Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI


ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

Disusun oleh:

Nama : Annisa Rif’atul Himmah


NIM : 17/412799/PN/15121
Gol/Kel : B4/4
Asisten : 1. Windi Tita Aryani
2. Putri Aditya Padma Pertiwi
3. Karina Nur Hidayah

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN


SUB LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
ACARA 1
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas
yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme dalam lingkungan
hidupnya atau hubungan timbal balik antar organisme dengan lingkungannya,
baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Antara tanah semi kering dan
daerah rerumputan sublembab terdapat variasi yang agak besar. Mereka
cenderung tidak begitu banyak tercuci dan mengandung unsur hara yang tinggi.
Akan tetapi, di daerah yang semi kering banyak unsur hara yang terikat dalam
kombinasi kimia yang tidak dapat dipakai tumbuhan dan ketidakseimbangan
mineral. Daerah yang paling kuat evaporasinya mengandung konsentrasi garam
yang tinggi pada permukaan tanah dan menciptakan keadaan baik. Tumbuhan
dengan toleransi tinggi terhadap salinitas atau alkalinitas di beberapa tempat
terdapat defisiensi unsur mikro, terutama di daerah luas Australia yang
menemukan bahwa penyebaran garam-garam kobalt dapat meningkatkan
produktifitas daerah itu. Pengaruh materi induk tanah terutama terlihat di bagian
ekstrim kering dan berkurang di daerah yang keadaannya sub lembab (Raimond et
al., 1997).
Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang memungkinkan akan
menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan pada
fungsi normalnya. Salah satu cekaman lingkungan yang terjadi pada tumbuhan
adalah cekaman salinitas (Ramayani et al., 2012).
Salinitas ekologi merupakan faktor lingkungan yang penting di darat.
Semua keadaan atau sifat fisik untuk kehadiran atau hidup tidak saja merupakan
faktor-faktor pembatas dalam arti kata yang merusak tetapi juga faktor-faktor
yang mengatur dalam arti yang menguntungkan bahwa organisme-organisme yang
telah menyesuaikan diri menanggapi faktor-faktor tersebut dalam cara sedemikian
sehingga komunitas dari organisme itu mencapai homeostatis semaksimum
mungkin di bawah keadaan atau syarat itu. Garam-garam yang larut yang sangat
diperlukan untuk kehidupan dapat disebut sebagai garam-garam biogenik. Garam
Nitrogen dan Fosfor adalah sangat penting dan pakar-pakar ekologi memikirkan
hal demikian pertama-tama sebagai masalah rutin (Odum, 1994).
Menurut Keshtehgar (2013), salinitas tanah merupakan kendala utama untuk
produksi pangan karena membatasi hasil panen dan membatasi penggunaan lahan
yang sebelumnya digarap. Kebanyakan tanaman memiliki sifat yang sensitif
terhadap garam atau hipersensitif (glikofit) berbeda dengan halofit, yang
merupakan flora asli dari lingkungan salin. Beberapa halofit memiliki kapasitas
untuk menampung salinitas ekstrim karena anatomi yang sangat khusus dan
adaptasi morfologi atau mekanisme penghindaran. Protein yang menumpuk pada
tanaman di bawah kondisi garam dapat memberikan suatu bentuk penyimpanan
nitrogen yang kembali digunakan dan mungkin dapat memainkan peran dalam
penyesuaian osmotik.
Keadaan salinitas pada lahan pertanian dapat diatasi dengan cara
manajemen peraiaran (leaching, irigasi dengan air berkualitas baik), manajemen
pengolahan lahan, perbaikan secara kimiawi dan biologis serta peningkatan
kesadaran pada petani yang bersangkutan (Munns and James, 2013). Selain itu,
terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola lahan yang salin,
yaitu (1) Pencucian tanah dengan air yang bebas garam, (2) Penambahan bahan
amelioran anorganik maupun organik, (3) Pengendalian proses
penguapan/evapotranspirasi, (4) Penggunaan tanaman yang toleran terhadap
garam. Cara yang paling efektif dan efisien adalah penggunaan tanaman toleran,
akan tetapi jika kandungan garam tinggi maka harus dikombinasi dengan cara
yang lainnya. Pemanfaatan lahan salin dengan tanaman yang sesuai diperlukan
informasi toleransi tanaman terhadap tingkat salinitas (Taufiq, 2014).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara 1 dengan judul “Salinitas Sebagai


Faktor Pembatas Abiotik” dilaksanakan pada hari Kamis, 05 April 2018 di
Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Sub Laboratorium Ekologi
Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada,Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan antara lain tiga macam
benih tanaman yaitu padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max), dan mentimun
(Cucumis sativus). Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini
diantaranya adalah timbangan analitik untuk menimbang bobot basah dan bobot
kering tanaman, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, dan
penggaris untuk mengukur tinggi tanaman dan panjang akar. Selain itu diperlukan
polybag untuk tempat tanam, NaCl teknis, pupuk kandang, dan label untuk
memberi tanda pada polybag yang berisi benih beserta perlakuannya.
Ada pun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut: pertama
polybag disiapkan sebanyak sembilan buah yang masing-masing diisi dengan
tanah kurang lebih tiga perempat ukuran polibag. Masing-masing jenis tanaman
ditanam pada tiga polybag dan masing-masing polybag ditanam lima benih dari
satu jenis tanaman. Setiap hari selama satu minggu polybag disiram dengan air
biasa. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan menjadi dua tanaman per polybag.
Kemudian bibit disiram dua hari sekali dengan larutan NaCl sesuai dengan
perlakuan sampai tujuh kali pemberian (dua minggu). Selang hari diantaranya
tetap dilakukan penyiraman dengan air biasa dengan volume yang sama. Tiga
polybag dari satu jenis tanaman diberi perlakuan yang berbeda, yaitu polybag 1
disiram dengan larutan NaCl 0 ppm (air biasa), polybag 2 disiram dengan larutan
NaCl 4000 ppm, dan polybag 3 disiram dengan larutan NaCl 8000 ppm. Volume
larutan yang disiramkan pada masing-masing polybag harus sama, dan tiap-tiap
polybag harus diberi label sesuai dengan perlakuannya. Tanaman dipanen setelah
berumur 21 hari.
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman siap
dipanen. Pada pengamatan tersebut diukur tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun
setiap dua hari sekali. Setelah tanaman dipanen, tanaman ditimbang untuk
diketahui berat segarnya (gr), panjang akar utama tanaman diukur (cm), dan
dilakukan pengamatan abnormalitas tanaman (klorosis pada daun, dsb). Setelah
itu tanaman dioven untuk diketahui berat kering tanaman tersebut. Setelah semua
data diperoleh, dari seluruh data yang ada dicari rata-ratanya, dan selanjutnya
digambar grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari
pengamatan untuk masing-masing tanaman, grafik panjang akar pada masing-
masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman,
grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan
untuk masing-masing tanaman, histogram berat segar dan berat kering masing-
masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam, dan histogram panjang akar
masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.
Selanjutnya dibuat grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi
garam tiap komoditas versus hari pengamatan, grafik jumlah daun pada masing-
masing konsentrasi garam tiap komoditas versus hari pengamatan, histogram
panjang akar pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas, dan
histogram bobot segar dan bobot kering pada masing-masing konsentrasi garam
tiap komoditas, serta histogram luas daun pada masing-masing konsentrasi garam
tiap komoditas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM
A. Hasil
Setelah dilakukan pengamatan selama 8 kali, didapatkan hasil berupa
tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, bobot segar, panjang akar, dan luas
daun sebagai berikut:
a. Tanaman Padi (Oryza sativa)
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman Padi (Oryza sativa)

Tinggi tanaman padi (cm) pada hari ke-


Perlakuan
8 10 12 14 16 18 20 22
0 ppm 10,53 16,72 18,85 19,15 19,69 19,9 20,82 21,27
4000 ppm 9,63 17,21 18,68 18,42 19,27 19,57 20,10 20,72
8000 ppm 10,34 16,12 17,51 17,31 18,33 19,01 19,72 19,97

Tabel 1.2 Jumlah Daun Padi (Oryza sativa)


Jumlah daun padi pada hari ke-
Perlakuan
8 10 12 14 16 18 20 22
0 ppm 1,5 1,5 2,33 2,67 3,00 3,17 3,17 3,17
4000 ppm 1,5 1,5 2,17 2,67 3,00 3,00 3,17 3,50
8000 ppm 1,83 1,67 1,83 2,33 3,00 3,00 3,00 3,00

Tabel 1.3 Bobot Segar, Bobot Kering, Panjang Akar, Luas Daun dan Rasio
Akar Batang Padi (Oryza Sativa)
Berat Berat Panjang Rasio Akar
Perlakuan Luas Daun
Segar Kering Akar Batang
0 ppm 0,08 0,05 4,09 19,07 0,21

4000 ppm 0,09 0,05 4,65 11,61 0,24


8000 ppm 0,04 0,04 3,23 17,90 0,17

b. Tanaman Kedelai (Glycine max)


Tabel 1.4 Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)
Tinggi Kedelai pada hari ke-
Perlakuan
8 10 12 14 16 18 20 22
0 ppm 14,33 18,75 22,93 29,73 35,27 40,02 44,62 53,15
4000 ppm 13,09 19,14 22,24 28,32 31,17 36,82 41,43 48,12
8000 ppm 14,18 19,03 22,24 27,31 30,68 33,30 40,31 46,51

Tabel 1.5 Jumlah Daun Kedelai (Glycine max)


Jumlah Daun Kedelai pada hari ke-
Perlakuan
8 10 12 14 16 18 20 22
0 ppm 1,67 2,00 2,83 3,17 3,50 4,17 4,67 5,50
4000 ppm 1,67 2,00 2,67 3,17 3,67 3,83 4,50 4,83

8000 ppm 1,67 2,00 2,50 3,17 3,33 4,00 4,17 4,50

Tabel 1.6 Bobot Segar, Bobot Kering, Panjang Akar, Luas Daun dan Rasio
Akar Batang Kedelai (Glycine max)
Berat Berat Panjang Rasio akar
Perlakuan Luas Daun
Segar Kering Akar batang
0 ppm 2,06 0,85 11,04 102,46 0,26
4000 ppm 1,51 0,65 8,91 67,29 0,21
8000 ppm 1,33 0,54 7,70 127,26 0,20

c. Tanaman Timun (Cucumis sativus)


Tabel 1.7 Tinggi Tanaman Timun (Cucumis sativus)
Tinggi Timun pada hari ke-
Perlakuan
8 10 12 14 16 18 20 22
0 ppm 8,18 9,65 10,55 11,89 13,05 15,60 17,90 20,37
4000 ppm 8,60 9,65 10,38 11,31 12,92 15,68 17,39 16,74
8000 ppm 8,48 8,97 9,63 11,53 12,38 13,12 13,78 14,82

Tabel 1.8 Jumlah Daun Timun (Cucumis sativus)


Jumlah Daun Timun pada hari ke-
Perlakuan
8 10 12 14 16 18 20 22
0 ppm 1,17 1,33 1,50 2,00 2,83 3,50 3,67 4,33
4000 ppm 1,17 0,83 1,33 1,67 2,00 2,83 3,00 3,33
8000 ppm 1,00 1,00 1,33 1,50 1,67 2,00 2,17 2,33

Tabel 1.9 Bobot Segar, Bobot Kering, Panjang Akar, Luas Daun dan Rasio
Akar Batang Timun (Cucumis sativus)
Berat Berat Panjang Rasio akar
Perlakuan Luas Daun
Segar Kering Akar batang
0 ppm 6,32 1,11 13,07 188,25 0,91
4000 ppm 3,47 0,60 8,32 84,12 0,52
8000 ppm 2,80 0,27 7,49 60,05 0,56

B. Pembahasan
Praktikum acara 1 tentang salinitas sebagai faktor pembatas bertujuan
untuk mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tumbuhan, serta
mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman pada tingkat salinitas yang
berbeda.
Keberadaan larutan garam tersebut sangatlah mempengaruhi tanaman
karena tanaman merupakan organisme yang bersifat holofitik, artinya tanaman
memanfaatkan cairan untuk melarutkan unsur hara agar tanaman dapat tumbuh.
Tanaman akan kesulitan dalam menyerap larutan makanan apabila viskositas
larutan yang diserap sama atau lebih besar daripada cairan di dalam tubuh
tumbuhan tersebut. Semakin banyak unsur atau senyawa yang terlarut dalam
larutan tersebut, viskositas larutan akan semakin besar. Semakin tingginya kadar
garam yang terkandung di dalam larutan, maka tekanan osmotik larutan di dalam
tanah akan meningkat, sehingga ketersediaan air bagi tanaman juga akan
berkurang. Hal tersebut menyebabkan terhambatnya perkecambahan benih,
kualitas hasil, produksi, dan merusak jaringan tanaman. Pengaruh lain yang
timbul adalah menyebabkan penurunan potensial air serta berpengaruh terhadap
metabolisme tanaman terutama dalam proses fisiologi dan morfologi dalam
hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Pada umumnya,
unsur yang terlarut dalam larutan garam adalah garam Natrium (NaCl).
Kadar garam yang terkandung dalam tanah berbeda-beda. Tanaman
mempunyai batas minimum dan maksimum dalam menyikapi kandungan garam
dalam tanah. Berdasarkan ketahanan tanaman terhadap salinitas, tanaman dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok glikofit, halofit, dan euhalofit. Tanaman
yang rentan terhadap salinitas tinggi disebut tanaman glikofit. Tanaman yang
toleran terhadap salinitas disebut tanaman halofit. Sementara itu, Tanaman yang
tahan/kuat terhadap kadar garam yang tinggi disebut tanaman euhalofit.
Pada praktikum ini diamati pengaruh salinitas terhadap tanaman padi,
kacang tanah, dan timun. Namun pada pembahasan ini hanya akan diuraikan
pengaruh salinitas terhadap tanaman padi (Oryza sativa) dengan perlakuan tingkat
salinitas air sebesar 0 ppm, 4000 ppm, dan 8000 ppm.

Grafik 1.1. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap tinggi tanaman Oryza
sativa
Berdasarkan Grafik 1.1, pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
padi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Jika diurutkan dari tanaman
yang paling tinggi, didapat perlakuan 0 ppm > 40000 ppm > 8000 ppm. Pada
perlakuan 0 ppm tinggi tanaman padi diakhir pengamatan adalah 21,27 cm,
perlakuan 4000 ppm tinggi tanaman 20,72 cm dan pada perlakuan 8000 ppm
tinggi tanaman adalah 19,97 cm. Namun pertumbuhan tanaman padi terlihat
paling stabil pada perlakuan 0 ppm yaitu tinggi tanaman cenderung bertambah
dalam setiap harinya, sebab pada dasarnya tanaman memiliki batas toleransi
tertentu terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Secara garis besar salinitas menghambat proses pertumbuhan tanaman


dengan cara menekan perbesaran dan pembelahan sel, namun sesuai dengan
pengamatan yang telah dilakukan cekaman salinitas tidak berpengaruh besar
terhadap tanaman padi, sebab padi adalah salah satu tanaman halofit (toleran
terhadap kadar garam tinggi), sehingga perlakuan tingkat salinitas yang berbeda
tidak memiliki pengaruh terlalu besar terhadap pertumbuhan padi.

Grafik 1.2. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap jumlah daun tanaman
Oryza sativa
Grafik 1.2. menujukkan bahwa daun tanaman padi berkembang cukup
baik pada tiap-tiap tingkat salinitas. Pada hari-hari pengamatan 1-2 salinitas
belum terlalu mempengaruhi pertumbuhan daun, namun mulai hari ke-3 dan
seterusnya, mulai terlihat bahwa terjadi penekanan pertumbuhan daun tanaman
padi. Hal ini dikarenakan pada pengamatan awal, air salin belum tersebar merata
pada tanah di polibag dan masih terdapat air-air yang non salin. Sementara itu
pada hari-hari akhir, setelah penyiraman dengan air salin terus dilakukan sehingga
air tanah dalam polibag benar-benar homogen dengan air yang salin, dan pada saat
inilah ion-ion garam mulai mengganggu pertumbuhan tanaman. Dalam grafik
tersebut, terdapat penurunan jumlah daun tanaman padi pada perlakuan 8000 ppm.
Hal ini terjadi karena daun tanaman terserang hama yaitu ulat daun, juga karena
terdapat daun yang rusak atau patah. Dari grafik tersebut, dapat diketahui pula
bahwa jumlah daun tanaman padi dari berbagai perlakuan salinitas baik 0 ppm,
4000 ppm maupun 8000 ppm tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman padi toleran terhadap kadar garam tinggi (halofit).
Histogram 1.1. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap bobot segar dan
bobot kering tanaman Oryza sativa

Padi merupakan tanaman halofit yang toleran terhadap kadar garam tinggi
(salinitas). Pada kadar yang tidak terlalu tinggi, padi justru dapat tumbuh dengan
baik. Seperti histogram di atas bahwa bobot segar tanaman padi pada perlakuan
4000 ppm lebih tinggi dari perlakuan 0 ppm. Garam dapat membantu proses
pertumbuhan tanaman, ion garam (Na) berguna untuk proses transfer dalam
tanaman. Akan tetapi, kadar garam dengan jumlah yang berlebih akan
mengganggu proses pengambilan air dan garam mineral di dalam tanah. Hal ini
dapat dilihat pada histogram bahwa bobot padi pada perlakuan 8000 ppm adalah
yang paling kecil.

Histogram 1.2. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap panjang akar
tanaman Oryza sativa
Dari histogram panjang akar di atas, dapat diketahui bahwa perlakuan
salinitas tidak mempengaruhi panjang akar tanaman padi secara signifikan.
Panjang akar tanaman padi pada perlakuan 4000 ppm lebih tinggi dari perlakuan 0
ppm, sedangkan panjang akar pada perlakuan 8000 ppm adalah yang paling
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi termasuk tanaman halofit yang
toleran terhadap salinitas. Tanah dengan salinitasnya yang terlalu tinggi
menyebabkan tekanan osmosis pada akar terganggu sehingga pertumbuhan akar
terhambat. Tekanan osmosis yang terganggu akan menghambat pertukaran ion
yang diperlukan tanaman untuk berkembang dan tumbuh. Pertukaran ion sangat
diperlukan bagi tanaman dalam proses metabolisme. Akar yang tidak berkembang
baik membuat tanaman tidak dapat menyerap unsur hara secara maksimal
sehingga menghambat pertumbuhan organ dan metabolisme tanaman.

Histogram 1.3. Pengaruh berbagai konsentrasi air salin terhadap luas daun
tanaman Oryza sativa

Stres salin menyebabkan berbagai pengaruh lanjutan terhadap pertumbuhan


tanaman karena dapat mengurangi potensial air tanah yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya stress osmotik, berpengaruh terhadap ketidak
seimbangan ion di sel khususnya menurunkan konsentrasi ion K+, Ca2+, dan NO3-,
serta menyebabkan keracunan ion Na+ dan Cl–.
Salinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman termasuk luas daun.
Pada histogram di atas, luas daun tanaman padi pada perlakuan 4000 ppm adalah
yang paling rendah, kemudian diikuti oleh perlakuan 8000 ppm dan yang paling
tinggi adalah perlakuan 0 ppm. Pada kadar 0 ppm tanaman tumbuh optimal
sehingga memiliki luas daun paling tinggi, sedangkan kadar garam 4000 ppm
sangat rendah yang berarti pertumbuhan tanaman terganggu. Pada kperlakuan
8000 ppm, luas daun tanaman padi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
dengan perlakuan 0 ppm, artinya tanaman padi dapat tumbuh normal. Hal ini
bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa tanaman padi bersifat halofit
yaitu toleran terhadap kadar garam yang tinggi.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tingkat salinitas yang tinggi berdampak negatif baik pada kondisi morfologis
maupun fisiologis tanaman. Dengan adanya ion natrium yang masuk pada
organ tumbuhan akan menambah tekanan osmosis dalam tubuh tanaman dan
terjadi penghancuran fungsi sel-sel tumbuhan dan berakibat pada
pertumbuhan akar dan laju petumbuhan tanamatak optimal.
2. Dalam menanggapi keadaan salinitas yang berbeda, maka tanaman akan
beradaptasi pada lingkungan yang salin tersebut. Tanggapan tanaman
terhadap salinitas terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok euhalofit
(sangat tahan terhadap salinitas), halofit (toleran terhadap salinitas), dan
glikofit (rentan terhadap salinitas). Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
bahwa tanaman padi (Oryza sativa) adalah tanaman halofit. Tanaman kedelai
(Glycine mas) termasuk tanaman euhalofit yang sangat tahan terhadap
salinitas. Tanaman mentimun (Cucumis sativus) termasuk tanaman glikofit
yang rentan terhadap salinitas.
DAFTAR PUSTAKA

Keshtehgar, A., K. Rigi, and M.R. Vazirimehr. 2013. Effects of salt stress in crop
plants. International Journal of Agriculture and Crop Sciences 23 : 2863-
2867.

Munns, R. and R James.2013.Screening methods for salinity tolerance : a case


study with tetraploid wheat. Plant and Soil (2) : 201 – 218.

Odum, Eugene P. 1994. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Raimond, F. Dasman., J.P. Milton., H. Peter., dan Freeman. 1997. Prinsip Ekologi
Untuk Pembangunan Ekonomi. Gramedia. Jakarta.

Ramayani, M. Basyuni, dan L. Agustina. 2012. Pengaruh Salinitas Terhadap


Pertumbuhan dan Biomassa Semai dan Kandungan Lipida Pohon Non-
Sekresi Ceriops Tagal. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Taufiq, A. 2014. Toleransi Kacang Tanah, Kacang Hijau, dan Kedelai terhadap
Salinitas. < http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/?p=3122> Diakses pada
15 Mei 2018 pukul 22.37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai