Anda di halaman 1dari 5

MENAKLUKAN RASA TAKUT

Paling tidak sekali dalam hidup kita, kita pernah merasa takut. Entah itu berbicara didepan
orang banyak, wawancara kerja, kencan pertama anda, dan masih banyak lagi. Apapun alasannya,
kita semua merasa takut. Namun ternyata ada orang-orang yang menghadapi rasa takut dengan
cara berbeda, mereka mendekati situasi berisiko tinggi tak bedanya saat sedang berjalan di taman.
Apa rahasia mereka ? Bagaimana mereka mengatasi rasa takutnya ? Apakah anda bisa menjadi
seperti mereka ? Didasari buku “Fear is Power: Turn Your Fear Into Success” oleh Anthony Gunn,
artikel ini akan membahas definisi rasa takut, miskonsepsi tentang rasa takut, mengelola rasa takut,
dan cara menaklukan rasa takut anda menjadi kekuatan.

HAKIKAT RASA TAKUT


Rasa takut merupakan salah satu emosi mendasar yang ada dalam diri manusia, selain rasa
bahagia, sedih, dan marah. Diantara 4 buah emosi mendasar ini, rasa takut memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Kebanyakan orang mengira bahwa semua rasa takut itu sama,
padahal rasa takut itu bermacam-macam. Macam-macam rasa takut terdiri dari gelisah, stress,
khawatir, fobia, gugup, dan panik. Dalam artikel ini, kita akan membahas 3 macam rasa takut dapat
membedakan rasa takut menjadi 3 macam, yaitu:
1. Takut biasa
Rasa takut adalah defense mechanism atau mekanisme beladiri, maksudnya adalah
rasa takut timbul pada diri seseorang disebabkan adanya kecenderungan untuk membela
diri sendiri dari bahaya atau perasaan yang tidak enak terhadap sesuatu hal yang nyata.
Bahaya tersebut bisa berupa hal ringan, seperti ditertawakan orang banyak atau
dapat berupa hal berat, seperti diserang hiu. Dengan kata lain, tubuh kita bereaksi terhadap
rasa takut, yang memicu reaksi menyakitkan untuk melawan atau menghindari situasi
mengancam.
2. Takut tidak beralasan (Cemas)
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
Kecemasan dialami ketika berpikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi.
Bentuk ekstrim dari gangguan ini adalah Anxiety Disorder (Gangguan Kecemasan).
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian
tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja karena
tidak tahu apa yang akan dihadapi. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa
cemas ini kerap timbul pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini
akan sulit merasa rileks dari waktu ke waktu.
Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala psikologis lain yang bisa
muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah berkurangnya rasa percaya diri,
menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.
Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti, beberapa
faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya adalah trauma
akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar ataupun keluarga.
3. Takut berlebihan (Fobia)
Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu. Ketakutan tersebut dapat
timbul saat menghadapi situasi, berada di suatu tempat, atau ketika melihat hewan tertentu.
Dalam kondisi fobia yang parah, penderitanya akan berusaha menghindar dari objek yang
dapat memicu ketakutan. Kondisi ini dapat membuat penderitanya depresi, panik, serta
membatasi kegiatan.
Fobia bisa bersifat spesifik atau kompleks. Contoh-contoh fobia spesifik, di
antaranya adalah takut terhadap kedalaman air, ketinggian, hewan, dokter, jarum suntik,
darah, atau takut tertular penyakit seksual. Sedangkan contoh fobia kompleks, di antaranya
adalah takut terhadap situasi sosial, takut berbicara di depan umum, atau takut berada di
ruang terbuka.
Kebanyakan kasus fobia spesifik dialami oleh penderitanya sejak masa kanak-
kanak atau remaja. Sedangkan fobia kompleks umumnya mulai berkembang ketika
penderitanya memasuki kehidupan dewasa.
Bisa kita simpulkan bahwa takut adalah reaksi emosional terhadap bahaya yang nyata
maupun tidak dan hal tersebut memaksa anda keluar dari zona nyaman anda.

MISKONSEPSI RASA TAKUT


Merasa takut itu wajar, bahkan takut juga merupakan emosi yang esensial. Orang yang
tidak mempunyai rasa takut justru berada dalam bahaya yang serius, karena mereka tidak
mempunyai mekanisme beladiri untuk mempertahankan/melindungi diri dari situasi yang
mengancam. Sebagian orang mengalami ketakutan lebih dari orang lain.

MENGELOLA RASA TAKUT YANG BENAR

MENAKLUKAN RASA TAKUT


Rasa Takut Bukan Kelemahan
Konon, para pahlawan, pendekar sakti, atau pangeran berkuda putih kerap
digambarkan sebagai sosok perkasa yang tak kenal rasa takut. Selama berabad-
abad, kita mengamini ide bahwa rasa takut adalah suatu kelemahan alih-alih
sesuatu yang wajar.

Nyatanya, rasa takut adalah emosi yang sangat manusiawi—bahkan hewani. Rasa
takut dihasilkan oleh bagian kecil otak bernama amigdala sebagai respon primitif
terhadap ancaman. Dengan memiliki rasa takut, kita otomatis akan berusaha
mencari cara untuk mempertahankan diri dan bertahan hidup. Singkatnya, ribuan
tahun evolusi mengajarkan spesies manusia untuk menghindar dari kepunahan.

Bagaimanapun, rasa takut itu sendiri bisa jadi sangat menakutkan ketika datang
secara ekstrem. Bagi orang-orang yang mengalami fobia alias ketakutan berlebihan
terhadap suatu hal, rasa takut bisa mengganggu kenyamanan, menyulitkan
kehidupan sehari-hari, bahkan mengancam nyawa. Jadi, sangat wajar ketika
mereka bertanya-tanya apakah kondisi mereka bisa disembuhkan.

Rasa Takut Bisa Diatasi


Sejauh ini, para pakar serta peneliti saraf dan psikologi sepakat bahwa cara paling
efektif untuk menangani rasa takut adalah dengan menghadapkan seseorang secara
langsung dengan hal yang paling ia takuti. Obat-obatan hanya berfungsi untuk
meredam efek psikis dan fisik yang diakibatkan oleh fobia, bukan menghilangkan
rasa takut itu sendiri.

Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu sangat berpengaruh dengan rasa
takut yang akan kita alami. Melalui beberapa penelitian, orang-orang dengan
akrofobia atau ketakutan pada ketinggian terbukti melihat bidang vertikal lebih
tinggi dari kebanyakan orang. Untuk itu, sejak awal kita bisa mencoba untuk
mengubah cara pandang terhadap hal yang paling ditakutkan. Kita bisa memulai
dengan berhenti membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk secara
berlebihan.

Dengan bantuan psikiater, seseorang dengan fobia juga bisa mulai menjalani
terapi. CBT (Cognitive Behavioral Therapy) misalnya, membantu pasien melalui
konseling untuk mengeksplorasi perasaan, pikiran dan sikap terhadap hal yang
ditakutkan. Dari sini, pasien belajar untuk mengenali sumber rasa takut dan pelan-
pelan menghadapinya. Flooding treatment menghadapkan pasien pada kondisi
yang ditakuti hingga serangan panik yang dialami mereda perlahan-lahan.

Melenyapkan Rasa Takut


Pada kenyataannya, butuh waktu dan terapi yang intens untuk menangani kasus
fobia berat. Hal ini terjadi karena terapi pada prinsipnya hanya memperbandingkan
dua emosi berbeda dari pemicu yang sama.

Bagaimanapun, penelitian yang baru-baru ini dilakukan secara terpisah oleh tim
Thomas Ågren dari Universitas Uppsala dan Daniella Schiller dari Universitas
New York menunjukkan hasil awal yang menjanjikan: rasa takut ternyata bisa
dilenyapkan sama sekali.

Masih ingat salah satu adegan film animasi Inside Out dimana memori yang
awalnya bahagia bisa diingat kembali sebagai memori yang menyedihkan? Saat
mengingat sebuah memori, otak kita mengalami proses perombakan emosi.
Akibatnya, perasaan yang muncul pada saat itu ditentukan oleh bagaimana terakhir
kali memori tersebut kita ingat.
Dengan memanipulasi proses ini, rasa takut nantinya bisa dihilangkan sama sekali
dari memori tertentu. Hanya saja, satu-satunya cara untuk bisa memanipulasi
ingatan tentunya dengan terlebih dahulu mengingat setiap detail memori tersebut
secara keseluruhan. Sudah sewajarnya kita menghindari hal yang kita takuti, tapi
hanya dengan berani menghadapi maka kita punya kesempatan untuk menaklukkan
ketakutan yang kita alami.

Anda mungkin juga menyukai