Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ekologi

INTERAKSI KOMPETISI DAN BIOMASSA

NAMA : ISTY ANGGRAENI


NIM : G011191324
KELAS : DASAR-DASAR EKOLOGI D
KELOMPOK : 8
ASISTEN : ANINDITA PRATIWI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi adalah kajian ilmiah mengenai interaksi antara organisme dan


lingkungannya. Sebagai suatu bidang kajian ilmiah, ekologi menggabungkan
pendekatan hipotesis-deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen
untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Akhirnya
dengan pengamatan yang lebih dekat dengan definisi ekologis yang menyoroti
keadaan orrganisme yang dipengaruhi oleh lingkungannya dengan kehadiran
aktivitas organisme yang akan mengubah lingkungannya (Campbell, dkk, 2009).
Di dalam suatu ekosistem senantiasa terjadi berbagai dinamika kehidupan
seperti rantai makanan, jaring - jaring makanan, pembentukan biomassa, piramida
makanan, siklus materi, aliran energi dan lain - lain. Dalam mengembangkan
kesimpulan rantai makanan yaitu dengan adanya produsen, konsumen dan
dekomposer maka dapat digunakan untuk membahas aliran energi dalam ekologi.
Pada rantai makanan masing - masing kelompok organisme yang mempunyai jarak
transfer makanan dari sumber energi akan menempati suatu tingkatan trofik
tertentu. Pada umumnya produsen akan mempunyai tingkat trofik yang paling
rendah. Dengan demikian biomassa (berat total populasi) dari setiap tingkatan trofik
yang dinyatakan dalam perbandingan luas, akan disusun mulai dari tumbuhan di
tempat paling bawah dan tingkatan trofik yang lebih tinggi di atasnya, maka akan
terbentuk sebuah piramida makanan dan struktur trofik pada ekosistem dapat
disajikan dalam bentuk piramida ekologi.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui pengaruh terjadinya kompetisi


secara interspesifik dan intraspesifik terhadap pertumbuhan tanaman, dan
mengetahui besarnya biomassa yang dihasilkan oleh tanaman pada luasan tertentu
dari jenis tanaman tertentu.
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah memberikan pengertian tentang
interaksi tanaman pada tahap kompetisi dan memberikan pemahaman tentang
konsep produktivitas (biomassa) tanaman yang dihasilkan dalam suatu periode
tumbuh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Interaksi Kompetisi dan Biomassa


Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk
hidup yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu
interaksi intraspesifik dan interaksi interspesifik. Interaksi intraspesies adalah
hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari
spesies yang berbeda (Elfidasari, 2007).
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing.
Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman,
maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai
klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap
kompetisi , hal itu disebut periode kritis (Soejono, 2009).
Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi,
masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan
kerjasama dan meminimumkan kompetisi yang terjadi. Oleh karena itu, dalam
tanaman tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu pengaturan jarak
tanam, populasi tanaman, umur panen tiap-tiap tanaman, dan juga arsitektur
tanaman (Apriliyani, 2014).
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing
(Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai
interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup
mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu
pada satu spesies yang sama atau interspesifik (Krebs, 2002; Molles, 2002).
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui suatu proses
fotosintetik, baik berupa hasil produk maupun hasil buangan. Secara umum
biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara
langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi dalam jumlah
yang sangat besar. Biomassa juga disebut sebagai “fitomassa” dan seringkali
diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh dari hayati.
Selain digunakan untuk tujuan primer yaitu serat, bahan pangan, pakan ternak,
minyak nabati, dan bahan bangunan, biomassa juga dapat digunakan sebagai
sumber energi (bahan bakar). Basis sumber daya ini meliputi ratusan bahkan ribuan
spesies tanaman daratan dan lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan dan
limbah residu dari proses industri serta kotoran hewan (Yokoyama, dkk, 2008).

2.2 Kompetisi Secara Interspesifik

Kompetisi antara individu yang tidak sejenis disebut kompetisi


interspesifik. Kompetisi Interspesifik (Interspecific competition) atau kompetisi
antarspesies, merupakan kompetisi antara dua atau lebih spesies yang berbeda
terhadap suatu sumber daya terbatas yang dipakai bersama. Sedangkan kompetisi
yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik. Dalam
kompetisis Intraspesifik, ketika ukuran populasi meningkat, kompetisi menjadi
lebih sering dan laju pertumbuhan menurun sebanding dengan intensitas kompetisi,
laju pertumbuhan populasi bergantung pada kepadatan (Cahyani,2015).
Persaingan interspesifik terjadi antara dua atau lebih organisme yang
berlainan spesies. Spesies yang berhasil dalam persaingan bergantung kepada
kemampuan pertumbuhan dan reproduksinya. Perbedaan waktu perkecambahan
biji dan pembentukan anakan pohon juga mempengaruhi efek persaingan.
Perbedaan kisaran toleransi dan syarat-syarat ekologi yang dimiliki suatu spesies
organisme juga akan mempengaruhi kemampuannya untuk bersaing. Persaingan
berpengaruh pada ukuran populasi, struktur komunitas dan keanekaragaman
spesies (Leksono, 2007).
2.3 Kompetisi Secara Intraspesifik

Faktor-faktor intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu


organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya
mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang
berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).

2.4 Keuntungan dan Kerugian Interspesifik


Kompetisi interspesifik antar kedua spesies dapat mengakibatkan kepunahan salah
satu atau kedua kompetitor di habitat mereka, atau keduanya saling berkoeksistensi
di habitatnnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa akibat migrasi atau
kematian) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul dan mendesak
spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah nichenya sehingga
tingkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah kepunahan populasi
di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah dapat menyesuaikan diri dengan
spesies unggul maka keduanya dapat berkoeksistensi di habitat tersebut atau
mencapai keseimbangan (Suin, 2003).
Persaingan antarjenis yang sama dapat berakibat dalam penyesuaian
keseimbangan dua jenis, atau dapat berakibat dalam penggantian populasi jenis satu
dengan jenis yang lainnya atau memaksa salah satunya dari dua jenis yang bersaing
itu untuk menempati tempat lain atau menggunakan pakar lain, tidak peduli apapun
yang menjadi dasar persaingan itu. Organisme-organisme yang dekat hubungannya
mempunyai kebiasaan atau bentuk-bentuk hidup yang serupa sering kali tidak
terdapat didalam tempat-tempat yang sama. Apabila mereka tinggal di tempat yang
sama, mereka menggunakan pakan yang berbeda, mereka aktif yang berbeda, atau
kalau tidak mereka menempati relung-relung ekologi yang berbeda (Leksono,
2007).

2.5 Keuntungan dan Kerugian Intraspesifik

Kompetisi intraspesifik dapat menyebabkan spesialisasi yang lebih besar.


Spesialisasi terjadi ketika spesies yang berkompetisi berevolusi adaptasi yang
berbeda. Kompetisi membentuk interaksi antarorganisme yang menyebabkan tidak
adanya komponen dalam suatu ekosistem yang mandiri memenuhi kebutuhan
hidupnya melainkan dengan cara berkelompok baik antara komponen biotik dengan
sesamanya maupun komponen biotik dengan komponen abiotik (Trianto,2015).

Kompetisi intraspesifik antara dua spesies dapat mengakibatkan kepunahan


salah satu atau kedua kompetitor di habitatnya. Dalam kompetisi, akan
mengakibatkan migrasi spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul dan
mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah nichenya
sehingga tingkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah kepunahan
populasi pada habitat tersebut. Jika spesies yang lemah dapat menyesuaikan diri
dengan spesies unggul maka keduanya dapat berkoeksistensi di habitat tersebut
(Trianto,2015).

Penjarangan adalah proses perkembangan berdirinya tanaman dari semaian ke


individu dewasa memberi kesan adanya kompetisi pada sumber yang terbatas.
Penjarangan muncul sebagai hasil dari kompetisi intraspesifik pada sumber yang
terbatas. Persaingan atau kompetisi yang terjadi antarorganisme tersebut
mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan.
Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi
terbatas jumlahnya. Sebagai populasi lokal dari perkembangan pertumbuhan,
tanaman individu menaikkan kuantitas dari nutrisi, air, dan ruang untuk individu
yang sukses berkompetisi pada habitatnya (Kusumawati, 2018).

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Besar Kecilnya Biomassa

Menurut Irwan (2007), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan


ukuran pada biomassa dalam suatu lingkungan interaksi kompetitif dikarenakan
terjadinya sistem kalah-menang pada biomassa, yaitu :

1. Jenis Tanaman
Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk
pertumbuhan secara fisiologis.Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang
memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan
dalam memperebutkan unsur hara.Bentuk daun yang lebar pada daun talas
menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga menimbulkan persaingan dalam
memperebutkan air.

2. Kepadatan Tumbuhan
Jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan
persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak
mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.

3. Waktu
Lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan
tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman.Periode 25-30 % pertama
dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang
disebabkan oleh kompetisi.

4. Sisa Metabolisme Makhluk Hidup


Kotoran manusia dan kotoran hewan dapat di rubah menjadi biogas melalui
proses fermentasi bahan organik oleh mikroba secara anaerobik. Hasil yang di
peroleh dari proses fermentasi ini adalah karbon dioksida dan metana yang
kemudian dapat di manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari
hingga pembangkit listrik.

Faktor yang mempengaruhi besar ataupun kecilnya biomassa adalah cahaya


matahari yang dapat memberikan energi sehingga yang dapat menggerakan hampir
seluruh ekosistem, meskipun hanya tumbuhan dan organisme fotosintetik lain yang
menggunakan sumber energi ini secara langsung. Intensitas cahaya bukan satu-
satunya yang merupakan faktor terpenting yang membatasi pertumbuhan tumbuhan
dalam biomassa dilingkungan darat tetapi masih banyak faktor yang lain, tetapi
penaungan oleh kanopi hutan, membuat persaingan tanaman untuk mendapatkan
cahaya matahari di bawah kanopi tersebut menjadi sangat ketat dikarenakan ada
yang membatasinya (Naufaldi, 2014).
Selain curah hujan dan temperatur yang mempengaruhi besarnya biomassa
yang dihasilkan adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur
tegakan, kualitas tempat tumbuh yang mempengaruhi besarnya biomassa.
Hubungan yang lebih erat antara jumlah biomassa tegakan dengan umur tegakan
akan diperoleh bila tegakan-tegakan tersebut tumbuh pada kondisi pertumbuhan
yang sama. Biomassa tegakan hutan dipengaruhi pula oleh kerapatan tegakan dan
kualitas tempat tumbuh. Tegakan yang makin rapat jarak tanamnya akan
mempunyai jumlah biomassa yang semakin besar walaupun belum tentu dapat
menjamin kualitas produksi (Satoo & Madgwick,1982 dalam Anhar, 2006)
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan waktu

Praktikum suksesi di laksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas


Hasanuddin, Makassar, pada hari Jumat, 27 September 2019 pukul 16:00 WITA
sampai selesai

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah meteran, cangkul, sekop, parang, ember , timbangan
dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu pupuk kandang, label, polybag, dan
tanah.

3.3 Prosedur Kerja

1. Membersihkan lahan yang akan digunakan

2. Mengisi polybag dengan media tanah berupa tanah dan pupuk kandang
(2:1) kemudian jenuhkan dengan air

3. Rendam benih yang akan diguankan dalam air

4. Lakukan penanaman sesuai perlakuan dan tempatkan secara acak pada


polyabag

5. Lakukan penyiraman tanaman

6. Amati perubahan yang terjadi


DAFTAR PUSTAKA

Anhar, Sahrul. 2006. Kandungan Magnesium Pada Biomassa Tanaman Acacia


Mangium Willd Dan Pada Podsolik Merah Kuning Di Hphti Pt Musi Hutan
Persada, Sumatera Selatan. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Cahyani, Guntario Sukma. 2015. Prediksi Skenario Kompetisi dalam Kompetisi


Interspesifik Dua Spesies Menggunakan Metode Euler. Bandung : Institut
Teknologi Bandung

Campbell, N. A, Jane B. R. , Lawrence G. M. 2007. Biologi Edisi Kelima Jilid III.


Penerbit Erlangga : Jakarta..

Elfidasari, Dewi. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik Dan Interspesifik Pada Tiga
Jenis Kuntul Saat Mencari Makan Di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua
Serang, Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas. Vol.8 Hal. 266-29

Irwan, ZD. 2007. Prinsip-prinsip Ekologi; Ekosistem, Lingkungan, dan


Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara

Kusumawati, Dian Eka. 2018. Pengaruh Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik


Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Hijau
(Vigna radiata). Jurnal Agroradix. Vol. 1 No.2

Leksono, A. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang:


Banyumedia

Leksono, A.Setyo.2007.Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang:


Bayumedia
Naufaldi, Labib. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan. Jakarta.

Naufaldi, Labib. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan. Jakarta.


Sowasono, Haddy. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Suin MN. 2003 Ekologi hewan tanah. Bumi Aksara. Jakarta
Trianto, Agus. 2015. Studi Kompetisi Turf Algae dan Karang Genus Acropora Di
Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara.
Jurnal Kelautan : Vol. V

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta: UI Press

Yokoyama, Yamamoto, Susumu dan Tonosaki Mario. 2008. Buku Panduan


Biomassa Asia. The Japan Institute Of Energy: Proyek Bantuan Untuk
Pembangunan Kerja Sama Asia

Anda mungkin juga menyukai