Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Haid adalah peristiwa luruhnya dinding rahim (endometrium) yang terjadi secara
siklik dan normalnya setiap bulan terjadi. Haid dialami oleh wanita yang
merupakan salah satu tanda seks primer normal. Haid terjadi secara fisiologis
karena adanya siklus hormon yang terjadi di dalam tubuh.
Ada kalanya ditemukan adanya perdarahan per vaginam yang terjadi di luar haid.
Terjadinya perdarahan di luar haid ini bisa disebabkan berbagai faktor penyebab,
salah satunya karena adanya kelainan. Sebagaimana diketahui perdarahan di luar
haid adalah perdarahan yang terjadi di antara 2 siklus haid. Ada 2 macam
perdarahan dilur haid yakni metroragia, dan menometroragia.
Perdarahan di luar haid biasanya baru diketahui setelah pasien mengeluh
mengenai perdarahan iini, namun untuk menegakkan diagnosis tersebut tentu
diperlukan pemeriksaan tertentu. Namun, masyarakat terutama kaum wanita
masih awam mengenai perdarahan di luar haid ini, baik itu penyebab, gejala
maupun bagaimana cara mengatasinya.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah ini. Diharapkan
makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua, amin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perdarahan diluar haid?
2. Apa macam macam perdarahan diluar haid ?
3. Apa apa perdarahan diluar haid?
4. Perawatan Perdarahan Vagina Yang Tidak Teratur?
5. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Perdarahan diluar haid
2. Dapat Mengetahui Apa macam macam perdarahan diluar haid
3. Dapat Mengetahui Apa apa perdarahan diluar haid
4. Dapat Mengetahui Perawatan Perdarahan Vagina Yang Tidak Teratur
5. Dapat Mengetahui Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perdarahan di Luar Haid


Perdarahan di luar haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
(Lizawati, 2012)
B. Macam-Macam Perdarahan di Luar Haid
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia,
Metrorargia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulatori terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya
adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma
serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.
Menometrorargia adalah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari
dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan
kasus ini sama dengan hipermenorea.(Lizawati, 2012)
C. Perdarahan Diluar Haid
1. Polip Serviks
a. Pengertian
Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan
mukosa (Denise tiran : 2005 ).Servikal polip adalah polip yang terdapat
dalam kanalis servikalis (Denise tiran:2005 )
b. Etiologi
Penyebab dari jenis kanker yang tidak sepenuhnya dipahami oleh para
ahli. Mungkin asil dari infeksi atau dari istilah atau peradangan kronis
panjang, respon abnormal untuk peningkatan tingkat estrogen, dan dalam
kemacetan pembuluh darah di saluran leher rahim.

3
c. Gejala umum bentuk abnormal tersebut, yaitu :
Tanpa gejala. Polip serviks biasa dialami seseorang tanpa ia tau kalau
sebenarnya ia memiliki polip serviks,
- Leukorea yang sulit disembuhkan ( sudah digunakan berbagai macam
obat, dan personal hygine telah dijaga tetapi leokorea belum juga
sembuh )
- Terasa discomfort dalam vagina ( Yaitu perasaan tidak nyaman
dalam vagina, baik setelah buang air maupun dalam kondisi biasa).
- Kontak berdarah ( Misalnya , vagina selalu mengeluarkan darah
setelah melakukan hubungan seks. Perlu dijurigai adanya polip
serviks.)
- Terdapat infeksi
d. Faktor Risiko dan Tindakan Pencegahan
Faktor risiko memiliki polip serviks meningkat pada wanita dengan
diabetes mellitus dan vaginitis berulang dan servisitis. polip serviks tidak
pernah benar-benar terjadi sebelum onset menstruasi. Hal ini biasanya
terlihat pada wanita usia reproduksi. Yang paling rentan terhadap
penyakit ini adalah perempuan usia 40 sampai 50 tahun. Hal ini juga
mengatakan bahwa polip serviks dapat ditemukan pada insiden yang
memicu produksi hormon. Wanita hamil memiliki risiko yang lebih
tinggi karena perubahan tingkat hormon, mungkin dari peningkatan
produksi hormon beredar juga. Ada beberapa langkah yang dapat
membantu mencegah infeksi dan ini: Pakai celana katun atau stoking
dengan selangkangan kapas. Ini membantu mencegah akumulasi
kelebihan panas dan kelembaban. Panas dan kelembaban membuat
seorang wanita rentan terhadap infeksi vagina dan leher rahim.
e. Dasar diagnosis
1. Berdasarkan keluhan yang dikemukakan
2. Diagnosis karena kebetulan memeriksakan.

4
3. Pada pemeriksaan inspekulum dijumpai :

• Jaringan bertambah

• Mudah berdarah

• Terdapat pada vagina bagian atas.

f. Penatalaksanaannya
Polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya di kuret.
Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia).
Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium patologi guna
memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan gambaran
jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.
2. Erosi Porsio
a. Pengertian Erosi Porsio
Erosio porsiones (EP) adalah suatu proses peradangan atau suatu luka
yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya
bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena
rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi.
Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya
sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan
yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh
jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan
endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan
tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda
awal dari kanker serviks.
Erosi serviks dapat dibagi menjadi 3:
1) Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2) Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks
3) Erosi berat : meliputi ≥ 2/3 total area serviks.

5
b. Penyebab erosi serviks :
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi
estrogen dalam tubuh.
a. Dalam kehamilan : erosi serviks sangat umum ditemukan
dalam kehamilan karena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks
dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya
saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan
menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b. Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB : erosi serviks lebih
umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level
estrogen yang tinggi.
c. Pada bayi baru lahir : erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari
bayi wanita dan akan menghilang pada masa anak-anak oleh karena
respon maternal saat bayi berada di dalam rahim
d. Wanita yang menjalani Hormon Replacement Therapy (HRT):
karena penggunaan estrogen pengganti dalam tubuh berupa pil, krim
, dll.
2. Infeksi: teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai
menghilang. Bukti-bukti menunjukkan bahwa infeksi tidak
menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang
bakteri dan jamur sehingga mudah terserang infeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi
kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi
serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma
(hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau
terkena speculum)
c. Patofisiologi
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari
luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah

6
berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat
PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah
erosi portio.
Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal
sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi
portio. Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non
spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat
dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.
Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri
patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher
rahim.
Selain dan personal hygien yang kurang IUD juga dapat menyebabkan
bertambahnya volume dan lama haid darah merupakan medai subur
untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya
infeksi dapatmasuknya kuman dan menyebabkan infeksi.
Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan Epitel Portio menipis
sehingga mudah menggalami Erosi Portio, yang ditandai dengan sekret
bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak
kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi
nabathi. (Winkjosastro, hanifa. Ilmu kandungan jilid I, YBPS-SP, Jakarta
: 2005).
d. Gejala erosi serviks
1. Mayoritas tanpa gejala
2. Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi) yang terjadi
a. Setelah berhubungan seksual (poscoital)
b. Diantara siklus menstruasi
c. Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat
berbau jika disertai infeksi vagina

7
3. Erosi serviks disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks
meningkat secara signifikan, berbentuk mucus, mengandung banyak
sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan
mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
e. Penanganan erosi porsio/erosi serviks
1. Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
a. Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri
/streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan
jaringan lunak.
b. Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit
3. ULKUS PORSIO
a. Pengertian
Ulkus portio adalah suatu pendarahan dan luka pada portio berwarna
merah dengan batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum .
b. Etiologi
Penggunaan IUD, pemakaian pil, perilaku seksual yang tidak sehat,
trauma.
c. Patofisiologi
Proses terjadinya ulkus portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari
luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah
berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat
PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan
terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang
menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis
terkelupas dan terjadilah ulkus portio dan akhir nya menjadi ulkus. Dari
posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik
sehingga menimbulkan Gejala :

8
a) Adanya fluxus
b) Portio terlihat kemerahan dengan batas tidak jelas
c) Adanya kontak berdarah
d) Portio teraba tidak rata
Sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan
sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.Dari semua kejadian ulkus
portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis
menyebabkan metastase keganasan leher rahim.
d. Penanggulangan
1. Membatasi hubungan suami istri
Adanya ulkus porsio membuat porsio mudah sekali berdarah setiap
kali mengalami gesekan sekecil apapun, sehingga sebaiknya koitus
dihindari sampai ulkus sembuh.
2. Menjaga kebersihan vagina
Bila kebesihan vagina tidak dijaga, maka akan dapat memperburuk
kondisi porsio, sebab akan semakin rentan terkena infeksi lainnya.
3. Lama pemakaian IUD harus diperhatikan.

4. TRAUMA
a. Pengertian
Trauma adalah dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian
medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah
hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Sedangkan dalam pengertian
medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang
sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda
yang dapat menimbulkan kecederaan.

9
b. Penyebab
Trauma yang menyebabkan perdarahan di luar haid contohnya yang
sering terjadi pada akseptor IUD dan usai berhubungan intim (utamanya
pada wanita yang telah menopause ). Tempat perlukaan yang paling
sering akibat koitus adalah dinding lateral Vagina, vorniks posterior dan
kubah Vagina (setelah histerektomi).
c. Gejala
Nyeri vulva dan vagina, perdarahan dan pembengkakkan merupakan
gejala-gejala yang paling khas. Kemungkinan gejala lainnya adalah
kesulitan dalam urinasi dan ambulasi
d. Penanganannya
Penanganannya sesuai dengan penyebabnya , misalnya trauma yang
disebabkan translokasi IUD, maka IUD nya harus dicabut, dan diganti
dengan alat kontrasepsi lain.Sedangkan buat para wanita yang
menopause yang mengalami perdarahan setelah koitus, bisa diberi terapi
hormon.
5. POLIP ENDOMETRIUM
a. Pengertian
Polip endometrium juga disebut polip rahim. Ia adalah pertumbuhan kecil
yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis
datar besar dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga
memanjang. Bentuknya dapat bulat atau oval dan biasanya berwarna
merah. Seorang wanita dapat memiliki polip endometrium satu atau
banyak, dan kadang-kadang menonjol melalui vagina menyebabkan kram
dan ketidaknyamanan. Polip endometrium dapat menyebabkan kram
karena mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat
terjangkit jika mereka bengkok dan kehilangan semua pasokan darah
mereka. Ada kejadian langka saat ini polip menjadi kanker. Wanita yang
telah mengalaminya terkadang sulit untuk hamil.

10
b. Gejala
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan
mereka dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen.
Seringkali tidak ada gejala, tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi
terkait dengan pembentukannya.
- Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
- Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
- Perdarahan haid yang terlalu berat
- Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
c. Diagnosa dan Pengobatan
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D &
C), CT scan, ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur
dimana lingkup kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam rongga
rahim untuk mencari polip atau kelainan rahim lainnya.
Polip endometrium dapat dihapus dan diobati melalui operasi dengan
menggunakan kuretase atau histerektomi. Jika kuretase dilakukan, polip
dapat terjawab tapi untuk mengurangi risiko ini, rahim biasanya
dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah. Sebuah polip besar
dapat dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya disingkirkan.
Jika ditemukan polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan. Ada
probabilitas tinggi kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.
d. Komplikasi dan Faktor Risiko
Polip endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker
atau kanker. Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-
sel adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi
kanker. Polip dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita yang
menjalani fertilisasi in vitro dalam perawatan. Jika mereka berkembang
dekat saluran telur, mereka dapat menjadi penyebab kesulitan dalam
menjadi hamil.

11
Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita
yang memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami
obesitas, memiliki tekanan darah tinggi. dan memiliki sejarah polip
serviks dalam keluarga mereka.
Terapi penggantian hormon dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya
polip endometrium. Wanita yang menggunakan hormonal Intra Uterine
Device yang tingkat tinggi levonorgestrel dapat mengurangi kejadian
polip. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip
endometrium, dan diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang
mengalami pendarahan vagina abnormal memiliki polip endometrium.
D. Perawatan Perdarahan Vagina Yang Tidak Teratur
Perawatan untuk perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung pada penyebab
yang mendasarinya. Setelah penyebabnya ditentukan, dokter memutuskan apakah
perawatan sebenarnya perlu. Adakalanya, semua yang diperlukan adalah
mengesampingkan penyebab-penyebab yang membahayakan dan untuk
menentukan bahwa perdarahan vagina yang tidak teratur tidak cukup
mengganggu wanitanya untuk diberikan obat atau perawatan. Jika persoalan-
persoalan tiroid, hati, ginjal, atau pembekuan darah ditemukan, perawatan
diarahkan menuju kondisi-kondisi ini.
Obat-obat untuk perawatan dari perdarahan vagina yang tidak teratur tergantung
pada penyebabnya. Contoh-contoh digambarkan dibawah:
a. Jika penyebab dari perdarahan adalah ketiadaan dari ovulasi (anovulation),
dokter-dokter mungkin meresepkan progesterone untuk diminum pada
interval-interval yang teratur, atau obat pencegahan kehamilan oral, yang
mengandung progesterone, untuk mencapai keseimbangan hormon yang tepat.
Perawatan sejenis ini secara dramatis mengurangi risiko kanker kandungan
pada wanita-wanita yang tidak berovulasi.
b. Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah perubahan
prakanker pada lapisan kandungan, obat-obat progesterone mungkin

12
diresepkan untuk mengurangi pembentukan dari jaringan-jaringan lapisan
kandungan yang prakanker dalam usaha untuk menghindari operasi.
c. Jika seorang wanita telah berada tanpa mens-mens untuk kurang dari enam
bulan dan berdarah secara tidak teratur, penyebabnya mungkin adalah transisi
menopause. Selama transisi ini, seorang wanita adakalanya ditawarkan obat
pencegah kehamilan oral untuk menegakan pola perdarahan yang lebih
teratur, untuk menyediakan kontrasepsi sampai ia menyelesaikan menopause,
dan untuk membebaskan rasa panas (hot flashes). Seorang wanita yang
ditemukan menopause sebagai penyebab dari perdarahan yang tidak
teraturnya mungkin juga menerima nasehat menopause jika ia mempunyai
gejala-gejala yang menyusahkan.
d. Jika penyebab dari perdarahan vagina yang tidak teratur adalah polip-polip
atau pertumbuhan-pertumbuhan jinak lainnya, ini adakalanya dikeluarkan
secara operasi untuk mengontrol perdarahan karena mereka tidak dapat
dirawat dengan obat.
e. Jika penyebab dari perdarahan adalah infeksi, antibiotik-antibiotik adalah
perlu. Perdarahan selama kehamilan memerlukan evaluasi darurat oleh
seorang dokter kandungan (obstetrician). Endometriosis dapat dirawat dengan
obat-obat dan/atau operasi (seperti laparoscopy).
f. Adakalanya, penyebab dari perdarahan yang berlebihan tidak nyata setelah
penyelesaian pengujian (dysfunctional uterine bleeding). Pada kasus-kasus
ini, obat-obat pencegah kehamilan oral dapat memperbaiki kontrol siklus dan
mengurangi perdarahan.
g. Jika perdarahan berlebihan dan tidak dapat dikontrol dengan obat, prosedur
operasi yang disebut dilation and curettage (D&C) mungkin adalah perlu.
Sebagai tambahan pada pengurangan perdarahan yang berlebihan, D&C
menyediakan informasi tambahan yang dapat mengesampingkan kelainan-
kelainan dari lapisan kandungan.

13
h. Adakalanya, hysterectomy adalah perlu ketika obat-obat hormon tidak dapat
mengontrol perdarahan yang berlebihan. Bagaimanapun, kecuali penyebabnya
adalah prakanker atau kanker, operasi ini harus adalah hanya opsi (pilihan)
setelah solusi-solusi lain telah dicoba.
i. Banyak prosedur-prosedur baru sedang dikembangkan untuk merawat tipe-
tipe tertentu dari perdarahan vagina yang tidak teratur. Contohnya, studi-studi
sedang dalam perjalanan untuk mengevaluasi teknik-teknik yang secara
selektif menghalangi pembuluh-pembuluh darah yang terlibat pada
perdarahan. Metode-metode yang lebih baru ini mungkin adalah pilihan-
pilihan yang kurang rumit untuk beberapa pasien-pasien dan ketika mereka
dievaluasi lebih jauh mereka akan mungkin menjadi lebih secara luas tersedia.
E. Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas
1. Depresi Pasca Kelahiran (Post Partum Blue)
a. Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Post Partum
Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelh melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga
dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sbb:
Cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak sabar tidak percaya
diri, Sensitive, mudah tersinggung, merasa kurang menyayangi bayinya.
b. Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan, tetapi bila
tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan tidak
nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
salin yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan
perkawinan dengan suami dan perkembangan anknya.

14
c. Penatalaksanaan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan persalinan dengan
lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi
yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. Beristirahat ketika bayi tidur
2. Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
3. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. Bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
6. Kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
2. Depresi Post Partum
a. Pengertian Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun
bahkan sampai 1 tahun kedepan. Llewelly-jones (1994) menyatakan
wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah
melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras
terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum
adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada
10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus
sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
b. Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone.
Pitt(regina dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post
partum:

15
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
c. Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi
yaitu: berkurangnya energi, penurunan efek, dan hilang minat
(anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang
dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. kelelahan dan perubahan mood
3. gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya
sendiri.
d. Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
3. Post Partum Psikosa
a. Pengertian Post Partum Psikosa

16
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu
setelah melahirkan.
b. Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah
psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut
mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
c. Gejala Post Partum Psikosa
Ciri khas dari post partum Psikosa yaitu :
1. Sangat bingung, keadaan emosi turun
2. Gelisah, bergejolak
3. Halusinasi baik visual maupun audio sehingga dia mendengar bisikan
atau melihat seseorang yang menyuruh untuk melakukan sesuatu yang
sangat diyakininya dan mungkin membahayakan kesehatannya dan
mungkin bayinya atau orang lain
4. Takut melukai dirinya maupun bayinya, pada kasus psikosa post
partum perlu pertolongan psikiater dengan segera
d. Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood
secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia
dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan
dalam beraktifitas,
sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit
kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga
hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Penatalaksanaannya yaitu :
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang

17
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksible
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan diluar haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada 2 macam perdarahan diluar haid yitu metroragia dan memometroragi.
Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulator terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatuspotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Menoragia
adalah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah
kadang-kadang cukup banyak.
B. Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “perdarahan bukan haid”
berharap agar mahasiswi dapat mengetahui mana yang darah haid dan mana yang
bukan darah haid.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://googleweblight.com/i?u=http://deniyuherman07.blogspot.com/2017/06/makala
h-tentang-perdarahan-bukan-haid.html?m%3D1&hl=jv-ID

20

Anda mungkin juga menyukai