Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan Asma Bronchiale Pada Anak

Pengertian

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena
konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini,
2012).

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di
bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

Etiologi

a. Faktor Predisposisi

Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.

b. Faktor Presipitasi

ada 7 faktor Presipitasi yang dapat menyebabkan asma pada anak yaitu.

1. Alergen.

allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting.
Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih
tinggi untuk menimbulkan serangan asma.

Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari
debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma
karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.

2. Infeksi.

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena
bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit
seperti Askaris.

3. Iritan.

Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan
polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri
dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

4. Cuaca.

Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

5. Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

6. Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.

7. Faktor psikis.

Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks.
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan
dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat
memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada
anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi;
diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik.
Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran
nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.

Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinik

Gejala awal :

1. Batuk
2. Dispnea
3. Mengi (whezzing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5. Tachicardi
6. Pernafasan cepat dangkal

Gejala lain :

1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphorosis
4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5. Fatigue ( kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9. Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.

Patofisiologi asma pada anak

Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya bahan iritasi atau
allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul
(immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada reseptor
sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat
mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.  Respon astma
terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam
4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.

Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara
dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan. Anak
yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema
pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi
dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan
astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama
ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem
pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan
(tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan
kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
Pathway Asma

Klasifikasi / Pembagian asma pada anak.

1. Asma episode yang jarang.


Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun.
Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang
dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi
alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang
anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 – 75 % dari populasi
asma anak.

2. Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress.
Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap
serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi
pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada
malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan
fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1
– 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada
golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .
Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

3. Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 %
sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua
tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan
lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat
mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengi sepanjang waktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua
baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas
mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan,
biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma
persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks
seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada
golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan
aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan
lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian
kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.

Komplikasi

 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


 Chronik persistent bronchitis
 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Emphysema.

Pemeriksaan Diagnostik

 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


 Foto rontgen
 Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
 Pemeriksaan alergi
 Pulse oximetri
 Analisa gas darah.

Penatalaksanaan Serangan Asma Akut

 Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.


 Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
 Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :

a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :

1. Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam


2. Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
3. Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam Efeknya tachycardia, palpitasi,
pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia.

b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan


meningkatkan bersihan jalan nafas.

1. Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam


2. Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Pemberian melalui intravena jangan
lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi,
iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.

c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison :


0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

Konsep Asuhan Keperawatan Asma Bronchiale Pada Anak

I. Pengkajian Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik
yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan
infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya
alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering
pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3
tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang
persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada
perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.

Keluhan Utama

Batuk-batuk dan sesak napas.

Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.


Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor
yang lain.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak
wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu
udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma.

Riwayat Tumbuh Kembang

Tahap pertumbuhan Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada
rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu
18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan
patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada
usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan.

 Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak


punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli
maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
 Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/
falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
 Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada
tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.
 Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu,
mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut
oleh keluarga.
 Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu
atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
 Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-
tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran
tubuhnya dengan kelompoknya.
 Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
 Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata
pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat.
Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
 Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,
lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
 Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan
kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda
dengan roda tiga.

Riwayat Imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

Riwayat Nutrisi

Kaji Riwayat nutrisi anak dengan klasifikasi

 Gizi Buruk
 Gizi Kurang
 Gizi Baik
 Obesitas

Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :

 Perpisahan

a. Protes : pergi, menendang, menangis


b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

 Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan,


ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
 Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit. 4. Lingkungan baru, memulai
sosialisasi lingkungan.

Pemeriksaan Fisik / Pemeriksaan Persistem

 Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.

 Sistem Cardiovaskuler

Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

 Sistem Persyarafan / neurologi

Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng
→ apatis → sopor → coma.

 Sistem perkemihan

Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.

 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.

 Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil dan Intervensi

Diagnosa. 1

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.

Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang
efektif dan pola nafas dalam batas normal.

Kriteria hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk
produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada

Intervensi :

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila


diperlukan ( oksigen 2 ml dengan kanule ).
2. Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai
4 jam.
3. Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry.
4. Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
5. Monitor efek samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat
kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia.
6. Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral
7. Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan
nafas dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).
8. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan
kecemasan.
9. Berikan terapi bermai sesuai usia.

Diagnosa 2.

Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.

Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.
Intervensi :

1. Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia,


tachypnea.
2. Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat
membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
3. Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.
4. Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.
5. Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
6. Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah
terapi.
7. Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan memperluas
perkembangan psikososial.

Diagnosa. 3

Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.

Tujuan : Kecemasan menurun

Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa
tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

Intervensi :

1. Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut,
dan ajarkan untuk berimajinasi.
2. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
3. Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
4. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
5. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
6. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

Diagnosa. 4

Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan


menurunnya intake cairan.
Tujuan : Status hidrasi adekuat

Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan
usia dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.

Intervensi :

1. Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin,
ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
2. Monitor elektrolit
3. Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah
4. Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran
(overload)
5. Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat
meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).
6. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000
ml), tergantung usia dan berat badan.

Diagnosa. 5

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.

Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat

Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang


sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.

Intervensi :

1. Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.


2. Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
3. Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
4. Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak
5. Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial.

Diagnosa. 6

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.


Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan
mengikuti regimen terapi yang diberikan.

Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan


program medik atau perawatan.

Intervensi :

1. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan
intervensi.
2. Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
3. Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
4. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian
dan pemeriksaan darah.
5. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
6. Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
7. Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.

Rencana Pemulangan

1. Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.


2. Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
3. Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu
binatang dan lainnya.
4. Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
5. Ajarkan penggunaan nebulizer.
6. Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
7. Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
8. Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
9. Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

Daftar Pustaka

 Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya
 Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
 Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak.
Percetakan Infomedika Jakarta.
 Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1
Penerbit CV Sagung Seto Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai