Anda di halaman 1dari 5

Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran

Peta konsep merupakan salah satu bagian dari strategi organisasi. Strategi organisasi
bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan organisasi
bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama
dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan
tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau
istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi subset yang lebih kecil.
Strategi- strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari
sekumpulan informasi yang lebih besar.

Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah ‘bahwa faktor yang paling penting yang
mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi
supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang
ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang
sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa
(Dahar, 1988: 149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988:
149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa,
supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

a. Pengertian Konsep
Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah
defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi (1997: 2) bahwa konsep merupakan suatu
abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau
kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu
dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.

Tidak ada satu pun definisi yang dapat mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau
berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Oleh karena itu konsep-konsep
itu merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat
diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.
Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-
aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting
bagi manusia dalam berpikir dan belajar.

Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining, dan dalam beberapa hal lebih
efektif daripada outlining dalam mempelajari hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk
proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-
kata dalam suatu unit semantik (Novak dalam Dahar 1988: 150).

George Posner dan Alan Rudnitsky dalam Nur (2001b: 36) menyatakan bahwa peta konsep
mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan
hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang
penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan
konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian
integratif. Menurut Ausubel dalam Sutowijoyo (2002: 26) diferensiasi progresif adalah suatu
prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami. Sedang penyesuaian integratif
adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah
dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika
konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif.

Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang
berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.
Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus
pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar
(1988: 153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep
dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi,
matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi
itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2)Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau
suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan
proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari
belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-
konsep.
3)Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep.
Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang
lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain.
4) Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu
konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.
Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam
menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahanya. Peta konsep yang dibuat murid
dapat membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk
memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep
merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah
informasi baru (Arends, 1997: 251).

b. Cara Menyusun Peta Konsep


Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna.
Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa
siswa telah belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan
suatu peta konsep.
Langkah 1: mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep.
Langkah 2: mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama
Langkah 3: menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
Langkah 4: mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual
menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun peta


konsep sebagai berikut:
1)Memilih suatu bahan bacaan
2)Menentukan konsep-konsep yang relevan
3)Mengelompokkan (mengurutkan ) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling
tidak inklusif
4)Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif
diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.
Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya
“merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
c. Peta Konsep sebagai Alat Ukur Alternatif
Tes seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur (uji) keberhasilan
siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu, bukanlah satu-satunya alat ukur untuk
menentukan keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan
sangat beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam. Peta konsep adalah salah satu
bentuk penilaian kinerja yang dapat mengukur siswa dari sisi yang berbeda. Penilaian kinerja
adalah bentuk penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa
berdasarkan pada pengamatan tingkah lakunya selama melakukan penilaian terhadap hasil
kerja siswa selama kegiatan. Menurut Tukman dalam Sutowijoyo (2002: 31) penilaian kinerja
adalah penilaian yang meliputi hasil dan proses, yang biasanya menggunakan material atau
suatu peralatan (equipment). Penilaian kinerja dapat digunakan terutama untuk mengukur
tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila menggunakan tes obyektif.
Penilaian kinerja mengharuskan siswa secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka
ketahui. Yang paling penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan
pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan yang dapat mereka
kerjakan. Berdasarkan teori belajar kognitif Ausubel, Novak dan Gowin (1984) dalam Dahar
(1988: 143) menawarkan skema penilaian yang terdiri atas: Struktur hirarki, perbedaan
progresif, dan rekonsiliasi integratif.

Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan
proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep
dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Perbedaan progresif
menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana konsep-
konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan
proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari,
dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi integratif menyatakan bahwa belajar
bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara
kumpulan-kumpulan konsep atau proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini
diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan konsep (Dahar,1988:
162)

Selanjutnya Novak dan Gowin memberikan suatu aturan untuk mengikuti penilaian numerik
jika skoring dipandang perlu. Pertama, skoring didasarkan atas preposisi yang valid. Kedua,
untuk menghitung level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level sebanyak hubungan
yang dibuat. Ketiga, crosslink yang menunjukan hubungan valid antara dua kumpulan
(segmen) yang berbeda adalah lebih penting daripada level hirarkis, karena mungkin saja ini
pertanda adanya penyesuaian yang integratif. Keempat, diharapkan siswa dapat memberikan
contoh yang spesifik dalam beberapa kasus untuk meyakinkan bahwa siswa mengetahui
peristiwa atau obyek yang ditunjukan oleh label konsep.

Jenis-jenis Peta Konsep


Menurut Nur (2000) dalam Erman (2003: 24) peta konsep ada empat macam yaitu:
pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle
concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
1) Pohon Jaringan.
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh
garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-
konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-
konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulailah dengan menempatkan
ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus. Cabangkan konsep-
konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan
hubungannya pada garis-garis itu (Nur dalam Erman 2003: 25)

Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:


- Menunjukan informasi sebab-akibat
- Suatu hirarki
- Prosedur yang bercabang

Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.


2) Rantai Kejadian.
Nur dalam Erman (2003:26) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian
dapat digunakan untuk memerikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu
prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen.

Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:


- Memerikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian

3) Peta Konsep Siklus


Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian
akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Seterusnya kejadian akhir itu
menhubungkan kembali ke kejadian awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak ada
akhirnya. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk menunjukan hubungan bagaimana suatu
rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-
ulang. Gambar 2.5 memperlihatkan siklus tentang hubungan antara siang dan malam.

4) Peta Konsep Laba-laba


Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah
pendapat ide-ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar
ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide sentral namun
belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-
misahkan dan mengelompokkan istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu
menjadi lebih berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep laba-laba
cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hirarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat

Proses mengajarkan strategi belajar digunakan dua pendekatan pengajaran utama, yaitu
pengajaran langsung dan pengajaran terbalik (Nur 2000b: 45). Pengajaran langsung
merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah. Dalam melatihkan strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan
deklaratif, prosedural, dan kondisional tentang strategi-strategi belajar. Pengetahuan
deklaratif tentang strategi-strategi tertentu termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan,
mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana strategi itu serupa atau berbeda dengan strategi-
strategi lain. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural, sehingga mereka dapat
menggunakan berbagai macam strategi secara efektif. Di samping itu juga menggunakan
pengetahuan kondisional untuk mengetahui kapan dan mengapa menggunakan strategi
tertentu.

Salah satu alasan menggunakan pengajaran langsung dalam mengajarkan strategi belajar
adalah karena pengajaran langsung diciptakan secara khusus untuk mempermudah siswa
dalam mempelajari pengetahuan deklaratif dan prosedural yang telah direncanakan dengan
baik serta dapat mempelajarinya selangkah demi selangkah (Arends 1997) dalam Nur
(2000b: 46).
Pada Tabel 2.2 sintaks pengajaran langsung yang diadaptasikan untuk mengajarkan strategi
belajar, dan dilengkapi dengan teori yang mendukung sebagai landasan pelaksanaan
pengajaran strategi belajar.

Anda mungkin juga menyukai