Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH BASA NITROGEN DARI ASBUTON TERHADAP SIFAT

REOLOGI ASPAL
(THE EFFECT OF ASBUTON NITROGEN-BASES ON ASPHALT
RHEOLOGICAL PROPERTIES)
Madi Hermadi

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan


Jalan A.H. Nasution No. 264, Bandung, 40294
e-mail:madi.hermadi@pusjatan.pu.go.id
Diterima: 4 Mei 2016; direvisi: 30 Mei 2016; disetujui: 22 Juni 2016

ABSTRAK

Pada umumnya aspal terdiri dari berbagai jenis senyawa hidrokarbon yang diantaranya adalah basa nitrogen
yang merupakan bagian dari aspal yang larut dalam pelarut n-pentana (pelarut parafin normal dengan berat
molekul ringan) tetapi menjadi tidak larut setelah ditambahkan ke dalam larutan tersebut larutan asam sulfat
85%. Kandungan basa nitrogen dalam aspal sangat penting karena berfungsi sebagai bahan anti pengelupasan
(anti-stripping agent) yang dapat meningkatkan daya lekat aspal pada agregat. Namun karena basa nitrogen
memiliki kereaktifan yang tinggi maka mudah mengalami penuaan. Untuk lebih memahami fenomena ini maka
pada tulisan ini akan disampaikan hasil kajian pengaruh senyawa basa nitrogen aspal batu Buton terhadap sifat
reologi aspal, baik sebelum ataupun sesudah mengalami penuaan jangka pendek dan jangka panjang.
Berdasarkan analisis komposisi kimia aspal metode Rostler, senyawa basa nitrogen tidak dapat diekstrak dalam
keadaan utuh, oleh sebab itu pengkajian terhadap pengaruh senyawa basa nitrogen dilakukan dengan cara
menghitung perbedaan pengaruh antara pengaruh malten (bagian dari aspal yang berbentuk cair dan masih
mengandung senyawa basa nitrogen) dengan pengaruh malten yang sudah dihilangkan senyawa basa
nitrogennya (dengan cara direaksikan dengan asam sulfat 85%) terhadap sifat reologi aspal. Hasilnya
menunjukkan bahwa basa nitrogen asbuton dan basa nitrogen aspal minyak memiliki pengaruh yang sama
terhadap sifat reologi aspal. Makin tinggi kandungan basa nitrogen maka sifat reologi aspal sebelum dan
sesudah mengalami penuaan jangka pendek akan makin lunak, namun sifat reologi aspal setelah mengalami
penuaan jangka panjang menjadi makin keras.

Kata kunci: basa nitrogen, aspal batu Buton, reologi aspal, penuaan jangka pendek, penuaan jangka panjang.

ABSTRACT

Generally, asphalt consists of various types of hydrocarbon molecules including nitrogen base which a part of
bitumen that soluble in n-pentane solvent (low molecular weight of normal paraffins solvent but insoluble after
treated by 85% sulfuric acid). It is very important because it can act as an anti-striping agent to increase the
bitumen adhesion on aggregate. However, nitrogen bases has high reactivity so that it prones to ageing. To
understand the phenomenon, this paper presents the investigation results of the effect of nitrogen bases from
Buton natural rock asphalt on bitumen rheology before and after short-term and long-term ageing. Based on
analysis of asphalt composition using Rostler method, nitrogen bases content cannot be extracted in a whole
therefore a study on the effect of nitrogen bases was calculated from the difference of the effects between the
effect of pure malthene (part of fluid asphalt which still containing nitrogen base) and the effect of extracted
malthene (malthenes whith the nitrogen bases was removed by adding 85% sulfuric acid). The results showed
that nitrogen bases from Buton natural rock asphalt and nitrogen bases from petroleum asphalt have the same
rheological effects. The more nitrogen bases content, the softer the asphalt rheologies after short-term ageing,
however, after long-term aging, the asphalt is harder.

Keywords: nitrogen bases, Buton natural rock asphalt, asphalt rheology, short-term aging, long-term aging.

12 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


PENDAHULUAN (first acidafins), acidafin ke dua (second
acidafins) dan parafin.
Banyak faktor yang mempengaruhi Berdasarkan kajian literatur, sampai saat
baik-buruknya kinerja perkerasan jalan ini belum diperoleh hubungan yang signifikan
beraspal di lapangan. Salah satu diantaranya antara sifat kimia berdasarkan metoda Rostler
adalah kualitas bahan yang digunakan harus tersebut dengan sifat reologi aspal. Oleh
sesuai keperluan. karena itu, tujuan dari tulisan ini adalah
Menurut Superior pavement menyajikan hasil penelitian mengenai
(Superpave), kualitas aspal sebagai bahan hubungan antara sifat kimia, yang dalam hal
pengikat pada perkerasan jalan dapat ini dibatasi hanya pada kandungan basa
diidentifikasi melalui sifat reologi pada kondisi nitrogen saja, dengan sifat reologi aspal.
aspal fresh, penuaan jangka pendek (penuaan Hubungan tersebut dianalisis dengan cara yang
selama pelaksanaan) dan penuaan jangka berbeda dengan yang telah dilakukan oleh
panjang (penuaan selama masa pelayanan) Rostler maupun para peneliti lainnya selama
dengan pendekatan mekanistis (TRB 2011). ini sehingga diharapkan akan menghasilkan
Sampai sejauh ini, sifat kimia aspal tidak hubungan dan tingkat signifikan yang lebih
dibutuhkan. Namun apabila ditemui aspal yang baik. Hubugan yang dihasilkan adalah
berdasarkan pengujian reologi diindikasikan pengaruh kandungan basa nitrogen terhadap
memiliki kualitas yang tidak memenuhi sifat reologi aspal yang meliputi modulus
persyaratan sebagai bahan pengikat pada elastisitas (G’), faktor rutting (G*/sin []) dan
perkerasan jalan, maka diperlukan modifikasi modulus viskositas (G”) atau faktor retak lelah
kimia. Dalam memodifikasi kimia aspal ini (G*sin[]) dengan kondisi penuaan aspal
diperlukan pengetahuan mengenai hubungan meliputi kondisi sebelum penuaan, setelah
yang signifikan antara sifat kimia dengan sifat penuaan jangka pendek dan setelah penuaan
reologi aspal. jangka panjang.
Namun karena aspal terdiri dari ribuan Basa nitrogen terdapat pada berbagai
jenis molekul hidrokarbon maka tidak jenis aspal, namun pada kajian ini basa
mungkin untuk menganalisa kandungan tiap nitrogen yang digunakan berasal dari aspal
jenis molekul. Oleh sebab itu, analisa alam asbuton ex-Lawele Indonesia dan
komposisi kimia pada aspal selalu dilakukan dibandingkan dengan basa nitrogen dari aspal
dengan cara fraksinasi, yaitu dengan minyak ex-Kemaman Malaysia.
menentukan kelompok molekul yang memiliki
sifat kimia tertentu misalnya yang memiliki KAJIAN PUSTAKA
gugus fungsional tertentu, kereaktifan tertentu
atau kepolaran tertentu. Pengertian dan sifat basa nitrogen
Salah satu metoda analisa komposisi Basa nitrogen (nitrogen bases, N) adalah
kimia aspal adalah metoda yang dikembangkan fraksi aspal yang terdiri dari senyawa
oleh Rostler dalam ASTM D2006 - 70 (ASTM hidrokarbon yang mengandung gugus
1972). Dengan metoda ini, molekul fungsional amin (nitrogen). Senyawa ini relatif
hidrokarbon dalam aspal dikelompokkan bersifat basa lemah sehingga akan bereaksi
menjadi lima kelompok (fraksi) berdasarkan dengan asam kuat. Dengan merujuk pada
sifat kelarutan dalam pelarut n-pentane dan analisa komposisi kimia metoda Rostler
kereaktifan terhadap larutan asam sulfat (ASTM 1972), Bullin et al. (1997)
dengan berbagai tingkat kepekatan. mendefinisikan senyawa basa nitrogen sebagai
Berdasarkan metode ini maka aspal dapat bagian dari aspal yang larut dalam n-pentana
dianalisa komposisinya yang terdiri dari lima namun menjadi tidak larut (mengendap)
fraksi yaitu aspalten (asphaltenes), basa setelah larutan ditambah asam sulfat 85% yang
nitrogen (nitrogen bases), acidafin pertama bersifat asam kuat. Sebagai konsekuensi dari
definisi tersebut maka meskipun sebagian

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 13
besar bagian aspal tersebut merupakan setelah ditambah asam sulfat fuming
senyawa hidrokarbon basa nitrogen namun (H2SO4 + 30% SO3 atau H2S2O7). Fungsi
tidak menutup kemungkinan adanya senyawa dari acidafin kedua adalah juga sebagai
hidrokarbon lain yang termasuk dalam bagian bahan pelarut bagi petizer aspalten
tersebut karena turut mengendap setelah bersama-sama dengan acidafin pertama.
bereaksi dengan asam sulfat 85%, misalnya 4) Parafin adalah bagian dari aspal yang larut
senyawa basa selain basa nitrogen atau dalam n-pentana dan tidak dapat
senyawa yang memiliki gugus fungsional lain diendapkan dengan menambahkan asam
yang reaktif terhadap asam sulfat. Oleh sebab sulfat 85%, asam sulfat 98% maupun asam
itu, menurut Kassir (2009) fraksi basa nitrogen sulfat fuming. Fungsi dari parafin adalah
tersebut juga didefinisikan sebagai senyawa sebagai bahan pembentuk jel pada
polar berupa resin yang sangat reaktif yang komponen-komponen aspal.
dalam aspal berperan sebagai bahan peptizer
aspalten atau yang memudahkan aspalten
terlarut dalam aspal. Hal yang sama
disampaikan pula oleh Boyer (2000) dan
Petersen (2009).

Sifat kimia aspal


Selama ini, hubungan antara fraksi aspal
basa nitrogen dengan sifat reologi aspal selalu
dalam bentuk bersama-sama dengan fraksi
aspal lainnya. Berdasarkan metode uji Rostler
(Gambar 1), selain fraksi basa nitrogen
terdapat pula fraksi-fraksi aspal lainnya yang
telah dijelaskan oleh Bullin et al. (1997),
Boyer (2000) dan Petersen (2009) sebagai
berikut:
1) Aspalten adalah bagian dari aspal yang
tidak larut dalam pelarut n-pentana. Fungsi Sumber: ASTM (1972)
dari aspalten adalah sebagai bodying agent Gambar 1. Skema pengujian komposisi kimia
yang membuat aspal lebih keras dan kaku. aspal berdasarkan metode Rostler
Aspalten yang polar akan berinteraksi
dengan senyawa polar lainnya yang Sebagaimana yang tampak pada Gambar
terdapat dalam malten sehingga 1, senyawa basa nitrogen merupakan senyawa
membentuk jaringan dan menjadi kekuatan yang paling reaktif terhadap asam sulfat. Oleh
utama pada aspal sebagai bahan pengikat sebab itu Rostler menggolongkannya bersama
pada perkerasan jalan. acidafin pertama sebagai senyawa lebih
2) Acidafin pertama adalah bagian dari aspal reaktif, sedangkan acidafin kedua dan parafin
yang larut dalam n-pentana, tidak dapat digolongkan sebagai senyawa kurang reaktif.
diendapkan dengan menambahkan asam Penggolongan kereaktifan senyawa ini
sulfat 85%, namun mengendap setelah kemudian digunakan Rostler sebagai indikator
ditambahkan asam sulfat 98%. Fungsi dari durabilitas aspal yaitu berupa indeks
acidafin pertama ini adalah sebagai bahan durabilitas aspal yang dihitung sebagai
pelarut bagi petizer aspalten. perbandingan antara persen senyawa lebih
3) Acidafin kedua adalah bagian dari aspal reaktif dengan persen senyawa kurang reaktif
yang larut dalam n-pentana dan tidak dengan bentuk persamaan sebagaimana yang
mengendap setelah ditambahkan asam ditunjukkan pada persamaan (1) (Houston et
sulfat 85% atau 98%, namun mengendap al. 2005; Bell 1989) berikut.

14 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


RDR = (N+A1)/(A2+P) ........................................ (1) 1) Penuaan adalah kereaktifan aspal dengan
Keterangan: lingkungannya terutama oksigen dan
RDR= Rostler Durability Ratio bukan kereaktifan dengan asam sulfat.
N = persen basa nitrogen 2) Masing-masing komponen memiliki
A1 = persen acidafin pertama kereaktifan yang berbeda, sedangkan
A2 = persen acidafin kedua persamaan RDR dan GR tidak
P = persen parafin mengakomodir perbedaan tingkat
kereaktifan masing-masing komponen
Selain Rostler, Gotolski dalam C.A. Bell tersebut.
(1989) juga membuat suatu perbandingan 3) Menurut Michalica, Daucik dan Zanzotto
antara senyawa yang reaktif terhadap asam (2008), aspalten adalah komponen yang
sulfat dengan yang kurang reaktif terhadap reaktif selama penuaan. RDR tidak
asam sulfat. Perbandingan ini disebut Gotolski mengakomodir kandungan aspalten
Ratio (GR) dengan persamaan sebagaimana sedangkan GR mengakomodirnya namun
yang ditunjukkan pada persamaan (2) sebagai kelompok komponen yang kurang
(Houston et al. 2005; Bell 1989) berikut. reaktif
GR = (N+A1+A2)/(A+P) ................................…. (2)
Sifat reologi aspal
Keterangan: Aspal yang biasa digunakan sebagai
GR= Gotolski Ratio bahan pengikat pada perkerasan lentur adalah
N = persen basa nitrogen bahan yang bersifat viskoelastis karena
A1 = persen acidafin pertama memiliki sifat viskos dan sekaligus elastis.
A2 = persen acidafin kedua Mutu aspal, yang dalam hal ini adalah
P = persen parafin ketahanan aspal terhadap rutting dan retak
lelah, dapat diindikasikan dengan mengukur
Terhadap indeks durabilitas aspal RDR dan GR sifat-sifat reologinya. Menurut Roberts, et al.
tersebut, Anderson dan Dukatz (1980) (1996) dan National Highway Institute (2009),
berpendapat bahwa RDR lebih ketahanan aspal tahan terhadap rutting dan
mengindikasikan sifat ketahanan aspal retak lelah masing-masing secara berturut-turut
terhadap temperatur dan GR lebih
dapat diindikasikan oleh nilai G*/sin() dan
menggambarkan sifat penuaan aspal. Namun,
G*sin() dengan G* adalah modulus kompleks
pendapat tersebut disanggah oleh Puzianuskas
dan δ adalah sudut fase pada pengukuran
yang menyatakan bahwa tidak ada substantsi
dengan menggunakan alat Dinamyc Shear
dari pendapat Anderson dan Dukatz (1980)
Rheometer (DSR) sebagaimana yang
tersebut. Menurut Puzianuskas dalam
ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.
Andersen dan Dukatz (1980), RDR dan GR
Applied Stress
hanya mengindikasikan sifat kereaktifan aspal
terhadap asam sulfat saja. Peneliti lainnya, Lu Oscillating
dan Isacsson (2002) berpendapat bahwa pada Plate

umumnya hubungan antara sifat kimia dengan Fixed Plate


sifat reologi aspal tidak konsisten. Menurut Bitumen

Hermadi dan Syahdanulirwan (2005), juga B A C


menurut Michalica, Daucik, dan Zanzotto
(2008) hubungan antara RDR maupun GR
dengan durablitas dan kecepatan penuaan aspal Sumber: ASTM (2011 b)
meskipun ada namun tidak signifikan. Gambar 2. Gerakan osilasi pada pengujian aspal
Tidak signifikannya hubungan antara dengan DSR
RDR dan GR dengan durabilitas aspal
kemungkinan disebabkan oleh hal-hal berikut:

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 15
Pada spesifikasi aspal kelas kinerja
(Performance Grade) yang dikembangkan
oleh Superpave ASTM D6373 (ASTM 2015),
sifat reologi aspal diukur pada tiga kondisi penuaan
aspal yaitu sebelum mengalami penuaan, setelah
penuaan jangka pendek dan setelah penuaan jangka
panjang.

Sumber: ASTM (2011b)


Gambar 4. Hubungan antara G*, G’, G”
dan 

Mengenai penuaan aspal, ada dua jenis


penuaan yang menjadi perhatian pada proses
Sumber: ASTM (2011b)
penuaan aspal dalam perkerasan jalan yaitu
Gambar 3: Tegangan (), regangan () dan rentang
penuaan jangka pendek (short term aging) dan
waktu antara keduanya (t) ASTM
D7175 penuaan jangka panjang (long term aging).
Penuaan jangka pendek adalah penuaan aspal
Aspal dikatagorikan tahan terhadap rutting selama pencampuran di Unit Pencampur Aspal
jika pada temperatur maksimum perkerasan jalan (Asphalt Mixing Plan) hingga selesai
dilapangan memiliki nilai G*/sin() tidak kurang penghaparan. Pada penelitian ini, penuaan
dari 1 kPa pada kondisi sebelum penuaan dan aspal jangka pendek di laboratorium
tidak kurang dari 2,2 kPa setelah penuaan disimulasikan dengan pengujian Rolling Thin
jangka pendek. Sedangkan untuk dikatagorikan Film Oven Test (RTFOT) sesuai ASTM D2872
tahan terhadap retak lelah, aspal pada (ASTM 2011c). Sedangkan penuaan jangka
temperatur medium harus memiliki nilai panjang adalah penuaan aspal selama masa
G*sin() tidak lebih dari 5000 kPa. pelayanan di lapangan. Pada penelitian ini,
Sifat reologi aspal lainnya yang dapat penuaan aspal jangka panjang di laboratorium
diketahui dari hasil pengujian DSR adalah disimulasikan dengan pengujian menggunakan
modulus elastisitas dengan notasi G’ dan Pressurized Aging Vessel (PAV) sesuai ASTM
modulus viskostas dengan notasi G” D6521 (ASTM 2011a).
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar
4. Modulus elastisitas yang juga disebut HIPOTESIS
storage modulus adalah G*cos(), sedangkan
modulus viskositas yang juga disebut loss Fraksi basa nitrogen dari bitumen
modulus adalah G*sin(). asbuton maupun dari aspal minyak memiliki
kontribusi tertentu (khas) terhadap sifat reologi
aspal (G’, G*/sin() dan G” atau G*sin())
pada kondisi sebelum mengalami penuaan,
setelah penuaan jangka pendek dan setelah
penuaan jangka panjang. Selain itu dapat
diduga bahwa basa nitrogen memiliki
kontribusi tertentu terhadap penuaan aspal,
baik penuaan jangka pendek maupun penuaan
jangka panjang.

16 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


METODOLOGI masing-masing ditambahkan ke dalam media
aspal dengan variasi persentase penambahan
Tahapan yang dilakukan dalam 0%, 5% dan 10% serta diaduk hingga
mengkaji pengaruh kandungan basa nitrogen homogen. Masing-masing media aspal tersebut
asbuton dan aspal minyak terhadap sifat kemudian diuji sifat reologinya dengan
reologi dan penuaan aspal adalah sebagaimana menggunakan alat DSR pada temperatur 460C,
yang ditunjukkan bagan alir pada Gambar 5. 520C, 580C, 640C, dan 700C, pada kondisi aspal
sebelum penuaan, setelah penuaan jangka
pendek, dan setelah penuaan jangka panjang.
Penuaan aspal jangka pendek disimulasi
dengan alat Rolling Thin Film Oven Test
(RTFOT), sedangkan penuaan aspal jangka
panjang disimulasi dengan menggunakan alat
Pressure Aging Vessel (PAV).

Gambar 6. Ekstraksi dari malten sebelum dan


sesudah ditambahkan larutan H2SO4
85%
Gambar 5. Bagan alir tahapan pengkajian
pengaruh basa nitrogen terhadap Pengaruh basa nitrogen terhadap sifat
reologi dan penuaan aspal reologi aspal diketahui dengan cara
Sebagaimana yang ditunjukkan pada mengevaluasi secara statistik selisih antara
Gambar 5, untuk mengetahui pengaruh pengaruh malten-1 dengan pengaruh malten-2
kandungan basa nitrogen terhadap reologi dan terhadap sifat reologi aspal pada berbagai
penuaan aspal, malten-1 (yaitu bagian aspal tingkat penuaan. Dengan demikian maka faktor
yang larut dalam pelarut n-pentan) dan malten- (variabel bebas) dan varian (variabel terikat)
2 (malten tanpa basa nitrogen karena sudah pada analisis ini adalah sebagaimana yang
diendapkan dengan penambahan larutan H2SO4 ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
85%) dari dua jenis aspal yang berbeda
(bitumen asbuton dan aspal minyak) masing-
masing diekstrak dan dimurnikan dari
larutannya dengan cara diuapkan dalam oven
105 oC. Cara ekstraksi ini merupakan bagian
dari analisa komposisi kimia aspal metode
Rostler dengan skema sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 6. Selanjutnya,
ekstrak malten-1 dan ekstrak malten-2 tersebut

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 17
Tabel 1. Faktor dan tingkat faktor pada penelitian nitrogen dengan sifat reologi dan penuaan
ini aspal.
Faktor Tingkat faktor
Jenis bitumen Aspal minyak dan
bitumen asbuton HASIL DAN ANALISIS
Persen basa nitrogen 0%, 5% dan 10%
Temperatur pengujian 460C, 520C, 580C, Sifat bahan yang digunakan
sifat reologi (DSR) 640C, dan 700C Sifat dari aspal minyak dan bitumen
Kondisi penuaan aspal Sebelum penuaan, asbuton yang digunakan dalam penelitian ini
setelah RTFOT, dan ditunjukkan pada Tabel 3 dan 4.
setelah PAV
Tabel 3: Sifat dari aspal minyak
Sifat aspal Metoda uji Hasil
Tabel 2. Varian pada penelitian ini Penetrasi pada 250C, SNI 06-2456-2011 95
100 g, 5 sec; dmm
Varian Keterangan Kelarutan dalam C2HCl3; RSNI M-04-2004 99,5
G* Modulus kompleks %
δ Sudut fasa Kandungan air; % SNI 2490-2008 0.0
G’ Modulus elastisitas Penurunan berat setelah SNI 03-6835- 0,035
Modulus viskositas atau pemanasan (RTFOT); % 2002
G” atau G*sin(δ) Penetrasi setelah RTFOT, SNI 06-2456-2011 76,9
faktor retak lelah
G*/sin(δ) Faktor rutting % orisinal

Metode yang dilakukan pada penelitian


ini berbeda dengan metoda yang sudah Tabel 4: Sifat dari bitumen asbuton
dilakukan. Pada umumnya penelitian pengaruh
Sifat aspal Metoda uji Hasil
basa nitrogen dilakukan dengan menganalisis
Penetrasi pada 250C, SNI 06-2456-2011 85
kandungan fraksi basa nitrogen dari sejumlah
100 g, 5 sec; dmm
contoh aspal kemudian dikorelasikan dengan Kelarutan dalam C2HCl3; RSNI M-04- 99,2
sifat-sifat reologi aspal tersebut (Demirabs % 2004
2002; Kumar, Krisnan, and Veeragavan 2009; Kandungan air; % SNI 2490-2008 0.0
Michalica, Daucik, and Zanzotto 2008). Cara Penurunan berat setelah SNI 03-6835-2002 1,530
ini tidak akurat karena tinggi rendahnya pemanasan (RTFOT); %
kandungan fraksi basa nitrogen akan Penetrasi setelah RTFOT, SNI 06-2456-2011 65,2
berpengaruh langsung terhadap tinggi % orisinal
rendahnya kandungan fraksi lainnya dalam
aspal tersebut. Akibatnya, perubahan sifat Hasil analisis faktorial
reologi aspal menjadi bias, apakah karena Pengaruh dari faktor-faktor (jenis aspal
perubahan kandungan fraksi basa nitrogen atau sumber basa nitrogen, persen basa nitrogen,
karena perubahan kandungan fraksi lainnya. temperatur pengujian reologi, tingkat penuaan)
Untuk menghindari pengaruh bias terhadap varian (G* dan ) dianalisis secara
tersebut maka metoda yang digunakan pada statistik dengan menggunakan analisis
penelitian ini adalah dengan cara faktorial. Hasil analisis faktorial ditunjukkan
mengekstraksi terlebih dahulu fraksi senyawa pada Tabel 5 dan Tabel 6.
basa nitrogen, kemudian ditambahkan ke Berdasarkan Tabel 5 dan 6, pengaruh
dalam suatu media aspal dengan berbagai faktor jenis aspal sumber basa nitrogen
kadar penambahan, selanjutnya beru diuji sifat terhadap G* dan  tidak signifikan yang berarti
reologi pada berbagai tingkat penuaan serta juga tidak signifikan pengaruhnya terhadap
dianalisis hubungannya antara kandungan basa semua besaran turunan dari G* dan  seperti

18 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


G’ yang sama dengan G*cos(), G” yang sama Hasil analisis regresi
dengan G*sin() serta G*/sin(). Oleh sebab Berdasarkan analisis linearitas,
itu maka faktor jenis aspal ini pada analisis hubungan faktor kandungan basa nitrogen (N)
berikutnya tidak perlu disertakan. dan temperatur pengujian reologi (T) dengan
Pengaruh basa nitrogen terhadap G* varian G’, G*/sin(δ) dan G*sin(δ) adalah
tidak signifikan namun terhadap  signifikan merupakan hubungan yang tidak linear karena
sehingga pada analisis berikutnya tetap memiliki nilai signifikansi dari deviasi
disertakan karena pengaruhnya akan signifikan linearitas lebih kecil dari nilai kritis 0,05.
pada semua besaran turunan . Hubungan tersebut merupakan hubungan
Fakktor persen basa nitrogen, eksponensial sehingga setelah nilai varian
temperatur pengujian reologi dan tingkat diubah ke dalam bentuk logaritma natural maka
penuaan aspal memiliki pengaruh yang bentuk hubungan menjadi linear sebagaimana
signifikan terhadap G* dan  sehingga ketiga data hasil uji linearitas yang disajikan pada
faktor tersebut disertakan pada analisis Tabel 7 yang menunjukkan nilai signifikansi
selanjutnya. dari deviasi linearitas lebih besar dari nilai
kritis 0,05. Oleh sebab itu dalam analisis multi
Tabel 5. Hasil analisis faktorial pengaruh basa regrasi, sifat reologi aspal diubah ke dalam
nitrogen dan faktor lainnya terhadap bentuk logaritma natural (ln) sehingga bentuk
modulus kompleks (G*) persamaannya menjadi seperti yang
ditunjukkan pada persamaan (3). Adapun hasil
Sum Mean
Faktor df Signifikan dari analisis multi regresi tersebut untuk
of squares square
kondisi aspal sebelum penuaan, setelah
Jenis aspal 1 3,688E10 3,688E10 0,478 *)
sumber basa
penuaan jangka pendek dan setelah penuaan
nitrogen jangka panjang, masing-masing adalah
Persen basa 4 2,423E11 6,057E10 0,397 *) sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 8,
nitrogen Tabel 9 dan Tabel 10.
Temperatur 7 3,292E14 4,703E13 0,000
pengujian Tabel 7. Hasil uji linearitas
reologi Signifikansi dari deviasi
Tingkat 2 6,433E11 3,216E11 0,005
Faktor linearitas
penuaan
*) Tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih dari 0,05 ln G’ ln G” ln [G*/sin(δ)]
dengan taraf kepercayaan 95% Sebelum penuaan:
Persen Basa 0.922 0.993 0.993
Tabel 6. Hasil analisis faktorial pengaruh basa nitrogen
nitrogen dan faktor lainnya terhadap sudut
Temperatur 0.561 0.788 0.744
fasa ()
Setelah penuaan jangka pendek (RTFOT):
Sum Persen Basa 0.999 0.997 0.997
Faktor df Mean square Signifikan
of squares nitrogen
Jenis aspal 1 1,711 1,711 0,521 *) Temperatur 0.759 0.915 0.866
sumber basa
Setelah penuaan jangka panjang (PAV):
nitrogen
Persen Basa 0.999 0.982 0.997
Persen basa 4 351,545 87,886 0,000
nitrogen
nitrogen
Temperatur 7 225407 32201,0 0,000 Temperatur 0.866 0.111 0.447
pengujian reologi
Tingkat penuaan 2 53345 26672,7 0,000
*) Tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih dari 0,05
dengan taraf kepercayaan 95%

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 19
Model persamaan regresi: Tabel 10. Koefisien regresi pada kondisi penuaan
aspal jangka panjang (PAV)
LnY = aN + bT + c .............................................. (3)
Reologi aspal (Y)
Keterangan: Koefisien
ln G’ ln G” ln (G*/sin(δ))
Y = reologi aspal (G’, G” atau G*/sin(), dan Koefisien 0,988 0,979 0,990
G*sin()) determinasi (R2)
N = persentase basa nitrogen
Koefisien basa -0,004 0,102 0,057
T = temperatur pengujian *)
a = koefisien N nitrogen (a)
b = koefisien T Koefisien -0,160 -0,114 -0,143
*)
c = Konstanta temperatur (b)
*)
Konstanta (c) 17,759 16,300 18,058
*)
Catatan: a, b dan c adalah sebagaimana yang terdapat
Tabel 8. Koefisien regresi pada kondisi aspal pada persamaan (3)
sebelum penuaan
Reologi aspal (Y) PEMBAHASAN
Koefisien
ln G’ ln G” ln (G*/sin(δ))
Koefisien 0,989 0,994 0,994 Sifat bahan yang digunakan
determinasi (R2)
Koefisien basa -0,054 -0,012 -0,014 Aspal minyak yang digunakan pada
nitrogen (a)*) penelitian ini adalah aspal minyak dari kilang
Koefisien -0,198 -0,138 -0,139 Kemaman Malaysia. Aspal tersebut memiliki
temperatur (b) *) nilai penetrasi 95 dmm (Tabel 3) yang berarti
Konstanta (c) *) 16,732 16,018 16,070 kelas penetrasi 80-100. Di Indonesia, aspal
Catatan: *) a, b dan c adalah sebagaimana yang terdapat dengan penetrasi 80-100 sejak tahun delapan-
pada persamaan (3) puluhan sudah tidak digunakan lagi. Namun di
beberapa negara tetangga, seperti Malaysia
Tabel 9. Koefisien regresi pada kondisi penuaan yang juga memiliki iklim tropis seperti
aspal jangka pendek (RTFOT) Indonesia, masih menggunakannya.
Selain aspal minyak, juga digunakan
Reologi aspal (Y)
Koefisien bitumen hasil ekstraksi dan pemulihan
ln G’ ln G” ln [G*/sin(δ)]
(recovery) dari raw material asbuton Lawele.
Koefisien 0,990 0,994 0,994 Bitumen tersebut memiliki nilai penetrasi 85
determinasi dmm (Tabel 4) yang berarti juga memiliki
(R2) kelas penetrasi 80-100, namun dengan nilai
Koefisien -0,181 -0,068 -0,079 penurunan berat akibat pemanasan (RTFOT)
basa nitrogen 1,530% yang berarti kandungan minyak
(a) *) ringannya masih tinggi kalau digunakan
Koefisien -0,191 -0,133 -0,136 sebagai bahan pengikat pada perkerasan jalan
temperatur (b) yaitu di atas syarat maksimum 0,8%.
*)
Kedua jenis aspal tersebut, pada
Konstanta (c) 17,765 16,397 16,602 penelitian ini bukan untuk digunakan sebagai
*)
bahan pengikat pada perkerasan jalan tetapi
*)
Catatan: a, b dan c adalah sebagaimana yang terdapat untuk diambil faksi basa-nitrogennya dengan
pada persamaan (3)
cara diekstraksi berdasarkan metoda Rostler.
Karena sumber masing-masing aspal tersebut
berbeda, yaitu yang satu dari crude oil timur
tengah (yang diolah oleh Petronas di
Kemaman) dan yang lainnya dari aspal alam

20 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


asbuton di Pulau Buton, maka dapat dianggap minimum 97,9%, maksimum 99,4% dan rata-
basa nitrogen yang diperoleh dari masing- rata 99,0%. Selain itu, karena memiliki nilai
masing aspal dapat lebih mewakili variasi signifikan lebih kecil dari 0,05 maka dapat
aspal. diketahui bahwa terdapat hubungan fungsional
yang signifikan antara persentase basa nitrogen
Hasil analisis faktorial dan temperatur pengujian dengan sifat reologi
aspal.
Berdasarkan hasil analisis faktorial
(Tabel 5 dan Tabel 6), ternyata dapat diketahui Pengaruh basa nitrogen pada sifat reologi
bahwa faktor jenis aspal sebagai sumber basa aspal
nitrogen tidak signifikan mempengaruhi G*
maupun . Ini berarti fraksi basa nitrogen yang Berdasarkan hasil analisis koefisien basa
diekstrak dari aspal minyak maupun dari nitrogen pada Tabel 8 hingga 10, pengaruh
bitumen asbuton memiliki pengaruh yang kandungan basa nitrogen pada sifat reologi
relatif sama terhadap sifat reologi aspal. aspal pada kondisi sebelum penuaan, setelah
Dengan demikian, dapat diharapkan pula penuaan jangka pendek dengan RTFOT, dan
bahwa pengaruh basa nitrogen terhadap sifat setelah penuaan jangka panjang dengan PAV
reologi aspal yang diperoleh pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
ini dapat berlaku umum untuk semua jenis Gambar 7 menunjukkan bahwa pada
basa nitrogen meskipun berasal dari jenis aspal kondisi sebelum penuaan, penambahan basa
yang berbeda. nitrogen terhadap aspal menyebabkan
Faktor lainnya (kandungan basa berkurangnya sifat reologi aspal (G’, G*/sin(δ)
nitrogen, temperatur pengujian dan tingkat dan G*sin(δ)). Hal ini kemungkinan disebabkan
penuaan) memiliki pengaruh yang signifikan oleh sifat basa nitrogen yang lebih lebih lunak
terhadap sifat reologi aspal. Oleh sebab itu dari aspal sehingga makin tingginya kandungan
perlu dianalisis lebih lanjut agar diperoleh basa nitrogen menyebabkan aspal menjadi
besarnya pengaruh dari masing-masing faktor lebih non-elastis, viskositas lebih rendah, lebih
tersebut. tidak tahan terhadap alur namun lebih tahan
terhadap retak.
Hasil analisis regresi

Tabel 7 menunjukkan bahwa bentuk


hubungan antara faktor dengan logaritma
natural dari nilai varian adalah linear karena
hasil uji linearitas menunjukkan nilai
signifikan yang diperoleh lebih besar dari nilai
kritis 0,05 yang artinya, pada taraf
kepercayaan 95% deviasi atau penyimpangan
yang terjadi pada hubungan linear tersebut
tidak signifikan.
Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel 10
menunjukkan bahwa koefisiensi determinasi Gambar 7. Pengaruh basa nitrogen terhadap sifat
(R2) dari persamaan regresi antara faktor reologi aspal pada berbagai tingkat
(persentase basa nitrogen dan temperatur) penuaan
dengan varian (sifat reologi aspal) adalah
minimum 0,979, maksimum 0,994, dan rata- Pada kondisi setelah mengalami penuaan
rata 0,990. Ini artinya persamaan-persamaan jangka pendek dengan RTFOT, dibanding
regresi yang diperoleh dari hasil analisis ini dengan pada kondisi sebelum mengalami
dapat memprediksi sifat reologi aspal penuaan, makin tinggi kandungan basa nitrogen

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 21
dalam aspal menyebabkan aspal setelah
RTFOT memiliki sifat reologi (G’, G*/sin(δ) dan
G*sin(δ)) yang lebih rendah. Hal ini disebabkan
oleh terdegradasinya senyawa basa nitrogen
akibat mengalami pemanasan yang tinggi
(1630C) selama masa penuaan jangka pendek
dengan RTFOT.
Dalam teori organik, molekul basa
nitrogen dapat berperan sebagai bahan anti
pengelupasan (anti-stripping agent) yang
menyebabkan interaksi antar molekul menjadi
kuat. Selama masa penuaan jangka pendek,
molekul basa nitrogen dapat terpecah dan sifat
anti pengelupasannya hilang. Interaksi antar
molekul menjadi lebih lemah dan tidak elastis.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Gambar 8. Pengaruh temperatur terhadap sifat
Castano et al. (2004). Mereka mengatakan reologi aspal pada berbagai tingkat
bahwa bahan anti pengelupasan berbahan dasar penuaan
senyawa organik nitrogen seperti fatty amines,
fatty amindo-amines atau fatty imidazoline Pada Gambar 8, dapat dilihat pengaruh
(basa nitrogen), kurang tahan terhadap suhu dari temperatur pengujian pada sifat reologi
tinggi antara 150ºC sampai dengan 180ºC. Pada aspal pada semua kondisi penuaan adalah
suhu tersebut, senyawa basa nitrogen akan negatif. Artinya, pada temperatur yang lebih
mengalami degradasi menjadi molekul-molekul tinggi, sifat reologi aspal menjadi lebih rendah.
yang lebih kecil dan sehingga lunak. Kemudian, pengaruh dari temperatur pengujian
Pengaruh kandungan basa nitrogen pada modulus elastisitas (ln G’) lebih negatif
terhadap sifat reologi aspal setelah mengalami dibandingkan dengan modulus viskositas (ln
penuaan jangka panjang dengan PAV terlihat G”), yang artinya peningkatan temperatur
meningkat, baik dibanding dengan sifat reologi menyebabkan aspal menjadi kurang elastis dan
aspal sebelum mengalami penuaan maupun penurunan temperatur menyebabkan aspal
dengan sifat reologi aspal setelah mengalami menjadi lebih elastis.
penuaan jangka pendek dengan RTFOT. Hal ini Gambar 8 juga menunjukkan bahwa
mengindikasikan bahwa selama penuaan pengaruh temperatur pengujian pada sifat
jangka panjang dengan PAV, terjadi proses reologi aspal berkurang pada kondisi setelah
oksidasi pada senyawa basa nitrogen sehingga penuaan. Hal ini mengindikasikan bahwa
menjadi lebih keras. semakin tua, aspal menjadi semakin tidak
sensitif terhadap temperatur.
Pengaruh temperatur pada sifat reologi
aspal Pengaruh dari konstanta pada sifat reologi
Tabel 8 hingga Tabel 10 juga aspal
mengindikasi pengaruh temperatur pengujian Tabel 8 hingga Tabel 10 juga
pada sifat reologi aspal pada kondisi sebelum menunjukkan nilai konstanta yang
penuaan, setelah penuaan jangka pendek mengindikasikan pengaruh dari faktor non-
dengan RTFOT, dan setelah penuaan jangka treatment atau dalam hal ini media aspal yang
panjang dengan PAV. Pengaruh temperatur digunakan pada penelitian ini terhadap sifat
pengujian pada sifat reologi aspal tersebut reologi aspal pada kondisi sebelum penuaan,
dapat dilihat pada Gambar 8 berikut. setelah penuaan jangka pendek dengan
RTFOT, dan setelah penuaan jangka panjang
dengan PAV. Pengaruh media terhadap sifat

22 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


reologi aspal pada berbagai tingkat penuaan Pada tulisan ini Indeks Penuaan aspal
dapat dilihat pada Gambar 9. didefinisikan sebagai perbandingan sifat
reologi aspal (dalam hal ini G’, G*/sin(δ) atau
G*sin(δ)) antara sesudah penuaan dengan
sebelum penuaan. Definisi ini digunakan
karena sifat reologi tersebut merupakan
indikator mekanisitis dari mutu aspal untuk
perkerasan jalan sebagaimana yang
direkomendasikan Superpave (Roberts 1996).
Dengan demikian maka Indeks Penuaan
(Aging Index atau disingkat AI) dapat
diformulasikan sebagai berikut:

AI = (Reologisetelah penuaan) / (Reologisebelum penuaan)..(4)

Gambar 9. Pengaruh konstanta terhadap sifat Kontribusi kandungan basa nitrogen


reologi aspal pada berbagai tingkat terhadap Indeks Penuaan aspal dapat diubah
penuaan dengan memasukkan persamaan (3) ke dalam
persamaan (4) sehingga diperoleh persamaan
Gambar 9 menunjukkan bahwa penuaan berikut:
juga terjadi pada media aspal yang
menyebabkan aspal menjadi lebih elastis (G’), AI = Ysetelah penuaan / Ysebelum penuaan .................. (5)
lebih viskos (G”), lebih tahan terhadap alur AI = Exp {(aN + bT + c)setelah penuaan - (aN + bT
(G*/sin(δ)) namun lebih tidak tahan terhadap + c)sebelum penuaan} ................................. (6)
retak (G*sin(δ)).
AI = Exp {(asetelah penuaan - asebelum penuaan)N
Kontribusi persentase basa nitrogen + (bsetelah penuaan - bsebelum penuaan )T
terhadap indeks penuaan aspal + (csetelah penuaan - csebelum penuaan)} ........... (7)

Sifat penuaan aspal dapat diidentifikasi Pada persamaan (7) dapat dijelaskan
dengan Indeks Penuaan (Aging Index). Pada bahwa (asetelah penuaan-asebelum penuaan) adalah
umumnya Indeks Penuaan aspal didefinisikan kontribusi persen basa nitrogen (N) terhadap ln
sebagai perbandingan antara viskositas aspal AI, (bsetelah penuaan-bsebelum penuaan ) adalah
sesudah penuaan dengan viskositas aspal kontribusi temperatur pengujian terhadap ln AI
sebelum penuaan (Kumar, Krishnan, and atau dapat pula disebut sebagai sensitifitas ln
Veeraragavan 2009; Hunter 2000; Shell AI terhadap temperatur pengujian, dan (csetelah
Bitumen 2013). Definisi ini mengindikasikan penuaan-csebelum penuaan) adalah kontribusi konstanta
bahwa makin besar nilai Indeks Penuaan aspal yang mengindikasikan kontribusi dari media
maka makin besar perubahan sifat aspal aspal yang digunakan terhadap AI.
menjadi lebih keras akibat penuaan. Definisi Dengan memasukkan data persamaan
yang berbeda disampaikan oleh Hunter (2000) regresi pada Tabel 8 dan Tabel 9 ke dalam
yang mendefinisikan Indeks Penuaan aspal persamaan (7) dapat diketahui kontribusi
sebagai perbandingan kompleks modulus aspal persen basa nitrogen, kontribusi temperatur
setelah penuaan dengan kompleks modulus pengujian dan kontribusi konstanta terhadap ln
aspal sebelum penuaan. Ali, Mashaan dan AI sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel
Karim (2013) mendefinisikan Indeks Penuaan 10.
aspal menjadi lebih umum yaitu sebagai
perbandingan sifat aspal antara sesudah
penuaan dengan sebelum penuaan.

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 23
Tabel 10. Kontribusi persen basa nitrogen, (13) menunjukkan kontribusi basa nitrogen
tempera-tur pengujian dan konstanta terhadap Indeks Penuaan aspal (AI). Pada
terhadap ln AI penuaan jangka pendek dengan RTFOT,
Natural Logaritma dari koefisien N bernilai negatif. Hal ini
G’ G” G*/sin(δ) menunjukkan kontribusi basa nitrogen pada
Setelah Penuaan RTFOT: aspal adalah melunakkan. Sedangkan pada
(asetelah penuaan-asebelum -0,127 -0,056 -0,065 penuaan jangka panjang dengan PAV,
penuaan) koefisien N bernilai positif yang berarti
(bsetelah penuaan-bsebelum 0,007 0,005 0,003 kontribusi basa nitrogen pada aspal adalah
penuaan) meningkatkan kekerasan.
(csetelah penuaan-csebelum
1,033 0,379 0,532
penuaan)
Setelah Penuaan PAV: KESIMPULAN DAN SARAN
(asetelah penuaan-asebelum
0,050 0,114 0,071 Kesimpulan
penuaan)
(bsetelah penuaan-bsebelum Berdasarkan data dan pembahasan yang
0,038 0,024 -0,004 telah disampaikan maka dapat diambil
penuaan)
(csetelah penuaan-csebelum kesimpulan bahwa kandungan basa nitrogen
1,027 0,282 1,988 dari aspal minyak maupun dari bitumen
penuaan)
asbuton memiliki pengaruh yang sama terhadap
Berdasarkan Tabel 10 dapat sifat reologi dan penuaan aspal. Kandungan
diformulasikan pengaruh persen basa nitrogen, basa nitrogen yang lebih tinggi menyebabkan
temperatur pengujian dan media aspal terhadap nilai reologi aspal menjadi lebih rendah (lebih
indeks penuaan yaitu sebagai berikut: lunak) pada kondisi aspal sebelum penuaan dan
setelah penuaan jangka pendek. Sedangkan
Persamaan regresi AI pada penuaan RTFOT pada kondisi penuaan aspal jangka panjang,
berdasarkan modulus elastisitas (G’): nilai reologi aspal menjadi lebih tinggi (lebih
AI = Exp (-0,127N + 0,007T + 1,033) …... (8) keras). Bila dibandingkan dengan kondisi aspal
Persamaan regresi AI pada penuaan RTFOT sebelum penuaan, pada kondisi aspal setelah
berdasarkan modulus viskositas (G”) atau penuaan jangka pendek kandungan basa
faktor lelah (G*sin()): nitrogen lebih menurunkan sifat reologi aspal.
AI = Exp (-0,056N + 0,005T + 0,379) … (9) Hal ini mengindikasikan selama proses
penuaan jangka pendek telah terjadi degradasi
Persamaan regresi AI pada penuaan RTFOT pada senyawa basa nitrogen menjadi senyawa
berdasarkan faktor alur (G*/sin()): yang lebih kecil dan lebih lunak. Sedangkan
AI = Exp (-0,065N + 0,003T + 0,532) … (10) pada kondisi aspal setelah penuaan jangka
Persamaan regresi AI pada penuaan PAV panjang, pengaruh kandungan basa nitrogen
berdasarkan modulus elastisitas (G’): meningkatkan sifat reologi aspal. Hal ini
AI = Exp (0,050N + 0,038T + 1,027) …… (11) disebabkan oleh terjadinya reaksi oksidasi
sebagaimana yang terjadi pada proses penuaan
Persamaan regresi AI pada penuaan PAV aspal pada umumnya.
berdasarkan modulus viskositas (G”) atau
faktor lelah (G*sin[]): Saran
AI = Exp (0,114N + 0,024T + 0,282) ……… (12) Pengaruh kandungan basa nitrogen
Persamaan regresi AI pada penuaan PAV terhadap sifat reologi dan penuaan aspal ini
berdasarkan faktor alur (G*/sin()): sebaiknya ditindak lanjuti dengan melakukan
AI = Exp (0,071N - 0,004T + 1,988) .............(13) kajian berikutnya yang menggunakan basa
nitrogen dari berbagai jenis aspal lainnya.
Koefisien N (basa nitrogen) yang Selain itu, agar dapat dilakukan rekayasa
terdapat pada persamaan (8) sampai dengan komposisi kimia untuk mendapatkan sifat

24 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26


reologi aspal yang diinginkan secara _____. 2015. “Standard Specification for
komprehensif maka perlu dilakukan kajian Performance Graded Asphalt Binder”.
mengenai pengaruh senyawa komponen aspal 2015 Annual Book of ASTM Standards.
lainnya terhadap sifat reologi dan penuaan ASTM D6373-15. West Conshohocken:
aspal. ASTM.
Ali, A. H., N. S., Mashaan, and M. R. Karim.
UCAPAN TERIMA KASIH 2013. “Investigations of Physical and
Rheological Properties of Aged
Ucapan terima kasih dan penghargaan Rubberised Bitumen”. Advances in
yang setinggi-tingginya tidak lupa Materials Science and Engineering
disampaikan kepada pihak-pihak yang telah Journal. pp 1-7.
mambantu mewujudkan tulisan ini yaitu, Prof, Badan Standardisasi Nasional. 2002: Metode
Kemas Ahmad Zamhari, Ir. Nono, M.Eng. Sc., Pengujian kadar air dan fraksi ringan
pihak Universitas Tun Hussein On Malaysia dalam campuran perkerasan beraspal.
dan pihak Pusat Penelitian dan Pengembangan SNI 03-6752-2002. Jakarta: BSN.
Jalan dan Jembatan. _____. 2011. Cara uji penetrasi bahan-bahan
bitumen. SNI 06-2456-2011. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA BSN.
_____. 2008. Cara uji kadar air dalam produk
American Standard Testing Materials. 1972. minyak dan bahan mengandung aspal
“Standard Method for Testing for dengan cara penyulingan. SNI 2490-
Characteristic Groups in Rubber 2008. Jakarta: BSN.
Extender and Processing Oils by the _____. 2002. Metode pengujian pengaruh
Precipitation Method”. ASTM D2006- panas dan udara terhadap lapis tipis
70. 1972 Annual Book of ASTM aspal yang diputar. SNI 03-6835-2002.
Standards. Part 2B. Philadelphia: Jakarta: BSN.
ASTM. Bell, C. A. 1989. Summary Report on Aging of
_____. 2011a. “Standard Practice for Asphalt-Aggregate Systems. Oregon:
Accelerated Aging of Asphalt Binder Oregon State University.
Using a Pressurized Aging Vessel Boyer, R.E. 2000. Asphalt Rejuvenators
(PAV)”. ASTM D6521-08. 2011 Annual “Fact or Fable”. Lexington: Asphalt
Book of ASTM Standards. Section Four Institute.
Construction. West Conshohocken: Bullin, J. A., R.R. Davinson, C.J. Glover., J.
ASTM. Chaffin, M. Liu and R. Madrid . 1997.
_____. 2011b. “Standard Test Method for Development of Superior Asphalt
Determining the Rheological Properties Recycling Agents. Texas: Texas
of Asphalt Binder Using a Dynamic Transportation Institute .
Shear Rheometer” ASTM D7175-08. Castaño, N., P. Ferré, F.Fossas, and A. Puñet.
2011 Annual Book of ASTM Standards. 2004. “A Real Heat Bitumen
Section Four Construction. West Antistripping Agent” In Proceedings of
Conshohocken: ASTM. the 8th Conference on Asphalt
_____. 2011c. “Standard Test Method for Pavements for Southern Africa
Effect of Heat and Air on a Moving Film (CAPSA'04). Sun City:CAPSA.
of Asphalt (Rolling Thin-Film Oven Demirabs, A. 2002. “Asphaltene yields from
Test)”. ASTM D2872-08. 2011 Annual five types of fuels via different
Book of ASTM Standards. Section Four methods”. International Journal of
Construction. West Conshohocken: Energy Conversion and Management.
ASTM. Vol. 43, halaman 1091–1097.
Hermadi, M. dan M. Syahdanulirwan. 2005.

Pengaruh Basa Nitrogen Dari Asbuton Terhadap Sifat Reologi Aspal


(Madi Hermadi) 25
“Hubungan Antara Indeks Durabilitas Michalica, Daucik, and Zanzotto. 2008.
dengan Durabilitas Aspal”, Jurnal Jalan “Monitoring of Compositional Changes
dan Jembatan. 22 (3): 84-92. Occurring During The Oxidative Aging
Houston, W. N., M.W. Mirza, C.E. Zapata and of Two Selected Asphalts from
S. Raghahavendra. 2005. Environmental Different Sources”. Petroleum & Coal.
Effects in Pavement Mix and Structural 2(50): 1-10.
Design Systems. NCHRP Project 9-23 National Highway Institute. 2009. Superpave
Part-1. Washington, D.C.: TRB. Fundamentals Reference Manual.
Hunter, R. N. 2000. Asphalts in Road Washington, D.C.: Federal Highway
Construction. London: Thomas Telford Administration.
Publishing. Petersen, J. C. 2009. A Review of the
Kassir, A. F. 2009. “Fractional Chemical Fundamentas of Asphalt Oxidation.
Composition o f Asphalt as a Function Washington D.C.: Transportation
of Its Durability” IBN AL- HAITHAM J. Research Board.
FOR PURE & APPL. SC I. VOL. 22 (4). Roberts, F. L., P.S. Kandhal, E.R. Brown, D.Y.
Bagdad: University of Baghdad. Lee, and T.W. Kennedy. 1996. Hot Mix
Kumar, S. A., J. M. Krishnan, and A. Asphalt Materials, Mixture Design and
Veeraragavan. 2009. “Efficient Construction. Lanham: NAPA
Transportation and Pavement Systems” Education Foundation.
Chapter 41 In Steady Shear Properties Shell Bitumen. 2013. The Shell Bitumen Hand
of a Class of Aged Bitumens. London: Book. Fifth Edition. London: Thomas
Taylor & Francis Group. Telford Publishing.
Lu, X. and U. Isacsson. 2002. “Effect of Transportation Research Board, 2011. A
Ageing on Bitumen Chemistry and Manual for Design of Hot Mix Asphalt
Rheology”. Construction and Building with Commentary. Report 673.
Materials Journal. 16: 15-22. Washington D.C.: Transportation
Research Board.

26 Jurnal Jalan-Jembatan, Volume 33 No. 1 Januari-Juni 2016: 12-26

Anda mungkin juga menyukai