1
2
Ny. M, 54 tahun datang ke IGD RSUD Koja bersama anaknya pada tanggal
18 Maret 2019 jam 12:57, dengan keluhan mual, muntah sudah 3x sebelum masuk
ke RS, lemas, sesak, batuk dan pilek sudah 2 hari, nyeri ulu hati. Klien sudah
terdiagnosa diabetes melitus sejak 3 tahun yang lalu dan sudah mendapat
pengobatan dengan meminum obat metformin 3x500 mg. Keadaan umum klien
lemah, kesadaran compos mentis E:4 M:6 V:5 GCS=15, *GDS: 425 mg/dL, TD:
157/85 mmHg, N: 99x/menit, RR: 26x/menit, S: 36⁰C. Hasil laboratorium kimia
klinik terdapat *Keton: 1.1 mmol/L. *Hb: 10.1 g/dL, Leukosit: 9.44, *Ht: 29.9%
Trombosit: 106 ribu/µL, Natrium: 131 mEq/L, Kalium: 4.69 mEq/L, Klorida: 93
mEq/L, Kreatinin: 1.27 mg/dL. Treatment yang dilakukan selama di IGD, klien
terpasang IVF: Nacl 0,9% per 24 jam 6 tetes per menit, injeksi Apidra 3x8 IU/mL,
OBH Syrup 15cc, Inhalasi Combivent 1x2.5 ml, Amlodipin 1x5 mg, Paracetamol
1x500 mg, injeksi Omeprazole 40 mg, injeksi Ondancentron 4 mg. Klien dilakukan
pemeriksaan rontgen thorax (Hasil belum tersedia) dan EKG. Setelah dilakukan
pemeriksaan pada klien di diagnosa medis Ketoasidosis Diabetes Melitus. Selama
± 3 jam di IGD, klien disarankan untuk dirawat dan pada jam 16:30 dipindahkan ke
ruang rawat Tenggiri penyakit dalam lantai 8 blok B dikamar 803.
3
4
muntah sudah 3x, masih sesak, batuk dan pilek. Klien mengatakan
penglihatannya buram. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan TD:
140/80 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 25 x/menit, S: 36,4⁰C keadaan umum
klien lemah GDS: 347 mg/dL. Klien mengatakan sebelumnya tidak
mengkonsumsi obat-obatan dari warung, biasanya klien hanya beristirahat
untuk mengurangi rasa sakit yang dirasa dan mengkonsumsi obat
Metformin 3x500 mg per oral dan klien mengatakan jika minum obat
metformin akan mengontrol gula darahnya. Menurut klien sehat itu sangat
penting karena sehat itu mahal dan ketika sehat bisa melakukan pekerjaan
rumah, menjaga cucu dan bisa melakukan segala hal. Klien masih sering
bertanya mengenai diabetes melitus. Upaya yang dilakukan, klien
mengetahui agar tetap mempertahankan status kesehatannya yaitu dengan
cara menjaga pola diit yang telah dianjurkan oleh dokter untuk mengurangi
yang manis-manis dan minum obat secara teratur. Namun klien masih
memakan makanan seperti kue manis dan sesekali minum teh manis yang
seharusnya dikurangi untuk menjaga pola diit yang dianjurkan oleh dokter.
Klien dan keluarganya berharap setelah dilakukan perawatan di RS keadaan
klien akan cepat membaik.
Masalah Keperawatan:
- Resiko Cedera
- Kurang pengetahuan
Sebelum masuk rumah sakit nafsu makan klien baik, pola makan
3x/hari, namun klien sering memakan makanan selingan seperti kue manis,
bakso, mie ayam, sesekali minum teh manis dikarenakan klien cepat
merasakan lapar, tidak terdapat gangguan menelan, tidak terdapat alergi
makanan atau obat-obatan, makanan kesukaannya klien adalah nasi padang.
BB sebelum sakit 68 Kg.
Saat sakit nafsu makan menurun karena klien mual dan muntah
sudah 2x, pola makan 3x sehari menghabiskan ½ porsi dengan diit lunak
diabetes melitus, saat dilakukan pengkajian klien tidak terdapat gangguan
menelan, saat dilakukan pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri
epigastrik, turgor kulit elastis dan kering, frekuensi bising usus 12x/mnt.
63 𝑘𝑔
Klien mengatakan BB saat ini 63 Kg, TB= 150 cm. IMT= 1.502 = 28. Klien
termasuk dalam overweight. Klien mendapatkan diit dm lunak dari ahli gizi.
GDS: 428 mg/dL. Klien mendapatkan terapi injeksi Apidra 3x8 IU/mL
Subcutaneous (SC). Klien terpasang infus Nacl 0,9% per 24 jam 500 cc
dengan 6 tetes per menit. Klien minum kurang lebih 1500 cc/hari. Intake
(minum 1500 cc + infus 500 cc = 2000 cc) dan output (Urine 1450 + IWL
630 + muntah 150 cc = 2230 cc). Balance cairan = Intake 2000 cc – output
2230 cc = -230. Hasil laboratorium pada tanggal 18 Maret 2019 didapatkan
Hb: 10.1 g/dL, Leukosit: 9.44, Ht: 29.9% Trombosit: 106 ribu/µL,
Natrium: 131, Keton: 1.1 mmol/L. Saat dilakukan pemeriksaan
didapatkan hasil TTV TD: 130/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 26 x/menit,
S: 36,5⁰C.
Masalah Keperawatan:
- Ketidakstabilan kadar gula darah
- Kekurangan volume cairan tubuh
- Resiko perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit klien BAB 1x per hari setiap pagi, warna kuning
kecoklatan, konsistensi semi padat, tidak ada gangguan BAB. Saat dirawat
di RS klien sudah 2 hari belum BAB dari pertama masuk RS, tidak terdapat
nyeri tekan, bising usus 12 x per menit, ada khas bau badan klien diabetes
melitus. Klien mendapatkan obat Lactulax syrup 3x15ml per oral, 1 hari
kemudian klien dapat BAB dipagi hari 1x.
Sebelum sakit BAK 11x perhari, sejak terdiagnosa diabetes melitus
3 tahun yang lalu klien sering berkemih saat malam hari 6-7x, warna kuning
keruh. Saat dirawat di RS klien memakai pampers dikarenakan keadaan
umum yang masih lemah dan klien mengatakan sering berkemih pada
5
6
malam hari sebanyak 7x, warna kuning keruh, BAK tuntas, tidak terdapat
nyeri tekan.
Masalah Keperawatan:
- Perubahan pola eliminasi fekal
- Perubahan pola eliminasi urin
Masalah Keperawatan:
- Ketidakefektifan pola nafas
- Resiko Penurunan perfusi jaringan perifer
- Defisit perawatan diri
Masalah Keperawatan:
- Gangguan pola tidur
7
8
Masalah Keperawatan:
- Perubahan pola peran
Masalah Keperawatan:
- Resiko ketidakefektifan koping individu.
Masalah Keperawatan:
- Resiko distress spiritual
9
10
11
12
13
14
sebanyak 80% dan terbanyak pada pasien dengan gangguan ginjal sedang
yaitu LFG antara 30-59 ml/menit.
15
16
17
18
CONCLUSION
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama empat hari pada tanggal 20 Maret
– 23 Maret 2019 kepada klien yang didapat menggunakan pengkajian 11 pola
Gordon didapatkan 17 masalah keperawatan. Keseluruhan masalah keperawatan
pada Ny. M sudah dilakukan intervensi dan berdasarkan masalah prioritas yang
mengancam kehidupan klien diantaranya adalah ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, kekurangan volume cairan behubungan dengan
diuresis osmotik, resiko gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan hemoglobin. Dari masalah keperawatan tersebut, penulis telah
melakukan asuhan keperawatan. Hasil dari pemberian asuhan keperawatan pada
diagnosa prioritas tersebut belum teratasi dan dilanjutkan intervensi pada perawat
diruangan. Pada saat klien dilakukan perawatan di RSUD Koja ditemukan tanda-
tanda komplikasi dan disarankan oleh dokter spesialis penyakit dalam untuk tetap
menjalani rawat inap.
SELF REFLECTION
Penulis merasa mata ajar ini berbeda dengan mata ajar lain yang didapat
pada semester sebelumnya, karena pada mata ajar ini penulis mengkaji lebih dalam
dengan menerapkan pengkajian 11 pola Gordon serta mempelajari kasus secara
komprehensif, pada mata ajar ini penulis diberi kesempatan secara langsung untuk
mengaplikasikan serta mengembangkan ilmu yang telah didapat pada ruang rawat
inap dalam mengelola klien dengan kasus diabetes melitus, selain itu penulis dapat
mempelajari cara berkomunikasi yang tepat kepada klien dan keluarga dengan
tujuan agar mendapatkan data secara lengkap untuk menentukan diagnosa pada
setiap pola Gordon, penulis mempelajari untuk menentukan diagnosa keperawatan
prioritas yang mengancam kehidupan pasien, mempelajari tindakan keperawatan
kolaborasi obat-obatan yang sesuai untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
klien, dan melalui pembelajaran ini penulis semakin memahami bahwa setiap klien
merupakan unik dan untuk menjalin trust pada setiap klien pasti berbeda-beda.
19
20
atau konsultasi serta diskusi pada pembimbing untuk mendapatkan ilmu yang lebih
banyak agar lebih baik dalam menentukan diagnosa keperawatan prioritas yang
terjadi pada klien, dan saat pembuatan laporan mengalami hambatan dalam
menggunakan bahasa penulisan yang tepat dan pembimbing memberikan arahan
agar penulisan laporan ini menjadi penulisan ilmiah dan baku.
1