Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN yang maha Esa karena atas berkat dan
tuntunannya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Kandungan Syariah Islam
( IBADAH )” dengan baik juga kepada semua pihak yang turut membantu kami dalam bentuk
dukungan dan doa agar makalah ini dapat selesai dengan hasil yang memuasaskan.
Makalah ini sesungguhnya bertujuan agar pembaca dapat mendalami sesuai judul di atas
.Kami sadar bahwa makalah ini belum begitu sempurna secara keseluruhannya, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….i
1.1Latar Belakang…………………………………………………………………………3
1.3Tujuan ………………………………………………………………………................3
3.1Kesimpulan …………………………………………………………………………..12
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala
pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya.
Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah
memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di
dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing
syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan
Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif
(Quraniyah dan Kauniyah)
B.Rumusan Masalah
A. Makna ibadah secara bahasa dan istilah
B. Kedudukan ibadah dalam syariat islam
C. Urgensi ibadah dalam syariah islam
C.Tujuan
1.Tujuan umum
Secara umum makalhah ini di buat untuk mendalami dan memahami judul yang telah
tertulis diatas
2.Tujuan khusus
Tujuan khusus makalah ini adalah untuk memenuhi prosedur pengajaran matakuliah
Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
IBADAH
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya
satu. Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
(Adz-Dzaariyaat : 56)
Allah SWT memberitahukan hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka agar
mereka melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan Allah SWT Maha Kaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi mereka yang membutukan-Nya. Karena
ketergantungan mereka kepada Allah SWT. maka mereka menyembah-Nya sesuai aturan
syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak ibadah kepada Allah SWT. ia adalah sombong. Siapa
yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan maka ia adalah mubtadi
(pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia
adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut)
adalah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah
ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
ِ َّ ِين ات َّ َخذُوا ِم ْن دُونِ ِه أ َ ْو ِليَا َء َما نَ ْعبُ ُد ُه ْم إِال ِليُقَ ِ ِّربُو َنا إِلَى
َّللا ُز ْلفَى ُ أَال ِ ََّلِلِ ال ِدِّينُ ا ْل َخا ِل
َ ص َوالَّذ
َّللاَ ال يَ ْهدِي َم ْن ُه َو كَاذِب َكفَّار َ َُّللاَ يَحْ ُك ُم بَ ْينَ ُه ْم فِي َما ُه ْم فِي ِه يَ ْخت َ ِلف
َّ ون إِ َّن َّ إِ َّن
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang
yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang peqdusta dan
sangat ingkar. (QS. Az-Zumar : 3)
3. Ikhlas sebagai sendi ibadah yang akan diterima disisi Allah : Ikhlas adalah
merupakan niat hati yang murni dan suci hanya untuk memperoleh keridaan Allah
semata. Hanya ibadah yang disertai hati yang ikhlas yang diterima Allah. Hakekat
ibadah bukanlah gerak lahiriyah, tetapi aspek batin dan hati yang ikhlas dan murni.
Diterangkan dalam surah Az-Zumar [39]:10-11:
س َعة
ِ َّللاِ َوا
َّ ض ُ سنَة َوأ َ ْر َ ِْين أَح
َ سنُوا فِي َه ِذ ِه ال ُّد ْنيَا َح َ قُ ْل يَا ِع َبا ِد الَّذ
َ ِين آ َمنُوا اتَّقُوا َربَّ ُك ْم ِللَّذ
ُصا لَه َّ ) قُ ْل إِ ِنِّي أ ُ ِم ْرتُ أَ ْن أ َ ْعبُ َد10( ب
ً َّللاَ ُم ْخ ِل َ ون أَجْ َر ُه ْم بِغَ ْي ِر ِح
ٍ سا َّ إِنَّ َما يُ َوفَّى ال
َ صابِ ُر
َ ال ِد
)11( ِّين
Katakanlah [Muhammad], `Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah
kepada Tuhanmu,' bagi orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh
kebaikan. Dann bumi Allah itu sangat luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang
disempurnakan pahalanya tanpa batas. [10]. Katakanlah, sesungguhnya aku
diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam
menjalankan agama. (Q.S: Az-Zumar [39]: 10-11).
4. Ibadah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosul-Nya; Ibadah seseorang hamba Allah
sudah ditetapkan tuntunannya dan dia harus menunaikan sesuai dengan cara-cara
yang telah ditetapkan syara'. Manusia tidak berhak mengurangi atau menambahnya.
Sabda Rosulullah :"Salatlah kalian seperti melihat aku salat" (H.R. Bukhori).
Keterangan mengenai salat nabi dijelaskan melalui HadisHaditsnya. Dan tata cara
salat harus mengikuti tuntunan nabi, tidak boleh menambah atau menguranginya,
misalnya salat subuh dua rakaat tidak boleh ditambah menjadi 3 rakaat.
Ibadah di dalam agamal Islam memiliki kedudukan yang amat penting, karena Allah ta’ala dan
Rasulul-Nya shalallahu’alaihiwasallam telah memerintahkan kepada setiap muslim untuk
melaksanakan setiap apa yang diperintahkan kepada mereka dan menjauhi setiap segala sesuatu
yang dilarang untuk mereka kerjakan, dan itu adalah salah satu point penting di dalam makna
ibadah di atas, hal tersebut sebagaimana difirmankan oleh Allah subhanahuwata’ala di dalam Al
Qur’an surat Al Hasr ayat 7:
سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َها ُك ْم َع ْنهُ فَانتَ ُهوا َّ َو َما آت َا ُك ُم
ُ الر
“Dan Apa-apa yang diberikan/diperintahkan oleh Rasul shalallahu’alaihiwasallam kepadamu,
maka ambillah/laksanakanlah, dan apa-apa yang dilarang olehnya maka tinggalkanlah.” (QS. Al
Hasr (59): 7).
Bahagian ini amat penting dipelajari agar terbentuknya sahsiah Muslim yang memahami
ibadah dengan benar dan sanggup mengamalkannnya didalam kehidupan, kerana hidup ini
hanyalah BERNILAI, apabila dipenuhi dengan amal ibadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya
Allah SWT menciptakan jin dan manusia tidak ada tujuan lain melainkan hanya untuk beribadah
kepada Nya saja dan hanya beribadah itu sajalah jalan yang dapat menyelamatkan jin dan
manusia di dunia dan di akhirat nanti. (Az Azzariyat 51: 56).
Setiap Rasul yang diutus kepada setiap umat, antara inti dakwah dan seruannya ialah agar
umatnya beribadah kepada Allah dan menjauhi Toghut (seseorang yang melampui batas),
demikianlah pentingnya pengertian beribadah kepada Allah dalam kehidupan di dunia ini. Maka
sudah seharusnya kita sebagai manusia yang beriman mencurahkan segala perhatian kita untuk
memahami arti dan hakikat ibadah ini sehingga dapat memahaminya dengan benar-benar, dan
selanjutnya dapat kita amalkan, kerana sememangnya kita hidup di dunia ini tidak lain hanyalah
untuk beribadah kepada Allah saja.Walaubagaimanapun kita harus menerima satu kenyataan
bahawa kebanyakan umat Islam keliru dan salah faham tentang hakikat ibadah, kebanyakan
mereka menyangka bahawa ibadah itu hanyalah berupa amalan-amalan penyembahan kepada
Allah saja, seperti solat, puasa, haji, zikir, zakat, membaca Al Quran, qorban, aqiqah dan
berbagai lagi ibadah hanya berbentuk ritual semata-mata. Sedangkan itu sebenarnya hanyalah
sebagian daripada tuntutan ibadah kepada Allah.
Ada dikalangan umat Islam juga menganggap dan mengatakan bahawa Islam hanya
bersangkut-paut dengan hubungan manusia dengan Allah sahaja dan tidak mengatur hubungan
manusia dengan manusia (muamalat) dan hubungan manusia dengan alam. Pada mereka ibadah
itu hanya di masjid dan hanya di masjid saja, padahal mereka menjadi sesuatu yang aneh
sekiranya kita mengatakan pada mereka bahawa ibadah itu juga berlaku di rumah, pejabat,
kelas,, pasar-pasar malam, kedai serbanika, kedai-kedai makan, parlimen, medan peperangan,
mahkamah dan di mana-mana saja tempat-tempat lain selain masjid,mereka juga merasa aneh
jika mereka diajak untuk beribadah kepada Allah dalam soal pentadbiran negara, ekonomi,
pendidikan, ketenteraan, sosial, perlembagaan dan perundangan negara, hubungan luar,
kebudayaan , undang-undang jenayah, perlancongan dan teknologi , mereka juga berasa aneh
sekiranya seorang pemimpin negara membaca khutbah jumaat dan mereka juga merasa aneh jika
seseorang mengatakan kepada mereka tidak ada sekularisme di dalam Islam. (pemisahan antara
segala aspek muamalat dengan Syariat Islam,Padahal ibadah itu hakikatnya meliputi seluruh
kehidupan manusia. (Az Azzariyat 51: 56; Al An'am 6:162-163; Al Bayyinah 98:5)
Secara umum pentingnya ibadah di dalam Islam akan tergambar dari beberapa point di
bawah ini.
Ibadah merupakan tujuan utama kehidupan seorang Insan , setiap manusia yang terlahir
dengan keadaan normal pasti memiliki tujuan kehidupannya masing-masing, dan satu sama lain
terkadang berbeda sesuai dengan apa yang ada di benak pikirannya, namun yang perlu diketahui
oleh setiap manusia adalah bahwa tujuan utama diciptakan manusia (bukan hanya seorang
muslim saja tapi seluruh manusia) adalah agar mereka beribadah kepada Allah ta’ala, hal
tersebut sebagaimana termaktub di dalam Al Qur’an Al Karim, di dalam surat Ad Dzariyat ayat
ke-56 Allah ta’ala berfirman:
Banyak para ulama telah memberikan penjelasan tentang ayat ini, diantaranya adalah
Syaikh Shalih Muhammad bin Shalih al Ustaimin rahimahullahuta’ala, Syaikh Shalih bin Abdul
Aziz bin Muhammad Alu Syaikh hafidzahullahuta’ala, dan Syaikh Shalih Al
Fauzan hafidzahullahuta’ala, diantara penjelasannya adalah bahwa di dalam ayat yang mulia ini
Allah ta’ala ingin menunjukkan tentang apa sebenarnya hikmah dari penciptakan manusia dan
jin, dan hikmahnya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah jalla wa’ala.
Untuk tujuan inilah Allah ta’ala mengutus para Rasul sebagai penyampai risalah yakni
agar para manusia dan jin mengetahui serta menyadari hakikat serta tujuan hidup mereka, Allah
ta’ala berfirman di dalam surat An Nahl ayat ke 36:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An Nahl (16): 36)
Seorang yang sedang mengejar prestasi di sekolah ataupun di bangku kuliah yang
menganggap bahwa hasil yang perfect/mumtaz adalah tujuannya, niscaya tujuannya itu akan
tertancap dan memiliki kedudukan serta porsi lebih di dalam kehidupannya agar kelak ia bisa
mendapatkannya, namun tujuan ini hanya bersifat sementara dalam artian setelah ia
mendapatkannya pasti ia akan berfikir untuk mencari tujuan lain di dalam kehidupannya,
kalaulah tujuan yang bersifat sementara saja memiliki kedudukan penting di dalam kehidupan
kita sehingga kita rela menguras waktu, tenaga serta harta untuk mencapainya. Sudah selayaknya
sesuatu yang menjadi tujuan utama, memiliki kedudukan yang lebih besar di sisi kita
dibandingkan yang lainnya.
Dan seperti itu kedudukan ibadah ibadah di dalam Islam, Allah ta’ala telah menjadikan satu-
satunya tujuan diciptakannya manusia dan jin agar mereka beribadah kepada Allah jallawa’ala.
Ibadah adalah jalan kebahagiaan bagi seorang Insan ,selain ibadah merupakan alasan
utama diciptakan jin dan manusia di muka bumi ini, ibadah juga merupakan salah satu jalan
utama untuk meraih kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, hal tersebut berdasarkan firman
Allah ta’ala di dalam surat An Nahl ayat ke 97:
َ ط ِي َبةً َح َياة ً فَلَنُح ِي َينَّهُ ُمؤ ِمن َوه َُو أُنثَى أَو ذَكَر ِمن
صا ِل ًحا َع ِم َل َمن َ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An
Nahl (16): 97)
سنًا َمتَاعًا يُ َم ِتع ُكم إِلَي ِه تُوبُوا ث ُ َّم َربَّ ُكم استَغ ِف ُروا َوأَ ِن
َ س ًّمى أ َ َجل إِلَى َح ِ فَضلَه ُ فَضل ذِي ُك َّل َويُؤ
َ ت ُم
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu,
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud (11): 3).
Amal-amal shalih yang disebutkan di atas merupakan contoh dari bentuk beribadah
kepada Allah jalla wa’ala, dan masih banyak ayat-ayat serta hadits-hadits
Nabi shalallahu’alaihiwasallam yang menunjukan akan hal tersebut, sehingga tergambarlah
bahwa ketika seorang muslim benar-benar melaksanakan ibadah kepada Allah ta’ala dengan
ikhlas serta benar, maka buah manis yang ia petik adalah kebahagian yang tidak akan ada
habisnya, yakni kebahagiaan di dunia yang kemudian akan disusul dengan kebahagiaan di
akhirat kelak dengan surga.
“Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka dia akan mendapatkan penghidupan yang
sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Tahaa
(20): 124)
Dari tiga point di atas dapatlah tergambarkan bahwa ibadah memiliki kedudukan yang
amat penting di dalam Islam, karena ibadah adalah satu-satunya tujuan serta hikmah dari
diciptakannya jin dan manusia. Sehingga tidaklah selayaknya bagi seorang muslim untuk
meremehkan perkara ibadah, sekecil apapun ibadah tersebut.
Selain itu kita juga harus memperhatikan kualitas ibadah yang kita lakukan, karena bisa
saja seorang insan melakukan suatu amalan ibadah namun ternyata Allah enggan untuk
menerima amalan tersebut, hal itu dapat saja terjadi karena beberapa hal. Para ulama telah
banyak memberikan nasihat kepada kita mengenai perkara ini. Oleh karena itu hendaknya kita
memperhatikan mengenai perkara-perkara yang bisa membantu seorang hamba agar amalan
yang ia lakuan tidaklah sia-sia. Allah ta’ala berfirman,
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“. (Al Kahfi (18): 110)
، (و ََّل يُ ْش ِر ْك ِب ِعبَادَةِ َر ِب ِه أ َ َحدًا) وهو الذي يراد به وجه هللا وحده َّل شريك له َ (فَ ْليَ ْع َم ْل َع َم ًًل
َ صا ِل ًحا) ما كان موافقا لشرع هللا
وهذان ركنا العمل المتقبل
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa 2 perkara tersebut merupakan rukun dari amal
ibadah seorang hamba, sehingga ketika seorang hamba ingin beribadah kepada Allah maka ia
harus memperhatikan dua hal tersebut, yakni dengan meniatkan amalan yang kita lakukan hanya
untuk Allah ta’ala. Bukan untuk mendapatkan pujian, kedudukan ataupun harta. Sehingga
perkara pertama yang bisa merusak amalan seorang hamba adalah ia menyekutukan Allah ta’ala
di dalam ibadahnya, contohnya adalah, riya’ (ingin dipuji), dan sum’ah (ingin didengar).
Dan untuk dapat menjadikan niat kita ikhlas di dalam beribadah memang berat, tapi
bukan berarti tidak bisa, dan kita memang harus tetap berusaha untuk melakukannya, dengan
terus menerus mengoreksi niat kita, setiap kali kita akan melangkah untuk melakukan suatu
amalan ibadah, sekecil apapun itu.
Dan para ulama dahulu mereka juga berusaha keras untuk tetap menjaga niat-niat mereka ketika
beribadah bahwa diantara mereka ada yang mengatakan,
“Sabetan cambuk yang tergores di tubuh, itu lebih ringan bagi kami jika dibandingkan dengan
menjaga niat yang benar (ikhlas)”
Bersamaan dengan beratnya menjaga niat yang ikhlas, para ulama dahulu tetap saja
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bisa mencapainya, karena mereka tahu bahwa ikhlas
merupakan salah satu point penting agar amalan ibadahnya diterima disisi Allah , suatu ketika
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahuta’ala, pernah ditanya tentang Ikhlas, beliaupun
mengatakan,
Perkara yang bisa membantu seorang hamba untuk ikhlas adalah perbanyak berdo’a
kepada Allah ta’ala agar Allah ta’ala mengaruniakan kepada kita keikhlasan di dalam setiap
ibadah kita, melakukan Ibadah sesuai dengan syari’at Allah (sesuai dengan apa yang Rasulullah
shalallahu’alaihi wa sallam ajarkan kepada kita).Ungkapan yang sering digunakan untuk point
kedua ini adalah mutaba’ah yang bermakna mengikuti, yakni mengikuti apa yang telah diajarkan
Nabi shalallahu’alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah ta’ala. Dan itulah tugas
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam yakni menyampaikan apa yang Allah ta’ala wahyukan
kepada beliau, dan tugas kita adalah mengikuti beliau.
Sebagai satu contoh, ketika kita hendak melakukan ibadah sholat, maka langkah pertama
yang harus kita lakukan adalah mencari tahu tentang bagaimana Rasulullah shalallahu’alaihi wa
sallam shalat, agar shalat yang kita lakukan bisa sesuai dengan shalat yang
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam lakukan pula, dan itu bisa kita dapatkan dengan
mempelajari hadits-hadits Nabi shalallahu’alaihi wa sallam yang diajarkan oleh ustadz-ustadz
yang berkompetent.Begitu pula dengan ibadah-ibadah kita yang lainnya, semisal puasa, zakat
dan haji, dan yang lainnya.
BAB III
PENUTUP/KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa syariah dan ibadah adalah dua hal
yang tidak dapat di pisahkan dalam islam sebab ibadah tanpa mengikuti syariah /tanpa didasari
dalil merupakan bid’ah (ajaran baru) sedangkan rosulullah SAW bersabda “sejelek jelek perkara
adalah (perkara agama)yang di ada-adakan , setiap (perkara agama) yang di ada-adakan itu
adalah bid’ah ,setiap bida’ah itu adalah kesesatan dan setiap kesesatan adalah tempatnya di
neraka
Sedangkan Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang
merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical kepada
Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada horizontal yaitu sesama manusia( ibadah)
DAFTAR PUSTAKA