Anda di halaman 1dari 15

FANI SANTIKA HERMAWAN

19420014

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


PENELITIAN 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir,


Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari dan
Jenis Kelamin
n %
Pendidikan
Tidak Sekolah 71 10.3
SD 458 66.4
SMP+ 161 23.3
Pengeluaran Perkapita
≤ mean (rata-rata) 404 58.6
> mean (rata-rata) 286 41.4
Rumah Sehat
Tidak 669 97.0
Ya 21 3.0
Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari
Ya 338 49.0
Tidak 352 51.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 112 16.2
Perempuan 578 83.8
Total 690 100.0
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD (66,4%),

kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,3% dan sisanya tidak sekolah

(10,3%). Distribusi frekuensi pengeluaran perkapita responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa pengeluaran perkapita ≤ rata-rata (58,6%) lebih besar dari

pada pengeluaran perkapita > rata-rata (41,45%). Distribusi frekuensi rumah

sehat responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat

(97%) lebih besar dari pada rumah sehat (3%). Distribusi frekuensi kebiasaan

minum teh tiap hari responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari (51%) lebih besar dibandingkan

kebiasaan minum teh tiap hari (49%). Distribusi frekuensi jenis kelamin

responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa sebagai responden

perempuan 83,8% lebih banyak dibandingkan laki-laki 16,2%.

Tabel 2. Uji Normalitas Umur, Hemoglobin (Hb), dan Asupan Lauk


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statisti
c df Sig. Statistic df Sig.
Umur 0.182 690 0.000 0.847 690 0.000
Hemoglobin (hb) 0.101 690 0.000 0.977 690 0.000
Asupan lauk (gr) 0.156 690 0.000 0.902 690 0.000
Uji normalitas dapat dilihat pada Tabel-2, dari data diatas nilai p 0.000 ≤ α

(0,05) maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak

normal.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Hemoglobin (HB), dan


Asupan Lauk
Variabel jumlah Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean
Umur 690 60-83 64.85 63 5.265 64.45-65.24
Hb 690 9.4-14.1 12.03 12.1 0.9758 11.957-12.103
Asupan lauk 690 150-2250 709.26 700 292.465 687.4-731.12
Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata

umur adalah 64,85 tahun dengan standar deviasi 5,265 tahun dan umur minimum

60 tahun serta umur maksimum 83 tahun. Distribusi frekuensi hemoglobin (hb)

responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata hb adalah 12,03 mg/dl dengan

standar deviasi 0,9758 mg/dl dan hb minimum 9,4 mg/dl serta hb maksimum 14,1

mg/dl. Distribusi frekuensi asupan lauk responden dapat dilihat pada Tabel-3,

rata-rata asupan lauk adalah 709,26 gr dengan standar deviasi 292,465 gr dan

asupan lauk minimum 150 gr serta asupan lauk maksimum 2250 gr.
II. Analisa Bivariat

Tabel 4. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Menurut Tingkat


Pendidikan
Variabel Mean SD 95% CI P Value
Pendidikan
Tidak Sekolah 11.901 0.9055 11.687-12.116 0.046
SD 12.096 0.9203 12.011-12.180
SMP+ 11.901 1.1340 11.724-12.077
Rata-rata hemoglobin pada mereka yang berpendidikan tidak sekolah rata-

rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,901 mg/dl dengan standar deviasi 0,9055

gram. Pada mereka yang berpendidikan SD rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah

12,096 mg/dl dengan standar deviasi 0,9203 gram. Pada mereka yang

berpendidikan SMP+ rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,901 mg/dl dengan

standar deviasi 1,1340 gram.

Hasil uji didapatkan nilai p=0,046, berarti pada alpha 5% dapat

disimpulkan ada perbedaan kadar hemoglobin (hb) diantara ketiga jenjang

pendidikan.

Tabel 5. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Pengeluaran Perkapita
Pengeluaran Perkapita Mean SD SE P value n
≤Rata-rata 11.942 1.1429 0.0569 0.002 404
>Rata-rata 12.155 0.6543 0.0387 286
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap pengeluaran

perkapita dibawah rata-rata adalah 11,942 mg/dl dengan standar deviasi 1,1429

gr%, sedangkan untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap

pengeluaran perkapita diatas rata-rata adalah 12,155 mg/dl dengan standar deviasi

0,6543 gr%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,002, berarti pada alpha 5%

terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden

antara pengeluaran perkapita dibawah rata-rata dengan pengeluaran perkapita

diatas rata-rata.
Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut
Rumah Sehat
Rumah Sehat Mean SD SE P value n
Tidak 12.077 0.9341 0.0361 0.00 669
Ya 10.524 1.0963 0.2392 21
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang tidak

sehat adalah 12,077 mg/dl dengan standar deviasi 0,9341 gr%, sedangkan untuk

rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang sehat adalah

10,524 mg/dl dengan standar deviasi 1,0963 gr%. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p=0,00, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-

rata kadar hemoglobin (hb) responden antara rumah yang tidak sehat dengan

rumah yang sehat.

Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari
Minum The Mean SD SE P value n
Ya 11.462 0.8985 0.0489 0.000 338
Tidak 12.576 0.6964 0.0371 352
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh

setiap hari adalah 11,462 mg/dl dengan standar deviasi 0,8985 gr%, sedangkan

untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh

yang tidak setiap hari adalah 12,576 mg/dl dengan standar deviasi 0,6964 gr%.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada

perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara

kebiasaan minum teh setiap hari dengan kebiasaan minum teh yang tidak setiap

hari.

Tabel 8. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Mean SD SE P value n
Laki-laki 12.454 1.3060 0.1234 0.000 112
Perempuan 11.948 0.8759 0.0364 578
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin laki-

laki adalah 12,454 mg/dl dengan standar deviasi 1,3060 gr%, sedangkan untuk

rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin perempuan

adalah 11,948 mg/dl dengan standar deviasi 0,8759 gr%. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang

signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara jenis kelamin laki-

laki dengan jenis kelamin perempuan.

Tabel 9. Analisa Korelasi dan Regresi Asupan Lauk Dengan Kadar


Hemoglobin (Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
Asupan Lauk 0.576 0.332 Hb=10.67+0.002*asupan lauk 0.000
Hubungan asupan lauk responden dengan kadar hemoglobin (hb)

menunjukkan hubungan kuat (r=0,576) dan berpola positif artinya semakin

bertambah asupan lauk semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien

dengan determinasi 0,332 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat

menerangkan 33,2% variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang

diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil

uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lauk dengan

hemoglobin (p=0,000).

Tabel 10. Analisa Korelasi dan Regresi Umur Dengan Kadar Hemoglobin
(Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
Umur 0.058 0.003 Hb=11.34+0.011*umur 0.006

Hubungan umur responden dengan kadar hemoglobin (hb) menunjukkan

hubungan kuat (r=0,058) dan berpola positif artinya semakin bertambah umur

semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan determinasi 0,003

artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 0,3%

variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk
menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik didapatkan ada

hubungan yang signifikan antara umur dengan hemoglobin (p=0,006).

III. Analisa Multivariat


PENELITIAN 2

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir,


Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari,
Jenis Kelamin, Asupan Lauk2, Umur, dan Anemia
n %
Pendidikan
Tidak Sekolah 71 10.3
SD 458 66.4
SMP+ 161 23.3
Pengeluaran Perkapita
≤ median 347 50.3
> median 343 49.7
Rumah Sehat
Tidak 669 97.0
Ya 21 3.0
Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari
Ya 338 49.0
Tidak 352 51.0
Jenis Kelamin
Laki-laki 112 16.2
Perempuan 578 83.8
Asupan lauk2
≤ median 444 64.3
> median 246 35.7
Umur
Muda 470 68.1
Tua 220 31.9
Anemia
Anemia 390 56.5
Tidak anemia 300 43.5
Total 690 100.0
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD (66,4%),

kemudian diikuti oleh tamat SMP+ sebanyak 23,3% dan sisanya tidak sekolah

(10,3%). Distribusi frekuensi pengeluaran perkapita responden dapat dilihat pada


Tabel-1, terlihat bahwa pengeluaran perkapita ≤ median (50,3%) lebih besar dari

pada pengeluaran perkapita > median (49,7%). Distribusi frekuensi rumah sehat

responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat

(97%) lebih besar dari pada rumah sehat (3%). Distribusi frekuensi kebiasaan

minum teh tiap hari responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa

kebiasaan minum teh yang tidak tiap hari (51%) lebih besar dibandingkan

kebiasaan minum teh tiap hari (49%). Distribusi frekuensi jenis kelamin

responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa sebagai responden

perempuan 83,8% lebih banyak dibandingkan laki-laki 16,2%. Distribusi

frekuensi asupan lauk2 responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa

asupan lauk2 ≤ median (64,3%) lebih besar dari pada asupan lauk2 > median

(25,7%). Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat

bahwa umur muda 68,1% lebih besar dibandingkan umur tua 31,9%. Distribusi

frekuensi anemia pada responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa

responden yang terkena anemia 56,5% lebih besar dibandingkan yang tidak

anemia 43,5%.

II. Analisa Bivariat

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Pengeluaran Perkapita dan


Anemia
Anemia
Pengeluaran Tidak Total OR
Anemia P value
perkapita Anemia (95%CI)
n % n % n %
≤ Median 186 53.6% 161 46.4% 347 50.29% 0.787 0.125
> Median 204 59.5% 139 40.5% 343 49.71% 0.582-1.064
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%
Hasil analisis hubungan antara jenis pengeluaran perkapita dengan anemia

diperoleh bahwa ada sebanyak 186 (53,6%) responden yang pengeluaran


perkapita ≤ median mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang >

median, ada 204 (59,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p=0,125 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian

anemia antara responden yang pengeluaran perkapita > median dengan responden

yang ≤ median (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengeluaran perkapita

dengan kejadian anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,787,

artinya responden yang pengeluaran perkapita > median mempunyai peluang 0,79

kali untuk mengalami anemia.

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Rumah Sehat dan Anemia


Anemia
Rumah Total OR
Anemia Tidak Anemia P value
Sehat (95%CI)
n % n % n %
Tidak 390 58.3% 279 41.7% 669 96.96% 0.417 0.00
Ya 0 0.0% 21 100.0% 21 3.04% 0.381-0.456
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%

Hasil analisis hubungan antara jenis rumah sehat dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 390 (58,3%) responden yang memiliki rumah tidak sehat

mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki rumah sehat,

ada 0 (0,0%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,00

maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara

responden yang memiliki rumah sehat dengan responden yang tidak memiliki

rumah sehat (ada hubungan yang signifikan antara kejadian rumah sehat dengan

anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,417, artinya responden

yang memiliki rumah sehat mempunyai peluang 0,42 kali untuk mengalami

anemia.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Lauk dan Anemia
Anemia
Asupan Total OR
Anemia Tidak Anemia P value
Lauk (95%CI)
n % n % n %
≤ Median 150 33.8% 294 66.2% 444 64.35% 0.013 0.000
> Median 240 97.6% 6 2.4% 246 35.65% 0.006-0.029
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%
Hasil analisis hubungan antara asupan lauk dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 150 (33,8%) responden yang memiliki asupan lauk dibawah

median mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki asupan

lauk diatas median, ada 240 (97,6%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

anemia antara responden yang memiliki asupan lauk diatas median dengan

responden yang memiliki asupan lauk dibawah median (ada hubungan yang

signifikan antara kejadian asupan lauk dengan anemia). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR=0,013, artinya responden yang memiliki asupan lauk

diatas median mempunyai peluang 0,42 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Umur dan Anemia


Anemia
Tidak Total OR
Umur P value
Anemia Anemia (95%CI)
n % n % n %
Muda 256 54.5% 214 45.5% 470 68.1% 0.768
0.118
Tua 134 60.9% 86 39.1% 220 31.9% 0.554-1.064
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%

Hasil analisis hubungan antara umur dengan anemia diperoleh bahwa ada

sebanyak 256 (54,5%) responden yang berumur muda mengalami anemia,

sedangkan diantara responden yang berumur tua, ada 134 (60,9%) yang

mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,118 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang

berumur tua dengan responden yang berumur muda (tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR=0,768, artinya responden yang berumur tua mempunyai peluang 0,77 kali

untuk mengalami anemia.

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari


dan Anemia
Kebiasaan Anemia
Total OR
Minum teh Anemia Tidak Anemia P value
(95%CI)
Setiap Hari
n % n % n %
Ya 77 22.8% 261 77.2% 338 49.0% 0.037
0.000
Tidak 313 88.9% 39 11.1% 352 51.0% 0.024-0.056
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%

Hasil analisis hubungan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan

anemia diperoleh bahwa ada sebanyak 77 (22,8%) responden yang terbiasa

minum teh setiap hari mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang

tidak terbiasa minum teh setiap hari, ada 313 (88,9%) yang mengalami anemia.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan

proporsi kejadian anemia antara responden yang tidak terbiasa minum teh setiap

hari dengan responden yang terbiasa minum teh setiap hari (ada hubungan yang

signifikan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan anemia). Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR=0,037, artinya responden yang tidak terbiasa

minum teh setiap hari mempunyai peluang 0,04 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Anemia


Anemia
Jenis Total OR P
Kelamin Anemia Tidak Anemia (95%CI) value
n % n % n %
Laki-laki 75 67.0% 37 33.0% 112 16.2% 1.692
0.017
Perempuan 315 54.5% 263 45.5% 578 83.8% 1.105-2.592
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 75 (67,0%) responden yang berjenis kelamin laki-laki


mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang berjenis kelamin

perempuan, ada 315 (54,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p=0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia

antara responden perempuan dengan responden laki-laki (ada hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula

nilai OR=1,692, artinya responden berjenis kelamin laki-laki mempunyai peluang

1,69 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Anemia


Anemia
Tidak Total OR
Pendidikan P value
Anemia Anemia (95%CI)
n % n % n %
Tidak 42 59.2% 29 40.8% 71 10.3% 0.665
sekolah 0.157
SD 269 58.7% 189 41.3% 458 66.4% 0.677 0.034
SMP+ 79 49.1% 82 50.9% 161 23.3% 1.0
Jumlah 390 56.5% 300 43.5% 690 100.0%
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia terlihat bahwa

semakin rendah tingkat pendidikan responden akan semakin besar kemungkinan

untuk terjadi anemia. Dari 71 responden yang berpendidikan tidak sekolah,

sebanyak 59,2% terjadi anemia. Dari 458 responden yang berpendidikan SD,

sebanyak 58,7% terjadi anemia. Dari 161 responden yang berpendidikan SMP+,

sebanyak 49,1% terjadi anemia.

Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang berpendidikan

tidak sekolah mempunyai resiko untuk terjadi anemia sebesar 0,67 kali lebih

besar dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SMP+ (nilai p=0,157).

Sedangkan responden yang berpendidikan SD mempunyai resiko untuk terjadi

anemia sebesar 0,68 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

berpendidikan SMP+ (nilai p=0,034).


III. Analisa Multivariat

Anda mungkin juga menyukai