Anda di halaman 1dari 16

.

1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Sosiodemografi Sampel Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada
responden di Puskesmas Talliwang, Sumbawa Barat, diperoleh gambaran
karekteristik sosiodemografi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, serta pekerjaan.
Tabel 4.1.Karakteristik Sosidemografi Sampel Penelitian

Variabel Penderita Hipertensi


Presentase
n
(n=72)
Jenis Kelamin
L 29 40%
P 43 60%

Usia (tahun)
25-30 0 0%
31-35 1 1.4%
36-40 1 1.4%
41-45 0 0%
46-50 4 5.5%
51-55 25 34.8%
56-60 31 43.1%
61-65 4 5.5%
66-70 5 6.9%
71-75 1 1.4%
76-80 0 0%

Pendidikan terakhir
Tidak sekolah 4 5.5%
SD 31 43.1%
SMP 19 26.4%
SMA 10 13.9%
D3 8 11.2%
S1 1 1.4%

Pekerjaan
IRT 28 38,9%
Guru 4 5.5%
Tidak bekerja (pensiun) 19 26,4%
Pedagang 5 6.9%
Petani 11 15.3%
Karyawan 5 6.9%
Responden terbanyak menurut jenis kelamin adalah perempuan berjumlah 43
orang dengan presentase 60 %, sedangkan responden laki-laki berjumlah 29 orang
dengan presentase 40%. Berdasarkan data usia, responden terbanyak berada pada
rentang usia 56-60 tahun berjumlah 25 orang dengan presentase 34.1%. Pendidikan
terkahir responden yang terbanyak adalah SD berjumlah 31 orang dengan presentase
43.1 %. Sementara berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak bekerja sebagai ibu
rumah tangga berjumlah 28 orang dengan presentase 38,9%.

4.1.2 Karakteristik Klinis Sampel Penelitian


Pada pengumpulan data penelitian yang dilakukan pada responden di
Puskesmas Kotakaler, Sumedang, Jawa Barat, diperoleh gambaran karakteristik klinis
responden berdasarkan klasifikasi hipertensi, durasi hipertensi, riwayat keluarga,
penyakit penyerta akibat komplikasi hipertensi, serta frekuensi kontrol pengobatan.

Tabel 4.2. Karakteristik Klinis Sampel Penelitian


Penderita Hipertensi
Variabel Presentase
n
(n=72)
Grade hipertensi
I 41 56.9%
II 31 43.1%

Durasi Hipertensi
<1 tahun 10 13.9%
1 tahun 9 12.5%
2 tahun 16 22.2%
3 tahun 12 16.7%
4 tahun 4 5.6%
5 tahun 3 4.2%
6 tahun 3 4.2%
7 tahun 2 2.6%
8 tahun 0 0%
9 tahun 0 0%
10 tahun 5 6.9%
>10 tahun 8 11.2%

Riwayat Keluarga Hipertensi


Tidak 33 45.8%
Ya 39 54.2%
Ayah 10 25.6%
Ibu 9 23.1%
Ayah-Ibu 11 28.2%
Saudara kandung 5 12.8%
Anak 4 10.3%

Komplikasi
Dislipidemia 29 40.3%
Gagal Jantung 27 37.5%
Stroke 1 1.4%
Tidak ada 15 20.8%

Frekuensi Kontrol HT
Tidak pernah 9 12.5%
Satu minggu sekali 5 6.9%
Satu bulan 2 kali 3 4.2%
Satu bulan 1 kali 20 27.8%
Dua bulan 1 kali 18 25%
Tiga bulan 1 kali 4 5.6%
Lebih dari 3 bulan 1 kali 13 18.1%

Berdasarkan JNC VII, klasifikasi hipertensi terbagi menjadi hipertensi stage I


dan stage II. Responden terbanyak berdasarkan klasifikasi adalah hipertensi stage I
sebanyak 41 orang dengan presentase 56.9 %. Berdasarkan durasi hipertensi,
sebanyak 31 responden dengan presentase 43.1 % telah mengalami hipertensi selama
2 tahun. Faktor genetik merupakan salah satu faktor resiko dari hipertensi. Data
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita tidak memiliki riwayat
hipertensi pada keluarga, yaitu sebanyak 33 orang atau sama dengan 45.8 %. Pada
responden dengan riwayat hipertensi pada keluarga, sebagian besar kedua orang tua
pasien, yaitu 11 orang atau sebanyak 28.2 % dialami oleh ayah & ibu penderita,
diikuti dengan urutan kedua, yaitu ayah serta Ibu kandung, sebanyak 9 orang atau
sama dengan 23.1 %.

Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan resiko terjadinya


komplikasi pada target organ tertentu. Berdasarkan data penelitian, terdapat pasien
yang mengalami komplikasi yaitu dislipidemia sebanyak 29 orang atau sebesar
40.3%, gagal jantung sebanyak 27 orang atau sebesar 37.5%, serta stroke berjumlah 1
orang atau sebesar 1.4%.

Sekali terapi antihipertensi dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat
pengaturan dosis setiap bulan sampai target tekanan darah tercapai. Frekuensi kontrol
untuk hipertensi derajat 2 disarankan lebih sering. Setelah tekanan darah mencapai
target dan stabil, frekuensi kunjungan dapat diturunkan hingga menjadi 3-6 bulan
sekali.2 Berdasarkan frekuensi kontrol, sebagian besar penderita melakukan kontrol
sebanyak 1 bulan 1 kali dengan jumlah 20 orang dan presentase 27.8%, diikuti dengan
lebih 2 bulan 1 kali dengan jumlah 18 orang dan presentase 25%. Namun, masih
terdapat 9 orang atau sama dengan 12.5% yang tidak pernah kontrol hipertensi.

4.1.3 Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat


Tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi pada penderita hipertensi
dinilai berdasarkan Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8) yang terdiri
dari 8 pertanyaan dengan nilai 0-8.
Tabel 4.3.Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Berdasarkan Penilaian
Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8)
No Pertanyaan Frekuensi Presentase
Ya (n=72)
1 Apakan Bapak/Ibu/Saudara terkadang lupa minum 36 50 %
obat?
2 Selama dua minggu terahkir, adakah Bapak/Ibu pada 42 65.3 %
suatu hari tidak meminum obat ?
3 Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi atau 25 34.7 %
menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu ke
dokter karena merasakan kondisi lebih buruk/tidak
nyaman saat menggunakan obat?
4 Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, 26 36.1 %
apakah Bapak/Ibu terkadang lupa untuk membawa
serta obat?
5 Apakah Bapak/Ibu kemarin meminum semua obat? 22 30.6 %
6 Saat merasa keadaan membaik, apakah Bapak/Ibu 41 56.9 %
terkadang memilih untuk berhenti meminum obat?
7 Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus 23 31.9 %
meminum obat setiap hari, apakah Bapak/Ibu pernah
merasa terganggu karena keadaan seperti itu?

Tabel 2 menunjukkan penggunaan obat pasien hipertensi. Ketidakpatuhan


pasien yang disebabkan oleh ketidaksengajaan lupa minum obat mencatatkan
persentase sebesar 50% sedang ketidakpatuhan dikarenakan pasien tidak meminum
obat pada suatu hari dalam 2 minggu terakhir adalah 65.3%. Untuk pasien yang
sengaja mengurangi atau menghentikan penggunaan obat tanpa memberi tahu dokter
karena merasa kondisi tubuh menjadi lebih buruk atau tidak nyaman mencatatkan
persentase sebesar 34.7%, sedangkan untuk pasien yang lupa minum obat saat
perjalanan atau meninggalkan di rumah adalah 36.1% . Ketidakpatuhan lain seperti
tidak meminum semua obat, berhenti meminum obat karena merasa keadaan
membaik dan merasa tidak nyaman meminum obat setiap hari pula masing-masing
mencatatkan persentase sebesar 30.6 %, 56.9 %, dan 31.9 %.

Tabel 4.4. Gambaran Kepatuhan Obat antihipertensi Berdasarkan Penilaian


Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8)

Keterangan Frekuensi Presentase


n=72
Seberapa sering Bapak/Ibu lupa minum
obat?
a. Tidak pernah 17 23.6%
b. Sekali-sekali 35 48.6 %
c. Terkadang 14 19.4 %
d. Biasanya 6 8.4 %
e. Setiap saat 0 0%

Berdasarkan penilaian Morisky Scale, pasien yang tidak pernah lupa minum
semua obat mencatatkan persentase sebesar 23.6%. Pasien yang sekali-sekali dan
terkadang lupa minum semua obat pula mencatatkan persentase 48.6% dan 19.4%.
Teradapat 8.4% pasien yang biasanya lupa meminum obat.

Tabel 4.5. Persentase Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi Berdasarkan


Penilaian Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8)
Presentase
Tingkat kepatuhan Frekuensi
n=72
Tinggi 7 9.7%
Sedang 16 22.2%
Rendah 49 68.1%
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menunjukan tingkat kepatuhan
pasien berdasarkan skor kepatuhan yang diperoleh dari jawaban kuesioner pada 72
pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat pada
periode 20 – 31 Mei 2019. Skala MMAS-8 menunjukkan kepatuhan pasien terhadap
terapi dengan ketentuan skala kecil (0) mengindikasi bahwa pasien patuh terhadap
terapinya, skala 1 dan 2 menunjukkan tingkat kepatuhan sedang, kemudian skala >2
mengidentifikasikan pasien tidak patuh terhadap terapi.
Berdasarkan data penelitian, pasien dengan skor kepatuhan rendah berjumlah
49 pasien (68.1 %), skor kepatuhan sedang berjumlah 16 pasien (22.2 %) dan tinggi
berjumlah 7 pasien (9.7%). Dari penelitian ini diketahui mayoritas pasien hipertensi di
wilayah Puskesmas Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat memiliki tingkat kepatuhan
penggunaan obat antihipertensi yang rendah yaitu 49 pasien dengan presentase
68.1%. Kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lupa
meminum obat, timbul efek samping pengobatan, faktor psikologis, serta pengetahuan
pasein mengenai penyakit dan terapi yang dilakukan.

4.2 Pembahasan
Tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien dinilai
berdasarkan 8 pertanyaan Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8) dengan
nilai 0-8.
Tingkat Kepatuhan
Penggunaan Obat Antihipertensi

80

70

60

50

40 Tidak
Ya
30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7

Grafik 4.1 Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi berdasarkan 8


pertanyaan Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8)

Apakah Bapak/Ibu terkadang lupa


meminum obat ?

Ya
50% 50%
Tidak

Grafik 4.2. Data Pertanyaan memgenai Lupa Meminum Obat


Pada pertanyaan pertama mengenai lupa meminum obat, 36 pasien (50%)
menyatakan terkadang lupa meminum obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
lupa merupakan faktor yang sering menyebabkan ketidakpatuhan meminum obat.
Sebuah penelitian di Jepang menunjukan adanya hubungan antara frekuensi makan
dengan kepatuhan meminum obat. Diperkirakan bahwa frekuensi makan menjadi
salah satu pengingat bagi pasien untuk meminum obat. Intruksi tertulis bagi pasien
menjadi alat pengingat yang lebih baik dibanding dengan instruksi oral.30

Frekuensi Lupa Meminum Obat


0%

8.40%

23.60% Tidak Pernah


19%
Sekali-sekali
Terkadang
Biasanya
Setiap Saat
48.60%

Grafik 4.3. Frekuensi Lupa Meminum Obat

Pada pertanyaan ke delapan, diuraikan lebih rinci mengenai frekuensi lupa


meminum obat. Sebagian besar pasien terkadang lupa meminum obat, dengan jumlah
17 orang atau sama dengan 23,6%, diikuti dengan sekali-sekali berjumlah 35 orang
atau sama dengan 48,6%, dan terakhir 6 orang atau presentase 8,4 % dengan frekuensi
biasanya. Frekuensi meminum obat ini, dinilai dalam rentang waktu pasien meminum
obat, jika 48,6% rentang waktu tersebut lupa meminum obat, termasuk ke dalam
frekuensi sekali-sekali. Sementara jika lebih dari 48,6% rentang waktu tersebut lupa
meminum obat, termasuk ke dalam frekuensi biasanya dan terkadang. Dan jika
kurang dari 50% rentang waktu tersebut lupa meminum obat, termasuk ke dalam
frekeunsi tidak pernah.
Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan
rumah, apakah Bapak/Ibu terkadang lupa untuk
membawa serta obat?

Ya
Tidak

Grafik 4.4. Data Pertanyaan memgenai Lupa Membawa Obat saat Perjalanan

Pada pertanyaan ke empat, ditanyakan mengenai lupa membawa obat saat


melakukan perjalanan. Sebanyak 26 pasien dengan presentase 36,1% mengatakan
terkadang lupa untuk membawa obat saat melakukan perjalanan.

Selama dua minggu terahkir, adakah


Bapak/Ibu pada suatu hari tidak meminum
obat ?

Ya
Tidak

Grafik 4.5. Data Pertanyaan memgenai Tidak Meminum Obat dalam 2 minggu
terakhir
Pertanyaan kedua dan kelima pada Morisky Medicationn Adherence Scale-8
(MMS-8) berhubungan dengan frekuensi meminum obat, yaitu tidak meminum obat di
suatu hari selama 2 minggu terakhir dan obat diminum seluruhnya di hari kemarin.
Pada pertanyaan kedua, terdapat 42 pasien (65,3%) pasien yang tidak meminum obat
di suatu hari selama 2 minggu terakhir dan masih terdapat 22 pasien (30,6%) yang
tidak meminum keseluruhan obat di hari kemarin. Penyebab tidak meminum obat
tersebut diuraikan pada pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, yaitu timbul rasa tidak
nyaman, tidak membawa obat saat berpergian, serta merasa membaik sehingga
menghentikan pengobatan.

Apakah Bapak/Ibu kemarin meminum


semua obat?

Ya
Tidak

Grafik 4.6. Data Pertanyaan memgenai Meminum Seluruh Obat Hari Kemarin

Sebuah sistematik review oleh Jin J et al, mengemukakan bahwa terdapat


banyak faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien meminum obat, mulai
dari diri pasien seperti tingkat pengetahuan, kepercayaan, dan psikologis pasien, efek
samping pengobatan, gejala penyakit yang dirasakan, serta hubungan yang baik antara
pasien, keluarga, dan petugas medis.30
Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi atau
menghentikan penggunaan obat tanpa memberi
tahu ke dokter karena merasakan kondisi lebih
buruk/tidak nyaman saat menggunakan obat?

Ya
Tidak

Grafik 4.7. Data Pertanyaan memgenai Menghentikan Pengobatan karena


Kondisi Tidak Nyaman

Pertanyaan ke tiga dan ke tujuh berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang
dirasakan oleh pasien saat meminum obat secara berkelanjutan. Hal ini dapat menjadi
alasan untuk menghentikan penggunaan obat terlebih jika dilakukan tanpa
berkomunikasi dengan dokter terlebih dahulu. Terdapat 25 pasien (34,7%) yang
menghentikan penggunaan obat karena merasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini
dapat disebabkan oleh efek samping pengobatan serta faktor psikologis pasien.
Sebanyak 7 penelitian mengungkapkan bahwa efek samping dapat menganggu
kepatuhan pengobatan. Sebuah penelitIan di Jerman menunjukan bahwa penyebab
kedua dari ketidakpatuhan pengobatan pada pasien adalah akibat efek samping. Efek
samping ini dapat dirasakan dengan rasa tidak nyaman di tubuh, penurunan efikasi
pengobatan, serta penurunan kepercayaan pada tenaga medis.30
Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus
meminum obat setiap hari, apakah Bapak/Ibu
pernah merasa terganggu karena keadaan seperti
itu?

Ya
Tidak

Grafik 4.8. Data Pertanyaan memgenai Rasa Terganggu karena Meminum Obat
Setiap Hari

Selain timbulnya efek samping, sikap pasien terhadap terapi dapat


berpengaruh terhadap kepatuhan obat. Pada pertanyaan ke tujuh mengenai rasa tidak
nyaman ketika menggunakan obat setiap hari, menunjukan bahwa sebanyak 23 orang
dengan presentase 31,9 % merasa tidak nyaman dengan meminum obat setiap hari.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis. Terdapat 15 penelitian yang
menunjukan adanya hubungan antara sikap negatif pada pengobatan, seperti depresi
cemas, serta marah akibat penyakit, dengan kepatuhan meminum obat. Sebuah
penelitian menunjukan bahwa dewasa muda yang telah mengikuti sebuah terapi
merasa tertekan karena mereka tidak normal seperti orang-orang disekitarnya. Oleh
karena itu, sikap negatif terhadap terapi dapat menjadi faktor penyebab dalam
rendahnya kepatuhan pasien. Selain itu, faktor psikologis lainnya, seperti kepercayaan
serta motivasi pasien, turut berperan dalam mempengaruhi kepatuhan meminum obat.
Beberapa poin penting yang berpengaruh yang dapat meningkatkan kepatuhan
pengobatan adalah kepercayaan pasien bahwa terapi tersebut efektif dan memberikan
manfaat; pasien tidak nyaman dengan penyakit dan mengetahui bahaya
komplikasinya. Sementara itu, kepercayaan yang salah akan menyebabkan rendahnya
kepatuhan penggunaan obat. Beberapa hal tersebut antara lain, yakin bahwa
penyakitnya tidak dapat dikontrol, terapi tidak efektif jika dilakukan dalam jangka
panjang, khawatir ketergantungan pengobatan dalam jangka waktu lama, serta adanya
kepercayaan adat istiadat atau agama yang meningkatkan ketidakpatuhan pengobatan.
Sebuah penelitian di Malaysia menunjukan pasien hipertensi memliki kepercayaan
bahwa obat modern mengandung zat berbahaya, sehingga mereka cenderung
menggunakan pengobatan tradisional dan herbal. Dalam hal motivasi, beberapa
penelitian menunjukan bahwa pasien dengan motivasi yang rendah memiliki
kepatuhan yang juga rendah. Sebuah penelitian di Malaysia, menunjukan bahwa 85%
pasien hipertensi di kota-kota besar mengalami penghentian obat akibat rendahnya
motivasi.30

Saat merasa keadaan membaik, apakah


Bapak/Ibu terkadang memilih untuk berhenti
meminum obat?

Ya
Tidak

Grafik 4.9. Data Pertanyaan memgenai Menghentikan Pengobatan saat Kondisi


Membaik

Pertanyaan ke enam, mengenai penghentian obat ketika gejala sudah dirasakan


membaik. Terdapat 41 pasien (56,9%) yang memilih menghentikan pengobatan saat
gejala sudah dirasakan membaik. Pasien-pasien denga penyakit yang tidak bergejala
atau fluktuatif, seperti hipertensi, akan memiliki tingkat kepatuhan yang rendah.
Penelitian oleh Kyngas dan Lahdenpera menunjukan bahwa pasien dengan gejala,
kemudian membaik dengan pengobatan, memilki tingkat kepatuhan yang lebih baik,
dibandingkan pasien uang tidak mengalami gejala sejak awal. Beberapa penelitian
lain mengemukan bahwa kondisi klinis pasien sangat mempengaruhi kepatuhan
pengobatan. Pasien dengan kondisi kesehatan yang tidak baik akan termotivasi untuk
patuh meminum obat.30
Penghentian pengobatan saat kondisi membaik juga dapat disebabkan oleh
tingkat pengetahuan pasien mengenai hipertensi yang rendah. Beberapa pasien belum
memahami dengan benar fungsi serta efektifitas pengobatan terdapat penyakit yang
diderita, serta konsekuensi dari kepatuhan yang rendah terhadap kondisi kesehatan
mereka. Beberapa pasien berpikir bahwa pengobatan hanya dilakukan pada saat terasa
gejala. JIka sudah tidak bergejala mereka memiliki untuk menghentikan pengobatan.
Oleh karena itu, edukasi pasien menjadi hal yang penting untuk meningkatkan
kepatuhan pengobatan. Petugas kesehatan harus memberikan penjelasan yang lengkap
mengenai penyakit dan terapi yang diberikan. Sebuah penelitian menunjukan bahwa,
pasien dengan pengetahuan yang rendah mengenai terapi, memiliki kepatuhan yang
rendah pula. Sementara itu, pasien dengan pengetahuan yang cukup, memiliki
kepatuhan yang baik. Namun penelitian ini juga menunjukan adanya penurunan
kepatuhan penggunaan obat pada pasien yang mengetahui konsekuensi penggunaan
jangka panjang terapi tersebut. Dalam sebuah penelitian di Hongkong, terdapat
kesenjangan antara pengetahuan dan kepatuhan meminum obat. Hal yang diketahui
pasien berbeda dengan hal yang dilakukannya. Walaupun demikian, edukasi tetap
menjadi hal yang penting untuk melibatkan pasien dalam terapi yang sedang dijalani.
Memberikan penjelasan yang lengkap hingga dosis yang diminum dapat
meningkatkan kepatuhan pasien. Untuk membuat pasien mengingat edukasi yang
telah dijelaskan, penjelasan dalam bentuk tulisan akan lebih baik dibandingkan
dengan penjelasan secara lisan saja. Pasien seringkali tidak mengingat dengan baik
penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan secara lisan oleh tenaga medis.30
Tingkat Kepatuhan
Penggunaan Obat Antihipertensi

Tinggi : 0
Sedang : 1-2
Rendah : >2

Grafik 4.10. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi

Berdasarkan keseluruhan pengolahan data penelitian, didapatkan bahwa


mayoritas pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Taliwang Kabupaten Sumbawa
Barat, yaitu sebanyak 49 pasien dengan presentase 68,1% memiliki tingkat kepatuhan
penggunaan obat anti hipertensi yang rendah. Tingkat kepatuhan tersebut dinilai
berdasarkan 8 pertanyaan Morisky Medicationn Adherence Scale-8 (MMS-8) dengan
nilai 0-8.
Hasil penelitian ini esuai dengan hasil penelitian Evadevi P.K.R dan
Sukmayanti L.M.K31, yang menemukan bahwa di antara 267 pasien hipertensi,
sebanyak 189 orang atau sama dengan 70,7 % memiliki tingkat kepatuhan meminum
obat yang buruk. Penelitian ini menunjukan data tingkat kepatuhan pasien
berdasarkan jenis kelamin, usia, serta durasi hipertensi. Pasien perempuan
menunjukan tingkat kepatuhan lebih tinggi disbanding pasien laki-laki. Sementara itu,
pasien dengan durasi hipertensi 1-5 tahun lebih memiliki tingkat kepatuhan yang lebih
tinggi dibanding pasien dengan durasi hipertensi 6-10. Dalam hal usia, pasien dengan
usia 45-51 tahun dan 51-59 tahun sebagian besar sama-sama memiliki tingkat
kepatuhan yang rendah, yaitu 70,54% dan 71,01%. Penelitian lain oleh Joho AA32,
menunjukan proporsi pasien dengan kepatuhan yang baik sebesar 56% dimana pasien
perempuan memiliki tingkat kepatuhan yang lebih baik daripada laki-laki serta pasien
≤ 64 tahun memiliki kepatuhan yang lebih baik daripada pasien dengan usia ≥ 65
tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Kanda HA33, menunjukan di antara 85 pasien
hipertensi, 65,88% pasien memilki tingkat kepatuhan yang rendah. Penelitian ini juga
menganalisis bahwa terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan dengan kestabilan
tekanan darah. Udayana KAP34, dalam penelitiannya menunjukan bahwa lebih banyak
responden yang tidak patuh mengkonsumsi obat antihipertensi sesuai petunjuk dokter
(53,6%). Beberapa alasan responden tidak rutin mengkonsumsi obat antihipertensi
antara lain: lupa minum obat 21,4%, tidak suka/malas minum obat 7,1%, tidak sempat
minum obat 10,7%, merasa tidak bermanfaat 7,2%, merasa sudah sembuh 10,7%.
Tingkat kepatuhan yang rendah dari penggunaan obat hipertensi dapat
meningkatkan resiko terhadap timbulnya komplikasi yang akan memperparah kondisi
klinis pasien. Tenaga kesehatan, sistem kesehatan, serta pasien memiliki peran dalam
meningkatkan kepatuhan pengobatan. Beberapa pendekatan sistematis yang dapat
dilakukan adalah :
1. Gunakan regimen yang sederhana dalam menuliskan resep
2. Lakukan pendekatan kolaboratif dengan pasien untuk memutuskan
obat yang diberikan. Hal ini akan membuat pasien merasa dilibatkan
dalam terapi yang mereka jalani.
3. Berikan informasi-informasi penting mengenai obat yang diberikan
(nama dan jenis obat, dosis, waktu penggunaan, jangka waktu
penggunaan, serta efek samping yang mungkin timbul)
4. Gunakan alat bantu, seperti kartu obat atau kalender untuk
mengingatkan jadwal meminum obat serta kontrol rutin
5. Lakukan penilaian kepatuhan pengobatan pada pasien pada saat
kontrol rutin
6. Identifikasi penyebab ketidakpatuhan pengobatan
7. Berikan saran untuk mengatasi permasalahan tersebut35

4.3 Keterbatasan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini adalah adanya informational bias. Pasien bisa saja
menjawab dengan jawaban yang menggambarkan bahwa mareka merupakan pasien yang
patuh terhadap terapinya. Pengamatan yang singkat dan tidak terus menerus dapat
menjadi faktor penyebab informational bias.

Anda mungkin juga menyukai