Makalah PAI (Fix)
Makalah PAI (Fix)
Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
Penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan judul “Sumber Hukum Islam dan
Kontribusi Umat Islam di Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepnenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sepenuhnya
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi kalangan umat muslim, yang dimaksudkan sebagai hukum adalah Islam,
yakni mencakup keseluruhan aturan hukum yang bersumber pada Al-Qur’an, dan
untuk kurun waktu zaman tertentu lebih konkrit oleh Nabi Muhammad dalam
tingkah laku beliau yang lazim disebut dengan sunah Rasul. Syariat Islam dan
fiqhih Islam adalah dua buah otentik Islam yang berasal dari perbedaan kajian Islam
sejak lama. Keduanya dipakai silih berganti di Indonesia dari dulu sampai sekarang
dengan pengertian yang terkadang berbeda-beda, tetapi juga sering mirip. Kaidah-
kaidah yang bersumber dari Allah SWT. kemudian lebih dikonkretkan diselaraskan
dengan kemajuan zaman melalui ijtihad atau penemuan hukum oleh para pakar
dibidangnya masing masing baik secara perorangan maupun bermasyarakat.
1
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum Islam tidak dikenal dalam literatur ilmu keislaman klasik. Kata ini
tidak ditemukan baik dalam Al-Qur’an, Hadist, Kitab kitab fiqhih, maupun Ushul
Fiqhih. Dari sekian banyak istilah-istilah itu ternyata tidak ditemukan istilah
hukum Islam. Istilah ini terambil dari kata fiqh yang secara bahasa berarti
memahami, menguasai, dan mengetahui sesuatu. Kalaupun ditemukan istilah al-
hukm al-Islami dalam beberapa literatur, tidak dimaksud hukum Islam
sebagaimana dipahami di Indonesia, melainkan digunakan untuk pemerintahan
Islam seperti halnya al-hukm al-Amawi (Pemerintahan Umayah), al-hukm al-
abbasi (Pemerintahan Abbassiyah). Derivasi kata hukum Islam tampaknya lebih
sesuai dengan Islamic Law dalam bahasa inggris.
3
Jika hukum Islam dipahami sebagai fiqh, maka dikalangan ulama Ushul
mengandung dua pengertian pula. Pertama, ilmu tentang hukum-hukum Syara`
praktis yang diperoleh dari dalil dalil yang terperinci. Definisi ini menunjuk pada
fiqh sebagai epistemologi hukum Islam. Kedua, sekumpulan hukum-hukum
Syara` praktis yang diperoleh dalil-dalil yang terperinci. Definisi ini menunjuk
fiqh sebagai koleksi hukum Islam.
4
orang kaya, Pengeklaiman tanah yang ada pemiliknya dengan izin dan persetujuan
imam, wajibnya bersifat adil atas seorang hakim dan sebagainya.
1. Wujud (keharusan)
2. Istihbab (dicintai)
3. Hurmah (larangan)
4. Ibahah
5. Karahah (karahiah)
5
Dengan demikian, kita dapat mempermudahnya Wujub adalah hukum atas
perbuatan yang mesti dikerjakan, Hurmah adalah hukum atas perbuatan yang
mesti ditinggalkan, Isthbab adalah suatu hukum atas perbuatan yang sebaiknya
dilakukan, Karahiah adalah hukum atas perbuatan yang sebaiknya ditingkatkan
dan dilakukan. Tapi hukum Ibahah adakalanya berubah menjadi salah satu dari h
hukum diatas, seperti pengharaman tembakau (yang pada dasarnya bersifat
mubah) oleh Al-Mirza Muhammad Al-Syirazi yang berjalan beberapa tahun di Iran
sebagai usaha membendung pengaruh Bahaisme (salah satu organisasi yang
diciptakan oleh Zionisme dan Imperialisme nasional) atau pengharaman gula atas
penderita diabetes dan sebagainya.
6
1. Hukum Perdata
2. Hukum Publik
7
c. Siyâr, mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama lain dan negara lain
Apabila bagian-bagian hukum Islam bidang muamalat dalam arti luas tersebut
dibandingkan dengan susunan hukum barat, seperti dasar adanya taklîfi kepada
mukallaf ialah karena adanya akal dan kemampuan memahami. Peranan akal
merupakan faktor utama dalam syariat Islam untuk menetukan seseorang sebagai
mukallaf.
Sekalipun seseorang telah mencapai usia balig namun tidak sehat akal maka
hukum taklîfi tidak dibebankan kepadanya. Hal ini sejalan dengan hukum positif
yang mengenal istilah personal miserabile, yaitu seorang manusia yang dianggap
tidak cakap bertindak atau melakukan perbuatan hukum.
Dalam hukum Islam dikenal konsep kecakapan hukum yang biasa disebut
ahliyyah. Kecakapan ini terkait dengan mampu tidaknya seseorang menjalankan
fungsinya sebagai subjek hukum yang sempurna. Ada dua klasifikasi ahliyyah,
yakni ahliyyah al-adâ’dan ahliyyah al-wujûb. Yang pertama terkait dengan
kecakapan seseorang untuk menunaikan tindakan hukum. Sedangkan yang kedua
terkait dengan kecapakan seseorang untuk menerima hak, meskipun belum mampu
menunaikan kewajiban, misalnya ahliyyah al-wujûb dalam hak waris bagi bayi.
Subjek hukum dalam hukum Islam berbeda dengan subjek hukum dalam
hukup positif di Indonesia. Dalam hukum positif Indonesia yang dimaksud dengan
subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi
pendukung (dapat memiliki hak dan kewajiban). Dalam kamus Ilmu Hukum
subjek hukum disebut juga dengan “Orang atau pendukung hak dan kewajiban”.
Dalam artian subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata
cara yang ditentukan dan dibenarkan hukum. Sehingga di dalam ilmu hukum yang
dikenal sebagai subjek hukum adalah manusia dan badan hukum
8
Hukum Islam ada dua sifat, yaitu:
1. Al-tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah
sepanjang masa.
Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum pada akhir-
akhir ini semakin tampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum Islam, seperti Undang-undang
Republik Indonesia Nomor I Tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan
Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik , Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
Instruksi Presuden Nomor I tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan
Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji.
Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum
sangat besar. Ada pun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam
praktek bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses kultural dan dakwah.
9
Apabila islam telah menjadikan suatu keebijakan sebagai kultur dalam masyarakat,
maka sebagai konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu “law
inforcement” dalam penegakkan hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui
perjuangan legislasi. Sehingga dalam perjaalananya suatu ketentuan yang wajib
menurut islam menjadi waajib pula menurut perundangan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Idri. 2015. Epistemologi: Ilmu pengetahuan, Ilmu Hadis, dan Ilmu Hukum Islam:
Kencana Prenada
Rohidin. 2016. Pengantar Hukum Islam dari Semenanjung Arab hinga Indonsia.
Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books
Shomad, Abd. 2017. Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia. Jakarta: Kencana
Rahmat Akurizki. Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam. Makalah. Dikutip dari
https://www.academia.edu/8860406/Hukum_Islam_dan_Kontribusi_Umat_Islam. 2
September.
12