Anda di halaman 1dari 12

ISSN 0125-9849, e-ISSN 2354-6638

Ris.Geo.Tam Vol. 28, No.1, Juni 2018 (37-48)


DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.387

APLIKASI ANALITIK HIRARKI PROSES UNTUK ANCAMAN


BAHAYA GEMPA DI DAERAH TANJUNG LESUNG-
PANIMBANG, KABUPATEN PANDEGLANG
THE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS APPLICATION FOR
EARTHQUAKE HAZARD IN TANJUNG LESUNG-PANIMBANG,
PANDEGLANG

Dedi Mulyadi dan Wawan Hendriawan Nur


Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

ABSTRAK Wilayah Tanjung lesung-Panimbang Kata kunci: Kegempaan, Analytical Hierarchy


Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah Process, Sistem Informasi Geografi, Panimbang.
pengembangan pariwisata yang tumbuh pesat.
ABSTRACT Tanjung Lesung-Panimbang region
Daerah tersebut menempati dataran aluvial dan
Pandeglang Regency has a rapid development in
material hasil proses vulkanik yang berpotensi
tourism. The area occupies an alluvial plain and
terhadap bahaya seismik. Dengan demikian
volcanic product materials that potentially prone
diperlukan informasi bahaya seismik dalam
to seismic hazard. Therefore, seismic hazard
menunjang pengembangan daerah tersebut.
information is required in supporting the
Tulisan ini bertujuan menguraikan aplikasi Sistem
development of the area. This paper describes the
Informasi Geografi dalam pemetaan ancaman
application of Geography Information System for
bahaya seismik di Tanjung Lesung-Panimbang.
seismic hazards mapping in the Tanjung Lesung-
Analisis spasial yang dilakukan atas dasar bobot
Panimbang area. Spatial analysis was conducted
dan peringkat dengan menggunakan pendekatan
on the basis of the weighting and ranking using the
AHP (Analytical Hierarchy Process).
AHP (Analytical Hierarchy Process) approach.
Berdasarkan penilaian dan pembobotan terhadap
Based on the assessment and weighting of Peak
parameter percepatan tanah puncak, likuifaksi,
Ground Acceleration, liquefaction, lithology,
litologi, morfologi dan ketinggian, dihitung
morphology and altitude parameters, we
dengan metode intersection untuk menghasilkan
calculated using intersection method to obtain the
peta potensi ancaman bahaya seismik yang
seismic potential hazard map, which classified
diklasifikasikan menjadi ancaman bahaya tinggi,
into high, medium and low. This hazard map will
sedang dan rendah. Diharapkan hasil penelitian ini
be very useful, particularly for the physical
menjadi perhatian, khususnya untuk kepentingan
development and spatial planning of Panimbang -
pembangunan fisik dan penyusunan rencana tata
Tanjung Lesung Pandeglang.
ruang wilayah di Tanjung lesung-Panimbang
Kabupaten Pandeglang. Keywords: Earthquake, Analytical Hierarchy
Process, Geography Information System,
_______________________________ Panimbang.
Naskah masuk : 22 Desember 2016 PENDAHULUAN
Naskah direvisi : 22 September 2017
Naskah diterima : 25 Mei 2018 Ancaman geologis khususnya gempabumi besar
____________________________________ dapat terjadi pada zona seismik yang bisa
Dedi Mulyadi menimbulkan kerusakan yang luas pada
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, infrastruktur dan bahkan bisa menimbulkan
Kompleks LIPI Gd. 70, Jalan Sangkuriang, Bandung korban jiwa.
40135, Indonesia
Email : dedi19@yahoo.com Kondisi geologi sebagian besar daerah pesisir
wilayah Tanjung lesung-Panimbang Kabupaten

©2018 Pusat Penelitian Geoteknologi 37


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Mulyadi et al. / Aplikasi Analitik Hirarki Proses untuk Ancaman Bahaya Gempa di daerah Tanjung lesung-Panimbang,
Pandeglang

Pandeglang berupa dataran aluvial dan material pariwisata menurut Peraturan Pemerintah Nomor
hasil proses vulkanik. Hal ini memungkinkan akan 26 Tahun 2012. Seiring dengan penetapan KEK di
terjadi dampak yang besar pada kerusakan wilayah tersebut maka perkembangan dan
infrastruktur, bangunan dan fasilitas penting pembangunan infrastruktur di wilayah Tanjung
lainnya jika terjadi bahaya gempa (Gambar 1). lesung menjadi semakin pesat. Dengan demikian
informasi mengenai bahaya seismik di kawasan
Beberapa kejadian gempa berpusat di sekitar Selat
tersebut menjadi sebuah kebutuhan sebagai salah
Sunda diantaranya yaitu gempa Sukabumi dengan
satu acuan dalam pengembangan wilayah tersebut.
besaran 5,5 Mw, gempa Cijeruk dengan 5,4 Mw,
gempa Pandeglang dengan magnitude 6,8 Mw Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah
(Hidayat et al., 2012), gempa Liwa 6,9 Mw satu alat yang memiliki peranan penting dalam
(Nuryanto, 2008). Gempa Pandeglang pada pengelolaan data dan informasi spasial. Teknologi
tanggal 4 November 2015 dengan besaran 5,2 Mw SIG merupakan sebuah alat untuk menyimpan,
yang tidak menimbulkan kerusakan (Tarmizi, mengorganisasikan, analisis dan menampilkan
2015). Hal tersebut menggambarkan adanya data spasial terkait dengan bahaya seismik
aktifitas tektonik di daerah sekitar Selat Sunda. Kabupaten Pandeglang dengan baik. Saat ini,
Dan berdasarkan pengukuran GPS di sekitar Selat teknologi SIG telah digunakan dalam mengolah
Sunda disimpulkan adanya pergeseran ke arah informasi di semua aspek kehidupan termasuk
timur, dengan kecepatan pergeseran berkisar 1,4 dalam pengelolaan dan menyelesaikan
cm/tahun (Hidayat et al., 2012). permasalahan berkaitan dengan keadaan
alam/kebencananaan serta aktivitas manusia
Wilayah Tanjung lesung Kabupaten Pandeglang
(Jayarthna, 2017, Rahman, 2015).
merupakan salah satu kawasan yang yang secara
khusus dikembangkan untuk KEK/Kawasan Tulisan ini akan menguraikan penggunan metode
Ekonomi Khusus (Mulyadi, 2016) untuk zona AHP yang diaplikasikan dalam SIG untuk

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian.

38
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Desember 2018, 37-48

memetakan ancaman bahaya seismik di Tanjung gelombang yang dicerminkan oleh bentuk
lesung - Panimbang Kabupaten Pandeglang. morfologi pematang pantai yang sejajar pantai
Dengan menghitung parameter PGA, likuifaksi, berarah barat daya – timur laut dan endapan
litologi, morfologi dan ketinggian. aluvial yang berasal dari aliran sungai.
LOKASI DAN GEOLOGI DAERAH Daerah Tanjung lesung dan sekitarnya ditinjau
PENELITIAN dari geologi dan tektonik merupakan zona
rendahan dan jalur sesar berarah barat laut –
Daerah penelitian wilayah Tanjung lesung-
tenggara yang diisi oleh endapan sedimen laut
Panimbang merupakan daerah dataran sampai
(Sudana D. dan Santosa S, 1992).
perbukitan yang terletak pada koordinat 6 0 27’–
6037’ Lintang Selatan dan 105036’-105049’ Bujur Geologi daerah penelitian (Gambar 3) Geologi
Timur dengan ketinggian antara 0 sampai 150 dan stratigrafi daerah penelitian telah disusun
meter diatas permukaan laut (dpl) (Gambar 2). secara baik oleh Lumbanbatu dan
Poedjoepradjitno (1992) dari tua ke muda, yaitu
Wilayah Tanjung lesung - Panimbang sebagai
Formasi Bojongmanik merupakan perselingan
daerah pesisir merupakan suatu paparan dataran
batupasir dengan batu lempung gampingan dan
pantai, fluviatile, pematang pantai, laguna pesisir
batupasir tufaan berselingan dengan lignit. Umur
dan alluvium, dicirikan oleh endapan dataran pada
formasi ini adalah Miosen akhir – awal Pliosen.
patai Holosen yang berhadapan dengan Samudera
Selanjutnya diatasnya diendapkan Formasi
Hindia.
Cipacar secara selaras, terdiri dari batupasir
Penyebaran endapan kuarter di daerah ini tufaan, pasir gampingan, batu lempung pasiran.
mengikuti pola morfologi purba, kompleks delta Diatasnya secara tidak selaras diendapkan batuan
di Tanjung lesung ini didominasi oleh pengaruh produk vulkanik dan aluvium yang mencerminkan

Gambar 2. Peta ketinggian daerah Tanjung lesung.

39
Mulyadi et al. / Aplikasi Analitik Hirarki Proses untuk Ancaman Bahaya Gempa di daerah Tanjung lesung-Panimbang,
Pandeglang

Gambar 3. Peta geologi daerah Tanjung lesung (sumber: Santosa S. 1992).

pola pematang pantai. Endapan Gunungapi parameter yang dihitung dan diimplementasikan
Danau, lower tuff Banten, Gunungapi Karang, dalam Sistem Informasi Geografis atau SIG,
Gunungapi Pulosari dan Gunungapi Asupan serta (Gambar 4).
endapan aluvium menutupi daerah penelitian. Pola
AHP merupakan salah satu metode yang sangat
struktur geologi berdasarkan kelurusan struktur
populer dalam pemodelan bahaya dan dapat
berarah hampir barat daya – timur laut.
digunakan untuk analisa parameter yang
Geomorfologi daerah penelitian merupakan kompleks untuk pengambilan keputusan
dataran seluas 85,07% dari luas keselurahan berdasarkan kriteria kuantitatif (Saaty 1990, Chen
Kabupaten Pandeglang dan 15,03% merupakan et al., 2011). Metode ini dapat menciptakan hirarki
dataran tinggi pengunungan. Dari data hasil parameter dan kemudian membandingkan
pemboran memperlihatkan endapan sedimen pasangan yang mungkin dalam matriks sehingga
berumur kuarter, dengan lingkungan pengendapan terdapat rasio bobot yang konsisten untuk setiap
terdiri dari endapan banjir, endapan cekungan elemen parameter (Saaty 1988, Saaty 2008,
banjir, endapan rawa dan endapan pantai. Estoque 2012). Teknik ini telah berhasil
digunakan untuk memetakan zonasi bahaya
METODE
seismik di berbagai belahan dunia (Malczewski
Metode yang dilakukan dalam pemetaan ancaman 1999, Panahi et al., 2014, Quadrio et al., 2015).
bahaya seismik dilakukan dalam beberapa tahapan
AHP mendefinisikan masalah dan menentukan
yaitu pengumpulan data, persiapan peta tematik,
jenis pengetahuan yang akan dicari serta
menentukan peringkat dan pembobotan dengan
menentukan hirarki keputusan dan parameter.
menggunakan AHP, adalah menggunakan metode
Setelah pembentukan hirarki, matriks
AHP untuk merumuskan bobot dan peringkat tiap
perbandingan berpasangan untuk setiap kriteria di

40
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Desember 2018, 37-48

Gambar 4. Alur metode penelitian.

setiap tingkat dikonstruksi. Setiap kriteria menghitung nilai perhitungan bobot indikator
dibandingkan terhadap kriteria lain dalam tingkat evaluasi dengan menggunakan analisis spasial
yang sama, dan berkorelasi dengan tingkat di atas intersection terhadap nilai indikator setiap
dan di bawah posisinya. Seluruh skema parameter sehingga menghasilkan peta potensi
digabungkan secara matematis, menghasilkan bahaya seismik.
pernyataan prioritas untuk masing-masing
Untuk menentukan penyimpangan atau tingkat
individu atau kelompok. Konsistensi suatu matriks
konsistensi dari penentuan bobot untuk setiap
dapat diperiksa dengan menghitung nilai eigen
indikator parameter digunakan indeks konsistensi
utama, λ max. Batas atas nilai eigen adalah ukuran
atau Consistency Index (CI) sebagai acuan
yang sama dengan matriks elemen (Saaty 2008).
sehingga perhitungan bobot dapat dilakukan
Dampak dari bahaya gempa dipengaruhi oleh dengan konsisten (Saaty 1988, Saaty 1990).
kriteria/parameter geomorfologi tanah yang terdiri
Pengumpulan Data
dari geologi, geomorfologi dan data geoteknik
selanjutnya dibutuhkan juga parameter percepatan Untuk melakukan pemetaan potensi ancaman
tanah puncak (PGA), likuifaksi dan ketinggian. bahaya seismik di daerah Tanjung lesung
Kabupaten Pandeglang berkaitan dengan berbagai
Metode AHP digunakan untuk menghitung bobot
data spasial yaitu PGA, likuifaksi, geologi,
dan peringkat yang mempengaruhi ancaman
morfologi dan topografi (Lumbanbatu, 2012).
bahaya seismik secara kuantitatif untuk penentuan
Data yang dikumpulkan berasal dari berbagai
zonasi. Parameter/kriteria yang mempengaruhi
sumber yang berbeda dan dalam format yang
bahaya geologi dapat dihitung dengan perhitungan
berbeda. Data spasial tersebut kemudian
dan analisis spasial ArcGIS (Childs 2004) yang
diintergrasikan dalam SIG dengan format
dapat dijadikan indikator kuantitatif penilaian
geodatabase di ArcGIS.
bahaya. Indikator evaluasi bahaya gempa dipilih
berdasarkan data geografi dasar (elevasi, Geodatabase merupakan database spasial
ketinggian, pola morfologi), data geologi, litologi, digunakan dalam mengelola data dan informasi
kegempaan (PGA) dan likuifaksi. Bobot setiap spasial sehingga integrasi, konsistensi, keakuratan
indikator (parameter) ini ditentukan oleh proses terjaga dan memudahkan dalam analisis spasial
hirarki analitik. Perangkat lunak ArcGIS (ESRI (Nur et al., 2015). Dalam geodatabase tersebut
2013) digunakan untuk menghitung dan dikelola data spasial PGA, likuifaksi, geologi,

41
Mulyadi et al. / Aplikasi Analitik Hirarki Proses untuk Ancaman Bahaya Gempa di daerah Tanjung lesung-Panimbang,
Pandeglang

litologi, morfologi, DEM dan topografi dalam 5 Lebih penting


format vektor dan raster. Beberapa data spasial 6 Rata-rata
didapatkan sebagai data sekunder dan sebagian
7 Sangat penting
lain diantaranya yaitu litologi, morfologi dan
ketinggian didapatkan dari hasil interpretasi atau 8 Rata-rata
analisis spasial dari data geologi dan citra SRTM 9 Mutlak sangat penting
(Shuttle Radar Topography Mission) 30 meter.
Secara geometris, Geodatabase menggunakan
Untuk menghitung bobot tiap komponen dipilih
system proyeksi WGS 1984 sehingga analisis
nilai yang sesuai dari Tabel 2, didapatkan bobot
spasial dalam pemetaan dapat dilakukan dengan
untuk lima komponen tersebut dalam Tabel 3.
akurat.
Parameter PGA, likuifaksi, litologi sebagai Tabel 3. Pembobotan parameter.
turunan dari geologi, morfologi dan ketinggian Parameter (1) (2) (3) (4) (5) Bobot
dilakukan penentuan peringkat dan pembobotan
dengan menggunakan metode AHP seperti PGA 1,00 3,00 5,00 7,00 7,00 0,56
ditampilkan dalam Tabel 1.
Likuifaksi 0,33 1,00 3,00 5,00 5,00 0,28
Tabel 1. Pengelompokan parameter dan kategori.
Komponen Kategori Litologi 0,20 0,33 1,00 3,00 5,00 0,16
PGA Tinggi
Morfologi 0,14 0,20 0,33 1,00 3,00 0,08
Sedang
Rendah Ketinggian 0,14 0,20 0,20 0,33 1,00 0,05

Likuifkasi Tinggi Keteragan: 1. PGA, 2. Likuifasi, 3. Litologi, 4. Morfologi,


Sedang 5. Ketinggian

Rendah Selanjutnya dengan menggunakan metode AHP


dilakukan perhitungan bobot dari tiap
Litologi Batuan lunak
kategori/indikator dari parameter yang digunakan
Batuan sedang untuk memetakan potensi ancaman bahaya
Batuan keras seismik (Tabel 4).
Morfologi Curam Tabel 4. Pembobotan indakator.
Sedang
Kategori/ (1) (2) (3) Bobot
Datar
Indikator
Ketinggian Rendah
PGA
Menengah
0,8–0,9 g 1,00 3,00 5,00 0,63
Tinggi
0,7-0,8 g 0,33 1,00 3,00 0,26
0,6-0,7 g 0,20 0,33 1,00 0,11
Sedangkan untuk nilai pembobotan dihitung
berdasarkan skala (Saatly 2008) yang telah Likuifaksi
membuat nilai standar dalam perhitungan Tinggi 1,00 3,00 7,00 0,67
menggunakan AHP (Tabel 2). Sedang 0,33 1,00 3,00 0,24
Tabel 2. Skala perbandingan pembobotan. Rendah 0,14 0,33 1,00 0,09
Skala Keterangan Litologi
1 Sama penting B, keras 1,00 3,00 7,00 0,67
2 Rata-rata B, sedang 0,33 1,00 3,00 0,24
3 Sedikit lebih penting B, lunak 0,14 0,33 1,00 0,09
4 Rata-rata

42
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Desember 2018, 37-48

Morfologi Zona 3 meliputi Kecamatan Cigeulis, Sobang,


>250 1,00 3,00 5,00 0,63 Angsana, Cibaliung, Munjul, dan sebagian besar
Panimbang termasuk Tanjung lesung dimana
80-250 0,33 1,00 3,00 0,26
wilayah pengembangan KEK Tanjung lesung
00 -80 0,20 0,33 1,00 0,11 sebagai kawasan pengembangan pariwisata
Ketinggian utama.
> 450 m 1,00 3,00 5,00 0,63 Daerah Pesisir Labuan – Panimbang terdiri dari
endapan banjir dan rawa mempunyai potensi
150-400 m 0,33 1,00 3,00 0,26
pergerakan lebih cepat karea dianggap tanah lepas
0-150 m 0,20 0,33 1,00 0,11 (loose) (Lumbanbatu, 2012).
Terkait data PGA, jika terjadi gempa maka
HASIL DAN PEMBAHASAN pengaruh terbesar terhadap kerusakan terdapat
pada zona PGA yang tinggi yaitu di zona 3
Berdasarkan data yang diperoleh, perhitungan termasuk daerah Tanjung lesung - Panimbang.
peringkat dan pembobotan menggunakan AHP Jika terjadi gempa besar skala 6 - 9 Mw akan
dan analisis spasial menggunakan SIG terkait mengakibatkan banyak kerusakan, karena di
ancaman bahaya seismik. Analisis yang daerah tersebut terdapat daerah pengembangan
dilakuakn terkait dengan parameter tersebut industri, daerah KEK pariwisata disamping
adalah sebagai berikut: permukiman penduduk yang padat.
PGA Daerah Tanjung lesung dan sekitarnya merupakan
Paramater PGA merupakan komponen yang daerah pengembangan pariwisata mempunyai
paling berpengaruh terhadap pemetaan ancaman potensi kegempaan yang lebih besar dan
bahaya seismik, dengan menggunakan metode berpotensi untuk terjadi kerusakan infrastruktur
AHP komponen PGA mempunyai nilai bobot bangunan jika bangunan-bangunan tersebut tidak
sebesar 0,56. Komponen PGA ini mempunyai dibangun dengan memperhatikan aspek
nilai indikator yang dikelaskan menjadi 3 kelas kegempaan Gambar 5.
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Tiap kelas Kewaspadaan lain adalah permukiman di
tersebut mempunyai pengaruh atau nilai bobot sepanjang pesisir pantai seperti daerah Labuan,
tertentu (Tabel 3) terhadap bahaya seismik. Kelas Carita, Panimbang dan Sumur, seperti diketahui
PGA rendah bernilai 0,6 - 0,7 g, kelas PGA sedang Kecamatan Labuan merupakan kota pantai
bernilai 0,7 – 0,8 g dan kelas tinggi bernilai PGA dimana pada tahun 2016 mempunyai penduduk
> 0,8 g. sekitar 56.724 jiwa (BPS Pandeglang, 2016)
Berdasarkan peta PGA Pusgen tahun 2017 diketahui kecamatan Labuan merupakan salah
(Pusgen, 2017) memperlihatkan bahwa zona PGA satu kota terpadat diantara kecamatan lainnya
di sekitar daerah Tanjung lesung - Panimbang dengan litologi aluvial, jika terjadi gempa akan
Pandeglang terdapat dalam 3 zona yaitu zona 1 mengakibatkan kerusakan yang parah, ditambah
dengan nilai PGA 0,6 - 0,7 g, Zona 2 dengan nilai dengan struktur bangunan disepanjang pantai
PGA 0,7 - 0,8 g dan Zona 3 dengan nilai PGA 0,8 yang tidak permanen.
- 0,9 g. Likuifaksi
Di Kabupaten Pandeglang zona 1 nilai PGA 0,6 – Berdasarkan peta likuifaksi Gambar 5
0,7 g terletak di bagian timur laut Kabupaten menunjukan distribusi sebagian mulai tinggi
Pandeglang meliputi Kecamatan Carita, Jiput, (0,67), sedang (0,24) dan rendah (0.09), potensi
Pulosari, Menes, Bojong, Cipeucang, Cimanuk, tinggi tersebar disepanjang pantai dari labuan,
Mekarjaya, Mandalawangi, Cadasari, Saketi dan
Banjar. Litologi
Zona 2 penyebarannya terletak di bagian tengah Gambar 6 menunjukan sebaran batuan lunak
meliputi Kecamatan Labuan, Pagelaran, Cikedal, (0.09), sedang (0,024) dan tinggi (0,67) yang
Cisata, Bojong, Picung, Patia, Sukaresmi, menggambarkan ancaman tinggi tersebar di
Angsana, Munjul dan sebagian Panimbang. daerah aluvial/dataran banjir.

43
Mulyadi et al. / Aplikasi Analitik Hirarki Proses untuk Ancaman Bahaya Gempa di daerah Tanjung lesung-Panimbang,
Pandeglang

Gambar 5. Peta Peak Ground Acceleration (PGA) daerah Tanjung lesung (sumber: Peta
Pusgen tahun 2017).

Gambar 6. Peta Likuifaksi daerah Tanjung lesung (Sumber: modifikasi Lumbanbatu 2012).

Morfologi

44
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Desember 2018, 37-48

Tanjung Lesung

Gambar 7. Peta Litologi daerah Tanjung lesung-Panimbang, sumber: hasil pengolahan.

Morfologi menggambarkan sebaran potensi ancaman di


daerah Tanjung lesung-Panimbang.
Gambar 7 memperlihatkan pola distribusi sebaran
bentang alam yang mencerminkan kemiringan Dari hasil perhitungan dan pembobotan dengan
lereng,data (0,11), bergelombang (0,26) dan menggunakan AHP dan SIG maka dihasilkan
perbukitan (0,63) dimana yang area datar rentang niali indek tertinggi sebesar 0,73, dan nilai
merupakan ancaman potensi bahaya sesimik. terendah sebesar 0,12.
Ketinggian Dari perhitungan dan analisis spasial terhadap
parameter PGA, likuifaksi, litologi, morfologi dan
Gambar 8 menggambarkan variasi ketinggian,
ketinggian dihasilkan nilai untuk setiap objek
dimana daerah rendahan yang terdapat sepanjang
poligon hasil intersection. Dalam peta ancaman
pantai:Labuan, Panimbang dan Carita rentan
bahaya seismik dilakukan pengkelasan menjadi
terhadap rentah terhadap ancaman seismik bila
tiga kelas yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tiap
disbandingkan dengan daerah yang lebih tinggi.
kelas mempunyai rentang nilai indeks. Indeks
Setelah didapatkan nilai bobot untuk parameter
kelas ancaman bahaya seismic rendah bernilai <
dan indikator, selanjutnya dihitung dengan
0,32. Indeks nilai ancamana bahaya seismik
menggunakan SIG sehingga dihasilkan peta
sedang benilai antara 0,32 – 0,52 dan indeks nilai
ancaman bahaya seismik (Gambar 9).
ancaman bahaya seismik tinggi bernilai > 0,52.
Peta ancaman bahaya seismik tersebut menyajikan
Dari peta hasil analisis terlihat ancaman bahaya
hasil analisis spasial dengan menggunakan
seismik tertinggi terdapat di pesisir Tangjung
intersection terhadap nilai bobot untuk setiap
lesung – Panimbang dan sebagian besar pesisir
parameter dan indikator dari data PGA, likuifaksi,
Panimbang dengan nilai indeks > 0,53. Hal ini
litologi, morfologi dan tinggian. Hasil ini dapat

45
Mulyadi et al. / Aplikasi Analitik Hirarki Proses untuk Ancaman Bahaya Gempa di daerah Tanjung lesung-Panimbang,
Pandeglang

Gambar 8. Peta Morfologi daerah Tanjung lesung, sumber: pengolahan dari SRTM 30 m.

Gambar 9. Peta Potensi ancaman bahaya seismik daerah Tanjung lesung-Panimbang, sumber: hasil
analisis.

dikarenakan daerah Tanjung lesung-Panimbang


46
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, Vol.28, No.1, Desember 2018, 37-48

dikarenakan daerah Tanjung lesung-Panimbangan Bahaya Gempa di Selat Sunda Berdasarkan


terdapat dalam zona PGA, likuifaksi, dan litologi Data Pengamatan GPS, Jurnal Widyariset
yang kerawanan tingggi. LIPI. 15 (3), 619-628 pp.
KESIMPULAN Lumbanbatu, U. M., dan Poedjoepradjitno., 2012.
Quartenary Geological Phenomena In
Hasil analisis spasial intersection dengan
labuan Area, Area Pandeglang Regency,
menggunakan AHP dan SIG menunjukkan bahwa
Pandeglang Area, Indonesian Jurnal of
ancaman bahaya seismik didaerah Tanjung lesung
Geology, 7 (4), 215 pp.
terkonsentrasi tinggi dengan nilai indeks > 0,53
terutama di sebagian besar daerah Panimbang. Lasinidu Jayarathna, Darshana Rajapaksa,
Oleh karena itu, perlu mendapatkan perhatian Shunsuke Managi, Wasantha Athukorala,
khusus dalam perencanaan tata ruang maupun Benno Torgler, Maria A. Garcia-Valiñas,
pembangunan fisik. Robert Gifford, Clevo Wilson., 2017. A
GIS based spatial decision support system
UCAPAN TERIMA KASIH
for analysing residential water demand: A
Kami menghaturkan terimakasih kepada kepala case study in Australia, Science Direct,
Puslit Geoteknologi LIPI yang telah memberi Elsevier 32, DOI: 10.1016/ j.scs.2017. 03.
kesempatan melakukan penelitian tataruang 012, 67-77.
berbasiskan bencana di daerah Pandeglang, kami
Malczewski J, 1999, GIS And Multicriteria
juag mengucapkan terimakasih kepada teknisi Lab
Decision Analysis, Departement Of
GIS yang telah membantu dalam penggambaran
Geogrphy, University Of Westren Ontario,
peta, dan tak lupa kami ucapakan terimaksih
New York, Jhon Wiley & Son, Inc.1999,
kepada Dr. Lina Handayani, Pak Ir. Eko Soebowo
408 p.
dan Pak Prof. Robert Delinom yang telah
membimbing dalam penulisan. Mulyadi, D., Handayani, L., Wardana, D. D.,
2010. Proyeksi Gempa Bumi Tasikmalaya
DAFTAR PUSTAKA September 2009 Terhadap Potensi Bahaya
Childs Cholin, 2004. Interpolating Surfaces in Kegempaan daerah Garut dan Sekitarnya,
ArcGIS Spatial Analyst, ArcUser, 32-35 Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan.
pp. 20 (1), 21-28. DOI:http://dx.doi.org10.
14203/risetgeotam 2010.v20.31.
Chen, Y. R., Yeh, C. H., Yu, B., 2011. Integrated
application of the analytic hierarchy process Mulyadi, Dedi., Nur, Wawan. Hendriwan.,
and the geographic information system for Susilowati Susilowati Yuliana., 2016.
flood risk assessment and flood plain Penataan Ruang Berdasarkan Kebencanan,
management in Taiwan. Nature Hazards, 59 di Pesisir Kabupaten Pandeglang,
(3), 1261–1276. Proseding Geotek Expo 2016, Puslit
Geoteknologi LIPI, 685-694.
Estoque Ronald C, 2012, Analytic Hierarchy
Process in Geospatial Analysis, Progress in Nuryanto., 2008. Analisis Potensi Kegempaan
Geospatial Analysis, 157-181. Dan Tsunami Di Kawasan Pantai Barat
Lampung Kaitannya Dengan Mitigasi Dan
Irsyam Masyur, Faisal Lutfi, Natawidjaya Danny
Penataan Kawasan, Jurnal Sain dan
H., Widyantoro Sri, Meilano Irwan, Triyoso
Teknologi Indonesia, 10 (2), 71-77.
Wahyu, Rudiyanto Ariska, Hidayati Sri,
Asrurifak M., Sabaruddin Arief, Hanifa Nur, W. H., N. A., Fazat, A. Saiful, 2015. A
Rahma, 2017, Peta Gempa, Perkembangan, Metamodel for Disaster Risk Models.
dan Aplikasinya, Untuk Perancangan Prosiding The 2015 International
Struktur dan Infrastruktur tahan Gempa Conference on Data and Software
Indonesia, skala 1: 500.000, Pusat Gempa, Engineering. Yogyakarta,709-725.
Kementrian Pekerjaan Umum dan Pusat Studi Gempa Nasional, 2017, Peta Sumber
Perumahan Rakyat
dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017,
Hidayat, M. N., Meilanao, I., dan Gumilar., 2012. Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman,
Regangan Tektonik Dan Estimasi Potensi Badan Penelitian dan Pengembangan,

47
Mulyadi et al. / Aplikasi Analitik Hirarki Proses untuk Ancaman Bahaya Gempa di daerah Tanjung lesung-Panimbang,
Pandeglang

Kementerian Pekerjaaan Umum dan Schmidts Meriam, 2013. Esri ArcGis Desktop
Perumahan Rakyat. ISBN 978-602-5489- Associate Sertification Study Guide, Esri
01-3.376 pp. Press, ISBN: 9781589483514, 450 pp
Publikasi Statistik, 2016. Badan Statistik Santosa, S., 1991. Peta Geologi Lembar Anyer,
Kabupaten Pandeglang, 2016, https:// Jawa Barat, Pusat Penelitian dan
pandeglangkab.bps.go.id/ Pengembangan Geologi. Republik
Indonesia, Bandung.
Sudana D dan Santosa S., 1992. Peta Geologi
Cikarang, Pusat Survey Geologi, Pusat Svob, Sienna & Arroyo, Pablo & Kalacska,
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Margaret 2014. The Development Of A
Republik Indonesia, Bandung. Forestry Geodatabase For Natural Forest
Management Plans In Costa Rica. Forest
Saaty. T. L., 1990. How To Make A Decision: The
Ecology And Management. 327, 240-250.
Analytic Hierarchy Process, European
10.1016/j.foreco.2014.05.024.
Journal of Operational Research, 48 (1), 9-
26. Rahman, Naima & Ansary, Mehedi & Islam,
Ishrat. (2015). GIS Based Mapping Of
Saaty, T. L., 2008. Decision Making with the
Vulnerability To Earthquake And Fire
analytic hierarchy process. International
Hazard In Dhaka City, Bangladesh.
Journal Services Sciences, 1 (1), 88-98.
International Journal of Disaster Risk
https://doi.org/10.1504/IJSSci.2008.01759.
Reduction. 13, 291-300. 10.1016/j.ijdrr
Saaty, T. L., dan Vargas, L. G., 2012. Models, .2015.07.003.
Methods, Concepts & Applications of the
Analytic Hierarchy Process 2nd Edition.
Springer US, New York. http://dx.doi.
org/10.1007/978-1-4615-1665-1, 346 pp.

48

Anda mungkin juga menyukai