Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Kista Endometriosis


1.1 Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan
atau benda seperti bubur (Dewa, 2010).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 2010).
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya
terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary
Baradero dkk, 2011).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan
sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar
uterus. (Brunner & Suddarth, 2011).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan
stoma) diluar uterus ( Mansjoer, 2010).
Menurut Depkes sendiri penyakit kista merupakan penyakit yang
menyerang kaum perempuan. Kista sendiri merupakan benjolan yang berisi cairan
yang berada di indung telur. Penyakit ini merupakan penyakit tumor jinak, karena
kebanyakan penanganannya tidak melalui operasi besar. Namun berdasarkan
tingkatan keganasan, penyakit kista dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Kista non-neoplastik, yang sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri
setelah 2 hingga 3 bulan.
2. Kista neoplastik, kista ini umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun
tergantung pada ukuran dan sifatnya
Ada 4 macam kista indung telur. Kista fungsional, dermoid, cokelat
(endometriosis) dan kista kelenjar (cystadenoma). Sampai saat ini masih belum
diketahui bagaimana terjadinya kista. Biasanya tumbuh sangat pelan dan sering
terjadi keganasan pada umur lebih 45 tahun. Dari keempat kista ini yang paling
banyak dan justru sering mengecil sendiri seiring dengan membaiknya
keseimbangan hormonal adalah kista fungsional.
Adapun beberapa jenis kista antara lain sebagai berikut:
1. Kista Serosum
a. Berisi cairan bening, bentuk seperti buah yang bertangkai dan warnanya
seperti perasan air kunyit
b. Bersarang di indung telur (ovarium)
c. Pembesaran kista ini dipengaruhi oleh siklus haid
d. Jika terjadi kehamilan sementara ada kista serosum, kista bisa saja terdesak
dengan pertumbuhan janin yang semakin membesar. Akibatnya bisa terjadi
terpelintirnya tangkai kista dan menyebabkan sakit yang sangat.
2. Kista Musinosum
a. Kista ini berisi cairan lendir yang kental dan lengket, bentuknya menyerupai
ingus tapi sifat pelekatannya mirip dengan tepung kanji.
b. Penanganan kista musinosum harus hati-hati dan seksama agar tidak pecah.
Bila pecah, cairan lengket akan membuat lengket organ-organ yang ada di
dalam perut. Hal ini berbahaya karena bisa membuat usus saling menempel
dan kista semakin sulit diambil.
3. Kista Dermoid
a. Bentuk cairan kista seperti mentega.
b. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tetapi ada juga partikel lain seperti
rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit.
c. Dermoid timbul dari sisa-sisa sel embrio yang terpental ke organ genital
sewaktu yang bersangkutan masih dalam kandungan.
d. Seperti halnya kista musinosum, kista dermoid pun penanganannya harus
hati-hati. Jika pecah maka cairan di dalamnya seperti rambut, gigi atau
tulang, bisa masuk ke perut dan menimbulkan sakit luar biasa.
4. Kista Endometriosis
a. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum.
b. Penyebabnya karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang
dibiarkan. Sehingga kuman-kuman masuk ke selaput perut melalui saluran
indung telur.
c. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah
terserang penyakit.
d. Ketika haid tidak semua darah haid keluar mealui lubang vagina, tetapi ada
yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang
ada di selaput perut, sehingga bisa menimbulkan penyakit baru yang
dinamakan endometriosis.
e. Endometriosis sering disebut tumor jinak, karena penyusupannya yang
perlahan.
f. Endometriosis tumbuh di lapangan perut dan pelan-pelan menyebar ke
hampir semua organ. Seperti usus, paru, hati, otot rahim, mata dan otak.
Tetapi tempat bersarang yang paling sering adalah pada diding rahim.
g. Tak heran kalau penderita endometriosis mengalami sakit yang sangat
ketika haid, karena indung telur membengkak ketika haid.
5. Kista korpus luteum
a. Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai.
b. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk
pembuahan.
c. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala
setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan
mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan
menjadi kista.
d. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu,
tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan
berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang
menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista
dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang
tiba-tiba.
6. Kista folikular
a. Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat
ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone).
b. Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana
semuanya berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya
ke saluran telur (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika
lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga
folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh
terus hingga menjadi sebuah kista.
c. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan
sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.
7. Kista Denoma
a. Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium,
biasanya bersifat jinak.
b. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut
lainnya dan menimbulkan nyeri.
8. Kista Polikistik ovarium
a. Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel yang
menyebabkan ovarium menebal.
b. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang
disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang
berlebihan.
c. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal
yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering menimbulkan
masalah infertilitas.

1.2 Etiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih
besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti
hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh
akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh
seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut
akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.

1.3 Pathway
Infeksi Ovarium
Cistoma ovari Pembesaran ovavium

Kistektomi ruptur ovarium

Luka Operasi resiko pendarahan


Gg. perfusi jaringan

Diskontinuitas jaringan

Nyeri akut

Diskontinuitas
Jaringan

Resiko Infeksi

1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang
terjadi pada dan selama haid. Dismonorea pada endometriosis biasanya
merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat.
Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan
dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis
walaupun kelainan sudah luas, sabaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan
gejala nyeri yang keras. (Prawihardjo 2010).
2. Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Dispareunia
yang merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karean adanya
endometriosis di kavum Douglasi. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010)
3. Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu haid
Defekais yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh
karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa
terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing
jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada
waktu haid. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010)
4. Polimenorea dan hioermenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus
haid yang klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume
pendarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume pendarahan
haid biasa.(H. Hendrik, 2010)
5. Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal,
yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. Gangguan haid dan
siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium
demikian luasnya sehingga fungsi ovulasi terganggu. (Prawihardjo, 2010).
6. Infertilitas
Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami
atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. Tiga puluh sampai empat
puluh persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut
Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah
kurang lebih separuh wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. (Prawihardjo, 2010)
1.5 Pemeriksaan penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasar dari ovarium atau tidak dan untuk mengetahui sifat sifat tumor tersebut.
2. USG
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak
3. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
4. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP
dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000).
5. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan
foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam
colon disebut di atas.

1.6 Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat
dengan kolon
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis

1.5 Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2010).

1.8 Pengkajian
1. Biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
3. Riwayat kesehatan
4. Pemeriksaan fisik meliputi :
Keadaan umum, BB, TB, TTV, pemeriaksaan head to toe.

1.9 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri b.d agen injury fisik
2. Resiko infeksi b.d post operasi kistektomi

3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi

1.10 Intervensi Keperawatan

No Dx. Keperawatan NOC NIC Rasional


1 Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan - Manejemen Nyeri
injury fisik keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji TTV & KU 1. Mengetahui kondisi
diharapkan klien dapat klien klien
mengontrol nyeri dengan KH: 2. Mengkaji nyeri 2. Mengetathui skala
1. Klien mampu mengontrol secara komprehensif nyeri klien
nyeri 3. Obsevasi reaksi 3. Mengetahui
2. Klien mengatakan nyeri nonverbal dari ketidaknyamanan
berkurang ketidak nyamanan klien
3. skala nyeri 1-3 4. Ajarkan teknik 4. Mengurahi nyeri
4. Mampu mengenali nyeri relaksasi nafas dalam klien
5. Menyatakan rasa nyaman 5. Anjurkan klien 5. Mengurangi
setelah nyeri berkurang banyak istirahat terjadinya nyeri
6. Kolaborasi dengan 6. Mengurangi nyeri
dokter untuk
pemberian analgesik
2 Resiko Infeksi b.d· Setelah dilakukan tindakan - Kontrol infeksi
post operasi keperawatan selama 3x24 jam 1. Bersihkan 1. Menghidari
kistektomi diharapkan klien dapat lingkunagan setelah terjadinya infeksi
mengontrol resiko infeksi dipakai pasien 2. Menghindari
dengan KH: 2. Membatasi kontaminasi
1. Klien bebas dari tanda dan pengunjung bakteri
gejala infeksi 3. Mencuci tangan 3. Untuk
2. Menunjukan kemampuan sebelum dan sesudah menghindari
untuk mencegah timbulnya melakukan tindakan terjadinya infeksi
infeksi keperawatan 4. Untuk menjaga
3. Jumlah leukosit dalam batas 4. Pertahankan steril
normal .lingkungan aseptic 5. Mengetahui tanda
4. Menunjukan prilaku hidup selama tindakan dan gejala infeksi
sehat keperawatan. 6. Untuk
5. Monitor tanda mempercepat
genjala infeksi penyembuhan luka
6. Dorong masukan
nutrisi yang cukup

3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan


b.d kurang informasi keperawatan selama 3x24 jam klien terhadap 1. Mengetahui
diharapkan pengetahuan penyakit yang sedang pengetahuan klien
terhadap penyakit klien dialami mengenai
bertambah dengan KH: 2. Berikan informasi terjadinya penyakit
1. Pasien dan keluarga tentang terjadinya 2. Menambah
menyatakan pemahaman penyakit pengetahuan klien
tentang penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda 3. Mengetahui tanda
prognosis dan program dan gejala yang dan gejala penyakit
pengobatan muncul pada 4. Mengetahui proses
2. Pasien mampu melakukan penyakit penyakit
prosedur yang dijelaskan 4. Gambarkan proses 5. Menghidari
secara benar penyakit dengan cara terjadinya
3. Pasien mamapu yang tepat komplikasi
menjelaskan kembali apa 5. Anjurkan untuk
yang dijelaskan perawat banyak istirahat &
menghindari capek
2. Konsep Dasar Kistektomi
2.1 Pengertian
Kisektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat kista
(Kantung berisi cairan) dapat tumbuh dalam bagian tubuh manapun. Kista
ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi. Sistektomi indung telur adalah prosedur
untuk mengangkat kista dari indung telur. Kista adalah kantong yang berisi cairan,
kista seperti balon berisi air. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium.
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam
selaput yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium.
Tumor dari ovarium bersifat neoplastik dan dalam pertumbuhnnya bersifat
jinak (tidak mengadakan metastase baik lokal maupun jauh) tindakan operatif
yang dilakukan untuk mengangkat rahim. Baik sebagian (subtotal) tanpa serviks
uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2011)

2.2 Tujuan
Kisektomi ovarium meliputi penanganan lembut jaringan untuk membatasi
pembentukan adhesi pascaoperasi dan rekonstruksi anatomi ovarium normal
untuk membantu transfer ovum ke tuba fallopi.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
a. Massa ovarium > 60 cm
b. Massa adnexa > 10 cm
c. Semua massa yang muncul setelah menopause
d. Sulit mengetahui asal massa (mis. Leimyoma) dengan radiologi atau USG
2. Kontraindikasi
a. Kisektomi : bila masih ada jaringan ovarium yang sehat
b. Salpyngoovorectomi Uniteral SOU
c. SOB : bila ditemukan ada kedua ovarium, pada usia muda uterus dapat di
tinggalkan dengan rencana substitusi hormonal.

2.4 Penataksanaan
1. Operasi
2. Wanita premenopause dengan ukuran tumor < 10 cm dan tidak ada keluhan
observasi, karena 70% dapat hilang sendiri
3. Dapat dicoba diberikan kontrasepsi monofasik, supresi kista fungsional,
observasi 4-6 minggu, jika ukuran tetap, laparotomi.

2.5 Pemeriksaan penunjang


Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan kistektomi. Prosedur
operatif ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka masing-masing.
Namun jenis-jenis dari kistektomi ini dibicarakan pada setiappertemuan mengenai
teknik apa yang dilakukan dengan pertimbangan situasi yang bagaimana. Namun
keputusan terakhir dilakukan dengan diskusi secara individu antara pasien dengan
dokter yang mengerti keadaan pasien tersebut.
Keterlambatan mendiagnosis kanker ovarium sering terjadi karena letak
ovarium berada dalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar. Biasanya
kanker ovarium ini berada dalam rongga panggul sehingga tidak terlihat dari luar.
Biasanya kanker ovarium ini dideteksi lewat pemeriksaan dalam. Bila kistanya
sudah membesar maka akan teraba ada benjolan. Jika dokter menemukan kista,
maka selanjutnya akan dilakukan USG untuk memastikan apakah ada tanda-tanda
kanker atau tidak. Kemudian dibutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan mengambil
jaringan (biopsy) untuk memastikan kista tersebut jinak atau ganas. Ini bisa
dilakukan dengan laparskopi, melalui lubangkecil di perut. Pemeriksaan lainnya
dengan CT Scan dan tumor marker dengan pemeriksaan darah.
2.6 Pathway

Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Histerektomi Cistoma ovari pembesaran ovarium ruptur ovarium

Kurang
informasi Oovertomi Resiko Perdarahan

Kurang Luka Operasi Gg Perfusi jaringan


pengetahuan
Diskontinuitas pembatasan anestesi Restinjuri
jaringan nutrisi
Cemas
Port d’entri Nyeri Metabolisme peristaltik Narvus
Usus vagus

Resiko Hipolisis absorbsi reflek


Infeksi air dikolon menelan
Asam laktat

Komplikasi keletihan Resiko


Perdarahan konstipasi
Gg. metabolisme

Self care defisit Resiko


Peritonitis Aspirasi

Resiko Nyeri
Perdarahan
2.7 Diagnosa Keperawatan
6. Pre operasi
a. Cemas b.d prosedur operasi, perubahankonsep diri
b. Nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang
abdomen
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
intake yang tidak adekuat.
d. Gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai
anak, perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual.
7. Post operasi
a. Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan
b. Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
c. Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit.
d. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler,
nyeri/ketidaknyamanan, pembentukan edema.
e. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebih

2.8 Intervensi dan Rasional


1. Pre operasi
Dx 1 : cemas b.d prosedur operasi perubahan diri
Intervensi
a. Yakinkan informasi klien tentang diagnosis, harapan, intervensi
pembedahan dan terapi yang akan datang.
b. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik
c. Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi
untuk pasien
d. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut
e. Kaji tersedianya dukungan pada pasien
f. Diskusikan atau jelaskan peran rehabilitas setelah pembedahan
Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kompresi)
jaringan pada organ ruang abdomen.
Intervensi :
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan tindakan penghilang nyeri
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, gosok punggung), hiburan
dan lingkungan.
c. Ajarkan teknik relaksasi
d. Kembangkan rencana manajemen nyeri antara pasien dan dokter
e. Berikan analgestik sesuai resep.
2. Post Operasi
Dx 1 : Nyeri b.d dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10),
perhatikan petunjuk verbal dan nonverbal
b. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar
d. Berikan obat nyeri yang tepat pada jadwal terakhir
e. Kolaborasi : berikan/analgetik sesuai indikasi
Dx 2 : Resiko infeksi b.d invasi kuman sekunder terhadap pembedahan
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
b. Gunakan teknik antiseptik dalam merawat pasien
c. Isolasikan daninstruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan
sebelum mendekati pasien
d. Tingkatkan asupan makananyang bergizi
e. Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
Dx 3 : Kerusakan integritas kulit b.d pengangkatan bedah kulit/jaringan,
perubahan sirkulasi.
Intervensi
a. Kaji balutan/untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi
dan lengan.
b. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung/sisi yang tidak sakit
dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal
c. Jangan melakukan pengukuran TD, menginjeksi obat/ memasukan IV
pada lengan yang sakit
d. Inspeksi donor/sisi donor (bila dilakukan) terhadap warna, pembentukan
lepuh perhatikan drainase dan sisi donor
e. Kosongkan drain luka, secara periodik (catat jumlah dan karakteristik
drainase)
f. Dorong pasien untuk menggunaka pakaian yang tidak sempit/ketat
g. Kolaborasi : berikan antibiotik sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai