Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis


2.1.1 Konsep Efektivitas

Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu effectiveness yang

mempunyai kata dasar effective yang berarti berhasil ditaati

mengesankan, berlaku, manjur, mujarab. Efektivitas itu sendiri mempunyai

arti yang kurang lebih sama dengan keefektifan yaitu keadaan

berpengaruh, hal berkesan, kemanjuran, kemujaraban, keberhasilan,

kemangkusan, hal mulai berlakunya.

Sumaryadi (2005:105) mengatakan bahwa “Efektivitas dalam

kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan

sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah di capai.

Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang diakukan, sejauh mana

seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan”.

Efektivitas menurut Steers (1980:43) “Efektivitas adalah sejauh

mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai

semua sasarannya”. Lebih lanjut Siagian (2003:86) menjelaskan

“Efektivitas adalah pemanfaatan sumberdaya, dana, sarana dan

prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu

12
13

tertentu tepat pada waktunya”.

James L.Gibson yang dikutip oleh Kurniawan (2005:107)

mengemukakan beberapa kriteria atau ukuran tentang efektif atau

tidaknya suatu kebijakan atau program diukur dari terpenuhi atau tidaknya

tujuh indikator. Tujuh indikator tersebut diantaranya:

a. Kejelasan strategi pencapaian tujuan.


b. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
c. Proses analisa dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
d. Perencanaan yang matang.
e. Penyusunan program yang mantap.
f. Tersedianya sarana dan prasarana.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien.
h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat
mendidik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

efektivitas berkaitan dengan usaha pencapaian target, sasaran, tujuan

tertentu yang telah ditetapkan baik itu oleh individu, kelompok atau

organisasi dalam jangka waktu tertentu dalam rangka pencapaian visi dan

misi.

2.1.2 Konsep E-Government


2.1.2.1 Definisi E-Government
Bank Dunia (World Bank) dalam Indrajit (2002:2) mendefinisikan

E-Government sebagai berikut: “E-Government refer to used by

goverment agencies of information technologies (such us Wide Area

Network, the internet and the mobile computing) that have the capability to

transform relation with citizen, business, and other arms of goverment”


14

Pengertian E-Government berkaitan dengan penggunaan

Teknologi Informasi oleh seperti Wide Area Network, internet, mobile

computing oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kemampuan untuk

mengubah hubungan dengan masyarakat, pelaku dunia usaha (bisnis),

dan pihak yang terkait dengan Pemerintahan.

UNDP (United Nation Development Programme) dalam Indrajit

(2002:2) memberikan definisi yang lebih sederhana, yaitu : E-Government

is the aplication of Information and Comunication Technology (ICT) by

goverment agencies. Menurut UNDP yang dimaksud dengan E-

Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi

(ICT- Information and Communicat-ion Technology) oleh pihak

pemerintahan”.

Janet Caldow, Direktur dari Institute for Electronic Government

(IBM Corporation) dari hasil kajiannya bersama Kennedy School of

Government, Universitas Harvard, dalam Indrajit (2002:3) memberikan

sebuah definisi yang menarik, yaitu: Electronic Goverment is Nothing short

of a fundamental transformation of goverment and Governance at a scale

we have not witnessed since the beginning of the industrial era. Menurut

pendapatnya “E-Government bukanlah sebuah perubahan fundamental

yang berjangka pendek pada pemerintahan dan kepemerintahan dan hal

itu kita tidak dapat menyaksikan pada permulaan era industrialisasi”.

Setelah melihat bagaimana lembaga-lembaga atau institusi-

institusi mendefinisikan E-Government, ada baiknya dikaji pula bagaimana


15

sebuah pemerintahan menggambarkannya. Pemerintah Federal Amerika

Serikat mendefinisikan E-Government secara ringkas, padat, dan jelas

dalam Indrajit (2002:3) yaitu: E-Government refers to the delivery of

goverment information and services online through the internet or other

digital means. Yang berarti :“E-Government mengacu kepada

penyampaian informasi dan pelayanan online pemerintahan melalui

internet atau media digital lainnya”.

Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development Bank),

mencoba mendefinisikannya sebagai berikut: “E-Government is the used

of information and comunication technology (ICT) to promote more more

efficient and cost-effective goverment, facilitate more convenient

goverment services, allow greater public acsess to information and make

goverment more accountable to citizens”.

Menurut pendapatnya E-Government merupakan penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk mempromosikan

pemerintahan yang lebih efisien dan penekanan biaya yang efektif,

kemudahan fasilitas layanan pemerintah serta memberikan akses

informasi terhadap masyarakat umum, dan membuat pemerintahan lebih

bertanggung jawab kepada masyarakat.

2.1.1.2 Manfaat E-Government

Penerapan E-Government dapat memberikan beberapa manfaat

yang dapat diperoleh, diantaranya menurut Purwanto (2005:83) adalah :

1. Peningkatan kualitas pelayanan: layanan publik 24 jam.


16

2. Dengan menggunakan teknologi online, banyak proses yang


dapat dilakukan dalam format digital, hal ini akan banyak
mengurangi penggunaan kertas (paperwork), sehingga
proses akan menjadi lebih efisien dan hemat.
3. Database dan proses integrasi: akurasi data lebih tinggi,
mengurangi kesalahan indentitas dan lain-lain.
4. Semua proses transparan karena semua berjalan secara
online.
5. Mengurangi KKN.

Amerika Serikat dan Inggris melalui AI Gore dan Tony Blair, telah

secara jelas dan terperinci menggambarkan manfaat yang diperoleh

dengan diterapkannya konsep E-Government bagi suatu negara dalam

Indrajit (2002:5) yaitu :

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para


stakeholders-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri)
terutama dalam hasil kinerja efektivitas dan efisiensi di
berbagai bidang kehidupan bernegara.
2. Meningkatkan transparansi, kontrol dan akuntabilitas
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan
konsep good corporate governance.
3. Mengurangi secara signifikan terhadap total biaya
administrasi, relasi dan interaksi yang dikeluarkan oleh
pemerintah maupun stakeholdersnya untuk keperluan sehari-
hari.
4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksi dengan
pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat
secara cepat dan tepat menjawab berbagai masalah yang
dihadapi sejalan dengan perubahan global dan trend yang
ada.
6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai
mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai
kebijakan publik secara merata dan demokratis.

Dapat dilihat bahwa kegiatan pemerintahan yang berbasis

elektronik ini berpusat pada penyebaran informasi, disisi lain pemerintah

memberikan pelayanan kepada publik dengan data dan informasi yang


17

penuh yang digunakan dalam mengupayakan efisiensi administrasi publik

untuk membuat pemerintah lebih akuntabel serta memberikan jaminan

bahwa setiap masyarakat dan pihak lainnya mendapatkan perlakuan yang

adil, sasaran lainnya adalah memberdayakan masyarakat untuk turut serta

dalam proses pengambilan kebijakan oleh pemerintah yang akan memacu

masyarakat untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

Internal pemerintahan sendiri, pengembangan teknologi informasi

dan komunikasi memberikan peluang bagi pemerintah untuk memperoleh

data dan informasi secara akurat dan up to date melalui interaksi dengan

pihak-pihak lain.

Perkembangan kehidupan manusia akibat dari pemanfaatan dan

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan tumbuhnya

masyarakat yang berbasis pengetahuan dimana secara signifikan

memaksa pemerintah untuk mulai memikirkan berbagai kebijakan yang

harus disusun dan diberlakukan segera sehingga perubahan paradigma

pemerintahan tersebut dijamin akan mengarah kearah yang positif.

2.1.1.3 Tiga Tahap Inisiatif E-Government

Konsep E-Government dimana urusan pemerintahan dilakukan

melalui jaringan elektronik (internet) akan dapat membantu tugas-tugas

pemerintahan sehingga menjadi lebih efisien, cepat, terbuka (transparan).

Hal-hal yang saat ini menjadikan investor enggan masuk adalah karena

lambatnya dan tidak terbukanya proses pengambilan keputusan sehingga

menimbulkan terjadinya ketidakpastian hukum. Melalui E-Government ini,


18

semua urusan pemerintahan dan publik kemudian menjadi terbuka, cepat

dan transparan sehingga kepastian hukum dapat terjadi. Proses

koordinasi akan terjadi dengan sendirinya karena masing-masing institusi

mempunyai basis data yang sama.

Indrajit (2002:29) mengatakan bahwa tahap E-Government dapat

dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu:

1. Publish
Sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah
mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya
untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui
internet.
2. interact
Tahap dimana telah terjadi komunikasi dua arah antara
pemerintah dengan mereka yang berkepentingan. Pada tahap
ini pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat
melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang
berkepentingan baik secra langsung (seperti chatting,
teleconference dan web TV) maupun tidak langsung (melalui
email, frequent ask question, newsitter dan mailing list).
3. Transact
Tahap terjadinya sebuah transaksi yang berhubungan
dengan perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lainnya
(masyarakat membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah). Aplikasi ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan
dua tahap lainnya karena harus adanya sistem keamanan
yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara
aman dan hak-hak privacy berbagai pihak yang bertransaksi
terlindungi dengan baik.

2.1.1.4 Tipe-Tipe Relasi E-Government

GSA Federal Technology Service dalam Indrajit (2002:41) ada

empat bentuk tipe relasi E-Government yaitu:

1. Government to Citizens bertujuan untuk melayani


masyarakat dengan memberikan informasi selengkap
mungkin khusus mengenai kondisi pemerintahan dan
19

fenomena yang terjadi dimasyarakat yang secara mudah


dapat diakses dan tersedia setiap saat. Pemerintah juga
diharapkan dapat memberikan kemudahan- kemudahan
kepada masyarakat luas misalnya dengan menyediakan
secara on line pengurusan administrasi yang menjadi
kewajiban masyarakat sehingga menjadi lebih cepat dan
lebih efisien.

2. Government To Business bertujuan untuk melayani


masyarakat pelaku-pelaku bisnis dalam mengembangkan
usahanya. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk
dapat memimpin inisiatif pembenahan infrastruktur sistem
informasi, mengembangkan model bisnis berbasis internet,
menyediakan data base potensi daerah, menyebarluaskan
informasi, meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi
secara langsung antara pengusaha secara lokal, nasional
maupun global.

3. Goverment to Goverment merupakan sistem teknologi


informasi dan komunikasi yang mendukung kerja sama
secara online antara instansi dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya. Skop pelaksanaan kerjasama ini
dapat secara lateral, vertikal, internal, antar instansi, antar
departemen, antar pemerintah daerah, dan antar
pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Dengan
demikian akan tercipta keterpaduan dan sinergi
pembangunan nasional dan daerah yang
berkesinambungan dan lebih partisipatif.

4. Goverment to Employees pada akhirnya, aplikasi E-


Government juga ditujukan untuk meningkatkan kinerja dan
kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan
pemerintah yang bekerja di sejumlah institusi sebagai
pelayan masyarakat. Jenis-jenis yang dapat dibangun
untuk format ini seperti sistem pengembangan karier
pegawai negeri dengan tujuan untuk perbaikan kualitas
sumber daya manusia, juga untuk menunjang proses
mutasi dan promosi jabatan tertentu di pemerintahan.

Melihat bermacam-macam tipe aplikasi tersebut, maka terlihat

fungsi strategi dari pelaksanaan E-Government dimana keberadaannya

bukan hanya untuk meningkatkan kinerja pelayanan pemerintah kepada

masyarakat tapi juga diarahkan pada upaya untuk memberikan informasi


20

kepada masyarakat dan dunia bisnis. Untuk menuju suatu Good

Governance. Maka pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tidak

dapat dihindari lagi, dikaitkan dengan semakin tingginya tuntutan

masyarakat di era demokrasi ini dan tuntutan perkembangan global serta

banyaknya komponen wilayah yang harus dikoordinasikan.

2.1.3 Konsep Pelayanan

Definisi pelayanan umum menurut Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 dalam Ratminto

(2010:5) adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan

oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan BUMN/BUMD dalam

bentuk barang dan jasa baik dalam upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pelayanan publik terdiri dari pelayanan barang dan pelayanan

jasa. Pelayanan berupa jasa berbeda dengan pelayanan yang berupa

barang, dimana pelayanan jasa tidak berwujud barang sehingga tidak

nampak, namun proses penyelenggaraannya bisa diamati dan dirasakan,

misalnya suatu layanan dapat dinilai cepat, lambat, menyenangkan,

menyulitkan, murah atau mahal oleh masyarakat sebagai pengguna

layanan.

Pelayanan administrasi pemerintahan atau pelayanan perijinan

menurut Ratminto (2010:5) mengatakan bahwa:


21

“segala bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi


tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di
Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah, baik dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
bentuk produk pelayanannya adalah ijin atau warkat”.

Prinsip pelayanan publik menurut Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 adalah:

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-


belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan dan kepastian tentang tata cara, rincian biaya
layanan dan cara pembayarannya, jadwal waktu
penyelesaiannya layanan dan unit kerja atau pejabat yang
berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan umum.
3. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat
terselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi, yaitu produk pelayanan publik dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
5. Keamanan, yaitu proses dan produk pelayanan publik
memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung jawab, yaitu pimpinan penyelenggara pelayanan
publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas
penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana
dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya
yang memadai termasuk penyediaan sarana dan prasarana
teknologi telekomunikasi dan informatika(telematika).
8. Kemudahan akses, yaitu tempat dan lokasi serta sarana
pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat
dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yaitu pemberi
pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah,
serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan, yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan
yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas
pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan
lain-lain.
.
22

Dwiyanto (2008:142) mengatakan bahwa:


“ kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh birokrasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya:tingkat kompetensi
aparat, kualitas peralatan yang digunakan untuk memproses
pelayanan, budaya birokrasi dan sebagainya. Kualitas dan
kuantitas peralatan yang digunakan akan mempengaruhi
prosedur, kecepatan proses, dan kualitas keluaran (out-put) yang
akan dihasilkan. Organisasi yang menggunakan teknologi modern
seperti komputer yang memiliki metode dan prosedur kerja yang
berbeda dengan organisasi yang masih menggunakan cara kerja
manual”.

Melalui penerapan E-Government, diharapkan mampu mengubah

sistem input pelayanan, sehingga output pelayanan yang dihasilkan

merupakan pelayanan yang mampu memenuhi standar pelayanan

minimal dan termasuk ke dalam pelayanan yang ideal.

Penerapan E-Government juga dapat meningkatkan motivasi kerja

aparat yang memberikan pelayanan, dimana dengan adanya sistem E-

Government pada setiap instansi akan memudahkan aparat untuk

melakukan aktifitas pemberian layanan. Hal ini akan berdampak pada

pribadi setiap aparat pemerintah agar senantiasa berkompetisi untuk

memberikan kualitas pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Sehingga hasil akhir yang diterima masyarakat adalah diberikannya

pelayanan yang berkualitas.

Budaya birokrasi selama ini terutama dalam pemberian pelayanan

yang dipandang sangat berbelit-belit dan masih sering ditemukannya

pungutan liar, melalui penerapan E-Government patologi birokrasi tersebut

dapat segera di minimalisir. Penerapan E-Government juga dapat

menciptakan etika pemerintahan yang diharapkan oleh masyarakat. Hal ini


23

ditandai ketika masyarakat mendapat pelayanan yang kurang maksimal

mereka akan segera dapat melapor atau langsung mempublish kepada

khalayak ramai, tentunya dengan memanfaatkan penerapan E-

Government. Masyarakat tersebut dapat memberikan keluhan atau saran

melalui jaringan website yang tersedia sehingga segala hal yang mereka

keluhkan dapat segera ditindak lanjuti oleh aparat berwenang. Sehingga

para birokrat yang akan memberikan pelayanan, akan berfikir ulang ketika

harus memberikan pelayanan yang berbelit-belit atau ingin melakukan

pungutan liar kepada masyarakat.

Penerapan E-Government yang efektif dapat memperbaiki kinerja

pelayanan publik, dimana masyarakat bisa mendapat pelayanan yang

ideal kapanpun dan dimanapun masyarakat tersebut berada. Sehingga

Good Governance dalam tata pemerintahan di Indonesia dapat terwujud.

2.1.4 Konsep Pemerintahan

Muhadam (2008:415) mengatakan bahwa Pemerintah berasal dari

kata kerja “memerintah” yang diartikan “mengendalikan” atau

“mengemudi”, yang berarti menyuruh melakukan, memberikan arahan

pada kemajuan, pergerakan dan menjalankan sesuatu untuk mencapai

tujuan.

Menurut H. Sitanggang (1997:133) Pemerintahan adalah suatu

sistem dari gerak semua fungsi yang ada di satu masyarakat negara yang

mempunyai wilayah tertentu yang digunakan sebagai alat kekuasaan untuk

mencapai tujuan meliputi bidang–bidang kejasmanian dan kerohanian.


24

Fungsi – fungsi tersebut sangat banyak dan selalu berkembang dalam

proses penyesuaian dengan lingkungannya.

Brewster dalam Muhadam (2008:425) mendefinisikan

pemerintahan sebagai suatu badan sebagai sarana bagi Negara untuk

bertindak sehingga diberi kekuasaan penegakan hukum yang terakhir

dan yang kemudian juga menjadikan pemerintah sebagai tempat

pembuatan keputusan akhir dari masalah-masalah sosial.

2.1.5 Konsep Good Governance

Pemerintahan yang baik atau Good Governance, berusaha

diterapkan diberbagai institusi pemerintahan di Indonesia. Good

Governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik.

Sementara itu, World Bank dalam Mardiasmo (2002:24) mendefinisikan:

Good Governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen


pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara
politik maupun administratif menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas
usaha.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000, merumuskan arti

Good Governance sebagai berikut: “Kepemerintahan yang

mengembankan dan menerapkan prinsip – prinsip profesionalitas,

akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisien, efektif,

supermasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Good Governance menuntut keterlibatan seluruh elemen yang

ada di masyarakat. Ini hanya bisa jika pemerintahan itu dekat dengan
25

rakyat. Maka sangat cocok dengan sistem desentralisasi dan otonomi

daerah sebagaimana yang diterapkan di Indonesia sekarang.

2.1.5.1 Prinsip – prinsip Good Governance

Kunci utama memahami Good Governance adalah pemahaman

atas prinsip - prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan

didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya

pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur

prinsip - prinsip Good Governance. Prinsip-prinsip Good Governance

menurut UNDP (United Nation Development Program) dalam Dwiyanto

(2008:79) antara lain:

1. Partisipasi masyarakat
2. Transparasi
3. Akuntabel
4. Efektivitas dan efisiensi
5. Kepastian Hukum
6. Responsif
7. Konsesus
8. Setara dan Inklusif

2.1.6 Hubungan Antara Good Governance dan E-Government

Ma Lin dalam Pramusinto (2009:352) mengatakan bahwa

:”Perkembangan teknologi Informasi membuktikan bahwa telekomunikasi

bukan hanya membawa arus yang sangat dahsyat menuju kemandirian

demokrasi, namun juga memantau dan memperjelas karakter serta

hakikat dan prosesnya”.

Menurut Purwanto (2005: 83) mengatakan bahwa :”E-Government

dapat menciptakan pengembangan modus layanan dari pemerintah


26

kepada masyarakat yang memungkinkan peran aktif masyarakat di mana

diharapkan masyarakat dapat secara mandiri melakukan proses perijinan,

memantau proses penyelesaiannya.

Melalui beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya penerapan E-Government akan meningkatkan kualitas

pelayanan publik, peningkatan transparansi, penyelenggaran yang efektif

dan efisien. Sehingga Good Governance dapat terwujud pada setiap

penyelenggaraan pemerintahan.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

R.M Agung Trimurti (2005) dalam penelitian yang berjudul

“E-Government: Upaya menuju tata kelola Pemerintahan yang baik di

Provinsi DIY” menemukan bahwa Penerapan E-Government oleh

Pemerintah Provinsi DIY baru mencapai tahapan informasi satu arah

kepada masyarakat. Isi situs yang telah ada termasuk upaya Pemerintah

Provinsi DIY dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dengan

menyediakan fasilitas komunikasi dan informasi.

Agustine (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Konsep E-

Government: Tantangan Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat”

menunjukkan hasil bahwa praktik E-Government di Indonesia belum

diposisikan secara strategis atau hanya sebatas program saja. Sedangkan

hampir sebagian penerapan E-Government masih memasuki tahap

interaksi.
27

Roy Karya (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pelaksanaan E-Government Dalam Mewujudkan Good Governance Di

Kabupaten Dairi”, menunjukkan hasil bahwa bentuk pelaksanaan E-

Government di Kabupaten Dairi masih berada pada tahap persiapan.

Dimana masih terdapat kekurangan persiapan dari pemerintah daerah

dalam memanfaatkan E-Government.

Muhammad Said (2007) dalam penelitian yang berjudul “Strategi

Pengembangan Kota Bandarlampung Berbasis Teknologi Menuju Cyber

Lampung Technology 2007 Di Kota Bandarlampung” mengemukakan

hasil penelitiannya adalah penerapan E-Government di Kota

Bandarlampung belum begitu efektif padahal penerapan E-Government

yang dilakukan secara serius pada suatu daerah akan berdampak pada

pembangunan daerah yang optimal.

Memperhatikan dan memahami hasil-hasil penelitian yang

relevan tersebut, maka dapat diketahui penerapan E-Government dapat

mewujudkan Good Governance pada beberapa daerah belum dilakukan

secara optimal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah penggunaan E-Government sebagai objek penelitian. Sedangkan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

lokasi penelitian, indikator serta penulis akan berusaha lebih mendalam

dan fokus untuk mengetahui permasalahan apa yang sebenarnya terjadi

sehingga dapat mencari solusi dan pemecahan terbaik.


28

2.3 Kajian Normatif

Berkenaan dengan pemanfaatan teknologi dan sistem informasi di

lingkungan pemerintah, ditetapkanlah beberapa peraturan mengenai

penerapan E-Government di lingkungan pemerintah baik dilingkungan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kota Palembang. Dasar Hukum

megenai penerapan E-Government di Kota Palembang diantaranya:

1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2001 tentang

Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia

Pemerintah Indonesia melalui Instruksi Presiden Republik

Indonesia Nomor 6 tahun 2001 tentang Pengembangan dan

Pendayagunaan Telematika di Indonesia telah merintis pengunaan

teknologi telematika dalam pemerintahan. Penggunaan teknologi

telematika tidak hanya bagi pemerintah pusat melainkan juga untuk

pemerintahan daerah sehingga diharapkan adanya kesatuan informasi

antara pusat dengan daerah dan antar daerah.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2001

tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di

Indonesia, dalam poin ke-22 Kerangka Kebijakan Pengembangan dan

Pendayagunaan Telematika di Indonesia menyebutkan: Agar

pemerintah dapat meningkatkan hubungan kerja antar instansi

pemerintah serta dapat menyediakan pelayanan bagi masyarakat dan

dunia usaha secara efektif dan trasparan, diperlukan kerangka

arsitektur dan platform yang kompatibel bagi semua departemen dan


29

lembaga pemerintah, serta penerapan standardisasi bagi berbagai hal

yang tekait dengan penggunaaan teknologi telematika secara luas.

Beberapa yang akan dilaksanakan termasuk pengembangan G-online

backbone bagi kepentingan kerangka peraturan dan prosedur

transaksi di lingkungan pemerintah, serta membangun komitmen dan

kesepakatan untuk memperlancar pertukaran dan penggunaan

informasi antar instansi pemerintah.

Poin ke 23 untuk keperluan itu pemerintah akan meningkatkan

kesadaran dan kesiapan penggunaan kemajuan teknologi telematika

untuk mengimplementasikan government on-line secara efektif, serta

mengintensifkan pendidikan dan pelatihan teknologi telematika untuk

meningkatkan keahlian pegawai negeri di semua tingkatan.

2. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Strategi

Nasional Pengembangan E-Government.

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 menyatakan bahwa

dalam rangka pemanfaatan aplikasi teknologi informasi dan

komunikasi dalam penyelenggaraan pemerintah yang dikenal dengan

E-Government, maka presiden mengeluarkan kebijakan berupa

instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Strategi

Nasional Pengembangan E-Government.

Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Inpres No. 3 Tahun

2003 ini pada bagian konsiderannya adalah sebagai berikut:

1. bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang


30

pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka

peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan

informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat;

2. bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam

proses pemerintahan (E-Government) akan meningkatkan

efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan;

3. bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik

(Good Governance) dan meningkatkan layanan publik yang

efektif dan efisien diperlukan adanya kebijakan dan strategi

pengembangan E-Government ;

4. bahwa dalam pelaksanaannya diperlukan kesamaan

pemahaman, keserempakan tindak dan keterpaduan langkah

dari seluruh unsur kelembagaan pemerintah, maka dipandang

perlu untuk mengeluarkan Instruksi Presiden bagi pelaksanaan

kebijakan dan strategi pengembangan E-Government secara

nasional.

Melalui Inpres tersebut dapat dilihat dukungan pemerintah

dalam rangka pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan mengingat efisiensi dan efektivitas

serta transaparansi kegiatan pemerintahan.

Lampiran I Inpres No. 3 tahun 2003 poin ke 18 disampaikan

empat tingkatan pengembangan E-Government yaitu:


31

Tingkat 1 - Persiapan yang meliputi :

a. Pembuatan situs informasi disetiap lembaga;

b. Penyiapan SDM;

c. Penyiapan sarana akses yang mudah misalnya menyediakan

sarana Multipurpose Community Center, Warnet, SME-

Center, dll;

d. Sosialisasi situs informasi baik untuk internal maupun untuk

publik.

Tingkat 2 - Pematangan yang meliputi :

a. Pembuatan situs informasi publik interaktif;

b. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain;

Tingkat 3 - Pemantapan yang meliputi :

a. Pembuatan situs transaksi pelayanan publik;

b. Pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan

lembaga lain.

Tingkat 4 - Pemanfaatan yang meliputi :

a. Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat:

1. Depdagri dengan Pemda dan antar Pemda (G to G),

dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan sistem

administrasi pemerintahan.

2. Depdagri dengan Pemda dan antar Dunia Usaha (G to

B), dalam rangka menumbuhkan partisipasi dunia usaha.

3. Depdagri dengan Pemda dan antar Masyarakat (G to C),


32

dalam rangka menigkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat.

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2002 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Kebutuhan Teknis Sistem Komunikasi

dan Informasi penyelenggaran Pemerintahan di Lingkungan

Departemen dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

Kepmendari Nomor 25 Tahun 2002 disebutkan bahwa

berlangsungnya suatu kegiatan pemasyarakatan/proses sosialisasi

suatu ketentuan undang-undang sampai kepada hal-hal yang

mengatur tatanan pelaksanaan akan berlangsung dengan baik

apabila dikomunikasikan dengan baik pula dalam waktu yang

cepat, tepat, akurat. Dengan demikian SISKOMDAGRI sebagai

sarana komunikasi suara, data, dan gambar penyelenggara

pemerintahan dalam negeri berfungsi sebagai:

a) Sarana utama penyampaian informasi dalam bentuk peraturan

perundang-undangan.

b) Sarana utama bagi penyampaian laporan dari unit pelaksana

langsung didaerah.

c) Sarana komunikasi data dan gambar bagi keikutsertaan

masyarakat pada setiap pembengunan terutama dalam

penyerapan sistem informasi sehingga kesimpangsiuran

informasi dapat dicegah.


33

d) Perangkat infrastuktur SISKOMDAGRI diharapkan dapat

menjadi milik masyarakat karena melalui sarana komunikasi

suara, data, dan gambar segala kebutuhan informasi yang

diperlukan dapat terpenuhi secara utuh.

Keputusan Mendagri ini juga mengatur lebih rinci mengenai

layanan komunikasi data. Fasilitas komunikasi data pada

pembagunan awal SISKOMDAGRI disusun dalam konfigurasi

internet, apabila setelah disesuaikan dan dibenahi akan dapat

digunakan sebagai internet dan intranet dengan strata penggunaan

antara lain:

a. Fasilitas internet sebagai sarana komunikasi data merupakan

jaringan tertutup dengan peruntukan khusus bagi

penyelenggaraan manajemen pemerintahan mulai dari tingkat

pusat sampai pada pelaksana lapangan dan sebaliknya,

berupa:

1. Penyebarluasan dan sosialisasi produk peraturan

perundang-undangan dari pemerintah kepada

masyarakat luas.

2. Penyampaian laporan pelaksanaan penyelenggaraan

pemerintahan dalam negeri sebagai

pertanggungjawaban pelaksanaan produk kebijakan

nasional oleh unit pelaksana lapangan dalam strata

pemerintahan.
34

3. Akumulasi dan evaluasi terpusat atas semua jenis

laporan dilaksanakan oleh intitusi terkait sebagai bahan

tama bagi penataan/penyempurnaan perangkat

peraturan pelaksanaan.

b. Fasilitas internet sebagai sarana komunikasi data terbuka bagi

seluruh masyarakat umum untuk tujuan:

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai

hasil terapan terseleksi atas seluruh informasi global.

Secara lebih khusus adalah sebagai peningkatan

pengetahuan dan pendidikan masyarakat.

2. Sebagai sarana kontrol masyarakat atas segala proses

pelaksanaan pembangunan nasional terutama daerah

domisili yang bersangkutan. Segala saran, perbaikan,

perubahan, dan lain-lain dapat dilakukan melalui

sarana internet secara transparan.

c. Fasilitas video confrence baik melalui peragkat internet maupun

melalui saluran data lainnya yang diakses secara langsung

merupakan kemudahan komunikasi antara pemerintah dan

masyarakat.

4. Peraturan Walikota Nomor 92 Tahun 2011 mengenai pengembangan

E-Government di Lingkungan Pemerintah Kota Palembang.

Menindak lanjuti Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 dan

Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 serta Keputusan Mendagri


35

Nomor 25 Tahun 2003, Pemerintah Kota Palembang melalui

Peraturan Walikota Nomor 92 Tahun 2011 membuat peraturan

mengenai pengembangan E-Government di Lingkungan Pemerintah

Kota Palembang.

Keputusan Walikota Nomor 92 Tahun 2011 juga dijelaskan

bahwa Dinas komunikasi dan Informatika Kota Palembang diberi

kewenangan untuk melakukan perencanaan, pengembangan,

pengawasan dan evaluasi dalam penerapan E-Government di

Lingkungan Pemerintah Kota Palembang.

Peraturan Walikota Nomor 92 Tahun 2011 ini juga mengatur

masing-masing SKPD berkewajiban untuk selalu meng-update data

dan melakukan pengembangan penerapan E-Government setiap

SKPD di Kota Palembang.

Rencana Induk Pengembangan E-Government Di Lingkungan

Pemerintah Kota Palembang menurut Peraturan Walikota No 92

Tahun 2011 disusun oleh Dinas komunikasi dan Informatika dijadikan

acuan bagi setiap SKPD di kota Palembang. Hal ini sebagaimana

dimaksud pada pasal 6 ayat (1). Dan pada pasal 10 ayat (2)

dijelaskan bahwa setiap SKPD yang akan mengembangkan Sistem

Informasi Aplikasi dan Database Management Sistem (DBMS) wajib

berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika agar data-

data yang ada disetiap unit/SKPD dapat terintegrasi secara baik.


36

2.4 Kerangka Pemikiran

Uma Sekaran dalam Sugiyono (2009:60) mengemukakan bahwa

kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting.

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2001 yang diikuti

dengan Inpres No 3 tahun 2003, Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah mulai menerapkan E-Government yang ditandai dengan adanya

pembuatan situs web pada masing-masing daerah. Bersamaan dengan

hal tersebut, Pemerintah Kota Palembang melalui Sub Bagian Sandi dan

PDE Sekretariat Kota Palembang dan Dinas Komunikasi dan Informatika

juga telah menerapkan E-Government sejak tahun 2006 di Kota

Palembang. Dengan menggunakan Teori James L Gibson dalam

Kurniawan (2005:107), Peneliti akan menggunakan 5 indikator untuk

mengukur efektif tidaknya penerapan E-Government dalam mewujudkan

Good Governance di Kota Palembang yang meliputi: pencapaian sasaran,

tersedianya sarana dan prasarana, penyusunan program yang mantap,

pencapaian tujuan yang hendak dicapai, dan pengawasan yang bersifat

mendidik. Dimana jika penerapan E-Government telah memenuhi 5

Indikator tersebut dan dijalankan dengan baik maka akan terjadi

peningkatan kualitas pelayanan sehingga akan terwujudnya

penyelenggaraan pemerintah yang Good Governance di Kota Palembang.

Kerangka pemikiran penulis tersebut tertuang dalam Gambar 2.1:


37

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Peraturan:
 Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001
 Keputusan Mendagri Nomor 25 Tahun 2003
 Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003
 Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2008
 Peraturan Walikota No. 92 Tahun 2011

Pemerintahan Kota Palembang Dinas Komunikasi dan Informatika

informasi dan

Efektivitas penerapan
E-government

Pencapaian Tersedianya Penyusunan Pencapaian Sistem


sasaran sarana dan program yang tujuan yang Pengawasan
prasarana mantap telah ditetapkan yang mendidik

Peningkatan kualitas pelayanan

Perwujudan Good Governance

Sumber: Teori James L. Gibson dalam Kurniawan (2005:107) dan Inpres


No. 3 Tahun 2003, diolah.

Anda mungkin juga menyukai