Anda di halaman 1dari 45

TUGAS KELOMPOK

SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


MODUL 1 SKENARIO 1 (GANGGUAN KEKEBALAN)

KELOMPOK 2.A

 Ridha Sinta Yunita 1801098  Anjela Rispa K 1801077

 Nur Indayani 1801072  Resky Putri Sahras 1801113

 Astri Safitri Effendi 1801061  Rezky Handayani 1801088

 Dedi Kurniawan 1801068  Nurlinda 1801079

 Nur Amalia S 1801115  Nirfawati 1801090

 Sri Nurhidayah S 1801125  Roy Marthen 1801093

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANAKKUKANG MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya tugas makalah Sistem Imun yang di berikan
kepada kami dapat di selesaikan tepat waktu

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu kami dalam proses pembuatan makalah Sistem Imun dan kami
menyadari di dalam Makalah Sistem Imun ini jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca .Akhir
kata kami mengharapkan makalah Sistem Imun dan Hematologi dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

C. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II SKENARIO

A. Klarifikasi Kata-kata Kunci .................................................................... 3

B. Kata/Problem Kunci .............................................................................. 3

C. Pertanyaan-pertanyaan Penting ........................................................... 4

D. Jawaban Penting .................................................................................. 4

E. Informasi Tambahan ............................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN

A. Konsep Medis ....................................................................................... 10

1. Defenisi ........................................................................................... 10

2. Etiologi ............................................................................................ 10

3. Patofisiologi .................................................................................... 11

4. Manifestasi klinis ............................................................................. 11

5. Komplikasi ...................................................................................... 12

6. Penatalaksanaan ............................................................................ 12

7. Pemeriksaan penunjang ................................................................. 14

8. Pathway .......................................................................................... 15

B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................... 16

1. Pengkajian ...................................................................................... 16

ii
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 17

3. Intervensi Keperawatan .................................................................. 18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 40

B. Saran .................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) diketahui sebagai faktor penyebab
kematian tahun 2012. Secara global, diperkirakan 56 juta orang
meninggal karena PTM. Saat ini angka kejadian penyakit PTM terus
menerus maningkat, diantaranya yaitu penyakit lupus. Lupus
Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit rematik autoimun yang
ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi
setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan
deposisi autoantibody dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan
kerusakan jaringan. Penyebab lupus tidak diketahui secara pasti namun
ada beberapa faktor munculnya lupus seperti faktor genetik, faktor
hormonal, autoantibody dan faktor lingkungan. Data prevalensi di setiap
negara berbeda-beda. Suatu studi sistemik di Asia Pasifik
memperlihatkan data insidensi sebesar 0,9 – 3,1 per 100.000
populasi/tahun. Prevalensi kasar sebesar 4,3 – 45,3 per 100.000
populasi. The Lupus Foundation of America memperkirakan sekitar 1,5
juta kasus terjadi di Amerika dan setidaknya terjadi lima juta kasus di
dunia. Setiap tahun diperkiraan terjadi sekitar 16 ribu kasus baru lupus.
(Infodatin, 2017)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tazi di casablanca
(maroko) tahun 2009 di dapatkan bahwa dari 44 pasien yang diteliti, 39
adalah perempuan. Usia rata-rata adalah 33 tahun. Empat pasien lupus
(9%) versus 5 sehat (11%) positif untuk anti-VCA (antigen kapsid virus)
IgM (p = 0,9). Semua pasien lupus memiliki IgG anti-VCA terhadap 91%
dari subjek kontrol (p = 0,12). SRI rata-rata untuk antibodi ini adalah
2.391 pada lupus dan 1.873 pada kontrol (p = 0,068).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami penyakit lupus.

1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis kelamin dengan
penyakit lupus.
b. Untuk tanda dan gejala penyakit lupus.
c. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit lupus.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
Untuk menambah referensi dan pengetahuan tentang penyakit lupus.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit
lupus dan asuhan keperawatan penyakit lupus.

2
BAB II

SKENARIO

Perempuan berusia 25 tahun dibawa ke poliklinik penyakit dalam


RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo mengeluh kedua pipinya merah sehingga
mengganggu penampilannya. Pasien juga mengeluh akhir-akhir ini sering
pegal dan linu di persendian. Nyeri sendi ini berpindah-pindah. Keluhan
disertai dengan rasa lesu, lemas dan mudah capek sehingga menghalanginya
beraktivitas dan hasil pemeriksaan antibody anti smith didapatkan hasil
meningkat.

A. Klarifikasi Kata-kata Kunci


1. Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat dan fungsi biologis laki-
laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam
menyelenggarakan upaya meneruskan keturunan.
2. Pipi merah (ruam)
3. Pega linu adalah rasa nyeri di otot yang di picu oleh kelelahan yang
biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam hitungan hari
4. Nyeri sendi berpindah-pindah adalah sakit pada bagian tubuh yang
menghubungkan tulang dengan tulang, sehingga menyebabkan
pergerakan dan kualitas hidup menjadi terganggu
5. Lesu adalah rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik
pada tingkat yang biasanya secara terus menerus
6. Lemas adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu untuk melakukan
aktivitas
7. Mudah capek adalah proses menurunnya efisiensi, performance kerja
dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan
8. Pemeriksaan Antibodi Anti Smith meningkat adalah pemeriksaan
untuk menentukan apakah ada antibody terhadapa Sm (protein yang di
temukan dalam sel protein inti).
B. Kata/Problem Kunci
Lupus Eritamotosus Sitemik (LES)

3
C. Pertanyaan-pertanyaan Penting
1. Apa yang dimaksud dengan Lupus Eritamotosus Sitemik (LES)?
2. Apakah jenis kelamin memperngaruhi penyakit lupus ?
3. Apakah penyakit lupus hanya ditandai dengan wajah merah ?
4. Apa penyebab dari nyeri sendi?
D. Jawaban Penting
1. Lupus eritamotosus diskoid (LED) merupakan varian dari LES. LED juga
dikenal sebagai Lupus eritematosus kutaneus kronis. LED ditandai
dengan serangkaian perubahan kulit yang dapat terjadi sebagai bagian
dari lupus, dengan atau tanpa keterlibatan sistemik.
2. Ya, karena lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun
juga diderita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapa saja, baik
pada pria maupun wanita, meskipun 10-15kali lebih sering ditemukan
pada wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum
menstruasi dan atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa
hormon (terutama estrogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit
ini. Namun penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka kejadian pada
wanita dan pasa masa pra-menstruasi, masih belum diketahui.
3. Tidak. Karena tidak hanya bagian pipi, tapi ruam juga bisa tersebar di
bagian tubuh lainnya yang terpapar oleh sinar matahari. Namun hampir
50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal
hidung.
Penyebab Bercak Merah Pada Kulit Alergi. Bercak merah muncul pada
kulit setelah memakai bahan tertentu bisa berupa kosmetik, pakaian, dan
sebagainya, bisa juga muncul setelah makan makanan tertentu atau
menggunakan obat-obatan yang dapat memicu reaksi alergi.Jika
pemakaian bahan langsung pada kulit maka area kulit itu saja yang
terkena, tetapi apabila penyebab alergi dimakanan maka bisa muncul
bercak merah pada seluruh kulit tubuh. Salah pemicu yang dapat
mengakibatkan bintik kemerahan pada kulit yaitu:
a. Terpapar matahari, jika kulit terkena sinar ultraviolet dari matahari
dalam jumlah yang banyak, maka akan dapat menyebabkan kulit
menjadi memerah, nyeri atau mengembangkan rasa sakit

4
b. Biang keringat, pada biang keringat atau ruam panas, terlihat bintik-
bintik merah pada kulit yang terasa pedih dan gatal
c. Cuaca sangat dingin dan kering, dapat menyebabkan bercak pada
kulit terutama pada wajah karena kulit yang tipis dan sering terpapar
panas sehingga akan cepat kehilangan kelembaban
4. Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum di ketahui secara
pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus.
Ada beberapa teori yang di kemukakan sebagai penyebab nyeri
sendi yaitu:
a. Mekanisme imunitas
Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya
yang dikenal sebagai faktor rematoid anti bodynya dalam suatu faktor
antigama globulin (igM) yang bereaksi terhadap perubahan igG titer
yang lebih besar 1:100, biasanya di kaitkan dengan vaskulitis dan
prognosis yang buruk
b. Faktor metabolik
Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses
autoimun
c. Faktor genetik dan faktor pemicu lingkungan
Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik
Juga dengan masalah lingkungan, persoalan perumahan dan
penataan yang buruk dan lembab Juga memicu penyebab nyeri sendi
d. Faktor usia
Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lansia terhadap
penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik (Brunner dan
Sudarth, 2002)
E. Informasi Tambahan
Ada beberapa diagnosa banding yang hampir menyerupai tanda dan
gejala penyakit lupus, yaitu :

DERMATOMIOTISIS RHEUMATOID ARTHRITIS


DEFINISI  Istilah polimiositis dan  Rheumatoid arthritis
dermatomisitis digunakan untuk adalah penyakit kronis

5
menggambarkan penyakit ini. yang menyebabkan nyeri,
Saat ini, penggunaan yang lebih kekakuan, pembengkakan
tepat untuk istilah Miopati dan ketebatasan gerak
inflamatorik idiopatik adalah serta fungsi dan banyak
untuk menggambarkan kondisi sendi. Rheumatoid arthritis
seluruh kelompok dan kebalikan dapat mempengaruhi sendi
istilah polimiositis (PM) dan apapun, sendi-sendi kecil
dermatomiositis (DM) untuk ditangan dan kaki
kondisi yang lebih spesifik atau cenderung paling sering
subset. terlibat. Pada rheumatoid
 Miopati idiopatik merupakan arthritis kekakuan paling
penyakit relative langka. sering terburuk dipagi hari.
Prevalensi yang akurat sulit di Hal ini dapat berlangsung
dapat karena penyakitnya tidak satu sampai dua jam atau
umum dan tidak memiliki Kriteria bahkan sepanjang hari.
diagnosis yang universal. (American College Of
Rheumatology, 2012)

ETIOLOGI  Miopatik idiopatik dipercayai Penyebab pasti rheumatoid


merupakan proses yang arthritis tidak di ketahui, di
diperantai sistem imun yang perkirakan merupakan
dipicu faktor lingkungan pada kombinasi dari faktor
individu dengan kerentanan genetic, lingkungan,
genetic. hormonal dan faktor sistem
 Kejadian pemicu PM-DM tidak reproduksi. Namun faktor
diketahui namun diduga karena pencetus terbesar adalah
virus. Beberapa penelitian faktor infeksi seperti
mengidentifikasikan jenis tumor bakteri, mikoplasma dan
yang ditemukan pada populasi virus. Menurut Smith dan
umum kecuali untuk kanker Haynes (2002), ada
ovarium yang biasanya muncul beberapa faktor risiko yang
pada wanita dengan dapat menyebabkan
dermatomiosis. seseorang menderita
Rheumatoid arthritis yaitu:
 Faktor genetik
Beberapa penelitian yang
dilakukan melaporkan
terjadinya rheumatoid
arthritis sangat terkait
dengan faktor genetic.
 Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid
arthritis lebih banyak
dialami oleh wanita
daripada laki-laki dengan
rasio 2:1 hingga 3:1
perbedaan ini diasumsikan
karena pengaruh dari
hormon namun data ini
masih dalam penelitian.
 Infeksi
Infeksi dapat memicu
rheumatoid arthritis pada
host yang mudah terinfeksi
secara genetic. Virus

6
merupakan agen yang
potensial memicu
rheumatoid arthritis seperti
parvovirus, rubella, EBV,
dan borellia burgdorferi
 Lingkungan
Faktor lingkungan dan
gaya hidup juga dapat
memicu rheumatoid
arthritis seperti merokok.

PATOFISIOLOGI  Hasil biopsi otot, biasanya otot  Sistem imun merupakan


deltoid atau kuadriseps, bagian pertahanan tubuh
memberikan informasi yang yang dapat membedakan
berguna mengenai patologi komponen self dan non-
penyakit. Beberapa perubahan self. Kasus rheumatoid
telah diketahui, termasuk arthritis sistem imun tidak
degenerasi fikal atau ekstensif mampu lagi membedakan
serabut otot karena inflamasi keduanya dan menyerng
infiltrasi limfosit dan makrofag. jaringan sinovial serta
Pada beberapa kasus, nekrosis jaringan penyokong lain.
sebaut otot dapat terjadi. Serabut Inflamasi berlebihan
dapat menunjukkan bukti adanya merupakan manifestasi
regenerasi. utama yang tampak pada
kasus rheumatoid arthritis.
Inflamasi terjadi karena
adanya paparan antigen.
Antigen dapat berupa
antigen eksogen, seperti
protein virus atau protein
antigen endogen ( Schuna,
2005).
 Proses awalnya, antigen
(bakteri,mikroplasma atau
virus) menginfeksi sendi
akibatnya terjadi kerusakan
lapisan sendi yaitu pada
membrane sinovial dan
terjadi peradangan yang
berlangsung terus-
menerus .Peradangan ini
akan menyebar ketulang
rawan, kapsul fibroma
sendi, ligamen dan tendon.
Kemudian terjadi
penimbunan sel darah
putih dan pembentukan
pada jaringan parut
sehingga membran
sinovium menjadi hiportrofi
dan menebal. Terjadi
hiportropi dan penebalan
ini menyebabkan aliran
darah yang masuk
kedalam sendi menjadi

7
terhambat. Keadaan
seperti ini akan
mengakibatkan terjadinya
nekrosis (rusaknya
jaringan sendi), nyeri hebat
dan devormitas
(Schuna,2015)

MANIESTASI  Miopati idiopatik paling sering Gejala klinis utama adalah


KLINIS terjadi pada dewasa polimiositis poliartritis yang mengakibatkan
dan dermatomiositis merupakan terjadinya kerusakan pada
penyakit inflamasi jaringan ikat rawan sendi dan tulang di
yang sistemik dan menyebar. sekitarnya. Kerusakan ini
Meskipun gangguan ini memiliki terutama mengenai sendi
onset akut dan berkembang perifer pada tangan dan kaki
dengan cepat, biasanya penyakt yang umumnya bersifat
ini berkembang dengan lambat. simetris (sudoyo,dkk, 2007).
Secara klinis akan muncul secara Menurut Priyatno (2009) secar
bertahap penurunan berat badan umum, menifestasi klinis yang
yang nyata, kelelahan, dan dapat kita lihat, antar lain:
kelemahan dalam priode a. Nyeri sendi terutama
bulanan, terkadang tidak disadari pada saat bergerak
terjadinya perubahan. Kedua b. Pada umumnya terjadi
penyakit ini menyebabkan pada sendi penopang
terjadinya kelemahan otot beban tubuh, seperti
proksimal atau gelang panggul, tulang
ekstremitas simetrid dan belakang dan lutut
biasanya terjadi atrofi pada otot c. Terjadi kemerahan,
tungkai, leher dan faring. inflamasi, nyeri, dan
Penurunan kekuatan otot juga dapat terjadi
terjadi pada gelang panggul di deformitas
ikuti kelemasan pada laki-laki , (perubahan bentuk).
bahu dan lengan. Pada penyakit d. Yang tidak progresif
yang akut, otot akan menjadi dapat menyebabkan
lunak atau bengkak dan kenyal. perubahan cara
Ketika terjadi perubahan kulit berjalan
karen polimiositis, penyakit di e. Rasa sakit bertambah
golongkan menjadi hebat terutama pada
dermatomiositis. sendi pinggul, lutut,
dan jari-jari
f. Saat perpindahan
posisi pada
persendian bisa
terdengar suara
(Cracking).
PENATALAKSAN Terapi untuk derma tomiositis Terapi non farmakologi
AAN melibatkan tindakan umum dan Terapi non formokolgi yang
langkah-langkah khusus untuk dapta dilakukan agar terapi
mengendalikan penyakit otot dan pada rematik /pegal linu,
penyakit kulit. Selain itu, beberapa efektif, yaitu :
pasien dengan dermatomiosistis a. Menganjurkan pasien
membutuhkn pengobatan untuk untk beristirahat yang
manisfestasi sistemik lain atau cukup dan
komplikasi. menghindari trauma
I. . farmakologi pada sendi yang

8
komponen otot diperlukan berulang
dengan pemberian b. Penggunaan alat
kortikosteroid, dengan atau bantu dendi dan alat
tampa agen imunusupresif. bantu berjalan
Penyakit kulit diobati c. Fisioterapi dan
dengan menghindari berolahraga yang
paparan sinar matahari dan tepat (perrgangan dan
dengan mengunakan tabir penguatan) untuk
suria, kortikosteroid topical, membantu
agen anti malaria atau agen mempertahankan
seperti methotrexate atau kesehatan tulang
mycophenolate mofetil. rawan ,meningkatkan
II. Medis gerak daya sendi, dan
Perawatan bedah biasanya kekuatan otot
tidak diperlukan dalam d. Kompres panas atau
pengelolaan dingin/dan latihan
dermatomyositis. Namun, memelihara
beberapa pasien dapat sendi,mengurangi
meminta operasi sendi dan kekakuan.
pengangkatan local area e. Pemberian suplemen
calcinosis. makanan yang
mengandung
glukosamin, kondrotin
yang berdasarkan ujik
klinik dapat
mengurangi gangguan
sendi
Tarapi farmokologi :
a. Analgetika
b. Asoteminofen(paracet
amol)
c. Aspirin
d. capcaisin
PEMERIKSAAN  Analisis darah  Tes hitung darah
PENUNJANG  X-ray dada  Scrologi
 Magnetic resonance imaging  Sinar X
(MRI)  Aspirasi sendi
 Biopsy kulit  Analisis cairan
synovial
 USG (Ultrasonografi)
 Scan tulang
KOMPLIKASI  Kesulitan menelan  Anemia
 Pneumonia aspirasi  Infeksi
 Gangguan pernapasan  Masalah
 Deposito kalsium gastreintostinal
 Osteotropis
 Penyakit paru-paru
 Penyakit jantung
 Sindrom sdogren
 Sindrom vlty
 Limfoma dan kanker
lainya

9
BAB III

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Lupus eritamotosus sitemik (LES) merupakan penyakit
autoimun yang serius. LES dapat memengaruhi :
a. Jaringan ikat dan sendi
b. Sistem kardiopulmonal
c. Limpa
d. Sistem neurologis
e. Sistem ginjal
f. Organ pelviks
g. Sistem hematologi
h. Sistem saluran cerna
Lupus eritamotosus diskoid (LED) merupakan varian dari
LES. LED juga dikenal sebagai Lupus eritematosus kutaneus kronis.
LED ditandai dengan serangkaian perubahan kulit yang dapat terjadi
sebagai bagian dari lupus, dengan atau tanpa keterlibatan sistemik.
a. Ruam kulit (Ruam diskoid) atau lesi yang dimulai sebagai plak
ruam kulit dan berkembang menjadi jaringan parut atrofik.
b. Plak tersebut berkumpul dalam area kulit yang terpajan cahaya,
seperti wajah, kepala dan telinga.
c. Jika tidak tertangani, lesi akan meluas dan akan berkembang
menjadi atrofi sentral dan jaringan parut.
d. Mungkin terdapat alopesia (kerontokan rambut) jaringan parut
yang menyebar luas.
e. Keterlibatan membran mukosa dapat mencolok, terutama di
mulut.
2. Etiologi
a. Sistem imun kita biasanya memproduksi protein yang disebut
antibodi yang melindungi tubuh dari penyerangan asing
b. Jika pasien mengalami autoimun, sistem imun akan membuat
auto antibodi (auto berarti diri dan anti berarti melawan, seperti

10
melawan diri sendiri) yang menghancurkan jaringan yang sehat.
Auto antibodi ini menyebabkan inflamasi, nyeri dan kerusakan di
berbagai bagian tubuh.
c. Sekitar 70% hingga 90% individu yang mengalami lupus
merupakan wanita muda dalam masa remaja akhir hingga usia
tiga puluhan.
d. Anak-anak (kebanyakan perempuan) dan individu dewasa juga
mengalami penyakit ini.
e. Lupus dapat bersifat ringan atau berat.
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan
yang menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan.
Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-
faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit
yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamit, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat anti konvulsan disamping makanan seperti kecambah alfalfa
turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-
obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoantibosy diperkirakan
terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbl
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibody
tambahan dan siklus tersebut terulang kembali.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Marlene (2015) tanda dan gejala serta rasional penyakit
lupus yaitu :
a. Temuan klinis sangat bervariasi
b. LES dapat berkembang serta tiba-tiba disertai demam atau serta
tersembunyi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun dengan
episode nyeri artritis dan malaise.
c. LES dapat termanifestasi pada hampir semua sistem tubuh.
Manifestasi sendi dan kulit merupakan yang paling umum.

11
d. Gejala sendi, berkisar dari atralgia intermiten hingga poliartritis
akut, terjadi pada sekitar 90% pasien dan dapat mendahului
manifestasi lainnya selama bertahun-tahun
e. Gejala kulit meliputi aritema kupu-kupu di pipi (ruang datar atau
timbul) yang biasanya muncul pada wajah.
Menurut Desmawati (2013) Gejala dari penyakit lupus yaitu :
a. Demam
b. Lelah
c. Merasa tidak enak badan
d. Penurunan berat badan
e. Ruam kulit
f. Ruam kupu-kupu
g. Rung kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
h. Sensitif terhadap sinar matahari
i. Pembengkakan dan nyeri persendian
j. Nyeri otot
k. Mual dan muntah
l. Nyeri dada pleuriti
m. Kejang
n. Psikosa
5. Komplikasi
a. Gagal Ginjal
b. Kerusakan Jaringan Otak
c. Infeksi Sekunder
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan SLE harus mencakup obat, diet, aktivitas yang
melibatkan banyak ahli. Alat pemantau pengobatan pasien LES
adalah evaluasi klinis dn laoratoris yang sering untuk menyesuaikan
obat dan mengenali serta menangani aktivitas penyakit.
Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan
harus dilakukan selamanya.
Tujuan pengobatan LES adalah mengontrol manifestasi penyakit,
sehingga pasien dapat memiliki kualitas hidup yang baik tanpa
eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang

12
dapat menyebabkan kematian. Adapun obat-obatan yang dibuthkan
antara lain:
a. Anti inflamasi non steroid ; untuk pengobatan simtomatik atrlgia
nyeri sendi.
b. Anti malaria ; diberikan untuk lupus diskoid. Pemakaian jangka
panjang memerlukan evaluasi retina setiap enam bulan.
c. Kortikosteroid ; dosis rendah untuk mengatasi gejala klinis
seperti demam, dermathitis, dan efusi pleura. Diberikan selama 4
minggu minimal sebelum dilakukan penyepihan. Dosis tinggi
untuk mengatasi krisis lupus, gejala neftritihis, SSP, dan anemia
hemolitik.
d. Obat imunosupresan/sitostatika ; imunospresan diberikan pada
SLE dengan keterlibatan SSP, nefrithis difuse dan membranosa,
anemia hemolitik akut, dn kasus yang resisten terhdap
pemberian kortiko steroid.
e. Obat antihipertensi ; atasi hipertensi pada nefrithis lupus dengan
agresif.
f. Diet ; restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan.
Sebagian besar pasien memerlukan kortiko steroid dan saat itu
diet yang diperbolehkan ada;ah yang mengandung cukup
kalsium, rendah lemak dan rendah garam. Pasien disarankan
berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional.
g. Aktivitas ; pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal.
Olagraha diperlukan untuk mempertahankan intensitas tulang
dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena
lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan.
Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila
terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim
pelindung matahari ( waterproof sunblok) setiap 2 jam.
h. Kalsium ; semua pasien LES yang mengalami artrithis serta
emndapat terapi prednison beresiko untuk mengalami
osteopenia, karenanya memerlukan suplementasi kalsium.

13
i. Penatalaksanaan infeksi ; pengobatan segera bila ada infeksi
terutama infeksi bakteri. Setiap kelainan urine harus di pikirkan
kemungkinan pielonefrithis.
7. Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan Diagnosis LES sulit dan rumit. Penegakan
diagnosis dapat memerlukan evaluasi berulang selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun. Sebagai kriteria diagnostik, minimal empat
dari tanda berikut harus ada untuk mengklasifikasikan pasien
mengalami LES menurut American College of Rheumatology :
a. Ruam kulit
b. Ruam diskoid
c. Fotosensitivitas
d. Ulkus oral
e. Artritis
f. Serositis : Inflamasi jaringan serosa tubuh, jaringan tersebut
melapisi paru (pleura), jantung (perikardium), dan lapisan dalam
abdomen (peritoneum).
g. Gangguan ginjal
h. Leukopenia
i. Gangguan neurologi
j. Anti DNA atau antibodi anti-smith positif atau pemeriksaan
antibodi menunjukkan hasil positif
k. Antibodi anti nuklear pada titer yang tinggi

14
8. Pathway

Auto imun menyerang organ-organ tubuh Peningkatan auto imun


(sel,jaringan) berlebihan

Genetik, kuman/virus, sinar


ultraviolet, obat-obatan
Kerusakan Pembentuk lupus
tertentu
perfusi jaringan
perifer
Produksi antibody
secara terus menerus Pencetus penyakit inflamasi
multi organ

Kulit Otak Hati

Ruam kupu-kupu,SLE Suplai O2 ke otak Terjadi kerusakan


membran, alopesia, sintesa zat-zat
urtikaria, dan vaskulitis, dibutuhkan tubuh
ulserasi mulut dan naso Hipoksea Mual, muntah
faring

Resiko penurungan Ketidakseibangan


Gangguan citra tubuh perfusi jaringan nutrisi kurang dari
Kerusakan Integritas kulit otak kebutuhan tubuh

Paru-paru Darah Ginjal

Efusi fleura Hb menurun Proteinurinari,


sindrom nefrotik

Ketidakseimbangan Penurunan suplai O2/nutrien


Retensi urine
pola nafas

Sendi
Leucopenia Anamia,trombositope
n
Terjadi artiritis
Resiko infeksi Keletihan

Pembengkakan, efusi Ansietas


Terjadi artiritis

Nyeri Aktivitas menurun Hambatan


mobilitas fisik
15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Anamnesis riwayat kehatan sekarang dan pemeriksaan fisik di
fokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami
seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam atau
panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra diri pasien.
b. Kulit
c. Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka
atau leher.
d. Kardiovaskuler
e. Frektion rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi
pleura. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi
nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari
tangan, siku, kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau
sisi lateral tangan.
f. Sistem muskuloskeletal
g. Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika
bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
h. Sistem integumen
i. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu
yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat
mengenai mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
j. Sistem pernafasan
k. Pleuritis atau efusi pleura.
l. Sistem vaskuler
m. Inflamasi pada arteriore terminalis yang menimbulkan lesi
pepuler, eritematous dan purpura di ujung kaki, tangan, siku
serta permukan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan
dan berlanjut nekrosis.
n. Sistem renal
o. Edema dan hematuria
p. Sistem syaraf

16
q. Sering terjadi deepresi dan psikosis, juga serangan kejang-
kejang, korea ataupun manifestasi SPP lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Teori
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d ekspansi paru menurun,
hiperventilasi ansietas.
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3) Kerusakan integritas kulit b.d lesi pada kulit.
4) Hambatan mobilitas fisik b.d defomentasi skeretal.
5) Nyeri akut b.d inflamasi dan kerusakan jaringan.
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
7) Retensi urine b.d inhibisi arkus refleks.
8) Resiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer (kerusakan
integritas kulit), ketidakadekuatan pertahanan sekunder
(leukopeni).
9) Resiko penurunan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai
O2 keotak (hipoksia).
10) Keletihan b.d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
depresi.
11) Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada struktur kulit
(proses penyakit SLE).
12) Ansietas b.d penularan penyakit interpersonal, perubahan
dala status kesehatan dan lingkungan.
b. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Kasus
1) Kerusakan integritas kult b/d gangguan pigmentasi
2) Nyeri akut b/d agens cedera fisik (mis., abses, amputasi,
luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah,
trauma, olahraga berlebihan)
3) Keletihan b/d peningkatan kelelahan fisik
4) Gangguan citra tubuh b/d Respon nonverbal pada
perubahan yang dirasakan pada tubuh (mis, penampilan,
struktur, fungsi)

17
3. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Berdasarkan Teori

DIAGNOSIS TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


(NOC) KEPERAWATAN (NIC)
Ketidakefektifan pola NOC NIC
nafas  Respiratory status : Airway Management
Definisi : Inspirasi dan atau Ventilation - Buka jalan nafas,
ekspirasi yang tidak  Respiratory status : gunakan teknik chin
memberi ventilasi Airway patency lift atau jaw thrust bila
Batasan karakteristik:  Vital sign status perlu
 Perubahan kedalaman Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk
pernapasan  Mendemonstrasika memaksimalkan
 Perubahan ekskrusi n batuk efektif dan ventilasi
dada suara nafas yang - Identifikasi pasien
 Mengambil posisi tiga bersih, tidak ada perlunya pemasangan
titik sianosis dan alat jalan nafas buatan
 Bradipneu dyspneu (mampu - Pasang mayo bila
 Penurunan tekanan mengeluarkan perlu
ekspirasi sputum, mampu - Lakukan fisioterapi
 Penurunan ventilasi bernafas dengan dada jika perlu
semenit mudah, tidak ada - Keluarkan sekret
 Penurunan kapasitas pursed lips) dengan batuk atau
vital  Menunjukkan jalan suction
 Dipneu napas yang paten - Auskultasi suara nafas,
 Peningkatan diameter (klien tidak merasa catat adanya suara
anterior tercekik, irama tambahan
nafas, frekuensi - Lakukan suction pada
 Pernapasan cuping
pernapasan dalam mayo
hidung
rentang normal, - Berikan bronkodilator
 Ortopneu
tidak ada suara bila perlu
 Fase ekspirasi
nafas abnormal) - Berikan pelembab
memanjang
 Tanda-tanda vital udara, kassa basah
 Pernapasan bibir
dalam rentang atau NaCl lembab
 Takipneu normal (tekanan - Atur intake untuk
 Penggunaan otot darah, nadi dan cairan
aksesoris untuk pernapasan) mengoptimalkan
bernafas keseimbangan
Faktor yang berhubungan : - Monitor respirasi dan
 Ansietas status O2
 Posisi tubuh Oxygen Therapy
 Deformitas tulang - Bersihkan mulut,
 Deformitas dinding hidung dan secret
dada trakea
 Keletihan - Pertahankan jalan
 Hiperventilasi nafas yang paten
 Sindrom hipoventilasi - Atur peralatan

18
 Gangguan oksigenasi
muskuloskeletal - Monitor aliran oksigen
 Kerusakan neurologis - Pertahankan posisi
 Imaturitas neurologis pasien
 Disfungsi - Observasi adanya
neuromuskulas tanda dan
 Obesitas hipoventilasi
 Nyeri - Monitor adanya
 Keletihan otot kecemasan pasoen
pernapasan cedera terhadap oksigenasi
medula spinalis Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi suhu
dan RR
- Catat adanya fluktasi
tekanan darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR
sebelum, selama dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari
nadi
- Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

Ketidakefektifan perfusi NOC NIC


jaringan perifer  Circulation status Peripheral Sensation
Definisi : Penurunan  Tissue Perfusion : Management

19
sirkulasi darah ke perifer cerebral (Manajemen sensasi
yang dapat mengganggu Kriteria Hasil : perifer)
kesehatan Mendemonstrasikan - Monitor adanya
Batasan karakteristik : status sirkulasi yang daerah tertentu yang
 Tidak ada nadi ditandai dengan : hanya peka terhadap
 Perubahan fungsi  Tekanan sistol dan panas/dingin/tajam
motorik diastol dalam /tumpul
 Perubahan karakteristik rentang yang - Monitor adanya
kulit (warna, elastisitas, diharapkan paretese
rambut, kelembaban,  Tidak ada ortostatik - Instruksikan keluarga
kuku, sensasi, suhu) hipertensi untuk mengobservasi
 Indek ankle-brakhial  Tidak ada tanda- kulit jika ada isi atau
<0,90 tanda peningkatan laserasi
 Perubahan tekanan tekanan intrakranial - Gunakan sarung
darah diekstremitas (tidak lebih dari 15 tangan untuk proteksi
 Waktu pengisian kapiler mmHg) - Batasi gerakan pada
>3 detik Mendemonstrasikan kepala, leher, dan
 Klaudikasi kemampuan kognitif punggung
 Warna tidak kembali yang ditandai dengan : - Monitor kemampuan
ketungkai saat tungkai  Berkomunikasi BAB
diturunkan dengan jelas dan - Kolaborasi pemberian
 Kelambatan sesuai dengan analgetik
penyembuhan luka kemampuan - Monitor adanya
perifer  Menunjukkan tromboplebitis
perhatian, - Diskusikan mengenai
 Penurunan nadi
konsentrasi dan penyebab perubahan
 Edema
orientasi sensasi
 Nyeri ekstremitas
 Memproses
 Bruit femoral
informasi
 Pemendekan jarak total  Membuat
yang ditempuh dalam keputusan dengan
uji berjalan enam-menit benar
 Pemendekan jarak Menunjukkan fungsi
bebas nyeri yang sensori motorik cranial
ditempuh dalam uji yang utuh : tingkat
berjalan enam menit kesadaran membaik,
 Perestesia tidak ada gerakan-
 Warna kulit pucat saat gerakan involunter
elevasi
Faktor yang
berhubungan :
 Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis,
merokok, gaya hidup
monoton, trauma,
obesitas, asupan garam
dan imobilitas)

20
 Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
(mis, diabetes,
hiperlipidemia)
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Gaya hidup monoton
 Merokok
Kerusakan Integritas Kulit NOC NIC
Definisi :  Tissue integrity : Skin Pressure Management
Perubahan/gangguan and Mucous - Anjurkan pasien untuk
epidermis dan/atau dermis  Membranes menggunakan pakaian
Batasan karakteristik:  Hemodyalis akses yang longgar
 Kerusakan lapisan kulit Kriteria Hasil : - Hindari kerutan pada
(dermis)  Integritas kulit yang tempat tidur
 Gangguan permukaan baik bisa - Jaga kebersihan kulit
kulit (epidermis) dipertahankan agar tetap bersih dan
 Invasi struktur tubuh (sensasi, elastisitas, kering
Faktor yang berhubungan : temperatur, hidrasi, - Mobilisasi pasien
Eksternal : pigmentasi) (setiap dua jam sekali)
 Zat kimia, Radias  Perfusi jaringan baik - Monitor kulit akan
 Usia yang ekstrim  Menunjukkan adanya kemerahan
 Kelembapan pemahaman dalam - Oleskan lotion atau
 Hipertermia, proses perbaikan minyak/baby oil pada
Hipotermia kulit dan mencegah daerah yang tertekan
 Faktor mekanik terjadinya cedera - Monitor aktivitas dan
 Medikasi berulang mobilisasi pasien
 Mampu melindungi - Monitor status nutrisi
 Lembab
dan pasien
 Imobilitas fisik
mempertahankan - Memandikan pasien
Internal :
kelembaban kulit dengan sabun dan air
 Perubahan status cairan
dan perawatan hangat
 Perubahan pigmentasi
alami Insision site care
 Perubahan turgor - Membersihkan,
 Faktor perkembangan memantau dan
 Kondisi meningkatkan proses
ketidakseimbangan penyembuhan pada
nutris luka yang ditutup
 Penurunan imunologis dengan jahitan, klip
 Penurunan sirkulasi atau straples
 Kondisi gangguan - Monitor proses
metabolik kesembuhan area insisi
 Gangguan sensasi - Monitor tanda dan
 Tonjolan tulang gejala infeksi pada area
insisi
- Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,

21
menggunakan lidi kapas
steril
- Gunakan preparat
antiseptik sesuai
program
- Gunakan balutan pada
interval waktu yang
sesuai atan biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program
Dialysis Acces
Maintenance
Hambatan Mobilitas Fisik NOC NIC
Definisi : Keterbatasan  Joint Movement : Exercise therapy :
pada pergerakan fisik Active ambulation
tubuh atau satu atau lebih  Mobility Level - Monitoring vital sign
ekstremitas secara mandiri  Self care : ADLs sebelum/sesudah
dan terarah  Transfer latihan dan lihat respon
Batasan karakteristik : performance pasien saat latihan
 Penurunan waktu reaksi Kriteria Hasil : - Konsultasikan dengan
 Kesulitan membolak-  Klien meningkat terapi fisik tentang
balik posisi dalam aktivitas rencana ambulasi sesuai
 Melakukan aktivitas lain  Mengerti tujuan dengan kebutuhan
sebagai pengganti dari peningkatan - Bantu klien untuk
pergerakan mobilitas menggunakan tongkat
 Dispnea setelah  Memverbalisasika saat berjalan dan cegah
beraktivitas n perasaan terhadap cedera
 Perubahan cara berjalan dalammeningkatka - Ajarkan pasien atau
 Gerakan bergetar n kekuatan dan tenaga kesehatan lain
 Keterbatasan kemampuan tentang teknik ambulasi
kemampuan melakukan berpindah - Kaji kemampuan pasien
keterampilan motorik  Memperagakan dalam mobilisasi
halus penggunaan alat - Latih pasien dalam
 Keterbatasan bantu untuk pemenuhan kebutuhan
kemampuan melakukan mobilisasi ADLs secara mandiri
keterampilan motorik sesuai kemampuan
kasar - Dampingi dan bantu
 Keterbatasan rentang pasien saat mobilisasi
pergerakan sendi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs
 Tremor akibat
- Berikan alat bantu jika
pergerakan
klien memerlukan
 Ketidakstablian postur
- Ajarkan pasien
 Pergerakan lambat
bagaimana merubah
 Pergerakan tidak
posisi dan berikan
terkoordinasi
bantuan jika diperlukan
Faktor yang berhubungan :
 Intoleransi aktivitas

22
 Perubahan metabolisme
seluler
 Ansietas
 Indeks massa tubuh
diatas perentil ke 75
sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya
tentang aktivitas sesuai
usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya
tentang aktivitas sesuai
usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan
tubuh
 Penurunan kendali otot
 Malnutrisi
 Gangguan
muskuloskeletal
 Gangguan
neuromuskular, Nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan
otot
 Kurang pengetahuan
 Keadaan mood depresif
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, Kaku sendi
 Kurang dukungan
lingkungan
 Keterbatasan ketahanan
kardiovaskuler
 Kerusakan integritas
struktur tulang
 Program pembatasan
gerak
 Keengganan memulai
pergerakan
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori

23
perseptual
Nyeri Akut NOC NIC
Definisi : pengalaman  Pain level Pain management
sensori dan emosional yang  Pain control - Lakukan pengkajian
tidak menyenangkan yang  Comfort level nyeri secara
muncul akibat kerusakan Kriteria hasil : komprehensif
jaringan yang aktual atau  Mampu termasuk lokasi,
potensional atau mengontrol nyeri, karakteristi, durasi,
digambarkan dala hal (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan
kerusakan sedemikian rupa nyeri, mampu faktor presipiitasi
(internasional Association menggunakan - Observasi reaksi
for the study of Pain): tehnik nonverbal dari
awitan yang tiba-tiba atau nonfarmokologi ketidaknyamanan
lambat dari intensitas untuk mengurangi - Gunakan teknik
ringan hingga berat dengan nyeri, mencari komunikasi terapeutik
akhir yang dapat bantuan) untuk mengetahui
diantisipasi atau diprediksi  Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
dan berlangsung <6 bulan. nyeri berkurang pasien
Batasan karakteristik : dengan - Kaji kultur yang
 Perubahan selera menggunakan mempengaruhi respon
makan manejemen nyeri nyeri
 Perubahan tekanan  Mampu mengenali - Evaluasi pengalaman
darah nyeri (skala, nyeri masa lampau
 Perubahan frekwuensi intensitas, - Evaluasi bersama
jantung frekuensi dan tanda pasien dan tim
 Laporan isyarat nyeri) tentang
 Diaforesis  Menyatakan rasa ketidakefektifan
 Perilaku distraksi (mis, nyaman setelah kontrol nyeri masa
berjalan mondar-mandir nyeri berkurang lampau
mencari orang lain, - Bantu pasien dan
aktivitas lain, aktivitas keluarga untuk
yang berulang). mencari dan
 Mengespresikan menemukan
perilaku (mis,gelisah, dukungan
merengek, menangis). - Kontrol
 Masker wajah (mis, lingkunganyang dapat
mata kurang bercahaya, mempengaruhi nyeri
tampak kacau, gerakan seperti suhu ruangan,
mata berpencar atau pencahayaan dan
tetap pada satu fokus presipitasi nyeri
meringis). - Pilih dan lakukan
 Sikap melindungi area penanganan nyeri
nyeri. (farmakologi dan non
farmakologidan
 Fokus menyempit (mis,
interpersonal)
gangguan persepsi
- Kaji tipe dan sumber
nyeri, hambatan proses
nyeri untuk
berfikir, penurunan

24
interaksi dengan orang menentukan
dan lingkungan). intervensi
 Indikasi nyeri yang - Ajarkan tentang teknik
dapat diamati. non farmakologi
 Perubahan posisi untuk - Berikan analgetik
menghindari nyeri untuk mengurangi
 Sikap tubuh melindugi nyeri
 Dilatasi pupil - Evaluasi keefektifan
 Meleporkan nyeri kontrol nyeri
secara verbal - Tingkat istirahat
 Gangguan tidur - Kaloborasikan dengan
Faktor yang berhubungan : dokter jika ada
Agen cedera (mis, biologis, keluhan dan tindakan
zat kimia,fisik, psikologis) nyeri tidak berhasil
- Menitor penerimaan
pasien tentang
manejemen nyeri
Analgesic
administrasion
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum penerimaan
obat
- Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
- Pilih rute dan
pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama

25
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala
Retensi urine NOC NIC
Definisi : pengosongan  Urinary Urinary Retention Care
kandung kemih tidak elimination - Monitor intake dan
kompit  Urunary output
Batasan karakteristi continence - Monitor penggunaan
 Tidak ada haluaran Kriteria hasil : obat antikoliornergik
urine  Kandung kemih - Monitor derajat
 Distensi kandung kemih kosong secara distensi bladder
 Menetas, Disuria penuh - Instruksikan pada
 Sering berkemih  Tidak ada residu pasien dan keluarga
 Inkontinensia aliran urin >100-200 cc untuk mencatat
berlebih  Bebas dari ISK output urine
 Residu urine, berkemih  Tidak ada spasme - Sediakan privacy
sedikit bladder untuk eliminasi
 Sensasi kandung kemih  Balance cairan - Stimulasi refleks
penuh seimbang bladder dengan
Faktor yang berhubungan : kompres dingin pada
 Sumbatan abdomen
 Tekanan ureter tinggi - Katerisasi jika perlu
- Monitor tanda dan
 Inhibisi arkus reflex,
gejala ISK(panas,
sfigter kuat
hematuria,
perubahan bau
konsistensi urine)
Urinary Eliminationt
Management
Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional status : Nutrition management
tubuh  Nutritional status : - Kaji adanya alargi
Definisi : asupan nutrisi food and fluid makanan
tidak cukup untuk  Intake - Kaloborasi dengan ahli
memenuhi kebutuhan  Nutritional status : gizi untuk menentukan
metabolik. nutrient intake jumlah kalori dan
Batasan karakteristik :  Weight control nutrisi yang
 Kram abdomen Kriteria hasil : dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen  Adanya - Anjurkan pasien untuk
 Menghindari makanan peningkatan berat meningkatkan intake
 Berat badan 20 % atau badan sesuai fe
lebih dibawah berat dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
badan ideal  Berat badan ideal meningkatkan protein
 Kerapuhan kapiler sesuai dengan vitamin C
 Diare tinggi badan - Berikan subtansi gula
 Kehilangan rambut  Mampu - Yakinkan diet yang

26
berlebihan mengidentifikasi dimakan mengandung
 Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi serat untuk mencegah
 Kurang makanan  Menunjukkan konstipasi
 Kuran informasi peningkatan fungsi - Berikan makanan yang
 Kurang minat pada pengecapan dari terpilih (sudah
makanan menelan dikonsultasikan
 Penurunan berat badan  Tidak terjadi dengan ahli gizi)
dengan asupan penurunan berat - Ajarkan pasien
makanan adekuat badan yang berarti bagaimana membuat
 Kesalahan konsepsi makanan harian
 Kesalahan informasi - Monitor jumlah nutrisi
 Membran mukosa pucat dan kandungan kalori
 Ketidakmampuan - Berikan informasi
memakan makanan tentang kebutuhan
nutrisi
 Tonus otot menurun
- Kaji kemampuan
 Mengeluh gangguan
pasien untuk
sensasi rasa
mendapatkan nutrisi
 Mengeluh asupan
yang dibutuhkan
makanan kurang dari
Nutrition Monitoring
RDA (recommended
- BB pasien dalam batas
daily allowance)
normal
 Cepat kenyang setelah
- Monitor adanya
makan
penurunan berat
 Sariawan rongga mulut badan
 Steatorea - Monitor tipe dan
 Kelemahan otot jumlah aktivitas yang
penguyah biasa dilakukan
 Kelemahan otot untuk - Monitor interaksi anak
menelan atau orangtua selama
Faktor-faktor yang makan
berhubungan : - Monitor lingkungan
 Faktor biologis selama makan
 Faktor ekonomi - Jadwalkan pengobatan
 Ketidak mampuan dan tindakan tidak
menelan makanan selama jam makan
 Faktor psikologis - Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total protein,

27
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbahan
dan perkembangan
- Monitor perubahan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami  Immune status Infection control (kontrol
peningkatan resiko  Knowledge : infeksi)
terserang organisme infection control - Bersihkan lingkungan
patogenik  Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : Kriteria hasil : lain
 Penyakit kronis  Klien bebas dari - Pertahankan teknik
- diabetes melitus tanda dan gejala isolasi
- obesitas infeksi - Batasi pengunjung bila
 pengetahuan yang tidak  Mendeskripsikan perlu
cukup untuk proses penularan - Instruksikan pada
menghindari penyakit, factor pengunjung untuk
pemanjatan patogen yang mencuci tangan pada
 pertahanan tubuh mempengaruhi saat berkunjung dan
primer yang tidak penularan serta setelah berkunjung
adekuat penatalaksaannya meninggalkan pasien
- gangguan peristaltis  Menunjukkan - Gunakan sabun
- kerusakan integritas kemampuan untuk antimikrobia untuk
kulit (pemasangan mencegah cuci tangan
kateter intravena, timbulnya infeksi - Cuci tangan setiap
presedur invasif)  Jumlah leukosit sebelum dan sesudah
- perubahan sekresi pH dalam batas normal tindakan keperawatan
- penurunan kerja  Menunjukkan - Gunakan baju, sarung
siliaris perilaku hidup tanagan sebagai alat
- pecah ketubah dini sehat pelindung
- pecah ketubah lama - Pertahankan
- merokok lingkungan aseptik
- statis cairan tubuh selama pemaangan
- trauma jaringan (mis, alat

28
trauma destraksi - Ganti letak IV parifer
jaringan) dan line central dan
 Ketidak adekuatan dressing sesuai
pertahanan sekunder dengan petunjuk
- penurunan umum
hemoglobin - Gunakan kateter
- imunosepresi (mis, intermiten untuk
agen farmaseutikal, menurunkan infeksi
steroid, antibodi kandung kencing
monoklonal, - Tingkatkan intake
imunomudulator) nutrisi
- supresi respon - Berikan terapi
inflamasi antibiotik bila perlu
 Vaksinasi tidak adekuat infection pretectin
 Pemajanan terhadap (protaksi terhadap
patogen infeksi)
 Lingkungan meningkat - Monitor tanda dan
- Wabah gejala infeksi sistemik
 Prose invasif dan lokal
 malnutrisi - Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Sering pengunjung
tergadap penyakit
menular
- Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
- Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukkan
cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien

29
untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
Keletihan NOC NIC
Definisi : Rasa letih luar  Endurance Energi management
biaa dan penurunan  Concentrasi - Observasi adanya
kapasita kerja fisik dan jiwa  Energy pembatasan klien
pada tingkat yang biasanya conservation dalam melakukakan
secara terus -menerus  Nutritional status: aktivitas
Batasan karakteristik energy - Doring anak untuk
 Gangguan konsentrasi Kriteria hasil mengngkapkan
 Gangguan libido  Memverbalisasika perasaan terhadap
 Penurunan performa n peningkatan keterbatasan
 Kurang minat terhadap energy dan merasa - Kaji adanya factor yang
sekitar lebih baik menyebabkan
 Mengantuk  Menjelaskan kelelahan
 Peningkatan keluhan penggunaan - Monitor nutrisi dan
fisik energy untuk sumber energy yang
 Peningkatan kebutuhan mengatasi adekuat
istirahat kelelahan - Monitor pasien akan
 Intropeksi  Kecemasan adanya kelelahan fisik
 Kurang energy menurun dan emosi secara
 Glukosa darah berlebihan
 Letargi, lesu
adekuat - Monitor respon
 Persepsi membutuhkan
 Kualitas hidup kardiovaskuler
energy tambahan untuk
meningkat terhadap aktivitas
menyelesaikan tugas
 Istrahat cukup - Monitor pola tidur dan
rutin
 Mempertahankan lamanya tidur/istirahat
 Mengatakan kurang
kemampuan untuk pasien
energy yang luar biasa
berkonsentrasi - Dukung pasien dan
 Mengatakan kurang
keluarga untuk
energy yang tidak
mengungkapkan
kunjung reda
perasaan,
 Mengatakan perasaan berhubungan dengan
lelah petubahan hidup yang
 Merasa bersalah karena di sebabkan keletihan
tidak dapat - Bantu aktivitas sehari-
menjalankan tangggung hari sesuai dengan
jawab kebutuhan
 Mengatakan tidak - Tingkatkan tirah baring
mampu

30
mempertahankan dan pembatasan
rutinitas yang biasanya aktivitas (tingkatkan
 Mangatakan tidak periode istirahat
mampu memulihkan - Konsultasi denga ahli
energy, setelah tidur gizi untuk
sekalipun meningkatkan asupan
Faktor yang berhubungan makanan yang
 Psikologi berenergi
- Ansietas , depresi
- Mengatakan gaya
hidup membosankan,
stress
 Fisikologis
- Anemia , status
penyakit
- Peningkatan
kelemahan fisik
- Malnutrisi, kondisi
fisik buruk
- Kehamilan, depresi
tidur
 Lingkungan
- Kelembapan,
suhu,cahaya,kebisinga
n
 Situasional
- Peristiwa hidup
negative
- Pekerjaan
Gangguan citra tubuh NOC NIC
Definisi: konfusi dalam  Body image Body image
gambaran mental tentang  Self esteem anhancement
diri fisik indivindu Kriteria hasil - Kaji secara verbal dan
Batasan karakteristik :  Body image positif non verbal respon
 Perilaku mengenali  Mampu klien terhadap
tubuh individu mengidentifikasi tubuhnya
 Perilaku menghindari kekuatan personal - Monitor frekuensi
tubuh individu  Mengdiskripsikan mengkritik dirinya
 Perilaku memantau secara factual - Jelaskan tentang
tubuh individu perubahan fungsi pengobatan,
 Respon nonverbal tubuh perawatan, kemajuan
terhadap perubahan  Mempertahankan dan prognosis penyakit
actual pada tubuh (mis; interaksi sosial - Dorong klien
penampilan, fungsi) mengungkapkan
 Respon nonverbal perasaannya
terhadap persepsi - Identifikasi arti
perubahan pada tubuh pegurangan melalui

31
(mis; penampilan , pemakaina alat bantu
struktur, fungsi) - Fasilitasi kontak
 Mengungkapkan dengan individu lain
persepsi yang dalam kelompok kecil
mencerminkan
perubahan individu
dalam penampilan
Objektif
 Perubahan actual pada
fungsi
 Perubahan actual pada
struktur
 Perilaku mengenali
perilaku individu
 Perubahan dalam
kemampuan
memperkirakan
hubungan social tubuh
terhadap lingkungan
 Secara sengaja
menyembunyikan
bagian tubuh
 Secara sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
 Trauma pada bagian
tubuh
 Trauma pada bagian
tubuh
 Trauma pada bagian
yang tidak berfungsi
 Secara tidak sengaja
menonjolkan bagian
tubuh
Subjektif
 Depersonalisasi
kehilangan melalui kata
ganti yang netral
 Deporsoanlisasi bagian
melalui kata ganti yang
netral
 Penekanan pada
kekuatan yang tersisa
 Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
 Focus pada penampilan
masa lalu

32
 Perasaan negative
terhadap sesuatu
 Personalisasi kehilangan
dengan menyebutkanya
 Focus pada perubahan
 Focus pada kehilngan
 Menolak
memferifikasiperubaha
n actual
 Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
Faktor yang berhubungan :
 Biofisik, kognitif
 Budaya, tahap
perkembangan
 Penyakit, cedera
 Perseptual, psikososial,
spiritual
 Pembedahan, trauma
 Terapi penyakit
Ansietas NOC NIC
Definisi: perasaan tidak  Anxiety self- Anxiety reduction (
nyaman atau kekawatiran control penurunan kecemasan)
yag samar disertai respon  Anxiety level - gunakan pengdekatan
autonomy (sumber sering  Coping yang menenagkan
kali tidak spesifik atau tidak Kriteria hasil : - nyatakan dengan jelas
diketahui individu )  klien mampu harapan terhadap
perasaan takut yang mengidentifikasi pelaku pasien
disebabkan oleh antisipasi dan - jelaskan semua
terhadap bahaya. Hal ini mengungkapkan prosedur dan apa
merupakan individu akan gejala cemas yang dirasakan
adanya bahaya dan  mengidengtifikasi, selama prosedur
memampukan individu mengungkapkan - pahami prespektif
akan adanya bahaya dan dan menunjukan pasien terhadap
memampukan individu tehnik untuk situasi stress
untuk bertindak mengontrol cemas - temani pasien
menhadapi ancaman  vital sign dalam memberikan
Batas Karakteristik batas normal keamanan dan
 Perilaku  postur tubuh, mengurangi takut
- Penurunan ekspresi - dorong keluarga
- Gerakan yang irelevan wajah,bahasa untuk menemani anak
- Gelisah tubuh dan tingkat - lakukan back/ neck
- Melihat sepintas aktivitas rub
- Insomnia mrnunjukan - dengarkan dengan
- Kontak mata yang brkurangnya penuh perhatian
buruk kecemasan - identifikasitingkat
- Mengekspresikan kecemasan

33
kekawatiran karena - bantu pasien
dalam peristiwa hidup mengenal situasi yang
- Agitasi menimbukan
- Mengintai kecemasan
- Tampak waspada - dorong pasien untuk
 Affektif: mengungkapkan
- Gelisah, distress perasaan, ketakutan,
- Kesedihan yang persepsi
mendalam - berikan obat untuk
- Ketakutan mengurangi
- Perasaan tidak kecemasan
adekuat
- Berfokus pada diri
sendiri
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senag
berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkat
ketidakberdayaan
yang persisten
- Ragu/ tidak percaya
diri
- Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang, tremor
tangan
- Peningkatan
ketenangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
 Simpatik
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskuler
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar –
debar
- Peningkatan tekan
darah
- Peningkatan denyut
nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekwensi
pernapasan, pupil

34
melebar
- Kesulitan bernapas
- Vasokontriksi
superfisial
- Lemah, kedutan pada
otot
 Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekan
darah
- Penurunan denyut
nadi
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Kesemutan dan
ekstremitas
- Sering berkemih
- Anyang-ayangan
- Dorongan segerah
berkemih
 Kognitif
- Menyadari gejala
biologis
- Bloking fikiran ,
kongfusi
- Penurunanlapang
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan untuk
belajar
- Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap
konsekwensi yang
tidsk spesifik
- Lupa gangguan
pehatian
- Khawatir, melamun
- Cederung
menyalahkan orang
lain
Faktor yang berhubungan
 Perubahan dalam
(status ekonomi,

35
lingkungan, funsi peran,
status peran)
 Pemajaman toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi/kontaminan
interversonal

b. Intervensi Berdasarkan Kasus

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


DIAGNOSIS HASIL (NOC) KEPERAWATAN (NIC)
Domain 11 : Setelah dilakukan Management Tekanan
Keamanan/Perlindungan tindakan keperewatan 7880
Kelas 2 : Cedera fisik klien di harapkan Intervensi:
Definisi : mampu dengan  Anjurkan pasien
Kerusakan pada epidermis outcomes: Integritas untuk menggunakan
dan/atau dermis Jaringan :kulit dan pakaian yang
Dx : mukosa longgar
Kerusakan integritas kulit Kriteria hasil:  Hndari kerutan pada
b/d gangguan pigmentasi  Integritas kulit yang tempat tidur
00046 baik bisa di  Jaga kebersihan
Batasan karakteristik : pertahankan kulit agar tetap
Kerusakan integritas kulit (sensasi, elastisitas, bersih dan kering
temperatur, hidrasi,  Mobilisasi pasien
pigmentasi) (ubah posisi pasien
 Perfusi jaringan baik setiap 2 jam sekali)
 Menunjukkan  Monitor kulit adanya
pemahamian dalam kemerahan
proses perbaikan  Monitor status nutrisi
kulit dan mencegah pasien
terjadinya cedera  Memandikan pasien
berulang dengan sabun dan
 Mampu melindungi air hangat.
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit
dan perawatn alami.
Domain 12: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri kode
Kenyamanan tindakan keperewatan :14000
Kelas 1 : Kenyamanan klien di harapkan Intervensi :
Fisik mampu dengan  Lakukan
Definisi : outcomes pengkajian nyeri
Pengalaman sensori dan Pengetahuan : komprehensif
emosional tidak Manajemen Nyeri kode yang meliputi
menyenangkan yang : 1843 lokasi,
muncul akibat kerusakan  184301 : faktor- karakteristik,
jaringan actual atau faktor penyebab dan onset/durasi,
potensial yang faktor yang frekuensi,
digambarkan sebagai berkontribusi kualitas,
kerusakan (International  184302 : tanda dan intensitas, atau
Association for the study of gejala nyeri beratnya nyeri
pain); awitan yang tiba-tiba  184303 : Strategi dan faktor

36
atau lambat dari intensitas untuk mengontrol pencetus
ringan hingga berat dengan nyeri  Gali pengetahuan
akhir yang dapat di  184320 : dan kepercayaan
antisipasi atau diprediksi Pembatasan pasien mengenai
Dx: aktivitas nyeri
Nyeri akut b/d agens  184321 : Tindakan-  Gali bersama
cedera fisik (mis., abses, tindakan pasien faktor-
amputasi, luka bakar, pencengahan faktor yang dapat
terpotong, mengangkat  184322 : Teknik menurunkan atau
berat, prosedur bedah, posisi yang efektif memperberat
trauma, olahraga nyeri
berlebihan) 00132  Berikan informasi
Batasan karakteristik : mengenai nyeri,
 Keluhan tentang seperti penyebab
intensitas nyeri, berapa
menggunakan lama nyeri akan
standar skala nyeri di rasakan, dan
 Keluhan tentang antisipasi dari
karakteristik nyeri ketidaknyamanan
dengan akibat prosedur.
menggunakan  Kurangi atau
standar instrument eliminasi faktor-
nyeri faktor yang dapat
 Laporan tentang mencetuskan
perilaku nyeri/ atau
perubahan aktivitas meningkatkan
 Perubahan posisi nyeri
untuk menghindari (mis,.Ketakutan
nyeri kelelahan,keadaa
n monoton, dan
kurang
pengetahuan
Domain 4: Setelah dilakukan Manajemen energy
Aktivitas/Istirahat tindakan keperewatan Kode : 0180
Kelas 3 : Keseimbangan klien di harapkan Intervensi :
Energi mampu dengan  Kaji status
Definisi : outcomes fisiologis pasien
Keletihan terus-menerus Tingkat kelelahan yang
dan penurunan kapasitas kode : 0007 menyebabkan
untuk kerja fisik dan mental  000701 : Kelelahan kelelahan sesuai
pada tingkat yang lazim  000702 : Kelesuan dengan konteks
Dx :  000712 : Nyeri usia dan
Keletihan b/d peningkatan sendi perkembangan
kelelahan fisik 00093  000713 :Gejala  Pilih intervensi
Batasan karakteristik : sindrom kelelahan untuk mengurangi
 Kelelahan kronis/ post kelelahan baim
 Kurang energy exetional malaise secara
 Tidak mampu farmokologis
mempertahankan maupun non
aktivitas fisik pada farmokologis,
tingkat biasanya dengan tepat
 Tidak mampu  Tentukan jenis
mempertahankan dan banyaknya
rutinitas yang aktifitas yang
biasanya dibutuhkan untuk

37
menjaga
ketahanan
 Monitor kegiatan
olahraga dan
kelelahan
emosional yang
dialami pasien
 Ajarkan pasien
mengenai
pengelolaan klinik
manejeman
waktu untuk
mencegah
kelelahan
 Bantu pasien untk
menetapkan
tujuan aktivitas
yang akan dicapai
secara realitas
 Bantu pasien
msidentifikasi
pilihan aktifitas
aktifitas yang
akan dilakukan
 Bantu pasien
untuk mengi
dentifikasi
tugas/kegiatan
rumah yang bisa
dilakukan oleh
keluarga dan
teman dirumah
untuk
mencegah/menga
tasi kelelahan

Domain 6 : Prespsi Diri Setelah dilakukan Peningkatan Citra


Kelas 3 : Citra Tubuh tindakan keperawatan, Tubuh 5220
Definisi : makan klien di harapkan Intervensi:
Konfusi dalam gambaran mampu dengan  Tentukan
mental tentang diri-fisik outcomes: harapan citra diri
individu Citra Tubuh 1200: pasien
Dx :  120001 gambaran didasarkan pada
Gangguan citra tubuh b/d internal diri tahap
Respon nonverbal pada  120002 kesesuaian perkembangan
perubahan yang dirasakan antara realitas  Gunakan
pada tubuh (mis, tubuh dan ideal bimbingan
penampilan, struktur, tubuh dengan antisipasif
fungsi) 0118 penampilan tubuh menyiapkan
Batasan karakteristik :  120003 deskripsi pasien terkait
 Gangguan tubuh yang terkena denga
pandangan tentang (dampak) perubahan-
tubuh seseorang  120007 penyesuaian perubahan citra
(Mis,penampilan) terhadap perubahan tubuh yang telah
 Presepsi yang tampilan fisik diprediksikan

38
merefleksikan  Sikap terhadap  Bantu pasien
perubahan penggunaan strategi memisahkan
pandangan tentang untuk meningkatkan penampilan fisik
penampilan tubuh penampilan dari perasaan
seseorang Kriteria Hasil: berharga secara
 Menghindari a) Body image positif pribadi, dengan
melihat tubuh b) Mampu cara yang tepat
 Menghindari mengidentifikasi  Identifikasi
menyentuh tubuh kekuatan personal dampak dari
 Menolak menerima c) Mendiskripsikan budaya pasien,
perubahan secara faktual agama, ras, jenis
perubahan fungsi kelamin, dan usia
tubuh terkait dengan
Mempertahankan citra tubuh
interaksi sosial  Tentukan
perubahan fisik
saat ini apakah
berkonstribusi
pada citra diri
pasien.

39
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit rematik
autoimun yang ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang
mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini
berhubungan dengan deposisi autoantibody dan kompleks imun,
sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Penyebab lupus tidak
diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor munculnya lupus
seperti faktor genetik, faktor hormonal, autoantibody dan faktor
lingkungan.
B. Saran
Lupus dapat di cegah dengan melakukan beberapa hal seperti :
Menghindari stress dan menerapkan pola hidup sehat, mengurangi
kontak langsung berlebihan dengan sinar matahari, Berhenti merokok,
berolahraga teratur dan melakukan diet nutrusi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Howard K.B., Joanne M.D., Cheryl M.W. (2016). Nursing
Intervention Classification (NIC) Edisi Keenam. Indonesia:Mocomedia
Desmawati. (2013). Sistem Hematologi dan Imunologi Asuhan Keperawatan
Umum dan Maternitas Dilengkapi dengan Latihan Soal-soal. Jakarta:In
Media.
Hurst, Marlene. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol.2.
Jakarta:EGC.
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2017) Situasi
Lupus di Indonesia.
Moorhead, Sue., Marion J., Meridean L.M., Elizabeth S. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan
Edisi Kelima. Indonesia:Mocomedia
Nurarif, Amin H., dan Hardhi K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta:Mediaction.
Tazi., Fehri.S., Elghrari K., Ouazzani., Benchemsi N. (2009). Lupus et Virus
D’Epstein-Barr. Eastern Mediterranean Health Journal, Vol. 15, No. 3

Anda mungkin juga menyukai