Anda di halaman 1dari 21

PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran
dengan dosen Dr. H. Toto Ruhimat, M.Pd.
Ence Surahman, M.Pd.

disusun oleh:
Alwin Muhammad (1506672)
Rida Dwijulianti (1500091)
Ririn Indah Setiawati (1506684)
Siti Napilah (1504827)
Zulfi Yanwar H. W. (1504039)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan penerangan jalan bagi setiap kaum muslimin berupa Alquran dan
Sunah Rasulullah SAW. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengajarkan suri tauladan yang baik, bagaimana hidup beriringan dengan cahaya
kebenaran. Semoga keselamatan tercurahkan pula kepada keluarganya, para
sahabatnya dan kepada seluruh kaum muslimin hingga akhir zaman.
Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, makalah tentang Pendekatan
dan Model Kurikulum sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran dapat terselesaikan dengan baik.
Tersusunnya makalah ini tidak terlepas dari kerjasama Kelompok IV yang
sangat baik, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah tentang Pendekatan dan Model Kurikulum ini dapat
memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandung, September 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3


A. Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum, Model Konsep
Kurikulum, dan Model Pengembangan Kurikulum .............. 3
B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum .................................. 4
C. Model Konsep Kurikulum ...................................................... 7
D. Model Pengembangan Kurikulum........................................ 12

BAB III PENUTUP ................................................................................. 16


Kesimpulan................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran
penting dalam pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan
tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan
tetapi juga akan memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Oleh karena begitu pentingnya fungsi
dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang
manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu. Pengembangan kurikulum
pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan
pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
Dalam memngembangkan kurikulum tentunya tidak secara spontan
dikembangkan tetapi harus mempunyai pendekatan dan model yang digunakan
dalam mengembangkan kurikulum. Dengan demikian, dalam pembahasan
makalah ini akan menbahas tentang Pendekatan dan Model Kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum, model konsep
kurikulum, dan model pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana model konsep dalam kurikulum?
4. Bagaimana model pengembangan dalam kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Memahami pengertian pendekatan pengembangan kurikulum, model konsep
kurikulum, dan model pengembangan kurikulum.
2

2. Memahami pendekatan dalam pengembangan kurikulum.


3. Memahami model konsep kurikulum.
4. Memahami model pengembangan kurikulum.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum, Model Konsep


Kurikulum, dan Model Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk
pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.
Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-
langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa
metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang
sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum
merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan
hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk
perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Caswell mengartikan
pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru dalam
melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2. Pengertian Model Konsep Kurikulum
Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar
untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan
pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang
ada. Model konsep kurikulum sangat berkaitan dengan aliran pendidikan
yang dianut.
3. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Toto Ruhimat, dkk dalam Noerdian Dana (2013) model
pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam
4

rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan


mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan
untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum
dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang
dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah atau sekolah.

B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum


1. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)
Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berpikir
dan pola bertindak. Pendekatan kompetensi menitikberatkan pada semua
ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ciri-ciri pokok pendekatan kompetensi adalah berfikir teratur dan
sistematik, sasaran penilaian lebih difokuskan pada tingkat penguasaan dan
kemampuan memperbaharui diri (regenerative capability). Prosedur peng-
gunaan pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan standar kompetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para
lulusan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.
b. Memperinci perangkat kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh para
lulusan.
c. Menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman belajar melalui bidang
studi atau mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya yang relevan.
d. Mengembangkan silabus.
e. Mengembangkan skenario pembelajaran.
f. Mengembangkan perangkat lunak pembelajaran.
g. Mengembangkan sistem penilaian.
Selanjutnya, langkah-langkah pengembangan kurikulum berdasarkan
pendekatan kompetensi, yaitu mengidentifikasi kompetensi, merumuskan
tujuan pendidikan, menyusun pengalaman belajar, menetapkan topik dan
5

subtopik, menetapkan waktu, mengalokasikan waktu, member nama mata


pelajaran, dan menetapkan bobot SKS.
2. Pendekatan Sistem (System Approach)
Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling
berfungsi, berinteraksi, dan interdepensi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Ciri-ciri sistem adalah adanya tujuan, fungsi, komponen,
interaksi dan interdepensi, penggabungan yang menimbulkan jalinan
keterpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk perbaikan, dan
lingkungan.
Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi
dari teori sistem yang umum untuk memahami teori organisasi dan praktek
manajemen. Pendekatan sistem terdiri atas beberapa aspek, antara lain:
a. Filsafat sistem, yaitu sebagai cara berfikir (way of thingking) tenang
fenomena secara keseluruhan.
b. Analisis sistem, yaitu metode atau teknik dalam memecahkan masalah
(problem solving) atau pengambilan keputusan (decision making).
c. Manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem ditengah mengelola
organisasi.
3. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach)
Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan tentang
prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan yang rasional,
logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang lain serta aturan yang
berlaku. Ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan klarifikasi
nilai, antara lain:
a. Peran guru kurang dominan dalam pembelajaran.
b. Guru lebih sedikit member informasi dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dari peserta didik.
c. Guru lebih sring menggunakan metode tanya-jawab.
d. Tidak banyak kritik destruktif
e. Kurang menekankan faktor kegagalan dan lebih menerima kesalahan-
kesalahan.
f. Menanggapi dan menghayati pekerjaan peserta didik.
6

g. Merumuskan tujuan dengan jelas.


h. Dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja dan
bertanggunag jawab.
i. Peserta didik bebas mengungkapkan apa yang mereka rasakan.
j. Adanya keseimbangan antara tugas kelompok dengan tugas perseorang-
an.
k. Belajar bersifat individual.
l. Evaluasi bukan terfokus pada prestasi akademik, tetapi juga proses
pertukaran pengalaman.
m. Peserta didik menemukan sistem nilainya sendiri.
Raths dalam John Jarolimek (1974) mengemukakan langkah-langkah
pendekatan klarifikasi nilai sebagai berikut:
a. Kebebasan memilih (bagi peserta didik), yang meliputi:
1) Memilih sesuatu secara bebas menurut kemauan, kesukaan, dan
minatnya.
2) Memilih berbagai alternatif yang ada.
3) Menentukan pilihan dan pertimbangan yang rasional sesuai dengan
pikiran dan pendapat masing-masing.
b. Membina kebanggaan (prizing), di antaranya:
1) Merasakan gembira atas ketepatan memilih.
2) Mengukuhkan pilihan sesuai dengan pendapat pada dirinya masing-
masing.
c. Melaksanakan (acting), di antaranya:
1) Melakukan percobaan atau melaksanakan pilihan.
2) Mengulangi perbuatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadikannya sebagai pola kehidupan.
4. Pendekatan Komprehensif (Comprehensive Approach)
Pendekatan ini melihat, memperhatikan, dan menganalisis kurikulum
secara keseluruhan. Semua masalah yang berkaitan dengan kurikulum
diidentifikasi secara global oleh pengembang kurikulum. Pengembang
kurikulum dapat menetapkan langkah pertama yang akan dilakukan dan apa
7

yang akan dicapai sebagai sasaran dengan merumuskan filsafat pendidikan,


visi-visi dan tujuan pendidikan serta sasaran yang ingin dicapai.
5. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem Centered Approach)
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan dengan
cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara khusus. Para guru
diminta berbagai informasi tentang masalah-masalah, keinginan, harapan,
dan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam mata pelajaran, seperti
perbaikan cara penampilan, penggunaan multimetode dan media dalam
pembelajaran, serta sistem penilaian.
6. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan
keseluruhan bagian dan indikator-indikatornya dalam suatu bingkai kuriku-
lum untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tersebut menggambarkan:
a. Hasil belajar.
b. Tahap pengembangan kurikulum.
c. Program pendidikan yang ditawarkan.

C. Model Konsep Kurikulum


1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum
yang paling tua yang banyak digunakan di berbagai negara. Sesuai dengan
namanya, kurikulum model ini sangat mengutamakan isi (subject matter).
Isi kurikulum merupakan kumpulan dari bahan ajar atau rencana
pembelajaran. Tingkat pencapaian atau penguasan peserta didik terhadap
materi merupakan ukuran utama dalam menilai keberhasilan belajar siswa.
Oleh karena itu, penguasaan materi sebanyak-banyaknya merupakan salah
satu hal yang diprioritaskan dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru yang
menggunakan kurikulum jenis ini.
Ditinjau dari isinya, Sukmadinata (2005: 84) mengklasifikasikan
kurikulum model ini menjadi empat kelompok besar, yaitu:
a. Correlated Curriculum
8

Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara


organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari satu pelajaran dengan
pelajaran yang lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial dari setiap
mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut,
cakupan ruang lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain
berdasarkan pada konsep paedagogis dan psikologis yang dipelopori oleh
Hearbat dengan teori asosiasi yang menekankan pada dua hal, yaitu
konsentrasi dan korelasi (Ahmad: 1998, 131).
b. Unified atau Concentrated Curriculum.
Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan
disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai tema pelajaran.
Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran disusun dalam tema-tema
dalam pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurkulum saat ini terdapat
pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari satu tema yang diajukan
misalnya ”lingkungan“, selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu
misalnya, sains, matematika, sosial dan bahasa.
c. Integrated Curriculum.
Pola organisasi kurikulum ini memperhatikan warna disiplin ilmu.
Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam
bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antara pelajaran
serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran
tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman materi secara utuh.
Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi
kebutuhan hidup dilingkungan masyarakat.
d. Problem Solving Curriculum.
Hal ini berisi tentang pemecahan masalah yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keteram-
pilan dari berbagai disiplin ilmu.
Tujuan dan sifat mata pelajaran merupakan dua hal yang
mempengaruhi model evaluasi kurikulum subjek akademis (Sukmadinata,
2005: 85). Ilmu yang termasuk kategori ilmu-ilmu alam mempunyai model
evaluasi yang berbeda dengan ilmu-ilmu sosial.
9

Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep


pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu
pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir
terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan
meneruskan budaya tersebut kepada genersi berikutnya, sehingga kurikulum
ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih
bersifat intelektual.
2. Kurikulum Humanistik.
Sesuai dengan namanya, kurikulum humanistik lebih mengedepan-
kan sifat humanisme dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai reaksi
terhadap kurikulum yang terlalu mengedepankan intelektualitas.
Kurikulum model humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik, di antaranya adalah Neal (1977).
Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan
humanisme atau pribadi. Aliran pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa
peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peserta
didik adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang
mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan
terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendidikan
ini diarahkan kepada pembina manusia yang utuh, bukan saja segi fisik
dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap, perasaan,
nilai, dan lain-lain). Hal ini mendatangakan bahwa pendekatan ini
berpegang pada prinsip peserta didik merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan lebih menekankan bagaimana mengajar siswa
(mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap
sesuatu.
Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang lebih
mementingkan proses daripada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini
adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi
manusia yang yang mandiri. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang
mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk
10

menembangkan potensinya. Dalam evaluasi guru lebih cenderung


memberikan penilaian yang bersifat subjektif.
3. Kurikulum Rekontruksi Sosial
Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan
kegiatan kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi.
Kurikulum ini dikembangkan oleh aliran interaksional. Pakar di bidang ini
berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya bersama dari berbagai
pihak untuk menumbuhkan adanya interaksi dan kerja sama.
Tujuan utama kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menghadapi tantangan, termasuk di dalamnya ancaman
dan hambatan. Tantangan dianggap sebagai bidang garapan salah satu
disiplin ilmu, namun perlu juga di dekati dengan ilmu-ilmu lain.
Dalam praktiknya, perancang kurikulum rekonstruksi sosial selalu
berusaha menyelaraskan antara tujuan nasiaonal dengan tujuan siswa.
Kerjasama antarindividu maupun kelompok merupakan kegiatan yang
sangat dominan dalam pengajaran yang menggunakan kurikulum jenis ini.
Dengan demikian, kompetisi antarindividu maupun kelompok bukan hal
yang diprioritaskan.
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional,
yang bertolak dari pemikiran manusia sebagai mahluk sosial. Pendidikan
sebagai salah satu bentuk kehidupan berintikan kerjasama dan interaksi.
Dengan demikian, kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada
masalah yang dihadapi masyarakat.
Tujuan dan isi kurikulum ini setiap tahun bisa berubah, tergantung
dari perubahan masyarakat. Dalam pemilihan metode guru berusaha
membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Dalam
kegiatan evaluasi siswa dilibatkan, terutama dalam memilih, menyusun,
dan menilai bahan yang akan diujikan.
4. Kurikulum Teknologis
Terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif
terhadap teknologi yang dihasilkan. Demikian pula sebaliknya, kemajuan
11

teknologi juga berpengaruh besar terhadap perkembangan model konsep


kurikulum.
Sukmadinata (2005: 97) menyatakan bahwa ciri-ciri kurikulum
teknologis dapat ditemukan pada empat bagian, yaitu pada tujuan, metode,
organisasi bahan, dan evaluasi. Ciri-ciri kurikulum teknologis antara lain:
a. Tujuan, diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang
masih bersifat umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil
(tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor.
b. Metode, pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
c. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi
telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih
kecil dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam
pengorganisasiannya.
d. Evaluasi, dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu
topik/ subtopik, ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi
evaluasi ini antara lain sebagai umpan balik bagi siswa dalam
penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif), bagi
program semester (sumatif), serta bagi guru dan pengembang
kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya objektif tes.
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran
teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan
penguasaan kompetensi, dan bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya
dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model kurikulum teknolgi
berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang, sedangkan
pendidikan klasik berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini juga
menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan
menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-
perilaku yang dapat diamati atau diukur.
12

D. Model Pengembangan Kurikulum


Menurut Roberts S. Zain dalam bukunya Curriculum Principles and
Foundation (Dakir, 2004: 95-99), berbagai model dalam pengembangan
kurikulum secara garis besar diutarakan sebagai berikut:
1. The Administrative (Line-Staff) Model
Model pengembangan kurikulum ini paling awal dan sangat
umum dikenal model Top Down (dari atas ke bawah) atau Line Staff (garis
komando). Maksudnya yaitu inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari
pejabat tinggi. Pengembangannya dilaksanakan sebagai berikut:
a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang
berwenang (pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan pengajar inti).
b. Panitia pengarah ini bertugas merumuskan rencana umum, prinsip-
prinsip, landasan filosofis, dan tujuan umum pendidikan.
c. Tim bertugas untuk merumuskan tujuan kurikulum yang spesifik,
menyusun materi, kegiatan pembelajaran, sistem penilaian, dan
sebagainya.
d. Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para
spesialis kurikulum dan staf pengajar.
e. Hasil kerja direvisi oleh tim (panitia pengarah) atas dasar pengalaman
atau hasil try out.
f. Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah
direvisi sebelumnya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.
2. The Grass-Roots Model
Inisiatif pengembangan kurikulum model ini berada di tangan guru-
guru sebagai pelaksana kurikulum di sekolah, baik yang bersumber dari satu
sekolah maupun dari beberapa sekolah sekaligus. Model ini didasarkan pada
dua pandangan pokok, yaitu; a) Implementasi Kurikulum, akan lebih
berhasil apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah sejak semula terlibat
secara langsung dalam pengembangan kurikulum; b) Pengembangan
Kurikulum, bukan hanya melibatkan personil yang profesional (guru), tetapi
juga siswa, orang tua dan anggota masyarakat. Langkah-langkah
pelaksanaannya sebagai berikut:
13

a. Inisiatif pengembangan datang dari bawah (para pengajar).


b. Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang
tua siswa atau masyarakat luas yang relevan.
c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintis diadakan
lokakarya agar diperoleh input yang diperlukan.
3. The Demonstration Model
Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi
kurikulum dalam skala kecil. Dalam pelaksanaannya, model ini menuntut
sejumlah guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam
memperbarui kurikulum. Langkah-langkah pelaksanannya sebagai berikut:
a. Staf pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan
dan ternyata hasilnya dinilai baik.
b. Hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.
4. Beuchamp’s System Model
Sistem yang diformalisasikan oleh G. A. Beauchamp (1975) dalam
bukunya “Curriculum Theory”, mengemukakan adanya 5 langkah kritis
dalam pengambilan keputusan pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di
kelas, diperluas di sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah
tertentu baik berskala regional maupun nasional yang disebut arena.
b. Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para expert,
staf pengajar, petugas bimbingan, dan narasumber lain.
c. Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Untuk tugas tersebut dibentuk dewan kurikulum sebagai
koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum,
memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk
memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis keseluruhan
kurikulum yang akan dikembangkan.
d. Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.
5. Taba’s Inverted Model
14

Dikatakan terbalik karena model ini merupakan cara yang lazim


ditempuh secara deduktif sehingga model ini sifatnya lebih deduktif. Model
ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diim-
plementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan
praktek, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum,
sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi,
menemukan penilaian, memperhatikan keluasan dan kedalaman bahan,
kemudian menyusun suatu unit kurikulum.
b. Mengadakan try out.
c. Mengadakan revisi berdasarkan try out.
d. Menyusun kerangka kerja teori.
e. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.
6. Roger’s Interpersonal Relations Model
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi
bahwa, “Kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu
yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan”. Kurikulum
demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka,
luwes, dan berorientasi pada proses. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Dibentuk kelompok untuk memperoleh hubungan interpersonal di tempat
yang tidak sibuk.
b. Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar
pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas dalam
suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih
sempurna, yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
siswa dengan siswa dalam suasana yang akrab.
d. Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang
lebih luas lagi, yaitu para pegawai adminstrasi dan orang tua siswa.
Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing personal akan
15

saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai


pemecahan masalah sekolah.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan penyusunan
kurikulum akan lebih realistis karena didasari oleh kenyataan-kenyataan
yang diharapkan.
7. The Systematic Action-Research Model
Ada 3 (tiga) faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
model ini, di antaranya adalah adanya hubungan antarmanusia, organisasi
sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Dirasakan adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu
diteliti.
b. Mencari sebab-sebab terjadinya masalah sekaligus dicari pemecahannya.
c. Menentukan keputusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan
masalah yang timbul tersebut.
d. Melaksankan keputusan yang telah diambil.
16

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Pendekatan pengembangan kurikulum yaitu Pendekatan Kompetensi
(Competency Approach), Pendekatan Sistem (System Approach), Pendekatan
Klarifikasi Nilai (Value Clarification Approach), Pendekatan Komprehensif
(Comprehensive Approach), Pendekatan yang Berpusat pada Masalah
(Problem-Centered Approach), Pendekatan Terpadu.
Model merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Model
konsep kurikulum tidak terlepas dari apa yang dikemukakan Hilda Taba bahwa
terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu 1) sebagai transmisi, yaitu mewariskan
nilai-nilai kebudayaan, 2) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan
atau rekontrusi sosial, dan 3) sebagai pengembangan individu. Model konsep
kurikulum yaitu Konsep Kurikulum Subjek Akademis (Rasionalisasi), Konsep
Kurikulum Humanistik (Aktualisasi Diri), Konsep Kurikulum Rekontruksi
Sosial, Konsep Kurikulum Teknologis.
Model-model pengembangan kurikulum The Administrative (Line
Staff) Model, The Grass-Roots Model, The Demonstration Model,
Beauchamp's System Model, Taba's Inverted Model, Roger's Interpersonal
Relations Model, dan The Systematic Action-Reasearch Model.
17

DAFTAR PUSTAKA

Asimasih. (2011). Model Konsep Kurikulum. [Online]


https://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/31/model-konsep-
kurikulum/.
Dana, Noerdian. (2013). Model Pengembangan Kurikulum. [Online]
https://noerdiandana.wordpress.com/2013/10/19/model-pengembangan-
kurikulum/.
Darman, dkk. (2014). Mata Kuliah Inovasi Kurikulum: Pendekatan dan Model
Kurikulum. Program Studi Administrasi Pendidikan Kosentrasi Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhmmadiyah Kendari.
Endang. (2013). Model Model Pengembangan Kurikulum. [Online]
http://wulanendang.blogspot.co.id/2013/04/model-model-pengembangan-
kurikulum.html.
Hamalik, Oemar. (2010). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hatami, Chaerul. (2013). Model Konsep Kurikulum, Model Pengembangan
Kurikulum. [Online] http://chaerulhatami.blogspot.co.id/2013/04/model-
konsep-kurikulum-model_9.html.
Lunenburg, Fred C. (2011). Curriculum Development: Deductive Models. [Jurnal
Online]
http://www.nationalforum.com/Electronic%20Journal%20Volumes/Lunen
burg,%20Fred%20C.%20Curriculum%20Development-
Deductive%20Models%20Schooling%20V2%20N1%202011.pdf
Mujiburrahman. (2011). Analisis Model, Pendekatan, Orientasi, dan Srategi
Pengembangan Kurikulum. [Online] http://analisismodelpengembangan-
kurikulum.blogspot.co.id/.
O’Neill, Geraldine. (2010). Overview of Curriculum Models. [Jurnal Online]
http://www.ucd.ie/t4cms/UCDTLP00631.pdf
Ruhimat, Toto dkk. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
18

Saputra, Andra. (2014). Pendekatan dan Model-Model Pengembangan


Kurikulum. [Online] http://andraputraa.blogspot.co.id/2014/03/
pendekatan-dan-model-model-pengembangan.html.

Anda mungkin juga menyukai