19420014
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI
BAB IV
I. Analisa Univariat
kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,3% dan sisanya tidak sekolah
Tabel-1, terlihat bahwa pengeluaran perkapita ≤ rata-rata (58,6%) lebih besar dari
sehat responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat
(97%) lebih besar dari pada rumah sehat (3%). Distribusi frekuensi kebiasaan
minum teh tiap hari responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari (51%) lebih besar dibandingkan
kebiasaan minum teh tiap hari (49%). Distribusi frekuensi jenis kelamin
(0,05) maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak
normal.
umur adalah 64,85 tahun dengan standar deviasi 5,265 tahun dan umur minimum
responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata hb adalah 12,03 mg/dl dengan
standar deviasi 0,9758 mg/dl dan hb minimum 9,4 mg/dl serta hb maksimum 14,1
mg/dl. Distribusi frekuensi asupan lauk responden dapat dilihat pada Tabel-3,
rata-rata asupan lauk adalah 709,26 gr dengan standar deviasi 292,465 gr dan
asupan lauk minimum 150 gr serta asupan lauk maksimum 2250 gr.
II. Analisa Bivariat
rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,901 mg/dl dengan standar deviasi 0,9055
12,096 mg/dl dengan standar deviasi 0,9203 gram. Pada mereka yang
pendidikan.
perkapita dibawah rata-rata adalah 11,942 mg/dl dengan standar deviasi 1,1429
pengeluaran perkapita diatas rata-rata adalah 12,155 mg/dl dengan standar deviasi
0,6543 gr%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,002, berarti pada alpha 5%
terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden
diatas rata-rata.
Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut
Rumah Sehat
Rumah Sehat Mean SD SE P value n
Tidak 12.077 0.9341 0.0361 0.00 669
Ya 10.524 1.0963 0.2392 21
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang tidak
sehat adalah 12,077 mg/dl dengan standar deviasi 0,9341 gr%, sedangkan untuk
rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang sehat adalah
10,524 mg/dl dengan standar deviasi 1,0963 gr%. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p=0,00, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-
rata kadar hemoglobin (hb) responden antara rumah yang tidak sehat dengan
setiap hari adalah 11,462 mg/dl dengan standar deviasi 0,8985 gr%, sedangkan
untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh
yang tidak setiap hari adalah 12,576 mg/dl dengan standar deviasi 0,6964 gr%.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada
kebiasaan minum teh setiap hari dengan kebiasaan minum teh yang tidak setiap
hari.
laki adalah 12,454 mg/dl dengan standar deviasi 1,3060 gr%, sedangkan untuk
adalah 11,948 mg/dl dengan standar deviasi 0,8759 gr%. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang
signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara jenis kelamin laki-
bertambah asupan lauk semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien
dengan determinasi 0,332 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat
diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil
uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lauk dengan
hemoglobin (p=0,000).
Tabel 10. Analisa Korelasi dan Regresi Umur Dengan Kadar Hemoglobin
(Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
Umur 0.058 0.003 Hb=11.34+0.011*umur 0.006
hubungan kuat (r=0,058) dan berpola positif artinya semakin bertambah umur
semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan determinasi 0,003
artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 0,3%
variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk
menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik didapatkan ada
BAB IV
I. Analisa Univariat
kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,3% dan sisanya tidak sekolah
pada pengeluaran perkapita > median (49,7%). Distribusi frekuensi rumah sehat
responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat
(97%) lebih besar dari pada rumah sehat (3%). Distribusi frekuensi kebiasaan
minum teh tiap hari responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari (51%) lebih besar dibandingkan
kebiasaan minum teh tiap hari (49%). Distribusi frekuensi jenis kelamin
frekuensi asupan lauk2 responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
asupan lauk2 ≤ median (64,3%) lebih besar dari pada asupan lauk2 > median
(25,7%). Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat
bahwa umur muda 68,1% lebih besar dibandingkan umur tua 31,9%. Distribusi
frekuensi anemia pada responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
responden yang terkena anemia 56,5% lebih besar dibandingkan yang tidak
anemia 43,5%.
median, ada 204 (59,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p=0,125 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian
anemia antara responden yang pengeluaran perkapita > median dengan responden
yang ≤ median (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengeluaran perkapita
dengan kejadian anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,787,
artinya responden yang pengeluaran perkapita > median mempunyai peluang 0,79
Hasil analisis hubungan antara jenis rumah sehat dengan anemia diperoleh
bahwa ada sebanyak 390 (58,3%) responden yang memiliki rumah tidak sehat
ada 0 (0,0%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,00
responden yang memiliki rumah sehat dengan responden yang tidak memiliki
rumah sehat (ada hubungan yang signifikan antara kejadian rumah sehat dengan
anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,417, artinya responden
yang memiliki rumah sehat mempunyai peluang 0,42 kali untuk mengalami
anemia.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Lauk dan Anemia
Anemia
Asupan Total OR
Anemia Tidak Anemia P value
Lauk (95%CI)
n % n % n %
≤ Median 150 33.8% 294 66.2% 444 64.35% 0.013 0.000
> Median 240 97.6% 6 2.4% 246 35.65% 0.006-0.029
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%
Hasil analisis hubungan antara asupan lauk dengan anemia diperoleh
bahwa ada sebanyak 150 (33,8%) responden yang memiliki asupan lauk dibawah
lauk diatas median, ada 240 (97,6%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian
anemia antara responden yang memiliki asupan lauk diatas median dengan
responden yang memiliki asupan lauk dibawah median (ada hubungan yang
signifikan antara kejadian asupan lauk dengan anemia). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR=0,013, artinya responden yang memiliki asupan lauk
Hasil analisis hubungan antara umur dengan anemia diperoleh bahwa ada
sedangkan diantara responden yang berumur tua, ada 134 (60,9%) yang
mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,118 maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang
berumur tua dengan responden yang berumur muda (tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR=0,768, artinya responden yang berumur tua mempunyai peluang 0,77 kali
Hasil analisis hubungan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan
minum teh setiap hari mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang
tidak terbiasa minum teh setiap hari, ada 313 (88,9%) yang mengalami anemia.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi kejadian anemia antara responden yang tidak terbiasa minum teh setiap
hari dengan responden yang terbiasa minum teh setiap hari (ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan anemia). Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=0,037, artinya responden yang tidak terbiasa
minum teh setiap hari mempunyai peluang 0,04 kali untuk mengalami anemia.
perempuan, ada 315 (54,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p=0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia
signifikan antara jenis kelamin dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula
sebanyak 59,2% terjadi anemia. Dari 458 responden yang berpendidikan SD,
sebanyak 58,7% terjadi anemia. Dari 161 responden yang berpendidikan SMP+,
tidak sekolah mempunyai resiko untuk terjadi anemia sebesar 0,67 kali lebih
anemia sebesar 0,68 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang