Disusun oleh:
I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas
yang berbeda.
Tabel 1.3 Bobot Segar, Bobot Kering, Panjang Akar, Luas Daun dan Rasio
Akar Batang Padi (Oryza Sativa)
Berat Berat Panjang Rasio Akar
Perlakuan Luas Daun
Segar Kering Akar Batang
0 ppm 0,08 0,05 4,09 19,07 0,21
8000 ppm 1,67 2,00 2,50 3,17 3,33 4,00 4,17 4,50
Tabel 1.6 Bobot Segar, Bobot Kering, Panjang Akar, Luas Daun dan Rasio
Akar Batang Kedelai (Glycine max)
Berat Berat Panjang Rasio akar
Perlakuan Luas Daun
Segar Kering Akar batang
0 ppm 2,06 0,85 11,04 102,46 0,26
4000 ppm 1,51 0,65 8,91 67,29 0,21
8000 ppm 1,33 0,54 7,70 127,26 0,20
Tabel 1.9 Bobot Segar, Bobot Kering, Panjang Akar, Luas Daun dan Rasio
Akar Batang Timun (Cucumis sativus)
Berat Berat Panjang Rasio akar
Perlakuan Luas Daun
Segar Kering Akar batang
0 ppm 6,32 1,11 13,07 188,25 0,91
4000 ppm 3,47 0,60 8,32 84,12 0,52
8000 ppm 2,80 0,27 7,49 60,05 0,56
B. Pembahasan
Praktikum acara 1 tentang salinitas sebagai faktor pembatas bertujuan
untuk mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tumbuhan, serta
mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman pada tingkat salinitas yang
berbeda.
Keberadaan larutan garam tersebut sangatlah mempengaruhi tanaman
karena tanaman merupakan organisme yang bersifat holofitik, artinya tanaman
memanfaatkan cairan untuk melarutkan unsur hara agar tanaman dapat tumbuh.
Tanaman akan kesulitan dalam menyerap larutan makanan apabila viskositas
larutan yang diserap sama atau lebih besar daripada cairan di dalam tubuh
tumbuhan tersebut. Semakin banyak unsur atau senyawa yang terlarut dalam
larutan tersebut, viskositas larutan akan semakin besar. Semakin tingginya kadar
garam yang terkandung di dalam larutan, maka tekanan osmotik larutan di dalam
tanah akan meningkat, sehingga ketersediaan air bagi tanaman juga akan
berkurang. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya perkecambahan benih,
kualitas hasil, produksi, dan merusak jaringan tanaman. Pengaruh lain yang
timbul adalah menyebabkan penurunan potensial air serta berpengaruh terhadap
metabolisme tanaman terutama dalam proses fisiologi dan morfologi dalam
hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Pada umumnya,
unsur yang terlarut dalam larutan garam adalah garam Natrium (NaCl).
Kadar garam yang terkandung dalam tanah berbeda-beda. Tanaman
mempunyai batas minimum dan maksimum dalam menyikapi kandungan garam
dalam tanah. Berdasarkan ketahanan tanaman terhadap salinitas, tanaman dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok glikofit, halofit, dan euhalofit. Tanaman
yang rentan terhadap salinitas tinggi disebut tanaman glikofit. Tanaman yang
toleran terhadap salinitas disebut tanaman halofit. Sementara itu, Tanaman yang
tahan/kuat terhadap kadar garam yang tinggi disebut tanaman euhalofit.
Pada praktikum ini diamati pengaruh salinitas terhadap tanaman padi,
kacang tanah, dan timun. Namun pada pembahasan ini hanya akan diuraikan
pengaruh salinitas terhadap tanaman padi (Oryza sativa) dengan perlakuan tingkat
salinitas air sebesar 0 ppm, 4000 ppm, dan 8000 ppm.
Grafik 1.1. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap tinggi tanaman Oryza
sativa
Berdasarkan Grafik 1.1, pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
padi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Jika diurutkan dari tanaman
yang paling tinggi, didapat perlakuan 0 ppm > 40000 ppm > 8000 ppm. Pada
perlakuan 0 ppm tinggi tanaman padi diakhir pengamatan adalah 21,27 cm,
perlakuan 4000 ppm tinggi tanaman 20,72 cm dan pada perlakuan 8000 ppm
tinggi tanaman adalah 19,97 cm. Namun pertumbuhan tanaman padi terlihat
paling stabil pada perlakuan 0 ppm yaitu tinggi tanaman cenderung bertambah
dalam setiap harinya, sebab pada dasarnya tanaman memiliki batas toleransi
tertentu terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Grafik 1.2. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap jumlah daun tanaman
Oryza sativa
Grafik 1.2. menujukkan bahwa daun tanaman padi berkembang cukup
baik pada tiap-tiap tingkat salinitas. Pada hari-hari pengamatan 1-2 salinitas
belum terlalu mempengaruhi pertumbuhan daun, namun mulai hari ke-3 dan
seterusnya, mulai terlihat bahwa terjadi penekanan pertumbuhan daun tanaman
padi. Hal ini dikarenakan pada pengamatan awal, air salin belum tersebar merata
pada tanah di polibag dan masih terdapat air-air yang non salin. Sementara itu
pada hari-hari akhir, setelah penyiraman dengan air salin terus dilakukan sehingga
air tanah dalam polibag benar-benar homogen dengan air yang salin, dan pada saat
inilah ion-ion garam mulai mengganggu pertumbuhan tanaman. Dalam grafik
tersebut, terdapat penurunan jumlah daun tanaman padi pada perlakuan 8000 ppm.
Hal ini terjadi karena daun tanaman terserang hama yaitu ulat daun, juga karena
terdapat daun yang rusak atau patah. Dari grafik tersebut, dapat diketahui pula
bahwa jumlah daun tanaman padi dari berbagai perlakuan salinitas baik 0 ppm,
4000 ppm maupun 8000 ppm tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman padi toleran terhadap kadar garam tinggi (halofit).
Histogram 1.1. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap bobot segar dan
bobot kering tanaman Oryza sativa
Padi merupakan tanaman halofit yang toleran terhadap kadar garam tinggi
(salinitas). Pada kadar yang tidak terlalu tinggi, padi justru dapat tumbuh dengan
baik. Seperti histogram di atas bahwa bobot segar tanaman padi pada perlakuan
4000 ppm lebih tinggi dari perlakuan 0 ppm. Garam dapat membantu proses
pertumbuhan tanaman, ion garam (Na) berguna untuk proses transfer dalam
tanaman. Akan tetapi, kadar garam dengan jumlah yang berlebih akan
mengganggu proses pengambilan air dan garam mineral di dalam tanah. Hal ini
dapat dilihat pada histogram bahwa bobot padi pada perlakuan 8000 ppm adalah
yang paling kecil.
Histogram 1.2. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap panjang akar
tanaman Oryza sativa
Dari histogram panjang akar di atas, dapat diketahui bahwa perlakuan
salinitas tidak mempengaruhi panjang akar tanaman padi secara signifikan.
Panjang akar tanaman padi pada perlakuan 4000 ppm lebih tinggi dari perlakuan 0
ppm, sedangkan panjang akar pada perlakuan 8000 ppm adalah yang paling
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi termasuk tanaman halofit yang
toleran terhadap salinitas. Tanah dengan salinitasnya yang terlalu tinggi
menyebabkan tekanan osmosis pada akar terganggu sehingga pertumbuhan akar
terhambat. Tekanan osmosis yang terganggu akan menghambat pertukaran ion
yang diperlukan tanaman untuk berkembang dan tumbuh. Pertukaran ion sangat
diperlukan bagi tanaman dalam proses metabolisme. Akar yang tidak berkembang
baik membuat tanaman tidak dapat menyerap unsur hara secara maksimal
sehingga menghambat pertumbuhan organ dan metabolisme tanaman.
Histogram 1.3. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap luas daun
tanaman Oryza sativa
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat salinitas yang tinggi berdampak negatif baik pada kondisi morfologis
maupun fisiologis tanaman. Dengan adanya ion natrium yang masuk pada
organ tumbuhan akan menambah tekanan osmosis dalam tubuh tanaman dan
terjadi penghancuran fungsi sel-sel tumbuhan dan berakibat pada
pertumbuhan akar dan laju petumbuhan tanamatak optimal.
2. Dalam menanggapi keadaan salinitas yang berbeda, maka tanaman akan
beradaptasi pada lingkungan yang salin tersebut. Tanggapan tanaman
terhadap salinitas terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok euhalofit
(sangat tahan terhadap salinitas), halofit (toleran terhadap salinitas), dan
glikofit (rentan terhadap salinitas). Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
bahwa tanaman padi (Oryza sativa) adalah tanaman halofit. Tanaman kedelai
(Glycine mas) termasuk tanaman euhalofit yang sangat tahan terhadap
salinitas. Tanaman mentimun (Cucumis sativus) termasuk tanaman glikofit
yang rentan terhadap salinitas.
DAFTAR PUSTAKA
Keshtehgar, A., K. Rigi, and M.R. Vazirimehr. 2013. Effects of salt stress in crop
plants. International Journal of Agriculture and Crop Sciences 23 : 2863-
2867.
Raimond, F. Dasman., J.P. Milton., H. Peter., dan Freeman. 1997. Prinsip Ekologi
Untuk Pembangunan Ekonomi. Gramedia. Jakarta.