Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Simbol
Istilah simbol diambil dari bahasa Yunani yaitu “sumbolon” yang
diartikan sebagai suatu benda ingat-ingatan atau tanda pengingat. Simbol bisa
berupa kata-kata, objek, barang, atau benda, tindakan, dan peristiwa yang
mengisyaratkan sesuatu yang lebih besar, agung, mulia, dari apa yang
disimbolkan. Misalnya, cincin perkawinan. Cincin sebagai simbol tetapi tidak
lebih agung luhur dari pada perkawinan itu sendiri.
Simbol tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Itu sebabnya
manusia memerlukan yang namanya simbol. Bahkan dalam
mengaktualisasikan dirinya pun manusia sellau menggunakan simbol-simbol.
Misalnya, ketika seseorang jatuh cinta, untuk mengungkapkan perasaannya
tersebut ia memberikan setangkai bunga mawar kepada sidia atau dengan
bahasa tubuh, sikap yang malu-malu, dan lain-lain.
B. Simbolisme dalam Agama
Bambang Subandirjo mengatakan bahwa sebagai makhluk yang berakal
budi, manusia dapat menciptakan simbol-simbol untuk mengaktualisasikan
pikiran dan kehendaknya. Dengan pikirannya, manusia dapat menciptakan
simbol dan dengan menggunakan simbol-simbol manusia berpikir untuk
mengartikannya.
Dalam hal agama pun, manusia memerlukan yang namanya simbol.
Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa agama adalah suatu
sistem simbol untuk mengungkapkan konsep-konsep dan gagasan tentang
kekudusan dengan Allah. Simbol memiliki arti sebagai sarana umat
mengkhayati agamanya. Simbol-simbol keagamaan bukanlah untuk
diagungkan dan juga bukan untuk melambangkan tingginya kualitas iman
seseorang, karena fungsi simbol di dalam agama sejatinya sebagai tanda,
berlambang dari hal-hal yang agung, luhur dari agama tersebut. Simbol tidak
boleh diutamakan, diagungkan, di nomor satukan. Karena, ketika kita
menomor satukan simbol tersebut maka kita telah menomor duakan Allah.
C. Pengertian Pluralisme
Menurut kamus kontemporer Bahasa Indonesia, pluralisme adalah
keadaan masyarakat yang majemuk atau yang bersangkutan dengan sistem
sosial atau politik. Dari pengertian ini, para teolog mengembangkan
pengertian ini ke dalam ruang lingkup agama untuk menjelaskan
kemajemukan agama-agama.
D. Pluralisme di dalam Agama
Pluralisme di dalam agama berpacu dalam konteks bahwa semua
agama tidak dianggap sama tetapi semua agama saling membuka diri
terhadap masalah-masalah bersama dari sudut pandang agama masing-
masing. Dari cara pandang ini, dapat diambil keputusan bahwa keterbukaan
adalah pembentukan etika, moral-spritual masyarakat yang plural untuk
menghargai keyakinan tersebut. Bersamaan dengan itu, cara pandang untuk
menghormati agama lain dan penganut agama lain tidak dilihat sebagai
musuh diperlukan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Tentang kemajemukan agama, buku “Iman Sesamaku dan Imanku”
menyebutkan bahwa da tiga sikap dalam komunitas Kristen, yaitu:
a. Eksklusif, bahwa kebenaran dan keselamatan hanya ada melalui
jalan Kristus.
b. Inklusif, meyakini bahwa Kristus juga hadir serta bekerja dikalangan
mereka yang tidak mengenal Kristus secara pribadi.
c. Pluralis, bahwa Allah, atau yang oleh penganut-penganut agama lain
disebut “kenyataan”, dapat dikenal melalui bermacam-macam jalan.
SIMBOLISME DAN PLURALISME DALAM AGAMA

Disusun Oleh :
Megawati Situmeang
Yohana Simatupang
Aulia Pakpahan
Theresia Siregar
Onward Simanungkalit

Anda mungkin juga menyukai