Anda di halaman 1dari 9

ESSAY TENTANG POPULASI PENDUDUK BERDASARKAN KELOMPOK UMUR

DAN JENIS KELAMIN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar

yang Diampu Oleh Bapak Prof. Dr. Maridi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Adelia Jasmine Nurhalisa (K5418001)

Ardan Mukti Wibowo (K5418016)

Hanifah Nurizzah (K5418032)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019
“Populasi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta tahun
2016”

Jumlah penduduk dapat sebagai potensi maupun beban bagi suatu negara, akan menjadi
potensi apabila jumlah penduduk seimbang dengan sumber daya yang lain serta mempunyai
kualitas hidup yang baik. Sebaliknya, menjadi beban apabila jumlah penduduk melampaui
kapasitas dari wilayah tersebut. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia masih terus
berlangsung sampai saat ini, jumlahnya dari tahun ke tahun terus bertambah. Meningkatnya
jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan ledakan penduduk, hal ini sangat mempengaruhi
kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah tertentu.

Kualitas hidup manusia atau masyarakat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya
dipengaruhi oelh kepadatan penduduk. Adanya kepadatan penduduk yang tinggi akan
menimbulkan berbagai masalah yang berhubungan dengan masalah kependudukan misalnya
kemiskinan, perumahan, lapangan pekerjaan dan lain-lain. Adanya permasalahan tersebut akan
membawa dampak pada penurunan kualitas hidup masyarakat.

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah
yang dihuni (Ida Bagoes mantra, 2007). Salah satu permasalahan kepadatan penduduk adalah
persebaran yang tidak merata. Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup
penduduknya. pada daerah dengan kepadatan yang tinggi, usaha peningkatan kualitas hidup
penduduk akan lebih sulit dilakukan. Hal ini menimbulkan permasalahan social ekonomi,
kesejahteraan, keamanan, ketersediaanlahan, air bersih dan kebutuhan pangan yang semakin
meningkat.

Semua kebutuhan manusia dipenuhi dan bergantung kepada lingkungan, karena


lingkungan merupakan sumber alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan pangan, papan, air bersih, udara bersih dan kebutuhan
lainnya.

Ledakan penduduk yang cepat menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat
terutama dalam bidang social ekonomi masyarakat. Adapun dampak dari ledakan penduduk
adalah:
a. Tidak tercukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada serta berbagai fasilitas
pendukung yang lain.
b. Semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan pokok. Akibatnya sumber-sumber
kebutuhan pokok tersebut tidak lagi sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.
c. Tidak tercukupinya lapangan pekerjaan bagi tenaga kerja yang ada, akibatnya terjadilah
peningkatan jumlah pengangguran yang berdampak pada menurunnya kualitas sosial.

Indikator social ekonomi adalah indikator yang digunakan untuk memberikan tingkat
kemajuan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara yang sedang berkembang, dan
member gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan suatu masyarakat di tiap-tiap negara.
Adapun indicator dari social ekonomi antara lain:

a. Pekerjaan
Bekerja diartikan melakukan sesuatu untuk menghasilkan barang atau jasa dengan
maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang dlam kurun waktu
tertentu. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
meghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang
bekerja maupun yang sementara sedang tidak bekerja karena suatu sebab, seperti petani
yang sedang menunggu panen/hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.
b. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang yang dicapai melalui kombinasi
fisik, mental, dan kesejahteraan social ekonomi.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian dengan tujuan mengubah kebiasaan-kebiasaan tidak
baik menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama kita hidup untuk memperbaiki kualitas
diri menjadi lebih baik dan mampu menjawab tantangan di masa depan.
d. Pendapatan
Besarnya poenghasilan dapat mempengaruhi taraf hidup seseorang, semakin
tinggi penghasil anakan semakin tinggi pula taraf hidupnya.
Kota Surakarta terletak antara 110°45’15’’ dan 110°45’35’’ BT dan antara 7°36’ dan
7°56’’ LS. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang
kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta merupakan
daratan rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut. Luas wilayah Kota Surakarta
mencapai 44, 04 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan,
Pasar Kliwon, Jebres, dan Banjarsari dan 54 kelurahan. Sebagian besar lahan dipakai sebagai
tempat pemukiman sebesar 66%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi memakan tempat berkisar
antara 17% dari luas lahan yang ada.

Kota Surakarta merupakan salah satu kota terpadat di Jawa Tengah, yang menempati
angka tertinggi tingkat kepadatan penduduknya. Menurut Jurnal Profil Perkembangan
Kependudukan Kota Surakarta tahun 2014, angka kepadatan kota Surakarta mencapai
12.549/km2 . artinya setiap Km2 dihuni oleh 12.549 orang dan membuat kepadatan kota
Surakarta tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari aspek persebaran penduduk di setiap
kecamatan, paling padat adalah Kecamatan Pasar Kliwon (17.429/km2), Kecamatan Serengan
(16.657/km2), Kecamatan Banjarsari (11.842/km2), Kecamatan Laweyan (11.341/km2) dan
Kecamatan Jebres (11.299/km2). Tingginya angka kepadatan penduduk mempengaruhi tingkat
kesehatan perumahan dan permukiman. Apalagi dampak tersebut sangat rentan terhadap
penduduk usia dini. Berikut ini data populasi penduduk berdasarkan kelompok usia dini pada
tahun 2016 menurut Badan Pusat Statistik Kota Surakarta.

Data Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Dini dan Jenis Kelamin Di Kota Surakarta Pada
Tahun 2016

2016

Kelompok Umur Penduduk Menurut Kelompok Umur (Jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 18.206 17.382 35.588

5-9 18.532 17.643 36.166

10-14 17.707 17.139 34.846

15-19 22.814 24.931 47.745

20-24 26.429 26.641 53.070


25-29 20.301 19.556 39.857

30-34 18.833 19.321 38.154

35-39 18.177 19.327 37.504

40-44 17.618 18.945 36.563

45-49 16.696 19.253 35.949

50-54 16.096 18.369 34.465

55-59 14.247 14.453 29.700

60-64 9.769 10.014 19.783

65+ 14.553 20.228 34.781

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Data Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Dini dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta
pada tahun 2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. Dari sumber tersebut dapat
dianalisis bahwa data tersebut mulai dari kelompok umur 0-4 tahun sampai dengan umur 10-14
tahun mengalami fluktuatif (tidak stabil), dimana apabila dibentuk sebuah grafik, pada umur 0-4
tahun sampai umur 5-9 tahun terjadi peningkatan populasi. Lalu setelah itu, dari umur 5-9 tahun
sampai dengan umur 10-14 tahun mengalami penurunan.

36,500

36,000

35,500

35,000

34,500

34,000
0-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun

Grafik Data Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Dini di Kota Surakarta tahun 2016
Berdasarkan dari data proyeksi penduduk, diperkirakan pada tahun 2016 terdapat 106.600
ribu jiwa penduduk usia dini di Kota Surakarta. Penduduk usia 0-4 tahun Perempuan sebanyak
18.206 ribu jiwa, sedangkan yang laki laki sebanyak 17.832 ribu jiwa jadi keseluruhan total
penduduk usia 0-4 berjumlah 35.588 ribu jiwa. Penduduk usia 5-9 tahun Perempuan sebanyak
18.532 ribu jiwa, sedangkan laki laki 17.643 ribu jiwa jadi keseluruhan total penduduk usia 5-9
berjumlah 36.166 ribu jiwa. Penduduk usia 10-14 tahun Perempuan sebanyak 17.707 ribu jiwa,
sedangkan laki laki 17.139 ribu jiwa jadi keseluruhan total penduduk usia 10-14 berjumlah
34.846 ribu jiwa. Total keseluruhan penduduk usia dini pada saat itu sebanyak 106.600 ribu jiwa.

Apabila jika penduduk usia dini mengalami kepadatan, hal ini akan berpengaruh pada
permasalahan ketersediaan layanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan.
Berikut ini terdapat sajian tabel mengenai data penduduk usia dini yang masih bersekolah
maupun tidak bersekolah.

Tabel Partisipan Penduduk Terhadap Sekolah Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin pada tahun
2018.
Dilihat dari tabel diatas, dapat dianalisa bahwa kepadatan penduduk usia dini dapat
mempengaruhi jenjang pendidikan. Penduduk usia dini yang berumur 7-12 tahun baik laki laki
maupun perempuan yang belum pernah bersekolah sebanyak 115 orang, lalu yang masih
bersekolah sebanyak 45.170 orang. Sedangkan penduduk usia dini yang berumur 13-15 tahun
baik laki laki maupun perempuan yang masih bersekolah sebanyak 23.973 orang, lalu yang tidak
sekoah lagi sebanyak 343 orang. Hal ini disebabkan akibat meningkatnya kepadatan penduduk
sehingga ketersediaan sarana dan prasarana di pendidikan terganggu, bias juga dikarenakan oleh
factor ekonomi dalam keluarga.

Tabel Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2017-2018


Jika dilihat dari tabel diatas, dapat dianalisa bahwa dari tahun 2017 ke tahun 2018
fasilitas kesehatan masyarakat mengalami fluktuatif (perubahan yang tidak stabil) ada yang
bertambah (peningkatan) dan ada yang berkurang (penurunan), bahkan ada yang stagnan (tetap).
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk membuat fasilitas kesehatan masyarakat
dominan banyak yang mengalami peningkatan di sejumlah fasilitas seperti penambahan dokter
umum (dari 494 jadi 510), toko obat (23), namun dibalik peningkatan tersebut juga terdapat
pengurangan di bidang yang lain seperti pengurangan tenaga farmasi (dari 940 jadi 932),
pengurangan perawat (dari 3.684 jadi 3.620).

Kepadatan penduduk usia dini menyebabkan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan dan
ketersediaan sarana prasarana terganggu, namun disamping itu terdapat solusi atau kebijakan
yang dapat mengurangi setiap permasalahan tersebut antara lain :

1. Menekan pertumbuhan penduduk dengan mengikuti program KB (Keluarga Berencana)

Salah satu cara yang cukup efektif sebagai solusi untuk mengatasi kepadatan
penduduk adalah dengan mencanangkan program keluarga berencana atau KB. Keluarga
Berencana merupakan program pemerintah bagi rakyat Indonesia untuk membatasi
jumlah anak, dimana dalam satu keluarga cukup memiliki 2 orang anak saja. Dalam
program KB, ibu-ibu rumah tangga diberikan cara-cara khusus agar tidak hamil. Cara-
cara yang dilakukan ini misalnya dengan mengonsumsi obat tertentu, pemakaian alat
kontrasepsi, suntik atau jarum, dan lain sebagainya. Program Keluarga Berencana ini
berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga jumlah penduduk di Indonesia
tidak terlalu meledak.

Untuk sosialisasi program Keluarga Berencana sudah dilakukan secara maksimal


dan bisa didapatkan hingga tingkat puskesmas. Program Keluarga Berencana telah
dilakukan oleh sebagian warga Indonesia.

2. Membuat undang undang yang menetapkan usia minimal menikah


Untuk mengatasi pernikahan dini yang dapat memicu kepadatan penduduk,
pemerintah membuat Undang-undang yang membahas tentang hal ini. Undang-undang
ini menetapkan usia minimal pernikahan bagi seseorang. Hal ini bisa menekan angka
pertumbuhan penduduk dan mengatasi kepadatan penduduk.

Anda mungkin juga menyukai