BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pembebanan
Beban mati adalah beban yang ada pada konstruksi kuda - kuda itu sendiri.
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG) bab 1
pasal 1, pengertian beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap termasuk semua unsur ditambah penyelesaian – penyelesaian, mesin
– mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian – bagian yang tak terpisahkan
dari bagian gedung itu.
Menurut PPIUG bab 1 pasal 2, pengertian beban hidup adalah semua bebanyang
terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung dan didalamnya termasuk
beban – beban pada lantai yang berasal dari barang – barang yang dapat berpindah,
mesin – mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari gedung dan dapat digantikan selama masa pakai dari gedung tersebut, sehingga
mengakibatkan perubahan pada lantai tersebut, pada bagianatap, beban hidup dapt
merupakan beban yang berasal dari air hujan baik dari genangan maupun dari akibat
tumpukan jatuhnya air hujan.
Menurut PPIUG bab 1 pasal 3, pengertian beban angin ialah semua beban yang
bekerja pada gedung atau bagian gedung yang sebabkan oleh selisih dalam tekanan
udara. Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan
tekanan negative (isapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang – bidang yang
ditinjau. Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2,
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup yang ditentukan. Tekanan tiup angin
minimum yang ditentukan oleh PPIUG 1983 25 kg/m2, kecuali tekanan tiup yang
berada di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil
minimum 40 kg/m2. Tekanan angina tiup (p) dapat dihitung dengan rumus :
𝑉2
P= (kg/m2) ............................................................................................... (2.2)
16
Keterangan :
Koefisien angina untuk bangunan tertutup atap segitiga dengan sudut kemiringan 𝛼
adalah :
Keterangan :
f = Lendutan yang diizinkan (cm)
l = Panjang Gording (cm)
Sedangkan lendutan yang timbul pada gording akibat beban merata dan terpusat
adalah:
5 q x l4 1 𝑃𝑥𝑙3
fytb = 384 + + 48 𝑥 .............................................................. (2.10)
𝐸𝐼𝑥 𝐸𝐼𝑥
Dimana:
fytb = Lendutan yang timbul terhadap sumbu x dan sumbu y
q = Beban terbagi rata (kg/m)
P = Beban terpusat (kg)
6
1. Batang tunggal
h h
b b b
diantara harga λx dan λy diambil yang terbesar dalam menentuan nilai factor tekuk
(ɷ) sehingga:
Dimana:
σytb = Tegangan yang timbul (kg/cm2)
Ix = Momen inersia pada sumbu x (cm4)
Iy = Momen inersia pada sumbu y (cm4)
lk = Panjang kritis (cm)
ɷ = Faktor tekuk (non dimensi)
λ = Angka Kelangsingan (non dimensi)
2. Batang tunggal
h h
b b
ix min =√𝐼𝑥/𝐹𝑏𝑟 dan iy min = √𝐼𝑦/𝐹𝑏𝑟 , dalam (cm) .................... (2.19)
λx = lk / ix dan λy = lk / iy ............................................... (2.20)
Sehingga:
𝑃𝑥𝑊
σ ytb = ≤ σ tk, (kg/cm2)............................................................ (2.21)
𝑓𝑏𝑟
Dimana:
σytb = Tegangan yang timbul (kg/cm2)
P = Gaya yang bekerja pada batang (kg)
Fn = Luas penampang netto (cm2), Fn = 0.8 . Fbr
P2-p1
n= (sambungan menerus) .............................................. (2.39)
S
Dimana:
n = Jumlah baut (buah)
P = Gaya batang tekan/tarik yang bekerja (kg)
P1 = Gaya batang tarik yang bekerja (kg)
P2 = Gaya batang tekan yang bekerja (kg)