Anda di halaman 1dari 14

2.

Peta Konsep dalam Pembelajaran

Concept mapping adalah istilah yang digunakan oleh Novak dan Gowin (1984) tentang cara
yang dapat digunakan dosen untuk membantu mahasiswa mengorganisasikan materi
perkuliahan yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antar komponennnya. Rose
dan Nicholl (2002: 136) menyatakan:

Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik untuk menangkap butir-butir pokok
informasi yang signifikan. Mereka menggunakan format global atau umum, yang
memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi-dalam
pelbagai arah secara serempak.

Teknik penggunaan peta konsep ini di populerkan kembali oleh Tony Buzan dalam bentuk
peta pikiran hasil risetnya tentang cara kerja otak yang sebenarnya, hingga pada teori-teori
quantum. Pada dasarnya teknik peta konsep yang dimaksud dalam pemikiran mereka bahwa
teknik ini dapat diberlakukan oleh dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Dari segi mahasiswa beberapa keunggulan yang dapat diperoleh antara lain menangkap
seluruh konsep, menyusun bahan dan informasi secara praktis, memperlihatkan hubungan
berbagai konsep dan gagasan, mengingat kembali dengan mudah, melakukannya secara
menyenangkan, dan merangsang kreativitas. Selain hal tersebut beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dari segi content, peta konsep memberikan sejumlah keuntungan menurut
Hisyam Zaini, dkk. (2002: 21) antara lain:

 a. Concept map, sesuai dengan tabiatnya, memberikan visualisasi konsep-konsep


utama dan pendukung yang telah terstruktur di dalam otak dosen ke dalam kertas
yang dapat dilihat secara empiris.
 b. Gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang
lain.
 c. Concept map memberikan bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata
untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain,
baik utama maupun pendukung.

Dalam pendidikan peta konsep dapat diterapkan untuk beberapa tujuan (Dahar, 1988: 156)
antara lain:

 a. Menyelidiki apa yang telah diketahui mahasiswa

Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak mahasiswa untuk
menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki.
Untuk memperlancar proses ini, baik dosen maupun mahasiswa perlu mengetahui “tempat
awal konseptual”.

 b. Belajar bagaimana belajar

Belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep bukan untuk memenuhi keinginan
dosen, melainkan harus timbul dari keinginan mahasiswa untuk memahami isi pelajaran bagi
diri mahasiswa sendiri.

 c. Mengungkapkan konsepsi salah


Peta konsep dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada mahasiswa. Konsepsi
salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan
proposisi yang salah.

 d. Alat evaluasi

Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori
Ausubel yaitu :

 1) Struktur konitif diatur secara hirarki, dengan konsep dan proposisi yang lebih
inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-konsep dan propisisi yang kurang
inklusif dan lebih khusus.
 2) Konsep dalam struktur kognitif mengalami differensiasi progresif..
 3) Penyesuaian integratif.
Proses Keperawatan Nanda, NIC & NOC
PROSES KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN NNN (NANDA-I-NIC-NOC)

NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association-International), NIC


(Nursing Intervention Classification) dan NOC (Nursing Outcome Classification)

Kemajuan dunia keperawatan pada saat ini telah memicu para perawat baik di dalam dan luar
negeri untuk mencoba memahami berbagai model asuhan keperawatan untuk bisa digunakan
dalam setting klinik. Dalam prakteknya, perawat menggunakan proses keperawatan ketika
melakukan asuhan perawatan pada pasien. Pada umumnya muncul kesimpangsiuran
pemahaman mengenai perbedaan atau kaitan antara proses perawatan, NANDA-I, NIC dan
NOC. Makalah ini akan mencoba menjelaskan kepada pembaca sekalian mengenai proses
keperawatan yang kemudian dikaitkan dengan NANDA-I, NIC dan NOC.

1. Proses Keperawatan

Keperawatan sebagai proses diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun
2004 proses keperawatan ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA (American Nursing
Association) (Wilkinson, 2007).

Proses keperawatan kemudian dipahami sebagai:

a. Cara berpikir dan bertindak yang special (khusus)

b. Pendekatan yang sistematik, kreatif untuk mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi


masalah kesehatan yang actual dan potensial untuk mengidentifikasi kekuatan pasien
dan untuk mendukung kesejahteraan

c. Kerangka kerja dimana perawat menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk


mengekspresikan “human caring” (Wilkinson, 2007).

Kaitan antara proses keperawatan dengan nursing model (berbagai model/teori


keperawatan):

a. Mempengaruhi penggunaan dari nursing process

b. Membantu menjelaskan keunikan dari perawat dalam tempatnya di dalam tim


multidisiplin

c. Teori berdasarkan pada nilai dan asumsi mengenai health, patient, perawatan dan
lingkungan

d. Setiap teori menggambarkan konsep di atas dan menjelaskan bagaimana satu dengan
yang lain berkaitan (Wilkinson, 2007)

Adanya berbagai macam nursing model kemudian akan memunculkan beberapa macam
definisi tentang keperawatan, dan juga cara pendekatan dari masing masing model
mempengaruhi penggunaan proses keperawatan. Salah satu contoh pengaruh nursing
model dalam proses keperawatan adalah adanya perbedaan dalam hal pengkajian,
misalnya pengkajian di psikiatri akan mempunyai beberapa fokus yang berbeda dengan
pengkajian dalam lingkup medikal bedah atau komunitas. (Stuart & Laraia, 2001).

2. Kaitan proses keperawatan dengan NANDA-I, NIC dan NOC

Proses perawatan merupakan suatu cara berpikir dan bertindak yang spesial (khusus)
dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam proses keperawatan, terdapat beberapa
tindakan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yaitu: assessment
(pengkajian), diagnosis (penentuan diagnosa), perencanaan hasil (planning: outcome),
perencaan intervensi (planning: intervention), pelaksanaan (implementation) dan evaluasi
(evluation) (Wilkinson, 2007)

Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi bisa
dikerjakan pada waktu bersamaan (overlapping).

Dimanakah posisi NANDA-I, NIC dan NOC dalam proses keperawatan?

Pada dasarnya NANDA-I adalah merupakan label diagnostic (berada pada fase penentuan
diagnosa), NIC merupakan Klasifikasi intervensi keperawatan (berada pada fase Planning:
intervensi) dan NOC adalah merupakan klasifikasi outcome (berada pada fase planning:
outcome). Pada saat ini label diagnostic tidak hanya dapat dirujuk kepada NANDA-I tetapi
juga bisa merujuk kepada label diagnostik: GORDON’s nursing diagnosis atau ICNP yang
dikeluarkan oleh International Council of Nursing (ICNP, 2005).

Nursing process ditunjukkan oleh gambar berikut ini (Wilkinson, 2007):

Assessment phase

Kegiatan dalam pengkajian dibagi dalam empat hal, yaitu mengumpulkan data, memvalidasi
data, mengorganisir data dan mencatat data.
a. Mengumpulkan data (Wilkinson, 2007)

Data yang didapatkan dapat dikelompokkan dalam

1). Subjective data: cover data/symptoms

Merupakan data yang tidak bisa di ukur atau diobservasi, contohnya: pemikiran klien,
dll. Data subyektif bisa juga didapatkan dari Significant Others atau dari petugas
kesehatan yang lain. Data ini hanya bisa didapatkan dari apa yang klien sampaikan
pada perawat.

2). Objective data: overt data/signs

Adalah data yang bisa dideteksi oleh orang lain selain klien, biasanya didapatkan
dengan cara melakukan observasi atau memeriksa klien. Contoh data obyektif adalah
nadi, warna kulit, urin output, dan hasil diagnosa misalnya X-ray dll.

Pengkajian dibedakan antara pengkajian awal dan pengkajian lanjutan Pada dasarnya
pengkajian awal merupakan pengkajian pada awal masuk, biasanya adalah berisi data
base, dan merupakan pengkajian lengkap. Pengakajian Lanjutan merupakan
pengkajian focus yang berfokus pada masalah, aktifitas atau perilaku spesifik dan bisa
juga pengkajian yang datanya digunakan untuk mengevaluasi pencapaian hasil dan
penyelesaian masalah.

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain dengan observasi,
wawancara dan pengkajian fisik. Sedangkan data yang dikaji meliputi aspek biologi,
psikologi, social, spiritual dan cultural.

b. Memvalidasi data (Wilkinson, 2007)

Memvalidasi data artinya mengecek kembali data untuk klarifikasi. Validasi data
dilakukan pada kondisi sebagai berikut:

1). Data subyektif dan obyektif tidak sinkron

2). Statement klien berbeda pada waktu pengkajian yang berbeda

3). Data tampak sangat tidak normal

4). Adanya faktor yg mempengaruhi pada waktu melakukan pengukuran misalnya


frekuensi nafas bayi yang sedang menangis

c. Mengorganisir data (Wilkinson, 2007)

Data yang telah didapatkan perlu diorganizier berdasarkan kerangka kerja dengan
menggunakan model keperawatan (nursing model). Beberapa contoh nursing model
adalah sebagai berikut :

1). Gordon’s functional health patterns framework: common patterns behavior that
contribute to health, quality of life, and achievement of human potential
2). Orem’s self care model: patient’s abilities to perform self care to maintain life, health
and well being

3). Roy’s adaptation model: patterns indicating the clients’s ability to adapt in one of four
modes: psychological, self-concept, social role, and interdependence

4). Maslow’s hierarchy of Needs (non nursing model)

5). Stuart Adaptation Model – adalah merupakan model penanganan psikiatri yang
membagi pasien dalam beberapa tahap penanganan yaitu krisis, akut, pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan. (Stuart & Laria, 2001). Model ini sangat tepat digunakan
dalam keperawatan jiwa karena memberikan arahan untuk penanganan pasien dengan
masalah psikiatrik. Model ini juga mengarahkan apa data spesifik dalam keperawatan
jiwa yang perlu di kaji dan juga menggunakan NANDA-I sebagai rujukan label
diagnostic.

d. Mencatat data (Wilkinson, 2007)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencatatan hasil pengkajian
adalah:

1). Data subyektif dituliskan dengan menuliskan kata-kata klien dengan menggunakan
“…” atau menggunakan paraphrase tanpa menggunakan “…”

2). Catat cues dan bukan inference (cues adalah apa yang klien ceriakan, apa yang anda
lihat, apa yang anda dengar, rasakan, bau dan ukur), sedangkan inference berarti
penilaian atau apa arti dari cues)

3). Hindari menggunakan kata umum misalnya good, normal, adekuat, tolerated well.

Diagnosis Phase – NANDA-I

Istilah diagnose keperawatan pertama kali muncul dalam literature keperawatan pada 1950 an
yang menggambarkan fungsi dari professional perawat (McManus, 1951 cit. Wilkinson,
2007). Kemudian pada 1973 ANA memasukkan diagnosa keperawatan sebagai aktifitas
keperawatan yang penting sebagai fungsi yang diakui dari professional perawat.

Beberapa hal yang perlu dimengerti oleh perawat mengenai terminology diagnosis adalah

a. Diagnosis

Adalah merupakan fase kedua dalam proses keperawatan dan merupakan proses yang
digunakan untuk menginterpretasikan data untuk membuat kesimpulan dan membuat
nursing diagnosis

b. Nursing diagnosis

Adalah merupakan kesimpulan dari status kesehatan pasien dan merupakan produk dari
aktifitas‘diagnosis’.
c. Diagnostic label

Merupakan daftar standar penulisan nursing diagnosis. Umumnya perawat menggunakan


NANDA-I sebagai diagnostic label, tetapi ada juga diagnostic label yang dibuat oleh
Gordon, atau ICNP®. (Wilkinson, 2007)

Hubungan antara diagnosa keperawatan dengan respon manusia (human respon)

Diagnosa keperawatan didasarkan kepada respon manusia terhadap berbagai macam


kejadian atau stressor misalnya penyakit atau cedera. Stressor ini bisa berasal dari
biologi, psikologi, social dan spiritual atau bahkan dari treatment.

Respon manusia terjadi dalam berbagai tingkatan, misalnya tingkat sel, sistemik, organis
atau secara keseluruhan (whole person). Dalam hal ini diagnosa keperawatan biasa
berada pada level whole person.

Perlu dimengerti bahwa suatu stressor bisa menyebabkan banyak respon yang mungkin
bisa berupa respon yang membantu atau respon yang berbahaya atau merusak
(Wilkinson, 2007).

Tujuan dari adanya diagnosa adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan pasien
dalam hal (Wilkinson, 2007):

a. Strengths

b. wellness diagnoses

c. actual, potential, and possible nursing diagnoses

d. collaborative problems

e. medical problems

Kegiatan dalam fase diagnosa adalah (Wilkinson, 2007):

1. Interpreting: dilakukan dengan mengidentifikasi hasil pengkajian dan kemudian


dilanjutkan dengan mengumpulkan gejala atau tanda yang mungkin menjadi satu
kelompok dan kemudian melihat pola dan hubungan satu tanda dan gejala dengan
yang lainnya. Kegiatan selanjutnya dalam menginterpretasi data di sini adalah dengan
menarik kesimpulan mengenai status kesehatan saat ini dan menentukan etiologi dan
mengkategorikan masalah yang ada.

2. Verify: Kesimpulan yang telah dibuat diverifikasi dengan pasien (kecuali pasien yang
tidak sadar atau hampir meninggal)

3. Label

Label untuk diagnosa keperawatan menggunakan system klasifikasi (taxonomy).


Untuk itulah perlu adanya bahasa keperawatan yang sama, antara lain dengan
menggunakan NANDA-I.
NANDA- I mempunyai susunan sebagai berikut:

a. Label adalah kata atau frase yang menggambarkan kesehatan klien. Label bisa
digunakan sebagai PROBLEM/masalah atau ETIOLOGI/penyebab
b. Definition: mengekspresikan dengan tepat dan jelas mengenai kealamiahan diagnosa
dan membedakan label dengan yang lain
c. Defining characteristic (Batasan karakteristik): Adalah tanda (data subyektif dan
obyektif) yang mengindikasikan adanya label diagnosa. Untuk diagnosa actual
batasan karakteristik adalah tanda dan gejala. Tidak semua batasan karakteristik perlu
ada untuk bisa menggunakan label sebagai diagnosa
d. Relate or Risk factors adalah semua kondisi, situasi yang berkaitan dengan masalah
misalnya hal yang mempengaruhi, menyebabkan, bisa berasal dari biologi, psikologi,
social, developmental, treatment dll.

Cara memilih label diagnosa adalah dengan mencocokkan gejala dan tanda yang
didapatkan dari pengkajian dengan definisi dan batasan karakteristik yang ada dalam
NANDA-I. Untuk mempermudah pencocokan data pengkajian dengan NANDA-I,
penulis telah menerbitkan sebuah buku dengan judul Fast Methods of formulating nursing
diagnoses: Cara cepat merumuskan diagnosa keperawatan (2006) dimana dalam buku ini
terdapat semua kata yang terdapat dalam NANDA 2005 yang akan memberikan petunjuk
kepada kita untuk mengetahui dimana posisi data tersebut dalam diagnosa NANDA.

4. Record (Wilkinson, 2007)

Pencatatan/penulisan diagnosa dilakukan berdasarkan beberapa aturan berikut ini.


Beberapa hal dibawah ini perlu dimengerti sebelum memahami cara penulisan diagnosa
keperawatan

- P = Problem

- E = Etiology

- S = Symptom and Sign (bisa juga dituliskan dalam bentuk S = subjective, O =


Objective)

- R/t = Related to (merupakan penghubung antara P dan E)

Cara penulisan diagnosa aktual

a. Format dasar (P r/t E) (2 statement) = Two-Part statement

Contoh:

Problem (r/t) Etiology

Situational low sel-esteem (r/t) Rejections

Noncompliance (discharge procedure) (r/t) Unresolved anger delay discharge

b. Format P.E.S (P.E.S format = Problem, etiology, symptom)


Format ini direkomendasikan pada saat anda pertama kali belajar menulis diagnosa
keperawatan. Jika anda menggunakan metode ini anda perlu menambahkan as
manifested by (A.M.B) setelah etiologi dan diikuti dengan sign and symptoms dari
pasien.

Beberapa aturan modifikasi pada etiologi adalah sebagai berikut:

1). Menggunakan “Secondary to” or 2 0

Etiologi bisa dibagi dalam dua statemen dengan menggunakan dengan kata
“Secondary to” or 2 0 antara statemen satu dengan yang yang lainnya. Kata
setelah secondary to biasanya merupakan patofisiologi atau proses penyakit

Contoh penulisan diagnosa keperawatan dengan menggunakan secondary to:

Risk for impaired skin integrity r/t decreased peripheral circulation 2 0 diabetes

2). “Unknown etiology”

Perawat membuat diagnosa pada saat terdapat batasan karakteristik tetapi perawat
mungkin belum tahu apa penyebab atau factor yang berkontribusi terhadap
timbulnya masalah.

Contoh penulisan diagnosa dengan menggunakan format “unknown etiology”:

“Noncompliance (medication regimen) r/t unknown etiology

Apabila anda berpikir bahwa anda tahu etiologi tetapi anda masih merasa perlu
data lagi untuk memastikan, maka anda perlu menggunakan frase “possible
related to”

Contoh penulisan diagnosa:

Noncompliance (medication regiment) possibly r/t unresolved anger about


diagnosis

3). “Complex etiology”


Apabila anda menemukan bahwa etiologi dari masalah terlalu banyak atau
kompleks maka anda bisa menuliskan etiologi dengan ‘complex factors’

Diagnosa keperawatan yang biasanya mempunyai etiologi yang komplek yaitu:

Decisional conflict or Chronic Low Self-esteem

Contoh statement diagnosa:

Chronic Low Self-esteem r/t complex factors

c. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 – 4 statemen

Pada dasarnya modifikasi diagnosa keperawatan yang mempunyai 3-4 statemen


merupakan penambahan statemen pada problem dan atau pada related factors.

Contoh diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 statemen:

d. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari 1 statement (Problem saja tanpa
Etiologi dan lainnya).

Beberapa NANDA label sudah sangat spesifik sehingga mungkin tidak memerlukan
etiologi dalam statement diagnostiknya. Diagnosa yang biasanya menggunakan satu
statement adalah:

Wellness diagnoses

Contoh diagnosa yang dapat menggunakan format 1 statement:

- Disuse syndrome

- Impaired environmental interpretation syndrome

- Post-trauma syndrome

- Rape-trauma syndrome
- Relocation stress syndrome

- Death anxiety

- Decreased cardiac output

- Defensive coping

- Latex Allergy response

- Unilateral neglect

Cara penulisan diagnosa potensial (Resiko)

- Diagnosa resiko (potensial) didiagnosa dengan melihat adanya faktor resiko dan
bukan batasan karakteristik

- Format hanya Problem + Etiology

- Etiologi didapatkan dari Risk factors (Faktor resiko)

- Bentuk bisa berupa 1 statement, 3 statement, multiple etiologi

- Tidak bisa menggunakan format P.E.S

Cara penulisan Possible Nursing diagnoses

Adalah diagnosa yang diangkat apabila perawat masih perlu mencari data lain karena
data yang ada tidak cukup untuk menjadi salah satu statement (baik problem atau
etiologi). Untuk kasus ini, diagnosa yang dituliskan dengan menambah kata
‘possible’. Kata ‘possible’ ini bisa digunakan sebelum Problem atau sebelum
penulisan etiologi.

Contoh:

• Possible Situational Low Self-esteem r/t loss of job and rejection by family

• Disturbed thought process possible r/t unfamiliar surrounding

• Possible Low self-esteem r/t unknown etiology

Cara penulisan Collaborative problems

Masalah kolaboratif adalah komplikasi dari penyakit, tes atau treatment dimana
perawat tidak bisa menangani secara mandiri. Etiologi untuk masalah kolaboratif
biasanya dituliskan dengan mencantumkan penyakit, treatment atau patologis.

Dalam keperawatan jiwa, masalah kolaboratif tidak terlalu banyak, tetapi perawat bisa
mencermati beberapa treatment yang mungkin menyebabkan respon pasien yang
perlu diintervensi oleh perawat. Penulis mencoba mencermati masalah-masalah
kolaborasi dalam keperawatan jiwa yaitu misalnya efek dari ECT dan efek dari
pengobatan tranquilizer yang mungkin menjadi etiologi untuk diagnosa Risk for Falls
(Resiko jatuh).

Tugas perawat untuk masalah kolaborasi adalah prevention dan observasi.

Contoh statemen diagnosa:

Risk for falls r/t administering tranquilizer

Dalam diagnosa kolaboratif, pasien tidak mempunyai Sign and Symptoms (karena
tugas perawat mendeteksi apakah sign dan symptom tersebut muncul atau tidak)
sehingga masalah kolaboratif tidak bisa menggunakan format P.E.S

Planning: Outcome phase – The nursing outcomes classification (NOC)

NOC adalah ‘istilah’ standar untuk menggambarkan outcomes pasien.

Pengertian NOC:

- An outcome is “an individual, family or community state, behavior, or perception, that is


measured along a continuum in response to nursing intervention” (Moorhead, Johnson &
Maas, 2004, p. 25)

NOC (2004) terdiri dari 330 outcomes yang terbagi dalam tujuh domains (Moorhead,
Johnson & Maas, 2004):

a. Functional health

b. physiological health

c. psychosocial health

d. health knowledge and behavior

e. family health

d. perceived health

e. community health

Component of NOC (Moorhead, Johnson & Maas, 2004)

• Label: the broadly state

• A definition: concrete, observable, behaviors and states that can be used to evaluate patient
status

• List of indicators
• Measurement scale: a five-point measurement scale is used to evaluate patient staus on each
indicator

Cara menggunakan NOC adalah dengan membandingkan nilai status dari setiap indicator
sebelum dan setelah dilakukan intervensi

Contoh penulisan NOC:

Aggression self control

140110 Identify when angry (5: consistently demonstrated)

Penulisan secara tradisional

Kontrol diri terhadap agresi, ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi kapan saat marah
(ditunjukkan secara konsisten)

Planning: Intervention – NIC (Nursing Intervention Classification)

NIC merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang dibuat untuk menyeragamkan bahasa
intervensi yang dilakukan oleh perawat.

NIC edisi ke empat terdiri dari 514 intervention dan edisi ke lima (2008) terdiri dari 542
aktifitas (mempunyai sekitar 12000 aktifitas) (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)

Domain of NIC (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)

• Basic physiological

• Complex physiological

• Behavior

• Safety

• Family

• Health system

• Community

Komponen NIC, setiap NIC terdiri dari

- Label

- Definisi

- Aktifitas
Cara menggunakan NIC adalah dengan memilih aktifitas yang tepat untuk mencapai outcome
yang diharapkan.

Fase Implementasi (Wilkinson, 2007)

Hal-hal yang dilakukan dalam implementasi yang bisa dilakukan oleh perawat terdiri dari:

- Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria yaitu:

a. dependent interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberi perawatan


kesehatan lain

b. collaborative (interdependent): interventions yang dilaksanakan dengan professional


kesehatan yang lain

c. Independent (autonomous) intervention: intervensi dilakukan dengan melakukan nursing


orders dan sering juga sering juga digabungkan dengan order dari medis

- Delegate (mendelegasikan): pelaksanaan order bisa didelegasikan hanya saja ada beberapa
tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu apakah tugas tersebut
tepat untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat dilakukan dan apakah ada supervisi
atau pengecekan kerja

- Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format tergantung pilihan
dari setiap institusi

Fase evaluasi (Wilkinson, 2007)

Kegiatan dalam fase evaluasi meliput evaluasi patient outcomes dan nursing process.

Evaluasi patient outcomes dilakukan dengan mereview indicator outcome.

Evaluasi nursing proses dilakukan dengan mereview fase assessment, diagnosis, planning:
outcome, nursing order dan implementation

Anda mungkin juga menyukai