanya disebut sebagai Klasisisme (dalam Bahasa Jerman
Klassizismus)
Arsitektur kontemporer adalah istilah untuk menyebut gaya desain yang sedang
populer atau sedang up to date pada saat ini. Gaya kontemporer bisa juga digunakan untuk
melabeli sebuah gaya lama yang dikemas dengan konsep terkini sehingga hasilnya lebih

75
segar dan berbeda. awal kemunculan gaya ini didasarkan pada prinsip penggunaan material
yang rasional, perencanaan fungsional, dan penolakan terhadap dekorasi berlebihan.

Alasan pemilihan tema

Menurut Marcus polio vitruvius dalam bukunya yang berjudul “ the ten book on
arsitektur” ia mengatakan bahwa arsitektur yang baik adalah yang memenuhi tiga prinsip
dasar yang dikenal dengan istilah kekuatan (firmitas), kegunaan ( utilitas ), dan
keindahan/estetika ( venusitas ). Dengan ketiga prinsip tersebut, suatu bangunan dengan
arsitektur yang baik dapat menyatakan kebijaksanaan atau tingginya peradaban.

“All these must be built withdue reference to durability (fimitas), convience (utilitas), and
beauty (venustas).….” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)

Maka dari itu untuk memenuhi kebutuhan estetika/keindahan penulis mengambil


tema “neo klasik” yang secara subyektif bagi penulis adalah sebuah gaya/langgam yang
memenuhi syarat estetika untuk sebuah arsitektur bangunan massal/publik, Kemudian akan
penulis padukan dengan tema “kontemporer” untuk syarat fungsinya yaitu hunian untuk
untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan range pendapatan 4-7 juta
perbualan.
Maksudnya penulis disini adalah ingin merancang sebuah hunian masal yang
seefisien mungkin tetapi tetap memperhatikan estetika dengan mengikuti gaya/langgam
arsitektur neo klasik namun juga disesuaikan dengan program dan kebutuhan ruang.

76

Anda mungkin juga menyukai