Anda di halaman 1dari 3

Mikroorganisme seperti juga makhluk hidup yang lainnya, memerlukan energi untuk

kelangsungan hidupnya. Energi ini diperoleh dari lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa
kimia tertentu yang diurai melalui reaksi biokimia semu yang disebut reaksi metabolisme
(Ristiati, 2000). Energi diperlukan untuk mengorganisir materi, mempertahankan organisasi
materi, mempertahankan keadaan hidup dan untuk keperluan sintesis komponen sel yang baru.
Energi diperoleh dari bahan makanan, baik berupa anorganik maupun dalam bentuk organik
yang diserap dari luar. Bahan makanan yang masuk dalam sel ini akan dapat digunakan setelah
melalui proses pengubahan atau transformasi zat yang disebut metabolisme. Bahan makanan
tersebut akan diubah melalui serentetan reaksi enzim yang bergandengan dan urut melalui alur
proses metabolisme yang spesifik (Darkuni, 2001).
Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama metabolisme, energi yang
dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja biologis. Selama masa hidup sel, kerja
ini bersifat ekstensif dan beragam. Mikroorganisme heterotrofik nonfotosintesik memperoleh
energinya dari oksidasi (pengusiran electron atau atom hydrogen) senyawa-senyawa anorganik
(Pelezer, 2006). Dalam sebuah sel, rata-rata terdapat ribuan enzim yang berbeda-beda. Semua
enzim beserta kegiatannya harus terkoordinasi sehingga produk-produk yang sesuai dapat
terbentuk dan tersedia pada tempat yang tepat, jumlah yang tepat, waktu yang tepat dan
penggunaan enzim seminimal mungkin. Koordinasi tersebut dimungkinkan adanya pengendalian
enzim (Volk, 1988). Enzim merupakan unit fungsional dalam metabolisme sel. Hal ini
disebabkan fungsi enzim yang meliputi:
1. Perombakan senyawa kimia dalam sel atau katabolisme yang disertai dengan pembebasan
energi.
2. Proses pembentukan komponen sel atau anabolisme yang berupa biosintesis yang
memerlukan energi.
Kedua proses di atas merupakan reaksi-reaksi biokimia yang kompleks dan dibantu oleh
enzim (Ristianti, 2000). Enzim disebut sebagai katalis hayati atau sarana katalitik yang
berupa senyawa organik yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Katalis menunjukkan suatu
kekhususan, artinya suatu katalis tertentu akan berfungsi hanya pada satu jenis reaksi
tertentu (Volk, 1988). Proses perubahan atau transformasi zat yang dilakukan oleh sederetan
reaksi enzim yang berurutan akan menghasilkan nutrien sederhana seperti glukosa, asam
lemak berantai panjang atau senyawa-senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
proses neosintetik bahan sel (Darkuni, 2001). Kegiatan kimiawi yang dilakukan sel dengan
rumit, karena beragamnya bahan yang digunakan sebagai nutrien oleh sel di satu pihak dan
berbagai macam substansi yang disintesis menjadi komponen-komponen sel di lain pihak
(Pelczar, 1986). Respirasi didefenisikan sebagai penggunaan serangkaian transfor elektron
untuk mentransfer elektron menuju aseptor elektron terakhir. Energi diperoleh melalui
fosporilasi oksidatif tetapi dalam prosesnya bisa menggunakan oksigen sebagai aseptor
elektron terakhir (respirasi aerob) atau senyawa anorganik lain (respirasi anaerob). Letak
perbedaan antara respirasi aerob dan anaerob adalah bahwa pada respirasi anaerob yang
berperan sebagai aseptor elektron terakahir adalah senyawa anorganik, bukan oksigen
(Dwidjoseputro, 1978).
Komponen hidup yang esensial pada bakteri sama seperti protoplasma dari semua
organisme hidup. Komponen tersebut terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur
dan fosfor dengan beberapa elemen yang jumlahnya lebih sedikit. Rata-rata sebesar 80-85 %
dari tubuh bakteri yang tumbuh mungkin terdiri dari air. Protein, karbohidrat, lipid, dan ada
asam nukleat, juga semua subtansi yang penting yang disebut enzim (Darkuni).
Perombakan lipid atau lemak diawali dengan pecahnya trigliseride oleh penambahan air
sehingga terbentuk gliserol dan asam lemak dengan bantuan enzim-enzim lipase. Ada lebih
banyak hasil energi per gram lemak daripada per gram karbohidrat. Namun, relatif hanya
beberapa spesies mikroba yang efektif dalam merombak lipid, baik tipe yang sederhana
maupun yang rumit, antara lain karena terbatasnya daya larut lipid (Pelczar, 1986).
Untuk mempelajari sifat-sifat biokimia dalam pertumbuhan bakteri, dapat dilakukan
dengan pengujian sifat-sifat biokimia tersebut. Terdapat beberapa macam pengujian sifat
biokimia, diantaranya uji hidrolisis amilum, uji hidrolisis protein dan uji hidrolisis lemak
(Hastuti, 2007).

Hastuti, Sri Utami.2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press.


Ristiati, Ni Putu. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum. Jakarta: Depdiknas

Darkuni. 2001. Mikrobiologi (bakteriologi, virologi, dan mikologi). Malang: FMIPA UM.
Pelezer, M. 2006. Mikrobiologi Dasar. Universitas Indonesia Press : Jakarta

Volk, Wesley A., dan Wheeler, Margaret F.. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Pelezar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Dwidjoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai