Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM VII

SIMPLISIA RIMPANG (RHIZOMA)

OLEH:

Kelompok 1 / S1 Farmasi 2018

1. Kadek Dina Feronica Philip (181001)


2. Ni Komang Trianawati (181002)
3. Mikki Salsabillah (181003)
4. Indah Sri Wiratni (181005)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA
2019/2020
PRAKTIKUM VII

SIMPLISIA RIMPANG (RHIZOMA)

A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan macam-macam simplisia
rimpang (rhizoma) secara makroskopik, mikroskopik dan kimiawi
B. Dasar Teori
1. Pengertian rhizoma atau rimpang
Rimpang atau rhizoma adalah batang beserta daunnya yang terdapat
di dalam tanah, bercabang-cabang secara horizontal (mendatar), dan dari
ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat tumbuh
menjadi individu baru. Jika tunas di ujung rhizoma dan ketiak tumbuh
menjadi tanaman baru, tanaman tersebut tetap bergabung dengan tanaman
induknya sehingga membentuk rumpun. Ciri-ciri rhizoma yaitu:
a. Berdaun, tetapi daun melekat pada buku, telah menjelma menjadi sisik-
sisik yang tipis seperti selaput dan tidak hijau
b. Mempunyai kuncup-kuncup
c. Tumbuhnya tidak kepusat bumi atau air, kadang ke atas dan muncul ke
tanah
d. Beruas-ruas dan berbuku-buku
2. Rimpang Kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma)
a. Pengertian Rimpang Kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma)
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak
memiliki manfaat dan banyak ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit
merupakan jenis rumput – rumputan, tingginya sekitar 1 meter dan
bunganya muncul dari puncuk batang semu dengan panjang sekitar 10
– 15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning tua, berbau
wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari
tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah.
Rimpangnya memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang
induk biasanya berbentuk elips dengan kulit luarnya berwarna jingga
kekuning – kuningan (Hartati & Balittro., 2013).
b. Taksonomi
Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai berikut
(Winarto, 2004).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
c. Morfologi
1) Batang
Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau
pelepah daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah
karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan
berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75 – 1m
(Winarto, 2004).
2) Daun
Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai
daun. Panjang helai daun antara 31 – 83 cm. lebar daun antara 10 –
18 cm. daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan
permukaan agak kasar. Pertulangan daun rata dan ujung meruncing
atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun berwarna hijau
muda. Satu tanaman mempunyai 6 – 10 daun (Winarto, 2004).
3) Bunga
Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau
kuning muda dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga
mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tig lembar tajuk bunga dan
empat helai benang sari. Salah satu dari keempat benang sari itu
berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang sari
lainnya berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga (Winarto,
2004).
4) Rimpang
Rimpang kunyit bercabang – cabang sehingga membentuk
rimpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang
rimpang berupa batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit
terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang
rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh
kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku – buku
pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umunya banyak.
Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004).
Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang
agak kuning kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga
kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan
pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara
terus menerus membentuk cabang – cabang baru dan batang semu,
sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10
cm. panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua
4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah
besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat
(Winarto, 2004).
5) Kandungan senyawa kimia
Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit adalah
kurkuminoid atau zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen
kurkumin inilah yang memberi warna kuning orange pada rimpang
(Winarto, 2004). Salah satu fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid
adalah kurkumin. Komponen kimia yang terdapat didalam rimpang
kunyit diantaranya minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa dan
beberapa mineral. Kandungan minyak atsiri kunyit sekitar 3 – 5%.
Disamping itu, kunyit juga mengandung zat warna lain, seperti
monodesmetoksikurkumin dan biodesmetoksikurkumin, setiap
rimpang segar kunyit mengandung ketiga senyawa ini sebesar 0,8%
(Winarto, 2004).
d. Khasiat dan manfaat kunyit
Kunyit memiliki efek farmakologis seperti, melancarkan darah
dan vital energi, menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiradang
(anti–inflamasi), mempermudah persalinan, antibakteri, memperlancar
pengeluaran empedu (kolagogum), peluruh kentut (carminative)dan
pelembab (astringent) (Said, 2007).
Kunyit mempunyai khasiat sebagai jamu dan obat tradisional
untuk berbagai jenis penyakit, senyawa yang terkandung dalam kunyit
(kurkumin dan minyak atsiri) mempunyai peranan sebagai antioksidan,
antitumor dan antikanker, antipikun, menurunkan kadar lemak dan
kolesterol dalam darah dan hati, antimikroba, antiseptic dan
antiinflamasi (Hartati & Balittro, 2013).
3. Rimpang Temu Lawak (Curcuma Rhizoma)
a. Pengertian Rimpang Temu Lawak (Curcuma Rhizoma)
Tanaman temulawak (Curcuma xanthorhizza Roxb.) merupakan
tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan
Madura. Tumbuhan semak berumur tahunan, batang semunya terdiri
dari pelepah-pelepah daun yang menyatu, mempunyai umbi batang.
Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya berwarna putih kemerah-
merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3 sampai 4
buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk
jenis temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada
umur 7-12 bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur.
Sebagai bahan tanaman untuk bibit digunakan tanaman sehat berumur
12 bulan (Hayani, 2006).
Rimpang temulawak merupakan hasil dari tanaman temulawak
yang didapatkan dari akar. Satu rimpang induk biasanya menghasilkan
3-4 rimpang temulawak. Rimpang temulawak biasanya berbentuk bulat
seperti telur dengan warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning
tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning (Ramdja,
2009).
b. Klasifikasi
Menurut (Rosengarten, 1973) klasifikasi temulawak yaitu:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub-devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb.
c. Morfologi
1) Batang
Batang temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh
merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat
mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas
beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai
daun.
2) Daun
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar.
Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang
daun sekitar 50-55 cm, lebarnya + 18 cm, dan setiap helai daun
melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara
teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan
garis–garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm,
dengan jumlah anakan perumpun antara 3-9 anak.
3) Bunga
Bunga tanaman temulawak dapat berbunga terus-menerus
sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe
erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup
dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga
kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai
bunga ± 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5
cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.
4) Rimpang
Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan
berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian
samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki
rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang umumnya
lebih muda dari pada rimpang induk.
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah
kuning kotor, atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah
kuning atau orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat
kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang
terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16 cm. Tiap rumpun
tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan
lima buah rimpang muda.
5) Akar
Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut.
Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar
sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan.
6) Kandungan senyawa kimia
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, mineral
minyak atsiri serta minyak lemak. Tepung merupakan kandungan
utama, jumlahnya bervariasi antara 48-54 % tergantung dari
ketinggian tempat tumbuhnya, makin tinggi tempat tumbuhnya
makin rendah kadar tepungnya. Selain tepung, temulawak juga
mengandung zat gizi antara lain karbohidrat, protein dan lemak serta
serat kasar mineral seperti kalium ( K ), natrium ( Na), magnesium
(Mg ), zat besi (Fe), mangan (Mn ) dan Kadmium ( Cd). Komponen
utama kandungan zat yang terdapat dalam rimpang temulawak
adalah zat kuning yang disebut ” kurkumin” dan juga protein, pati,
serta zat-zat minyak atsiri. Minyak atsiri temulawak mengandung
phelandren, kamfer, borneol, xanthorrizol, tumerol dan sineal.
Kandungan kurkumin berkisar antara 1,6 % - 2,22 % dihitung
berdasarkan berat kering. Berkat kandungan dan zat-zat minyak
atsiri tadi, diduga penyebab berkhasiatnya temulawak.
Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman
dan obat, diperoleh sejumlah zat/senyawa dalam rimpang
temulawak antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu
4,62%, abu tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol
9,48%, dan kurkumin 2,29%. Dari hasil pengujian tersebut,
ditemukan juga kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik,
triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid.
Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar
3,81%, meliputi: d-kamfer, sikloisoren, mirsen, p-toluil
metikarbinol, pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil
metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol,
isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron,
sabinen, germakron, dan atlantone (Kasiran, 2009).
d. Khasiat dan manfaat temulawak
Temulawak dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada
pengolahan makanan serta sebagai salah satu bahan untuk pembuatan
jamu tradisional. Temulawak dengan kandungan kurkuminnya juga
dikenal sebagai anti-tumor, antioksidan, obat malaria dan juga dapat
mencegah tertularnya HIV pada manusia. Temulawak mengandung zat
kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil),
sellulosa dan mineral. Dari beberapa senyawa tersebut yang merupakan
zat warna kuning adalah kurkuminoid yang merupakan salah satu bahan
pewarna alami (natural curcumin) dan aman digunakan untuk pewarna
makanan maupun tekstil (Ramdja, 2009).
C. Kegiatan Praktikum
1. Alat yang Diperlukan
a. Mikroskop
b. Objek glass
c. Cover glass
d. Pipet tetes
e. Tabung reaksi
f. Beaker glass
g. Loup
h. Pensil
i. Penghapus
2. Bahan yang Diperlukan
a. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Vall.)
b. Rimpang temu lawak (Curcuma Rhizoma)
c. Asam sulfat P
d. HCl pekat P
e. NaOH P 5% b/v
f. KOH P 5% b/v
g. Ammonia P 25%
h. Larutan KI P 6% b/v
i. FeCl3 P 5% b/v
3. Cara Kerja
a. Idendifikasi simplisia rimpang (Rhizoma) secara makroskopik
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Diambil simplisia, amati bau, warna dan rasa

Dicatat hasilnya
b. Idendifikasi simplisia rimpang (Rhizoma) secara mikroskopik
Disiapakan alat dan bahan yang akan digunakan

Ambil sedikit serbuk simplisia, amati warna dan letakkan pada objek
glass

Tambahkan 1-2 tetes kloralhidrat kemudian segera tutup dengan cover


glass
Amati fragmen pengenal dari serbuk simplisia di bawah mikroskop

Catat dan gambar hasil pengamatan


c. Idendifikasi simplisia rimpang (Rhizoma) secara kimiawi
Simplisia Perlakuan Reaksi positif
1. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes asam sulfat P ungu kecoklatan
2. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes HCl pekat p ungu kecoklatan
3. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes NaOH P 5% b/v merah kecoklatan
Rimpang Temu
4. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
Lawak
tetes KOH P 5% b/v merah kecoklatan
(Curcuma
5. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
Rhizoma)
tetes ammonia P 25% merah kecoklatan
6. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes larutan KI 6% b/v hijau
7. 2 mg serbuk rimpang + 5
Terbentuk warna
tetes larutan FeCl3 P 5%
coklat
b/v
1. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes asam sulfat P ungu kecoklatan
2. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
Rimpang
tetes HCl pekat p ungu kecoklatan
Kunyit
3. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
(Curcuma
tetes NaOH P 5% b/v merah kecoklatan
Domesticae
4. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
Rhizoma)
tetes KOH P 5% b/v merah kecoklatan
5. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes ammonia P 25% merah kecoklatan
6. 2 mg serbuk rimpang + 5 Terbentuk warna
tetes larutan KI 6% b/v hijau
7. 2 mg serbuk rimpang + 5
Terbentuk warna
tetes larutan FeCl3 P 5%
coklat
b/v

4. Hasil Pengamatan
a. Identifikasi simplisia rimpang (Rhizoma) secara makroskopik
Nama
No Simplisia tanaman Bau Warna Rasa
asal
Curcuma
Curcuma Khas
1 xanthorrhiza Kuning Hambar
Rhizoma aromatik
roxb
Curcuma Curcuma
2 Domesticae domestica Aromatik Kuning Pahit
Rhizoma Vall.

b. Identifikasi simplisia rimpang (Rhizoma) secara mikroskopik


Warna Fragmen
No Simplisia Gambar
Serbuk Pengenal

Curcuma
1 Kuning Butir oksalat
Rhizoma
Pembuluh kayu
dengan penebalan
tangga dan jala

Curcuma
2 Domesticae Kuning Periderm
Rhizoma

Butir pati dan


parenkim berisi
butir pati

c. Identifikasi simplisia rimpang (Rhizoma) secara kimiawi


Hasil Gambar
Simplisia Perlakuan Reaksi positif
pengamatan

Rimpang 1. 2 mg serbuk
Terbentuk Terbentuk
Temulawak rimpang + 5
warna ungu warna ungu
(Curcuma tetes asam
kecoklatan kecoklatan
Rhizoma) sulfat P
2. 2 mg serbuk Terbentuk
Terbentuk
rimpang + 5 warna
warna ungu
tetes HCl kuning
kecoklatan
pekat p kecoklatan

3. 2 mg serbuk
Terbentuk Terbentuk
rimpang + 5
warna merah warna merah
tetes NaOH
kecoklatan kecoklatan
P 5% b/v

4. 2 mg serbuk
Terbentuk Terbentuk
rimpang + 5
warna merah warna merah
tetes KOH
kecoklatan kecoklatan
P 5% b/v
5. 2 mg serbuk
rimpang + 5 Terbentuk Terbentuk
tetes warna merah warna merah
ammonia P kecoklatan kecoklatan
25%

6. 2 mg serbuk
Terbentuk
rimpang + 5 Terbentuk
warna
tetes larutan warna hijau
kuning
KI 6% b/v

7. 2 mg serbuk
rimpang + 5
Terbentuk Terbentuk
tetes larutan
warna coklat warna coklat
FeCl3 P 5%
b/v
1. 2 mg serbuk
Terbentuk Terbentuk
rimpang + 5
warna ungu warna ungu
tetes asam
kecoklatan kecoklatan
sulfat P

Rimpang
2. 2 mg serbuk
Kunyit Terbentuk Terbentuk
rimpang + 5
(Curcuma warna ungu warna hijau
tetes HCl
Domesticae kecoklatan kecoklatan
pekat p
Rhizoma)

3. 2 mg serbuk
Terbentuk Terbentuk
rimpang + 5
warna merah warna merah
tetes NaOH
kecoklatan kecoklatan
P 5% b/v
4. 2 mg serbuk
Terbentuk Terbentuk
rimpang + 5
warna merah warna merah
tetes KOH
kecoklatan kecoklatan
P 5% b/v

5. 2 mg serbuk
rimpang + 5 Terbentuk Terbentuk
tetes warna merah warna merah
ammonia P kecoklatan kecoklatan
25%

6. 2 mg serbuk
Terbentuk
rimpang + 5 Terbentuk
warna
tetes larutan warna hijau
kuning
KI 6% b/v
7. 2 mg serbuk
rimpang + 5
Terbentuk Terbentuk
tetes larutan
warna coklat warna coklat
FeCl3 P 5%
b/v

D. Pembahasan
Pada tanggal Oktober 2019, mahasiswa melakukan pengamatan
makroskopis, mikroskopis dan kimiawi terhadap sampel serbuk rimpang
temulawak (Curcuma Rhizoma) dan rimpang kunyit (Curcuma Domesticae
Rhizoma). Pada pengamatan makroskopis didapatkan ciri-ciri dari serbuk
rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) yaitu memiliki bau yang khas
aromatik, serbuk berwarna kuning dan rasa hambar. Pada rimpang kunyit
(Curcuma Domesticae Rhizoma) didapatkan ciri-ciri yaitu memiliki bau
aromatik, serbuk berwarna kuning dan memiliki rasa pahit.
Pada identifikasi dengan mikroskopis, mahasiswa mengamati fragmen-
fragmen dari serbuk rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) dan rimpang
kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma). Pada serbuk rimpang temulawak
(Curcuma Rhizoma) mahasiswa menemukan adanya butir oksalat. Pada serbuk
rimpang kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma) mahasiswa menemukan
adanya pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan jala, periderm, butir pati
dan parenkin berisi butir pati.
Pengamatan mikroskopis ini dilakukan dengan beberapa prosedur yaitu
dengan mengambil sedikit serbuk serbuk rimpang temulawak (Curcuma
Rhizoma) dan rimpang kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma), lalu diletakkan
pada kaca preparat yang berbeda. Setelah diletakkan dengan tepat, tetesi sampel
dengan kloralhidrat. Hal ini bertujuan agar sampel dapat diamati dengan jelas.
Tutup sampel dengan cover glass, lalu amati dibawah mikroskop cahaya dengan
menggunakan lensa okuler dengan pembesaran 15x dan objektif S40/0.65.
Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan hasil yang akan dibandingkan
dengan literatur yang ada.
Simplisia Hasil Pengamatan Literatur

Rimpang
Temulawak
(Curcuma
Rhizoma)

Butir oksalat

( )

Rimpang
Kunyit Pembuluh kayu dengan
(Curcuma penebalan tangga dan
Domesticae jala
Rhizoma)

( )
Periderm

Butir pati dan


parenkim berisi butir
pati
Pada identifikasi secara kimiawi, pada serbuk rimpang temulawak
(Curcuma Rhizoma), pencampuran serbuk dengan asam sulfat P memiliki
reaksi positif berwarna ungu kecoklatan, pada praktikum juga didapatkan hasil
berwarna ungu kecoklatan. Pencampuran serbuk dengan HCl pekat P memiliki
reaksi positif berwarna ungu kecoklatan, pada praktikum didapatkan hasil
berwarna kuning kecoklatan, dimana pada pencampuran ini didapatkan hasil
negatif, kemungkinan disebabkan karena beberapa faktor yaitu adanya senyawa
pengacau pada sampel dan praktikan kurang teliti pada saat pencampuran.
Pencampuran serbuk dengan NaOH P 5% b/v memiliki rekasi positif berwarna
merah kecoklatan, pada praktikum didapatkan hasil yang sesuai dengan reaksi
positif yaitu merah kecoklatan. Pencampuran serbuk dengan KOH P 5% b/v
memiliki reaksi positif berwarna merah kecoklatan, pada praktikum didapatkan
hasil yang sesuai dengan reaksi positif yaitu merah kecoklatan. Pencampuran
serbuk dengan ammonia P 25% memiliki reaksi positif berwarna merah
kecoklatan, pada praktikum didapatkan hasil yang sesuai dengan reaksi positif
yaitu merah kecoklatan. Percampuran serbuk dengan larutan KI 6% b/v
memiliki reaksi positif berwarna hijau, pada praktikum didapatkan hasil
berwarna kuning, dimana pada pencampuran ini didapatkan hasil negatif,
kemungkinan disebabkan karena hal yang sama pada saat pencampuran dengan
HCl pekat P yaitu adanya senyawa pengacau pada sampel dan praktikan kurang
teliti pada saat pencampuran. Pencampuran serbuk dengan FeCl3 P 5% b/v
memilii reaksi berwarna coklat, pada praktikum didapatkan hasil yang sesuai
dengan reaksi positif yaitu berwarna coklat.
Pada identifikasi secara kimiawi, pada serbuk rimpang kunyit (Curcuma
Domesticae Rhizoma), pencampuran serbuk dengan asam sulfat P memiliki
reaksi positif yaitu berwarna ungu kecoklatan, pada praktikum didapatkan hasil
yang sesuai dengan reaksi positif yaitu berwarna ungu kecoklatan.
Pencampuran serbuk dengan HCl pekat P memiliki reaksi positif berwarna ungu
kecoklatan, pada praktikum didapatkan hasil berwarna hijau kecoklatan,
dimana pada pencampuran ini didapatkan hasil negatif, kemungkinan
disebabkan karena beberapa faktor yaitu adanya senyawa pengacau pada
sampel dan praktikan kurang teliti pada saat pencampuran. Pencampuran serbuk
dengan NaOH P 5% b/v memiliki reaksi positif berwarna merah kecoklatan,
pada praktikum didapatkan hasil yang sesuai dengan reaksi positif yaitu
berwarna merah kecoklatan. Pencampuran serbuk dengan KOH P 5% b/v
memiliki reaksi positif berwarna merah kecoklatan, pada praktikum didapatkan
hasil yang sesuai dengan reaksi positif yaitu berwarna merah kecoklatan.
Pencampuran serbuk dengan ammonia P 25% memiliki reaksi positif berwarna
merah kecoklatan, pada praktikum didapatkan hasil yang sesuai dengan reaksi
positif yaitu merah kecoklatan. Percampuran serbuk dengan larutan KI 6% b/v
memiliki reaksi positif berwarna hijau, pada praktikum didapatkan hasil
berwarna kuning, dimana pada pencampuran ini didapatkan hasil negatif,
kemungkinan disebabkan karena hal yang sama pada saat pencampuran dengan
HCl pekat P yaitu adanya senyawa pengacau pada sampel dan praktikan kurang
teliti pada saat pencampuran. Pencampuran serbuk dengan FeCl3 P 5% b/v
memilii reaksi berwarna coklat, pada praktikum didapatkan hasil yang sesuai
dengan reaksi positif yaitu berwarna coklat.
E. Kesimpulan
Mahasiswa melakukan pengamatan makroskopis, mikroskopis dan
kimiawi pada serbuk rimpang. Dalam praktikum, mahasiswa menggunakan
sampel serbuk rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) dan rimpang kunyit
(Curcuma Domesticae Rhizoma). Pada pengamatan makroskopis didapatkan
ciri-ciri dari serbuk rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) yaitu memiliki bau
yang khas aromatik, serbuk berwarna kuning dan rasa hambar. Pada rimpang
kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma) didapatkan ciri-ciri yaitu memiliki bau
aromatik, serbuk berwarna kuning dan memiliki rasa pahit. Pada pengamatan
mikroskopis menggunakan lensa okuler dengan pembesaran 15x dan objektif
S40/0.65. Mahasiswa mengamati fragmen dari serbuk rimpang temulawak
(Curcuma Rhizoma) dan rimpang kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma). Pada
serbuk rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) mahasiswa menemukan
adanya butir oksalat. Pada serbuk rimpang kunyit (Curcuma Domesticae
Rhizoma) mahasiswa menemukan adanya pembuluh kayu dengan penebalan
tangga dan jala, periderm, butir pati dan parenkin berisi butir pati. Setelah
dilakukan perbandingan dengan literatur, dinyatakan sudah sesuai dan telihat
jelas.
Pada pengamatan kimiawi, pada serbuk rimpang temulawak (Curcuma
Rhizoma) dan rimpang kunyit (Curcuma Domesticae Rhizoma) didapatkan hasil
positif pada pelarut asam sulfat P, NaOH P 5% b/v, KOH P 5% b/v, ammonia
P 25%, dan larutan FeCl3 P 5% b/v. Dan didapatkan hasil negatif pada pelarut
HCl pekat P dan larutan KI 6% b/v.
F. Daftar Pustaka
Ahmad Said. 2007. Khasiat dan manfaat kunyit. Sinar Wadja Lestari.
Hartati, S.Y., Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan
Manfaat Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri.
Jurnal Puslitbang Perkebunan.
Hayani, E. 2006. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak, dalam Temu
Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian
dan pengembangan Peternakan.
Kasiran. 2009. Peningkatan Kandungan Minyak Atsiri Temulawak Sebagai
Bahan Baku Obat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
Ramdja A. F, A. R. M. Army dan P. Mulya. 2009. Ekstraksi kurkumin dari
temulawak dengan menggunakan etanol. Jurnal Teknik Kimia.
Rosengarten, F. 1973. The Book Of Spice. New York: A. Pyramid Book.
Winarto, I.W. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai