Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan persaingan yang semakin

ketat, menunjukan arah yang semakin manjauh dari landasan palsapah

pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam Undang-undang dasar 1945, dinyatakan

bahwa perekonomian Indonesia berlandaskan pada ekonomi kerakyatan. Artinya

bahwa, perekonomian harus dibangun atas dasar kepentingan orang banyak dan

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Pendektan konglomerasi, menimbulkan kesenjangan ekonomi yang

semakin jauh, para pemilik modal terus berekspansi mengembangkan usaha ke

semua sekor mulai dari hulu sampai hilir. Sementara para pengusaha kecil terus

berkutat antara hidup dan mati mempertahankan usaha kecilnya. Tidak ada

kesempatan sekecil apapun yang bisa dilakukan, untuk menjadi mitra usaha salah

satu sistem ekonomi global yang terus berkembang.

Tumbuh suburnya pasar-pasar modern dalam bentuk super mool, super

market, dan mini market, dari kota sampai di kemacatan dan desa. Menjadi sebab,

semakin munurunnya usaha dagang masyarakat kecil. Tidak bisa di pungkiri,

bahwa para pedagang kecil akan mendapatkan tekanan usaha dari pasar modern.

Harga tidak bisa bersaing, tempilan juga tidak menarik, kemudahan tidak bisa

diberikan. Hakekat manusia selalu mencari kemudahan dan itu ada semuanya

pada pasar-pasar modern dan tidak ada pada pasar tradisional.


2

Perda No 11 tahun 2011 tentang Perijinan Pasar Modern, dalam tataran

operasional masih terjadi tarik ulur antara pemangku kepentingan (stakeholder).

Pengusaha di satu sisi menginginkan kebebasan berusaha tanpa ada pembatasan.

Landasannya, bahwa pemerintah telah meratifikasi pesar global. Di sisi lain, para

pedagang tradisional merasa tidak bisa dan mungkin tidak siap untuk bersaing

dalam sisi usaha. Di pihak pemerintah, nampaknya masih gembling menghadapi

dua komunitas usaha yang sama-sama menghendaki adanya regulasi yang tidak

berpihak.

Aras dasar pemikiran diatas, penulis ingin melakukan penelitian pada

dua komunitas bisnis yang memiliki kemampuan berbeda tapi harus hidup

bersanding dalam satuan ekonomi. Dengan tujuan untuk mengatahui seberapa

besar pengaruh pasar modern terhadap turn over pedagang tradisional, bisakah

dilakukan pembagian segmen pasar, adakah langkah kongkrit untuk

mengembangkan pasar tradisional mendekati pelayanan prima di pasar modern

1.2. Masalah Penelitian.

Perijinan pembangunan pasar modern di Kabupaten Kuningan, terus

berlanjut tanpa adanya dasar pertimbangan ekonomi maupun sosial. Ekspansi

pasar modern di lokalita pasar tradisional, mempengaruhi perputaran uang

pedagang tradisional dan semakin mengecilnya tingkat pendapatan mereka. Atas

dasar itu, timbul beberapa pertanyaan penelitian :

1. Apakah kehadiran pasar modern di sekitar pasar tradisional memberikan

keuntungan terhadap ekonomi maupun sosial ?


3

2. Apakah kehadiran pasar modern di sekitar pasar tradisonal menyebabkan

penurunan tingkat pendapatan pasar tradisional ?

3. Apakah kehadiran pasar modern dapat disandingkan dengan pasar tradisional

dengan pembagian segmen pasar ?

1.3. Tujuan Penelitian.

Penelitian keberanaan pasar modern yang berdampingan dengan pasar

tradisonal, menimbulkan berbagai masalah ekonmi maupun sosial. Maka tujuan

dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui :

1. Untuk mengetahui apakah kehadiran pasar modern di sekitar pasar tradisonal

dapat memberikan keuntungan terhadap ekonomi maupun sosial

2. Menghitung apakah kehadiran pasar modern di sekitar pasar tradisional dapat

menyebabkan penurunan pendapatan pasar tradisional

3. Adakah kemungkinan kehadiran pasar modern dapat disandingkan dengan

pasar tradisnal dengan pembagian segmen pasar

1.4. Kegunaan Penelitian.

Penelitian ini, diharapkan dapat berguna baik dalam konteks teoritis

maupun praktis. Secara praktis berguna bagi perekonomian nasional dan

terbukanya lapangan kerja. Sedangkan secara teoritis, diharapkan menjadi acuan

bagi para akademisi yang berminat melakukan penelitian sejenis dengan topik

yang berbeda, sehingga mampu meningkatkat khasanah keilmuan. : tujuan secara

rinci dapat dilihat berikut ni :


4

1. Secara faktual kehadiran pasar Modern maupun tradisonal, dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga keberadaannya, perlu

didukung oleh semua lapisan masyarakat.

2. Keberadaan pasar modern harus dipertimbangkan dari berbagai sisi, secara

sosial dan ekonomi dapat membantu masyarakat, tapi dari sisi usaha pasar

modern tidak berdampak negatif terhadap pertumbuhan pasar Tradisional.

Sehingga untuk melihat pegaruhnya, perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

3. Perlu dibangun nota kesepakatan antara pasar modern dengan pasar tradisional

dalam rangka pembagian segmen pasar, sehingga terjadi pembagian

keuntungan yang seimbang. Maka hasil penelitian ini, diharapkan dapat

dijadikan rujukan pagi pemangku kepentingan untuk memberikan regulasi

bagi dua pelaku ekonomi tersebut.


5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Pasar.

Pemasaran banyak memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, bagi

konsumen ibu rumah tangga, pemasaran bisa berarti belanja untuk makanan. Para

petani, terutama yang melakukan transaksi dengan para pembeli lokal, bisa

mengartikan pemasaran adalah pengangkutan hasil pertanian ke mobil dan

diangkut kep pasar. Sementara para pedagang perantara seperti pengecer,

pedagang besar bisa mengartikan pemasaran sebagai statu proses mendapatkan

keuntungan dari para pesaing yang ada dalam pasar. Banyak istilah dalam

pemasaran, menurut Richar L. Kohls & Joseph N. Uhl, (1966) adalah sebagai

berikut :

1. Pasar (market) : adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli (supply

& demand)

2. Pemasaran (marketing) : adalah proses terjadinya bargaining antara

pedagang dan pembeli pada tingkat harga dan berbagai jenis barang

tertentu

3. Tataniaga (market distribution) : adalah alur pendistribusian barang dari

produsen sampai ke konsumen

Pemahaman pemasaran menurut Mubyarto (1979) adalah proses sejak

dimulainya rencana produk akan dimulai, pebuatan saran produk, pengadaan

bahan baku, proses produk, pengepakan produk, distribusi dan penjualan sampai

ke kosumen yang menikmati produk yang bersangkutan.


6

Pemasaran adalah kegiatan jual beli atau distribusi barang dan jasa untuk

melayani masyarakat yang beragam melalui organisasi guna mempertinggi mutu

dan standard hidup masyarakat. W. Alderson, 1965. selanjutanya dikatakan bahwa

pemasanaran merupakan system perilaku yang terorganisir dalam penawaran dan

permintaan yang heterogen melalui proses penyisihan, ekumulasi, alokasi, dan

asortimen.

Menurut R. Bagozzi (1979), marketing adalah proses pertukaran guna

mencapai kepuasan dari konsusmsi barang-barang dan jasa. Maka dalam proses

pemasaran menurut Shergy D. Hunt (1983) dikatakan bahwa femokena pemasaran

menyangkut aspek : 1). Prilaku pembeli yang ditujukan untuk melaksankan

perbaikan, 2). Prilaku penjual yang ditujukan untuk melaksanakan pertukaran, 3).

Kerangka institusional yang ditujukan untuk mempermudah pertukaran, 4).

Konsekuensi akibat adanya perilaku para pembeli, penjual dan kerangka

institusional.

Dikatakan Mubyarto (1979 ) bahwa, pemasaran dikatakan efisien jika :

Mampu menyampaikan hasil produksi dari produsen ke konsumen dengan biaya

se murah-murahnya dan Mampu mengadakan pembagian yang adil dari

keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir.

Fungsi Pemasaran menurut AT. Mosher (1966), adalah : 1).

Pengangkutan : produsen hasil pertanian berada di desa sedangkan konsumen

berada di desa dan kota. 2). .Distribusi : kebutuhan barang di berbagai lokasi

dengan jenisbarang yang berbeda, 3). Pengolahan : petani menghasilkan produk

mentah untuk memenuhi kebutuhan di olah sesuai kebutuhan


7

Masalah pemasaran dikemukakan oleh Frederick L. Thomson (1951)

adalah : 1). Grading : kualitas produk pertanian belum memiliki standar yang

jelas, sehingga sulit mementukan grading yang jelas. 2). Standardisasi : penentuan

mutu produk menurut ukuran atau patokan tertentu, 3). Informasi pasar : belum

ada pusat infermasi pasar yang dapat dijadikan patokan, 4). Transportasi :

pengangkutan produk pertanian masih belum ada pembagian per jenis, 5).

Struktur pasar : pasar yang berfungsi menyediakan jenis barang tertentu.

Standardisasi untuk mengukur kualitas produk secara lebih obyektif,

Pengembangan standar timbangan yang lebih obyektif. Sedang Grade banyak

dilakukan oleh pedagang besar, karena prosesnya terlalu komplek untuk dilakukan

oleh pedagang biasa. Dalam proses tataniaga grading, dimaksudkan untuk

memenuhi kepuasan kepada konsumen akhir.

Isu pertama yang perlu dibicarakan dalam market analysis adalah trend

pasar global, nasional dan regional. Dalam analysis pasar perlu pula dilakukan

studi pembangunan dalam kompetitif dan atau dalam model transportasi

kompetitif. Umumnya isu tersebut dilakukan dalam studi competitive dan

comparative advantage yang memasukan analisis SWOT.

Setiap konsumen memerlukan suatu barang tergantung pada tempat,

waktu, bentuk dan harganya. Kegunaan tempat (place utility) adalah proses

pendistribusian produk ke tenmpat-tempat yang dibutuhkan konsumen misalnya

orang kota akan butuh produk makanan dari desa dan desa membutuhkan barang

produk industri dari kota. Kegunaan waktu (time utility) adalah proses penyediaan

barang pada saat yang berbeda, misalnya butuh buah-buahan di mana buah-
8

buahan tidak ber produksi atau kebutuhan makanan pada waktu tertentu misalnya

pagi enaknya makan sorabi dan siang enaknya makan rujak. Kegunaan bentuk

(form utility) adalah proses pembuatan barang yang disesuaikan dengan

permintaan konsumen yang berbeda-beda misalnya design pakaian, sepatu,

kecamatan dan sebagainya. Kegunaan harga (price Utility) adalah kondisi dimana

konsumen akan membeli barang sesuai dengan kemampuan ekonominya misalnya

dengan memilih kualitas yang harganya lebih sesuai..

2.2. Fungsi Pemasaran.

Dalam masyarakat yang masih primitif yang belum mempergunakan

uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, harga suatu barang dinyatakan

dalam barang lain yang akan dipertukarkan. Perdagangan semacam ini disebut

barter. Perdagangan semacam ini kadang-kadang masih dilakukan oleh anggota

masyarakat yang sudah agak maju.

Fungsi pemasaran menurut Crevens, David W. (1982). Memiliki fungsi

memuaskan konsumen dari sisi behavioral karena manusia memiliki aksi, reaksi

dan interaksi diantara sesamanya maka keberhasilan pemasaran adalah meuaskan

perilaku manusia itu sendiri. Selain itu, juga memialikai fungsi sosial yaitu

memberikan manfaat sosial dari aktivitas efisiensi pemasaeran, keuangan yang

ekonomis, kebenaran iklan, dan dampak terhadap lingkungan.

Maka sasaran yang ingi dicapai dari fungsi pemasaran adalah 1).

Membantu perusahaan dalam menigkatkan volume panjualan dan bagian pasar,

2). Menambah laba perusahaan. 3). Mekanisme penyesuaian antara produsen

dengan konsumen. 4). Melakukan pelayanan pada pelanggan, sehingga dapat


9

dilaani secara efisien. 5). Membimbing perusahaan untuk dapat meningkatkan

kualitas sesuai keinginan konsumen.

Menurut Kaslan Tohir (1965) ada beberapa sebab mengapa suatu harang

mempunyai harga yaitu : a). barang itu berguna dan b). barang tersebut jumlahnya

terbatas. Barang-barang yang berguna tetapi jumlahnya terbatas disebut barang

ekonomi. Sedang barang-barang lain yang jumlahnya tidak terbatas meskipun

barang tersebut sangat. berguna bagi manusia seperti misalnya udara tidak

mempunyai harga. Barang-barang tersebut disebut barang bebas. Dalam ilmu

ekonomi suatu barang merupakan barang ekonomi apabila barang tersebut,

mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan

karena barang tersebut berguna sedang suatu barang mempunyai penawaran

karena jumlahnya terbatas.

Fungsi pemasaran adalah juga melaksanakan fungsi penawaran adalah

jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual/produsen ke pasar pada berbagai

tingkat harga. Selain harga, jumlah barang yang ditawarkan produsen dipengaruhi

oleh banyak sekali faktor antara lain faktor-faktor teknis, alam, sosial, kebiasaan,

dan lain-lain. Karena faktor-faktor yang bersifat sosial sulit diteliti dan

memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelidikinya, maka biasanya lebih

dikenal faktor iklim.

Hubungan antara harga dan ,jumlah barang yang ditawarkan dapat

dinyatakan dalam suatu fungsi yang disebut füngsi penawaran yang dapat

dirumuskan menjadi persamaan:

Q = f(p)
10

di mana Q adalah jumlah barang yang ditawarkan


p adalah harga.

Hubungan antara harga dan jumlah harang yang ditawarkan searah,

seperti dinyatakan dalam hukum penawarnn. hukum penawaran mengatakan

bahwa apabila harga naik jumlah barang .yang ditawarkan di pasar naik,

permntaan akan barang tersebut akan menurun. Jika harga turun jumlah barang

yang ditawarkan naik,. Maka permintaan akan barang meningkat.

Dalam kenyataan, hukum penawaran tidak selalu berlaku, tergantung

pada jangka waktu yang kita maksudkan dan tergantung juga pada jenis barang

yang diproduksikan. Dalam jangka pendek apabila terjadi kenaikan harga,

pengusaha mempunyai waktu yang cukup untuk menambah faktor produksi

variabel sehingga produksi dapat ditingkatkan. Dan dalam jangka panjang

pengusaha mempunyai waktu yang cukup banyak untuk menambah semua faktor

produksi baik faktor produksi variabel maupun faktor produksi tetap. Sehingga

peningkatan produksi sebagai reaksi terhadap kenaikan harga cukup besar.

2.3. Konsumsi produk

Kegiatan-kegiatan manusia dalam suatu masyarakat dapat bedakan

menjadi tiga macam kegiatan ekonomi yang pokok yaitu: kegiatan produksi,

kegiatan konsumsi, dan kegiatan pertukaran. Dalam masyarakat yang masih

primitif setiap keluarga menghasilkan sendiri makanan, pakaian serta barang-

barang yang lain. Masyärakat semacam ini sering disebut masyarakat subsisten.

Dalam masyarakat subsisten hanya ada dua kegiatan ekonomi yaitu kegiatan

produksi dan kegiatan konsumsi.


11

Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak macam barang yang

dibutuhkan dan banyak pula barang-barang yang dibutuhkan tetapi tidak mampu

menyediakannya. Di lain pihak semakin efisien proses produksi semakin banyak

barang yang dihasilkan sehingga terdapat kelebihan barang yang dapat diproduksi

sendiri. Maka timbullah kegiatan ke tiga yaitupertukaran. Mula-mula pertukaran

antar keluarga, berkembang menjadi antar desa dan seterusnya sampai saat ini

dikenal perdagangan antar negara.

Hubungan antara tingkat pendaptan dan pengeluaran konsumsi dalam teori

ekonomi dinyatakan dalam fungsi konsums. Hubungan kedua variabel tersebut

searah, artinya apabila tingkat pendapatan naik, pengeluaran konsumsi juga naik.

Selain itu pengeluaran konsunisi selalu positif yang berarti walaupun seseorang

tidak mempunyai pendapatan, mereka tetap mengadakan pengeluaran untuk

konsumsi. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam hentuk persamaan yang

sederhana sehgai berikut:

C = a+by

di mana:
C : adalah pengeluaran konsumsi
Y : adalah tingkat pendapatan
a : adalah pengeluaran konsumsi pada saat tingkat pendapatan sama
b : adalah Marginal Propensity to Consume disingkat MPG yaitu tam
bahan pengeluaran konsumsi sebagai akibat adanya tambahan
pendapatan sebanyak 1

2.4. Konsep Permintaan

Barang mempunyai permintaan apabila barang.terebut berguna.

Permintaan akan suatu barang dipengaruhi oleh banyák faktor, antara lain oleh

harga barang yang bersangkutan, ole h harga barang lain yang ada hubungannya
12

dengan barang tersebut, pendapatan konsumen, selera dan masih banyak lagi

faktor yang mempengaruhinya termasuk di dalamnya adalah faktor sosial budaya.

Teori permintaan sebagaimana teori-teoni yang lain, adalah merupakan

suatu model sederhana dengan menggunakan anggapan-anggapan tertentu. Dalam

hal permintaan kita hanya melihat hubungan antara jumlah barang yang diminta

dengan harga barang yang bersangkutan dengan menganggap bahwa pendapatan

konsumen, harga barang lain, selera konsumen dan faktor-faktor yang lain tetap

tidak ada perubahan. Asums-asumsi/anggapan-anggapan inilah yang disebut

ceteris paribus.

Huburigan antara harga dan jumlah barang yang diminta dalam keadaan

normal, berlawanan arah seperti yang dijelaskan dalam hukum permintaan, yang

mengatakan bahwa apabila harga suatu barang naik, dengan anggapan ceteris

paribus, maka jumlah barang yang dimirita konsumen turun. Dan sebaliknya

apabila harga turun, dengari anggapan ceteris paribus, maka jumlah barang yang

diminta konsumen akan naik.

Kurve permintaan berbentuk garis yang miring dan kiri atas ke kanan

bawah. Hal ini dapat diterangkan secara teoretis dan juga dapat dirasakan secara

logis dengan mencocokkan dengan keadaan yang nyata. Ada dua sebab mengapa

kalau harga naik jumlah barang yang diminta turun sebaliknya kalau harga turun

,jumlah barang yang diminta naik. Penyebab pertama adalah perubahan harga

mengakibatkan terjadinya penggantian (efek substitusi). Misalnya harga gula pasir

naik maka para ibu rumah tangga mengganti sebagian gula pasir yang dikonsumsi

dengan gula merah yang lebih murah harganya. Kalau harga beras naik, sebagian
13

konsumsi beras diganti dengan Jagung atau gaplek sehingga jumlah beras yang

dirninta turun. Penyebab kedua adalah perubahan harga yang tidak diikuti oleh

perubahan pendapatan yang sebanding akan mengakibatkari perubahan

pendapatàn nil yang selanjutnya akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

Misalnya harga suatu barang pada suatu saat naik, bila pendapatan konsumen

tidak berubah maka berarti pendapatan nil konsumen turun, sehingga konsumen

merasa lebih miskin dan selanjutnya mengurangi jumlah barang yang diminta.

lnilah yang disebut efek pendapatan dan perubahan harga yang akan

mempengaruhi jumlah barang yang dirninta. Efek pendapatan mi akan sangat kuat

apabila barang yang bersangkutan memegang peranan penting dan mengambil

bagiari yang besar dalam anggaran belanja keluarga.

Untuk barañg inferior yaitu barang yang dianggap lebih rendah mutunya

dibanding dengan barang lain, seperti misalnya gaplek rnerupakan bahan makanan

yang lebih inferior dibanding dengan beras, mempunyai efek pendapatan yang

berlawanan dengan efek pendapatan pada barang normal. Apabila harga gaplek

turun, bila konsumen tetap, pendapatanriilnya naik, maka konsumen merasa

menjadi lebih kaya dan mulai meriggantikan gaplek dengan beras.

2.5. Sikap Mental Pelaku Pasar.

2.5.1. Sikap Mental Pelaku Pasar Tradisonal.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

yang ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan

biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau

gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola
14

pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan

berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,

jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang

lainnya.

Pelaku pasar Tradisional, memiliki sikap mental dan jiwa yang selalu aktif

atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam

rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya.

Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa

yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggu

selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu

berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi

lah semua peluang dapat diperolehnya.

Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri

sendiri dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan

pribadinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak

diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih

baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain,

kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya.

Kelemahan sikap mental pelaku pasar tradisional menurut Agus Eko

Sujianto (2005) tidak memiliki ciri percaya diri, tidak berani mengambil resiko,

berorientasi pada hasil hari ini, inovatif rendah, dan kepemimpinan alami.Mrnurut

Wasti Sumanto (2000). Semua pelaku pasar harus memiliki keyakinan yang kuat

dalam jiwa dengan syarat :


15

a) Mengenal diri sendiri sebagai makluk memiliki kelemahan, namun

memperoleh anugerah kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa untuk mengatasi

kelemahannya.

b) Harus percaya pada diri sendiri bahwa kita memiliki potensi tersendiri yang

tidak kurang kuatnya dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.

c) Harus mengetahui secara jelas terhadap tujuan atau kebutuhan kita. Manusia

yang bersikap mental wiraswasta memiliki kejujuran dan tanggung jawab.

Perilaku lokal yang dimiliki pelaku pasar tradisional, yaitu sikap kejujuran

dapat dilakukan dengan mendidik dirinya sendiri, tapi tidak mampu melakukan

analisis perubahan permintaan pasar sehingga produk yang dijual tidap dapat

memiliki kelebihan dari produk orang lain yang mengusahakan produk sejenis.

Sikap mental para pelaku usaha pasar tradisonal, sebenanrnya masih

memiliki kearipan lokal yang dapat dijadikan pokok pedoman hidup dalam

berbisnis yang mungkin sudah tidak dimiliki oleh pelaku pasar modern, yaitu :

a) Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha

yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan

kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung

akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada

pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka

waktu panjang ke depan

b) Mempunyai tujuan mulia, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas

mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk

dapat memberikan motivasi yang besar kepada keluarganya untuk dapat


16

melakukan kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan

masih juga belum dapat diperoleh.

c) Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk

meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh.

Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi

Tuhan-lah yang menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu

terapi bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita.

Namun karena keterbatasan dalam mengelolaan usaha, menyebabkan

para pelaku pasar tradisional tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi

keinginan para konsumen. Sehingga ciri-ciri pasar tradisional dan disampaikan

sebagai berikut : 1). Modal usaha rendah, karena belum bisa akses ke dunia

perbankan, 2). Managemen usaha seadanya, hanya mengandalkan daya ingat dan

sangat rendah melakukan penataan admisntrasi usaha baik keuangan maupun

barang, 3). Tempat usaha sangat sederhana, sehingga tidak memungkinkan untuk

menata dengan baik dan memudahkan layanan, 4). Jenis barang yang disajikan

masih sangat terbatas pada kebutuhan pokok dan dijual dalam bentuk layanan

eceran, 5). Masih terjadi transaksi tawar menawar atas suatu barang

Berbeda dengan pasar modern, pasar tradisional sejatinya memiliki

keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar

modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang

lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban

antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar

tradisional.
17

Namun, selain memiliki keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki

berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah.

Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan

kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta

optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar

tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.

Ketika konsumen menuntut nilai lebih atas setiap uang yang

dibelanjakannya, maka kondisi pasar tradisional yang kumuh, kotor, bau, dengan

atmosfir seadanya dalam jam operasional yang relatif terbatas tidak mampu

mengakomodasi hal ini. Kondisi ini menjadi salah satu alasan konsumen untuk

beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang

relatif sama, pasar modern memberikan kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan

berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar tradisional.

2.5.2. Sikap Mental Pelaku Pasar Modern.

Adapun yang dimaksud dengan Pasar modern adalah pasar yang bersifat

modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan

layanan sendiri. Sebenarnya pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar

tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak berinterakasi secara

langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang

(barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri

(swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.

Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah-buahan,

sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang
18

dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan

hypermarket ( Carefour, Giant, Matahari ), supermarket ( Yogya, Surya, Terbit ),

dan minimarket ( Indomaret, Alfamart, Fajar ). Dimana pada saat ini keberadaan

pasar modern kini telah banyak kita jumpai, bahkan hingga kota kecil sekalipun,

hal ini terjadi karena seiring dengan perkembangan zaman dan gaya hidup

masyarakat yang juga terus berubah ( konsumtif ).

Pelaku pasar modern, adalah mereka adalah orang-orang yang

berpentidikan tinggi, memiliki pengelaman bisnis yang sangat luas, mengguakan

manajemen modern, modal yang tidak terbatas dan memiliki prinsip menurut

Kasmir (2007), ciri-ciri pelaku pasar modern adalah sebagai berikut :

a) Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana

langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus

dilakukan oleh pengusaha tersebut

b) Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha

tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan

mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

c) Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi

yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang

diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu

segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik

dibanding sebelumnya.

d) Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang

pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
19

e) Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada

peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk

mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya.

Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya.

Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

f) Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang

maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya

pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. g) Komitmen

pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus

ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban

untuk segera ditepati dana direalisasikan.

h) Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik

yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak.

i) Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan,

pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Proses kewirausahaan yang dilakukan Pasar Modern menurut (Buchari

Alma, 2007) mencakup tahap-tahap berikut: proses inovasi, proses pemicu,

proses pelaksanaan, proses pertumbuhan. Dijelaskan pula bahwa pelaku pasar

modern telah melakukan langkah usaha adalah : 1) Mencari peluang usaha baru:

lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan; 2) Pembiayaan:

pendanaan jumlah dan sumber-sumber dana 3) SDM: tenaga kerja yang

dipergunakan, 4). Kepemilikan: peran-peran dalam pelaksanaan usaha, 5)

Organisasi: pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki 6)


20

Kepemimpinan: kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial 7)

Pemasaran: lokasi dan tempat usaha.

Pasar modern pada posisinya sebagai lembaga ekonomi yang langusung

melayani permintaan konsumen ahir memiliki ciri-ciri: 1). Managemen

pengelolan sudah sanga modern, 2). Dikelola dengan tenaga profesional, 3).

Penataan lokasi sangat menjadi perhatian, 4). Penataan barang memudahkan

konsumen, 5). Barang tersedia sangat lengkap, 6). Melakukan rekording

persediaan barang setiap saat, dan 7). Selalu mengadakan evaluasi perkembangan

setiap tahun.

Sejalan dengan teori di atas, dapat dikatakan bahwa sikap mental usaha

pasar modern yaitu selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak

dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat

dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil

resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.

2.6. Kerangka Berpikir

Setiap industri kecil dan industri rumah tangga, pelaku pasar tradisional

maupun modern dihadapkan pada tantangan kesanggupan dalam menghadapi

usaha mereka. Bagi industri skala kecil yang menghasilkan barang konsumsi akan

dapat bertahan dan terus berkembang apabila mereka mampu menghadapai

kendala-kendala yang dihadapinya. Begitu juga para palaku pasar, mereka

bersaing diantara pedagang yang ada dan mereka yang berhasil adalah yang

mampu membaca permintaan pasar itulah yang akan berhasil dalam usahanya.
21

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan, baik faktor intern

maupun faktor ekstern. Faktor intern berasal dari dari dalam seperti kemampuan

mengelola suatu usaha dan sikap mental yang mereka miliki. Sedangkan faktor

ekstern berasal dari luar dirinya, seperti ketersediaan bahan baku, ketersediaan

tenaga kerja, aspek pasar dan sebagainya.

Dari faktor-faktor tersebut, faktor intern merupakan faktor yang memiliki

ngaruh paling dominan terhadap keberhasilan dalam usaha. Hal ini dijelaskan oleh

Soesarsono Wijandi (2002), bahwa tanpa didasari oleh kemauan berusaha,

pendidikan, pengalaman, kemampuan mengelola, keberanian mengambil resiko,

maka seseorang tidak akan berhasil.

Keberhasilan usaha adalah penemuan ide komersialisasi yang efektif dan

penerimaan di pasar (Agus Eko Sujianto, 2005). Keberhasilan usaha tersebut juga

merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam berusaha dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

maupun etika (Prawirosentono, 1999:1). Keberhasilan usaha tersebut dapat dilihat

dari segi perkembangan keuntungan yang diperoleh, perkembangan produksi,

perkembangan modal, perkebangan tenaga kerja, Perkebangan permintaan atau

pasar (Agus Eko Sujianto, 2005). Keberhasilan usaha tersebut tidak terlepas dari

kemampuan manajerial.

Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengelola usaha seperti

perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian

(Siagian, 1997). Adapun fungsi manajemen yang digunakan oleh para pengusaha
22

di antaranya perencanaan, pengambilan keputusan, penganggaran,

pengorganisasian, pengkoordinasi, serta pengawasan.

Kemampuan manajerial yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja

usaha, dimana dengan semakin meningkatnya kinerja usaha dan kesejahteraan

diharapkan akan dapat memotivasi masyarakat lain untuk mencontoh atau

merencanakan usaha sesuai kemampuan yang mereka miliki, sehingga akan dapat

meningkatkan peluang kerja di sektor informal yang pada gilirannya dapat

menanggulangi tingkat pengangguran. Berdasarkan hasil penelitian Mulyanto

(2007), ternyata kemampuan manajerial berpengaruh terhadap Kinerja Usaha

Pedagang Kaki Lima Menetap.

Atas dasar pmahaman diatas penulias akan menilai terhadap hubungan

antara peubah utama Pasar Tradisional yang akan diteliti terhadap dasar nilai-nilai

yang penulis miliki pada Pasar modern, selanjutnya tiap butir pokok dari

hubungan peubah utama akan menjadi butir-butir hipotesis. Secara diskriptif,

setiap perubahan nilai memiliki arti dan memiliki pengaruh yang luas. Perbedaan

nilai ini yang akan diungkap, mungkin perbadaan dibawah angka satu tidak berarti

apa-apa secara statistik tapi dampak secara sosial mungkin memiliki pengaruh

yang besar.

Mobilisasi sosial yang positif dialami para pedagang tradisional karena

perubahan status, akan menghadapi kompleksitas usaha karena semakin

beragamnya komposisi pasar, makin beragam usaha dan makin beragam pula

lingkage dalam perubahan minat konsumen. Perubahan kompetisi pasar tradisonal


23

dan pasar modern dengan tingkat status yang berbeda, hanya bisa diamati dan

diteliti serta diungkapkan melalui pendekatan diskriptif.

Maka penelitian pengaruh pasar tradisisonal terhadap perkembangan

pasar tradisional akan dilakukan dilakukan melalui pendekatan deskriptif dengan

metoda penelitian kualitatif. Dimana peneliti akan mengkaji dari sisi sosial

maupun ekonomi tentang keberadaan pasar modern dalam satu kawasan tertemtu

dampaknya terhadap kehidupan masyarakat dan pasar tradisional disekitarnya.


24

BAB III
ETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa

Barat, tepatnya keberadaan pasar modern disekitar pasar tradisional yaitu disekitar

Pasar Kramatmulya Desa/Kecamatan Kramatmulya. Dengan melihat karakteristik

dua komunitas yaitu pasar modern dan pasar tradisional. Dua komunitas ini,

secara sosologis memiliki kulture yang berbeda. Pasar modern dengan berbagai

antribut unsur kota, yaitu masyarakat maju dan modern dengan dinamika

masyarakat yang tinggi. Sementara unsur pasar tradisional dengan karakteritik

kedesaannya, merupakan komunitas masyarakat yang tradional dengan berbagai

kearipan budaya lokalnya.

Kedua karakteristik komunitas masyarakat tersebut, akan diteliti dari sisi

keunikan dan dinamika masing-masing. Ditinjau dari sisi pertumbuhan dan

perkembangan ekonominya. Terutama dalam memandang, persaingan usaha dan

kemauan untuk membangun ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Penelitan ini akan dilakukan selama enam bulan, sejak ditetapkan waktu

penelitian ini sampai diakhiri dengan hasil kajian dan pembuatan pelaporan.

Kerangka jadual penelitian adalh sebagai berikut :

Tabel 1.
Jadual Rencana Kegiatan Penelitin

No. Kegiatan Waktu Kegiatan


25

Des Jan Peb Maret April Mei


1. Pengiriman Proposal X
Penelitian
2. Penilaian Oleh Tim X
3. Presentase Proposal x
Penelitian
4. Perbaikan Proposal x
Penelitian
5. Pengumuman Pemenang x
Hibah Kompetisi
6. Penyerahan dana hibah x
kompetisi dan
penandatanganan Surat
Perjanjian Kerjasama
7. Pelaksanaan Penelitian x x x
a. Rapat kordinasi peren- x
canaan penelitian
b. Penataran/pelatihan bagi x
para eunumerator
c. Pengumpulan data x x x
dengan menggunakan
angket
d. Rekapitulasi data hasil x
penelitian.
e. Analisis data hasil x
penelitian
8. Penyampaian laporan x
Kemajuan Penelitian
9. Persentasi laporan antara x
10 Penyerahan laporan akhir x
11 Persentasi laporan akhir x
12 Perbanyakan hasil x
penelitian

3.2. Jenis penelitian.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif, dimana

pelaksanaan penelitian ini tidak melakukan intervensi dan kontrol terhadap

variabel-variabel seperti normatif dilakukan dalam suatu penelitian kualitatif.


26

Langkah ini diambil dengan pertimbangan keterbatasan waktu, dana dan sarana

yang diperlukan. Pengujian model teoritis dilakukan dengan cara menganalisis

hubungan pengaruh sosial dan ekonomi antar variabel yang dimiliki pasar modern

dan pasar tradisional.

Penulis melakukan penelitian dengan serangkaian kegiatan. Sujana

(2003) mengemukakan rancangan penelitian lebih mendekati pada metode

explanatory research, yakni penelitian survei yang bertujuan menjelaskan

pengaruh adanya hubungan antar veriabel melalui pengujian hipotesis. Penggalian

data dan informasi sebanyak-banyaknya dilakukan pada saat kegiatan lapangan,

melakukan wawancara terstruktur dengan pedagang, aparat pemerintahan, tokoh

masyarakat dan lembega swadaya masyarakat

Penelitian kualitatif akan menggunakan metode deskriptif, dengan

membuat gambaran mengenai suatu peristiwa atau kejadian, sehingga metode ini

bertujuan untuk mengadakan akumulasi data dasar yang kemudian diolah

sehingga memperoleh kesimpulan (Husen Umar, 2003). Selanjutnya dikatakan

bahwa, kerja penelitian ini bukan saja memberikan gambaran terhadp fenomena-

fenomena, tapi juga menerangkan hubungan, membuat prediksi serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

3.3. Populasi dan Sample Penelitian.

3.3.1. Populasi Penelitian.

Menurut sugiono (2003) Populasi adalah kumpulan individu dengan

kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan populasi dalam penelitian ini adalah
27

pasar modern Goria dan Alfa Mart, dalam status Pasar Swalayan dan Mini Market

dan Pasar Tradisional. Para pedagang yang menjadi populasi, adalah semua

pedagang di sekitar Pasar Kramatmulya

3.3.2. Sample Penelitian.

Menurut sugiono (2003:56) menyatakan bahwa : “sample adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampel dalam penelitian ini, adalah pasar modern Golria dan Alfa Mart yang

berada di jalan raya cikaso, tepatnya sebelah utara pasar kramatmulya. Untuk

pasar tradisional, adalah pasar milik masyarakat yang berada dekat disekitar pasar

modern pada radius 100 meter. Jarak ini, dimungkinkan dapat terjangkau oleh

speda motor dalam waktu yang singkat. Pasar tradisional yang dijadikan sample

se kurang-kurang 5-10 warung tradisional.

3.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan data yang relevan, maka prosedur yang

penelitian yang akan dilakukan adalah :

1. Penelitian Kepustakaan. (Library Research)

Merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan membaca

buku-buku atau referensi yang berhubungan dengan materi penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)


28

a) Wawancara; yaitu teknik pengambilan data dengan melakukan tanya

jawab

dengan responden (yaitu pelaku pasar modern dan pasar tradisional).

b) Quesioner; yaitu teknik pengambilan data dengan mengajukan pertanyaan

secara tertulis kepada responden dibantu dengan panduan wawancara .

Menurut Sutopo (2002) berbeda dengan penelitian kuantitatif yang

menggunakan cuplikan dengan cara ststistik atau dikenal dengan Probability

sampling. Pada penelitian kualitatif peneliti akan memilih informasi yang

dianggap paling tahu, sehingga pemilihan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan

kemantapan peneliti dalam memperoleh data.

Cuplikan semacan ini disebut internal sampling yang memberikan

kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai pikiran

umum yang muncul mengani apa yang sedang dipelajari. Dengan siapa akan

bicara, kapan perlu melakukan observasi (time sampling) dan berapa jumlah serta

macam dokumen yang perlu ditelaah.

3.4.2. Teknik Analysis Data

1. Validitas Data.

Validitas data dimaksudkan untuk memperoleh data yang valid atau

sahih. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir

makna sebagai hasil penelitian Uji validitas adalah uji dilakukan untuk

mengetahui validitas butir-butir pertanyaan. Uji validitas menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukuran itu mampu mengukur apa yang ingin diukur.
29

Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner didalam pengumpulan penelitian,

maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya.

Dalam penelitian ini uji validitas dalam pengumpulan data menggunaka validitas

konstruk.

Menurut Husein Umar (2005 : 180), mengemukakan bahwa : Validitas

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, misalkan seorang peneliti ingin

mengukur suatu konsep religiusitas. Pertama-pertama yang harus dilakukan oleh

peneliti ialah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut.

Dengan diketahui kerangka tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur

operasional konsep tersebut.

Langkah-langkah menguji validitas yang sering digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah metoda trianggulasi dengan teknik sebagai berikut :

2. Trianggulasi Data (trianggulasi Sumber).

Teknik trianggulasi data menurut Patton Sutopo (2002) disebut

trianggulasi sumber. Cara ini mengarahkan pada peneliti agar dalam pengumpulan

data harus mengguna-kan beragam data yang tersedia. Artinya bahwa, data yang

sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya jika digali dari beberapa

sumber data yang berbeda. Sehingga apa yang didapat dari sumber yang sama,

bisa lebih teruji kebenarannya, jika dibandingkan dengan data yang sejenis yang

diperoleh dari sumber lain yang berbeda jenisnya.Triangulasi sumber bisa

menggunakan satu jenis sumber data seperti informasi, namun beberapa informasi

atau nara sumber yang digunakan harus merupakan kelompok atau tingkatan yang
30

berbeda-beda. Trianggulasi data (trianggulasi sumber) dapat digambaran sebagai

berikut :

1. Kaidah pertama.

INFORMAN 1

INFORMAN 2
DATA WAWANCARA

INFORMAN 3

2. Kaidah kedua :

INFORMAN
WAWANCARA

CONTENT DOKUMEN/
DATA ANALISIS ARSIP
AR DATA

OBSERVASI AKTIVITAS

3. Triangulasi Metode.

Trianggulasi metoda dapat digunakan oleh peneliti dengan menggunakan data

sejenis tetapi dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda,

yaitu jika data dikumpulkan melalui wawancara maka dicocokan dengan data

yang diperoleh dari hasil observasi. Data yang dihasilakn akan lebih meyakinkan,

jika dikomprontir dengan data yang diperoleh dari hasil focus group discussion

dan juga dikomprontir dengan data dari dokumen dan arsip yang telah diperoleh.
31

Validasi data ini menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda, bahkan

lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk

menguji kemantapan informasinya (Sutapo, 2002). Teriangulasi metode ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

KUESIONER

DATA WAWANCARA SUMBER


S DATA

OBSERVASI
WAWAN

4. Trianggulasi Teori.

Trianggulasi teori digunakan oleh peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas hasil kajian. Dari beberapa

perspektip teori terkumpul akan memberikan pandangan yang lebih lengkap,

tidak hanya sepihak. Sehingga bisa dianalisa dan ditarik kesimpulan yang lebih

utuh dan menyeluruh (Sutopo, 2002). Triangulasi teori dapat dilihat nerikut ini :

TEORI 1

MAKNA TEORI 2 KONTEKS


PERISTIWA

TEORI 3
32

Review infromasi diamksudkan sebagau usaha pengembangan validitas

penelitian yang sering digunakan oleh peneliti kualitatif . pada saat peneliti sudah

mendapatkan data yang cukup lengkap, selanjutnya data tersebut disusun dalam

sajian data, walaupun mungkin data tersebut belum lengkap. Untuk memperoleh

keabsahan data, maka data sementara dikomunikasikan kembali dengan

infromannya, khusunya yang dioandang sebagai informan pokok Sutopo (2002),.

Pengembangan validitas tersebut dilakukan dengan : 1).

Membandingkan data hasil pengematan dengan data hasil wawancara, 2).

Membandingkan apa yang dikatakanorang di sepan umum dengan apa yang

dikatakan pribadi, 3). Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, 4).

Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan rendah, menengah atau

tinggi, orang berada (kaya) dan orang pemerintah, 5). Membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Maleog, 2000).

4. Analisis Data.

Analisis data penelitian dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

pengumpulan data, menurut Sutopo (2002). Ada tiga komponen pokok dalam

analisis data kualitatif yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan de

gan verifikasinya :

1). Reduksi data ; merupakan komponen pertama dalam analisis meliputi proses

seleksi, fokus data, penyederhanaan, abstarksi data dan fleidote. Proses ini

berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya diawali


33

sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Dari bagian data tersebut, peneliti

menyusun rumusan pengertian secara singkat berupa pokok-pokok temuan

dan disajika dalam bentuk cerita Sstematis dan logis.

2). Sajian data berupa catatan deskriptif dan reflektif, berupa analisis, metode,

teori, masalah etis dan konplik. Sementara itu, reduksi data dilakukan dengan

validitas data yang mempergunakan tahapan triangulasi dari erbagai

prespektif.

3). Penarikan kesimpulan di mulai sejak pengumpulan data, membaca arti benda-

benda, pencatatan keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat dan populasi. Penarikan kesimpulan harus dapat

memberikan makna yang telah teruji kebenarannya, kekokohannya dan

kecocokannya yang merukan validitas.

Lebih jelas, gambaran siklus interaktif pengumpulan, sajian dan reduksi

data tersebut digambarkan sebagai berikut :

PENGUMPULAN
DATA
SAJIAN
DATA

REDUKSI
DATA

PENARIKAN
KESIMPULAN
34

Gambar 1. Komponen Analisis

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian, kemudian dianalisis secara

deskriptif dengan melihat hubungan keterikatan dan ketergantungan antara dua

jenis pasar yang diteliti yaitu Pasar modern Gloria dan Alfa Mart terhadap Pasar

Tradisional disekitarnya. Kajian yang dilakukan, tidak terbatas pada faktor

ekonomi semata-mata tapi juga faktor sosial sebagai dampak yang ditimbulkan

dari keberadaan pasar tersebut.


35

Anda mungkin juga menyukai