Anda di halaman 1dari 22

HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM DARI

SEGI DIMENSI, FUNGSI POTENSI SERTA KEBUTUHAN


MANUSIA KEPADA TERAPI/ KONSELI DAN KONSELING/
TERAPI ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan
Yang diampu oleh :
Agus Hermawan,M.A

Disusun oleh:
Fentilia Dwiningsih 43040170018
Giyanti 43040170023

PROGRAM STUDI PSIKOLOG ISLAM


PROGRAM DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dari pada tugas Psikoterapi Islam tentang “Hakikat Manusia dalam Pandangan
Islam dari Segi Dimensi, Fungsi Potensi serta Kebutuhan Manusia kepada Terapi/
Konseli dan Konseling/ Psikoterapi Islam” dengan tepat waktu dan tanpa halangan
apapun.

Dan juga, kami berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Agus


Hermawan,M.A. Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikoterapi Islam. Tak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan kritik
maupun saran yang sangat bermanfaat dan membangun.

Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi diri kami sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga atas segala bantuan yang
diberikan akan mendapat balasan dari Allah SWT. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Salatiga, 05 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penuliasan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia .................................................................................. 2
B. Potensi Manusia ................................................................................... 6
C. Sisi Positif Manusia ............................................................................. 8
D. Sisi Negatif Manusia ............................................................................ 14
E. Kebutuhan manusia dalam Psikoterapi Isalm ...................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku manusia yang bersifat biologik, fisiologik, psikologik dan rohaniah
merupakan efek atau akibat proses perubahan materi dalam tubuhnya Manusia pada
hakikatnya adalah sebagai makhluk biologis, makhluk pribadi dan makhluk Sosial.
Ayat-ayat al-Quran menerangkan ketiga komponen tersebut. Di samping itu, al-
Quran juga menerangkan bahwa manusia itu merupakan makhluk religius dan ini
meliputi ketiga komponen lainnya, artinya manusia sebagai makhluk biologis,
pribadi dan sosial tidak terlepas dari nilai-nilai manusia sebagai makhluk religius.

Manusia dipusakai dengan kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun


kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan yang
kemudian bergerak ke arah kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan
kegelisahan psikis mereka, kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu
mengingat-Nya.

Manusia adalah makhluk yang memiliki cukup kekuatan untuk


mengendalikan dunia dan memperoleh jasa para malaikat, namun manusia juga
sering kali terpuruk. Manusialah yang mengambil keputusan tentang dirinya sendiri
dan yang menentukan nasibnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hakikat manusia dalam psikoterapi islam ?
2. Apa pengertian dari potensi manusia dalam psikoterapi islam ?
3. Apakah kebutuhan manusia dalam psikoterapi islam?
4. Apa sisi positif dan negative manusia dalam psikoterapi islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia dalam psikoterapi islam.
2. Untuk mengetahui potensi manusia dalam psikoterapi islam.
3. Untuk mengetahui kebutuhan manusia dalam psikoterapi islam,
4. Untuk mengetahui sisi positif dan negatif manusia dalam psikoterapi
Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia

Siapakah manusia itu? Pertanyaan tersebut sejak jaman dahulu sampai


sekarang dan yang akan datang, akan terus menjadi bahan pemikiran yang tak akan
ada habis-habisnya. Setiap golongan manusia akan memberikan jawaban atas
uraian yang berbeda tentang manusia dan tujuan hidupnya. Jawaban tentang
pengertian manusia dan tujuan hidupnya adalah merupakan hal fundamental, suatu
hal yang menentukan tingkah laku seseorang.

Kaum materialisme (Dahriyyin) memberikan pengertian tentang manusia dan


tujuan hidupnya berbeda dengan orang Hindu, oleh karena itu tingkah laku kaum
Materialisme berbeda dengan tingkah laku orang Hindu. Golongan Kristen
mempunyai konsep tentang manusia dan tujuan hidupnya berbeda dengan golongan
Confusianisme (Ahyadi, 2005).

Pada literatur Barat terdapat beberapa pandangan falsafah mengenai hakikat


manusia, antara lain yarng cukup mempengaruhi perkembangan sains, ialah paham
Materialisme yang menganggap manusia sebagai materi. Perilaku manusia yang
bersifat biologik, fisiologik, psikologik dan rohaniah merupakan efek atau akibat
proses perubahan materi dalam tubuhnya. Pandangan ini menganggap manusia
hanya terdiri dari tulang, daging, darah, syaraf, dan zat kimiawi tertentu sehingga
mereka tidak mempercayai adanya kehidupan setelah mati. Pandangan lain
menganggap hakikat manusia sebagai makhluk biologis yang mempunyai energi
kejiwaan atau insting atau dorongan hidup. Mereka menganggap manusia sebagai
kelanjutan evolusi binatang tanpa adanya nilai kejiwaan ataupun nilai-nilai
rohaniah. Pada abad ke-19, timbul pandangan yang menganggap hakikat manusia
sebagaimana adanya (eksistensial-humanistik), yaitu sebagai makhluk biologis,
sosial, psikologis maupun nilai-nilai filosofis rohaniah. Pada umumnya mereka
menghubungkan pandarngannva dengan kehidupan keagamaan. Manusia pada
hakikatnya adalah sebagai makhluk biologis, makhluk pribadi dan makhluk Sosial.
Ayat-ayat al-Quran menerangkan ketiga komponen tersebut. Di samping itu, al-

2
Quran juga menerangkan bahwa manusia itu merupakan makhluk religius dan ini
meliputi ketiga komponen lainnya, artinya manusia sebagai makhluk biologis,
pribadi dan sosial tidak terlepas dari nilai-nilai manusia sebagai makhluk religius.

Menurut konsep psikologi, manusia sebagai makhluk biologis memiliki


potensi dasar yang menentukan kepribadian manusia berupa insting. Manusia hidup
pada dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut keterangan ayat-
ayat al-Quran potensi manusia yang relevan dengan insting ini disebut nafsu.

Menurut kandungan ayat-ayat al-Quran manusia itu pada hakikatnya adalah


makhluk yang utuh dan sempurna, yaitu sebagai makhuk biologis, pribadi, sosial,
dan makhluk religius. Manusia sebagai makhluk religius meliputi ketiga komponen
lainnya, yaitu manusia sebagai makhluk biologis, pribadi dan sosial selalu terikat
dengan nilai-nilai religius (Ahyadi, 2005).

1. Sebagai Makhluk Biologis

Menurut konsep psikologi, manusia sebagai makhluk biologis memiliki


potensi dasar yang menentukan kepribadian manusia berupa insting. Manusia
hidup pada dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting. Menurut
keterangan ayat-ayat al-Quran potensi manusia yang relevan dengan insting
ini disebut nafsu. Potensi nafsu ini berupa hawa dan syahwat. Syahwat adalah
dorongan seksual, kepuasan-kepuasan yang bersifat materi duniawi yang
menuntut untuk selalu dipenuhi dengan cepat dan memaksakan diri serta
cenderung melampaui batas.

Hawa adalah dorongan-dorongan tidak rasional, sangat mengagungkan


kemampuan dan kepandaian diri sendiri, cenderung membenarkan segala
cara, tidak adil yang terpengaruh oleh kehendak sendiri, rasa marah atau
kasihan, hiba atau sedih, dendam atau benci yang berupa emosi atau sentimen.
Dengan demikian orang yang selalu mengikuti hawa ini menyebabkan dia
terserat dari jalan Allah.

Ada tiga jenis nafsu yang paling pokok,yaitu: 1. nafsu amarah yaitu
nafsu yang selalu mendorong untuk melakukan kesesatan dan kejahatan
(Yusuf: 53), (2) nafsu lawwaamah, yaitu nafsu yang menyesal. Ketika

3
manusia telah mengikuti dorongan nafsu amarah dengan perbuatan nyata,
sesudahnya sangat memungkinkan manusia itu menyadari kekeliruannya dan
membuat nafsu itu menyesal (al-Qiyamah: 1-2), dan (3) najsu muthmainnah,
yaitu nafsu yang terkendali oleh akal dan kalbu sehingga dirahmati oleh Allah
swt. Ia akan mendorong kepada ketakwaan dalam arti mendorong kepada hal-
hal yang positif (al-Fajr: 27-30)

2. Sebagai Pribadi Makhluk

Menurut konsep psikologi seperti yang dikemukakan dal Terapi


Terpusat pada Pribadi, Terapi Eksistensial, Terapi Gestale Rasional Emotif
Terapi, dan Terapi Realita. Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciri-
ciri kepribadian pokok sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk
berpikir rasional dan mampu menjadi hidup sehat, kreatif, produktif dan
efektif, tetapi juga ada kecendrungan dorongan berpikir tidak rasional; (2)
memiliki kesadaran diri; (3) memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan
dan bertanggung jawab; (4) merasakan kecemasan sebagai bagian dari
kondisi hidup; (5) memiliki kesadaran akan kematian dan ketiadaan; dan (6)
selalu terlibat dalam proses aktualisasi diri.

Berdasarkan keterangan ayat-ayat al-Quran, manusia mempunyai


potensi akal untuk berpikir secara rasional dalam mengarahkan hidupnya ke
arah maju dan berkembang (al- Baqarah: 164, al-Hadid:17, dan al-Baqarah:
242), memiliki kesadar- an diri (al-Syuru) (al-Baqarah: 9 dan 12), memiliki
kebebasan untuk menentukan pilihan (Fushshilat: 40, al-Kahfi: 29, dan al-
Baqarah: 256) serta tanggung jawab (al-Muddatsir: 38, al-Isra: 36, al-
Takatsur: 8, al-Hadid: 17, dan al-Baqarah: 242), memiliki kesadaran diri (as-
syuru) (al-Baqarah: 9 dan 12), memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan
(Fushilat: 40, al-Kahfi: 29, dan al-Baqarah: 256), serta tanggung jawab (al-
Muddatsir: 38, al-Isra: 36, al- Takatsur: 8).

Sekalipun demikian, manusia juga memiliki kondisi kecemasan dalam


hidupnya sebagai ujian dari Allah yang disebut al-khauf (al-Baqarah: 155),
memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan fitrahnya kepada pribadi

4
takwa. (al-Ruum: 30, al-Araf: 172-174, al-Anam:74-79, Ali Imran: 185, al-
Nahl: 61. dan al-Nisa: 78).

3. Sebagai Makhluk Sosial

Menurut konsep psikologi, seperti yang diungkapkan dalam Terapi


Adler, Terapi Behavioral dan Terapi Transaksional, manusia sebagai
memiliki sifat dan ciri-ciri pokok sebagai berikut: (1) manusia merupakan
agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan, tetapi juga sekaligus
sebagai produser terhadap lingkungannya; (2) perilaku sangat dipengaruhi
oleh kehidupan masa kanak-kanak, yaitu pengaruh orang tua (orang lain yang
signifikan); (3) keputusan awal dapat dirubah atau ditinjau kembali; (4) selalu
terlibat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cinta kasih dan
kekeluargaan.

Sebagai makhluk sosial, al-Quran menerangkan bahwa sekalipun


manusia memiliki potensi fitrah yang selalu menuntut kepada aktualisasi
iman dan takwa, namun manusia tidak terbebas dari pengaruh lingkungan
atau merupakan agen positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan
terutama pada usia anak-anak. Oleh karena kehidupan masa anak-anak ini
sangat mudah dipengaruhi, maka tanggung jawab orang tua sangat ditekankan
untuk membentuk kepribadian anak secara baik (al-Tahrim: 6). Namun
demikian, setelah manusia dewasa (mukalla), yakni ketika akal dan kalbu
sudah mampu berfungsi secara penuh, maka manusia mampu mengubah
berbagai pengaruh masa anak yang menjadi kepribadiannya (keputusan awal)
yang dipandang tidak lagi cocok (al-Radu: 85 dan al-Hasyr:18), bahkan
manusia mampu memengaruhi lingkungannya (produser bagi
lingkungannya) (al- Ankabut: 7, al-Araf: 179, Ali-Imran: 104, al-Ashr:3, dan
al-Taubah: 122). Sebagai makhluk sosial ini pula manusia merupakan bagian
dari masyarakat yang selalu membutuhkan keterlibatan menjalin hubungan
dengan sesamanya, hal ini disebut dengan silaturrahim

Keterangan di atas menunjukkan bahwa manusia ada merupakan bagian


dari masyarakat dan dunia sosial, sehinges seseorang tidak berarti tanpa
adanya orang lain. Manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan agen

5
positif yang tergantung pada pengaruh lingkungan, tetapi juga sekaligus
sebagai produser terhadap lingkungannya, perilaku sangat dipengaruhi oleh
kehidupan masa kanak-kanak, yaitu pengaruh orang tua (orang lain yang
signifikan), keputusan dapat ditinjau kembali apabila keputusan yang telah
diambil terdahulu tidak lagi cocok, ia selalu menjalin hubungan dengan orang
lain dengan cinta kasih dan kekeluargaan, membuat dan menyumbang,
menerima diri sendiri dengan apa adanya, dan memiliki komponen superego,
yaitu kode moral dan nilai ideal yang mampu membedakan baik dan buruk,
benar dan salah. Sebagai Makhluk Religius

4. Sebagai Makhluk Religius

Manusia lahir sudah membawa fitrah, yaitu potensi nilai-nilai keimanan


dan nilai-nilai kebenaran hakiki. Fitrah ini berkedudukan di kalbu, sehingga
dengan fitrah ini manusia secara rohani akan selalu menuntut aktualisasi diri
kepada iman dan takwa di manapun manusia berada.

Namun tidak ada yang bisa teraktualisasikan dengan baik dan ada pula
yang tidak, dalam hal ini faktor lingkungan pada usia anak sangat
menentukan. Manusia sebagai makhluk religius berkedudukan sebagai
abdullah dan sebagai khalifatullah di muka bumi.

Abdullah merupakan pribadi yang mengabdi dan beribadah kepada


Allah sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Allah (al-Dzariyat, 56). Hal ini
disebut ibadah mahdhah. Khalifatullah merupakan tugas manusia untuk
mengolah dan memakmurkan alam ini sesuai dengan kemampuannya untuk
kesejahteraan umat manusia, serta menjadi rahmat bagi orang lain atau yang
disebut rahmatan lilalamin (al-Baqarah: 30).

B. Potensi Manusia

Al-Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai


khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk semi samawi dan semi duniawi,
yang di dalam dirinya ditanamkan sifat-sifat: mengakui Tuhan, bebas, terpercaya,
rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta; serta karunia
keunggulan atas alam semesta, lagit dan bumi. Manusia dipusakai dengan

6
kecenderungan jiwa ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan mereka
dimulai dari kelemahan dan ketidak mampuan yang kemudian bergerak ke arah
kekuatan. Tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan psikis mereka, kecuali
jika mereka dekat dengan Tuhan dan selalu mengingat- Nya (Nawawi, 2000).

Manusia di hadapan Allah bukanlah seperti makhluk-Nya yang lain, akan


tetapi seorang makhluk yang memiliki kelebihan luar biasa. Hal itu terbukti dengan
jatuhnya pilihan-Nya kepadanya sebagai khalifah, yakni sebagai pengganti-Nya
dalam hal memanage alam dan ekosistem ilahiah yang rahmatan lil-alamin,
menaburkan potensi keselarasan, kemanfaatan, musyawarah dan kasih sayang ke
seluruh penjuru alam, baik alam di bumi maupun di langit, di dunia maupun di
akhirat, di alam lahir (musyahadah) maupun alam batin (ghaib), seperti alam
malakut (alam para malaikat dan ruh yang suci), alam jabarut (alam sentral
kekuasaan Allah), dan alam lahut (alam berorientasinya eksistensi ketuhanan-Nya).

Al-Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk yang lebih unggul


daripada langit, bumi dan para malaikat dan sekaligus menyatakan bahwa manusia
bahkan lebih rendah daripada setan dan binatang buas. Al-Quran berpendapat
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki cukup kekuatan untuk
mengendalikan dunia dan memperoleh jasa para malaikat, namun manusia juga
sering kali terpuruk. Manusialah yang mengambil keputusan tentang dirinya sendiri
dan yang menentukan nasibnya.

Selain itu, al-Quran juga menyebutkan sifat-sifat kelemahan dari manusia.


Manusia banyak dicela, manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Al-Qur'an
mencela manusia disebabkan ke lalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan
manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam
memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Manusia
dicela karena kebanyakan dari mereka tidak mau melihat ke belakang (al'aqiba),
tidak mau memahami atau tidak mencoba untuk memahami tujuan hidup jangka
panjang sebagai makhluk yang diberi dan bersedia menerima amanah. Manusia
tidak mampu memikul amanah yang diberikan Allah kepadanya. maka manusia
bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan dan binatang buas sekalipun
derajat manusia direndahkan

7
Selain itu al-Quran juga mengingat manusia yang tidak menggunakan potensi
hati, poternsi mata, potensi telinga, untuk melihat dan mengamati tanda-tanda
kekuasaan Allah.

C. Sisi Positif Manusia

1. Manusia adalah wakil (khalifah) Allah swt di muka bumi

Ketika Allah swt hendak menciptakan manusia, Allah swt memberitahu para
malaikat-Nya perihal maksud-Nya:

Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi orang yang


akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? Tuhan berfirman:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. al-
Baqarah, 2: 30).

2. Di antara seluruh ciptaan, manusia memiliki kemampuan yang paling tinggi


untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku benda itu jika kamu memang benar!" Mereka menjawab: "Mahasuci
Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahulah mereka nama benda-benda ini." Maka
nama benda- setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah
berfirman:

8
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhny kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar

3. Fitrah manusia itu sedemikian rupa sehingga manusia tahu bahwa hanya ada
satu Allah swt Kalau manusia tidak percaya dan ragu, maka hal itu abnor- mal
dan merupakan penyimpangan dari fitrahnya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak


Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) ada- lah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. al-A'râf, 7:172)

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah


atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu (OS. al-Rûm,
30: 30).

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;


(tetaplak atas)fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tide ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. al-Rûm, 30:
30).

4. Selain unsur-unsur material yang ada dalam materi non organis, tumbuhan
dan binatang, dalam fitrah manusia ada satu unsur ilahiah dan malaikat juga

Manusia adalah perpaduan antara yang natural dan yang ekstra-natural, yang
material dan yang non-material, yang jasad dan yang rohani:

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah Kemudian Dia menjadikan keturunannya

9
dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh)-nya roh (ciptaan)-Nya (QS. al-Sajdah: 7-9).

Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan


yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia
menjadikan - turunannya dari saripati air yang hina. Kemudian dia
menyempurna dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia
menjadikan buse kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekil bersyukur (QS. as-Sajdah: 7-9).

5. Penciptaan manusia dilakukan dengan perhitungan yaig matang, bukan


kebetulan dan manusia adalah makhluh pilihan

Kemudian Tuhannya memilihnya, maka dia menerima taubatnya dan


memberinya petunjuk (QS. Thaha, 20: 122)

Kepribadian manusia itu independen dan merdeka. Manusia adalah khalifah


(wakil) yang diangkat Allah swt dan memiliki misi serta tanggung jawab. Manusia
dituntut untuk memperbaiki bumi dengan upaya dan prakarsanya, dan dituntut
untuk memilih kesejahteraan atau kesengsaraan. Allah berfirman:

Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi


dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat
itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh (QS. al- Ahzab, 33:72).

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang


bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat.
Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir (QS. al-Insan, 76:2-3).

6. Manusia memiliki martabat dan kemuliaan, Allah swt telah menjadikan


manusia unggul atas banyak makhluk-Nya

10
Manusia baru dapat merasakan bagaimana sesungguhnya dirinya itu kalau
mewujudkan martabat dan kemuliaannya serta memandang dirinya tak pantas
diperbudak dan tak layak berbuat buruk:

Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut


mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rejeki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan (QS. al-Isra',
17:70)

7. Manusia mendapat anugerah berupa cita rasa wawasan moral Manusia tahu
mana yang baik dan mana yang buruk dengan menggunakan ilham alamiah:

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah


mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya
(QS. al-Syams, 91: 7- 8).

8. Manusia tidak akan pernah cukup, tenang atau puas dengan apa pun, kecuali
kalau dia mengingat Allah swt.

Hasrat manusia tak ada ujungnya. Manusia cepatjenuh dengan apa pun yang
didapatnya. Hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah swt sajalah manusia baru
dapat menenteramkan atau memuaskan dirinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjad tenteram (QS. al-Ra'd, 13: 28).

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-


sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya. (QS.
al-Insyiqãq, 84:6).

9. Segala yang baik di bumi ini telah diciptakan untuk manusia Al-Quran
berfirman:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dia berkehendak


(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan dia Maha
mengetahui segala sesuatu (QS. al-Baqarah, 2: 29).

11
Dan dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berpikir (QS. al-Jâtsiyah, 45: 13).

Karena itu manusia mempunyai hak untuk memanfaatkannya secara halal.

10. Manusia telah diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya saja dan untuk
menerima perintah dari-Nya.

Karena itu manusia berkewajiban menaati perintah Allah Swt:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku (QS. al-Dzâriyât, 51: 56).

11. Manusia tak mungkin ingat siapa dirinya, kecuali kalau dia beribadah dan
ingat kepada Tuhannya

Jika manusia lupa Tuhannya, berarti dia lupa dirinya, dan berarti dia tak tahu
siapa dirinya, untuk apa dirinya diciptakan, apa kewajibannya dan hendak ke mana
dia. Allah berfirman:

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Al- lah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah
orang- orang yang fasik (QS. al-Hasyr, 59: 19)

12. Ketika manusia meninggal dunia, dan saat itu tirai jasmani yang menutupi ruh
atau jiwanya tersingkapkan, maka dia akan melihat dengan jelas banyak
realitas yang sekarang ini gaib Allah berfirman:

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka
kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatan- mu pada hari itu amat tajam (QS. Qaf, 55: 22).

13. Memenuhi kebutuhan hidup akan materi bukanlah satu- satunya motivasi
manusia

12
Manusia sering melakukan sesuatu untuk tujuan-tujuan ja yang lebih tinggi.
Mungkin saja semua upayanya hanyalah untuk mendapatkan ridla penciptanya.
Allah berfirman:

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya (QS. al-Fajr, 89: 27-28).

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan


perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-
sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang
bagus di surga 'Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar (QS. al-Taubah, 9:72)

Karena itu, dari sudut pandang al-Qur an, manusia adalah makhluk yang
dipilih Allah swt untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Manusia adalah
makhluk setengah malaikat dan setengah materi. Secara naluriah manusia sadar
akan Allah swt. Manusia merdeka, memegang amanat Allah swt, bertanggung
jawab atas dirinya sendiri danatas dunia. Manusia mengendalikan alam, bumi dan
langit. Manusia bisa bersemangat karena kebaikan atau karena kejahatan.
Keberadaan manusia diawali dengan ke- emahan, kemudian berangsur-angsur dia
jadi kuat dan sempuma. ang dapat menenteramkan atau memuaskan dirinya
hanyalah ingat kepada Allah swt. Kapasitas intelektual dan praktisnya tak ada
batasnya. Martabat dan kemuliaan sudah menjadi sifat manu- sia. Seringkali tak ada
aspek material dalam motivasi manusia. Manusia telah diberi hak untuk
memanfaatkan secara halal anugerah alam ini, Namun manusia harus
mempertanggung- jawabkannya kepada Tuhannya.

13
D. Sisi Negatif Manusia

Pada saat yang sama al-Quran sangat mencela dan mengecam manusia. Allah
berfirman:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam
keadaar berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya
itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia
tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang lelah
menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang
baik apa yang selalu mereka kerjakan (QS. Yunus, 10: 12).

Dan adalah manusia itu sangat kikir (QS. al-Isra', 17: 100).

Dan Sesungguhnya kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam


al- Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah
makhluk yang paling banyak membantah (QS. al-Kahfi, 18:54).

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.


Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir (QS. al-Ma'arij, 70: 19-21).

E. Kebutuhan manusia dalam psikoterapi Islam

Agama adalah sangat berkaitan dan dibutuhkan karena hal itu merupakan
usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah
maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan dimasa
mendatang secara proses dan bertahap. Bantuan tersebut berupa pertolongan
dibidang mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasinyadengan kemampuan yang ada pada dirinya, maupun kekuatan iman
dan takwa kepada Tuhan.

Psikoterapi sangat dibutuhkan dalam Islam. Karena untuk mengungkapkan


kemampuan dasar mental-spiritualdan agama dalam pribadi anak. Kemampuan
perbuatan mungkarmental-spiritual tersebut sebagai benteng pribadi anak.
Berusaha menanamkan sikap dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah
yaitu dengan Tuhanmu, masyarakatnya dengan

14
Psikoterapi dalam Islam dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi,
baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi, yaitu:

1. Membaca Al’quran : sebab didalamnya memuat resep-resp mujarab yang


dapat menyembuhkan dapat menyembuhkan
penyakit jiwa manusia.
2. Shalat Tahajjut : a. Mendapat kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT.
b. ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan
Allah SWT
c. Kepribadian yang selalu dekat dengan Allah, terhapus
doa dan terhindar dari perbuatan munkar.
3. Bergaul dengan orang shalih : a. membersihkan diri dari segala sifat dan
akhlak tercela.
b. mengisi diri dari sifat dan akhlak terpuji.
4. Melakukan puasa : menahan diri dari segala perbuatan yang dapat,
merusak citra fisik manusia. Karena dapat
membunuh efek emosi yang positif
5. Zikir : mengembalikan kesadaran orang yang hilang, sebab
aktifitas zikir mendorong seseorang untuk
mengingat dan menyebut kembali hal-hal yang
tersembunyi dalam hatinya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut kandungan ayat-ayat al-Quran manusia itu pada hakikatnya adalah
makhluk yang utuh dan sempurna, yaitu sebagai makhuk biologis, pribadi, sosial,
dan makhluk religius.

1. Sebagai Makhluk Biologis


Menurut konsep psikologi, manusia sebagai makhluk biologis memiliki
potensi dasar yang menentukan kepribadian manusia berupa insting. Manusia
hidup pada dasarnya memenuhi tuntutan dan kebutuhan insting.
2. Sebagai Pribadi Makhluk
Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciri-ciri kepribadian pokok
sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk berpikir rasional dan mampu
menjadi hidup sehat, kreatif, produktif dan efektif, tetapi juga ada
kecendrungan dorongan berpikir tidak rasional; (2) memiliki kesadaran diri;
(3) memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dan bertanggung jawab;
3. Sebagai Makhluk Sosial
Manusia memiliki potensi fitrah yang selalu menuntut kepada
aktualisasi iman dan takwa, namun manusia tidak terbebas dari pengaruh
lingkungan atau merupakan agen positif yang tergantung pada pengaruh
lingkungan terutama pada usia anak-anak. Oleh karena kehidupan masa anak-
anak ini sangat mudah dipengaruhi, maka tanggung jawab orang tua sangat
ditekankan untuk membentuk kepribadian anak secara baik (al-Tahrim: 6).

B. Saran
Setelah membaca uraian di atas, psikoterapi islam bertujuan dan fungsi dari
konseling agama, yaitu untuk mengungkapkan kemampuan dasar seseoang baik
mental, spiritual, dan agama dalam pribadi seseorang. Kemampuan menta, spiritual
tersebut sebagai banteng pribadi seseorang,yang berawal dari menanamkan sikap
dan orientasi kepada hubungan dalam empat arah yaitu dengan allah SWT,
masyarakat, alam sekitar, dan dirinya sendiri. Berusaha mencerahkan kehidupan

16
batin. karena orang lain di sekitar kita bias memberikan pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. Untuk itu, diharapkan kepada pembaca bias menyaring mana
pengaruh yang baik dan mana pengaruh yang buruk.

17
LAMPIRAN

18
19

Anda mungkin juga menyukai