Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RANGKUMAN COURSE (CROSS SECTIONAL)

Naufal Wildan Askandar


NIM. G0018156
Kelas B

PRODI S-1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2019
A. Definisi
Menurut Sugiyono (2010:2) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu”
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriftif dan
verifikatif.
Salah satu metode penelitian adalah cross-sectional. Menurut Asep Hermawan
(2006:45) sebagai berikut:
”Penelitian cross-sectional seringkali disebut penelitian sekali bidik (one snapshot),
merupakan penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan pada suatu titik waktu
tertentu”
Penelitian ini dapat juga disebut sebagai penelitian potong lintang

B. Kelebihan dan Kekurangan


Adapun kekuatan dan kelemahan menggunakan desain studi cross-sectional,
berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan studi ini yang penulis rangkum :
Kelebihan
 Mudah dalam pengguanaan dan penerapannya
 Biayanya relatif murah, karena tidak memerlukan follow-up (tindak lanjut)
 Relatif cocok dan sesuai untuk sekedar mendeskripsikan distribusi penyakit yang
berhubungan dengan status paparan
Kekurangan
 Kurang tepat jika digunakan untuk analisis klausal, mengingat penelitian dan penilaian
dalam analisis klausal menuntut adanya sekuensi waktu yang jelas antara paparan dengan
penyakit, yaitu paparan mendahului penyakit.
Studi Cross-Sectional akan mudah dilakukan menggunakan tools SPSS. Tahapan yang
harus dilakukan jika kita akan menggunakan SPSS adalah datayang sifatnya masih fisik,
harus kita ubah ke bentuk digital kita inputkan ke dalam SPSS. Setelah itu tinggal kita
ikuti langkah-langkahnya supaya kita bisa melanjutkan olah data ketahap selanjutnya.
C. Contoh Kasus
Berdasarkan tujuannya, studi cross sectional dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Studi cross sectional deskriptif
Studi ini untuk meneliti prevalensi penyakit, atau paparan, atau kedua-duanya,
pada suatu populasi tertentu. Prevalensi adalah proporsi kasus (individu-individu
berpenyakit) dalam suatu populasi pada satu saat. Karena pengukuran pada satu saat,
maka prevalensi disebut juga “prevalensi titik” (“point prevalence”).
Prevalensi = Kasus/ Populasi Total
Studi cross sectional bukan merupakan studi longitudinal, karena tidak melakukan
follow up pengaruh paparan terhadap penyakit. Tetapi sebagai studi deskriptif, studi cross
sectional dapat meneliti prevalensi penyakit selama satu periode waktu dan menghasilkan
data “prevalensi periode” (“period prevalence”). Studi prevalensi period biasanya
dilakukan untuk penyakit-penyakit kronis yang gejalanya intermitten.[3]
Contoh studi kasus :
1. Prevalensi PJK diantara Kel.Terpapar (Orang yg Tidak Aktif OR) dan Kel. Tak Terpapar
(Yg Aktif)

PJK PJK
TOTAL
OLAHRAGA + –

250
50 200
(a+b)
AKTIF (a) (b)

750
TIDAK 50 750
(c+d)
AKTIF (c) (d)

1000
TOTAL 100 900

 Prevalens 1
= a / (a+b) = 50 / 250
= 20%
adalah proporsi PJK diantara orang2 yg aktif OR
 Prevalens 2
= c / (c+d) = 50 / 750
= 6,7%
adalah proporsi PJK diantara orang2 yg tidak aktif OR
2. Studi cross sectional analitik
Studi cross sectional analitik mengumpulkan data prevalensi paparan dan
penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok
terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan
penyakit. Perbandingan terhadap perbedaan kelompok merupakan komponen analitik dari
desain ini. Studi ini membandingkan proporsi orang-orang terpapar yang mengalami
penyakit.[4]
Contoh studi kasus :
Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yang dikutip dalam Budiarto
(2004) yaitu hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb
kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya. Kriteria inklusi adalah persalinan
normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb
kurang dari 11gr%.
Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali
lebih besar dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 – 0,08 = 0,07.
Ini berarti bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu
hamil sebesar 0,007.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji
Chi-Square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal
dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal
lainnya (Wijayanto, 2009).
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara anemia dan BBLR. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross
sectional karena pengumpulan data dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan, tetapi
bersifat analitis karena dilakukan analitis seperti penelitian kohor. Kelemahan penelitian
ini antara lain tidak diketahui apakah anemia terjadi sebelum hamil atau setelah hamil
dan komparabilitas kedua kelompok tidak dapat dilakukan, misalnya tingkat pendidikan,
makanan yang dikonsumsi, sosial ekonomi, dan lain-lain yang mungkin berpengaruh
terhadap terjadinya anemia (Budiarto, 2004).[5]
v Pemilihan Sampel
Studi cross sectioanl dianjurkan untuk menggunakan prosedur pencuplikan
random (random sampling) agar deskripsi dalam sampel mewakili (representatif)
populasi sasaran. Mekanisme dasar pencuplikan random adalah pencuplikan random
sederhana (simple random sampling), dimana masing-masing anggota populasi memiliki
probabilitas yang sama dan independen untuk masuk ke dalam sampel. Karena peneliti
mencuplik sampel random dari populasi (pada satu titik waktu), maka status paparan dan
status penyakit dari subyek penelitian terbuka untuk bervariasi, disebut non-fixed
sampling.
Studi ini juga dapat menggunakan teknik pencuplikan random kompleks,
misalnya pencuplikan random berstrata (cluster random sampling) dan pencuplikan
random klaster dengan pembagian populasi menurut strata, lalu pencuplikan sampel
random dari masing-masing strata. Pencuplikan random klaster dimulai dengan
penentuan klaster sebagai unit pencuplikan, lalu mencuplik klaster-klaster tersebut secara
random. Teknik pencuplikan random tersebut lebih efisien daripada pencuplikan random
sederhana.
Prosedur pencuplikan random sederhana dapat digunakan pada studi cross sectional
analitik jika frekuensi paparan maupun penyakit cukup tinggi. Sebab prosedur itu akan
memberikan sampel berpenyakit (kasus) dan tak berpenyakit (kontrol) dalam jumlah
yang cukup banyak untuk dapat dibandingkan dalam status paparan. Sebaliknya prosedur
random sederhana tidak tepat dipilih jika frekuensi paparan maupun penyakit rendah,
sebab sampel yang diambil random akan memuat subyek berpenyakit maupun subyek tak
berpenyakit.
Daftar Pustaka

Budiharto (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC. hlm. 31–36. ISBN 978-979-
448-887-4.

Sukandar, P. B. & Kusrini, I., 2009. Hubungan Antara Status Iodium dengan Status Gizi
Pada Anak Riwayat Hipotiroid. Media Gizi Mikro Indonesia, I(1), pp. 31-38.

Ina Kusrini, D. K. P. S. B. B., 2015. HIPOTIROIDISME PADA IBU HAMIL DI


DAERAH REPLETE DAN NON-REPLETE GONDOK DI KABUPATEN
MAGELANG. pp. 49-59.

Anda mungkin juga menyukai