Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu sarana demokrasi. Pesta
demokrasi yang merupakan perwujudan tatanan kehidupan negara dan masyarakat
yang berkedaulatan rakyat, pemerintahan dari dan untuk rakyat. Melalui pemilu,
setidaknya dapat dicapai tiga hal. Pertama, lewat pemilu kita dapat menguji hak – hak
politik rakyat secara masif dan serempak. Kedua, melalui pemilu kita dapat berharap
terjadinya proses rekrutmen politik secara adil, terbuka, dan kompetitif. Ketiga, dari
pemilihan umum kita menginginkan adanya pola pergiliran kekuasaan yang damai.
Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga
perwakilan, yaitu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Namun, setelah
amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden
(pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh
rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai
bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang, berikut beberapa rumusan masalah yang akan kita
bahas pada makalah ini :
 Apakah pemilu itu?
 Bagaimanakah pemilu di Indonesia?
 Bagaimana analisis permasalahan Pemilu 2014?

1.3 TUJUAN dan MANFAAT


 Mengetahui apa itu pemilu.
 Mengetahui Bagaimana pemilu di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

1
2.1 PEMILU

A. DEFINISI PEMILU

Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu
bentuk pemenuhan hak asasi warga Negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung.
Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu Negara
selama jangka waktu tertentu.

Menurut Austin Ranney, pemilu dikatakan demokratis apabila memenuhi kriteria


sebagai berikut:
• Penyelenggaraan secara periodik (regular election),
• Pilihan yang bermakna (meaningful choices),
• Kebebasan untuk mengusulkan calon (freedom to put forth candidate),
• Hak pilih umum bagi kaum dewasa (universal adult suffrage),
• Kesetaraan bobot suara (equal weighting votes),
• Kebebasan untuk memilih (free registration oh choice),
• Kejujuran dalam perhitungan suara dan pelaporan hasil (accurate counting of
choices and reporting of results)

Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:


a. Cara langsung, dimana rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya yang akan
duduk di badan-badan perwakilan rakyat. Contohnya, pemilu di Indonesia untuk
memilih anggota DPRD, DPR, dan Presiden.
b. Cara bertingkat, di mana rakyat terlebih dahulu memilih wakilnya (senat), lantas
wakil rakyat itulah yang memilih wakil rakyat yang akan duduk di badan-badan
perwakilan rakyat.

Berdasarkan daftar peserta partai politik


Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu:
 sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan foto peserta partai
politik
2
 sistem tertutup, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama partai politik tertentu.
Kedua sistem memiliki persamaan yaitu pemilih memilih nama tokoh yang sama di
mana tokoh-tokoh tersebut bisa bermasalah di depan publik.

Dalam suatu pemilu, ada tiga sistem utama yang sering berlaku, yaitu:
1. Sistem perwakilan distrik (satu dapil/daerah pemilihan untuk satu wakil)
yaitu sistem yang berdasarkan lokasi daerah pemilihan, bukan berdasarkan jumlah
penduduk. Dari semua calon, hanya ada satu pemenang. Dengan begitu, daerah yang sedikit
penduduknya memiliki wakil yang sama dengan daerah yang banyak penduduknya, dan tentu
saja banyak suara terbuang. Karena wakil yang akan dipilih adalah orangnya langsung, maka
pemilih bisa akrab dengan wakilnya., Sistem ini sering dipakai di Negara yang menganut
sistem dwipartai, seperti Inggris dan Amerika. sistem distrik memiliki karakteristik, antara
lain:
a. first past the post : sistem yang menerapkan single memberdistrict dan pemilihan yang
berpusat pada calon, pemenangnya adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak.
b. the two round system : sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai dasar untuk
menentukan pemenang pemilu. ini dijalankan untuk memperoleh pemenang yang
mendapatkan suara mayoritas.
c. the alternative vote : sama dengan first past the post bedanya adalah para pemilih
diberikan otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan ranking terhadap
calon-calon yang ada.
d. block vote : para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon yang terdapat
dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari calon-calon yang ada.

Kelebihan Sistem Distrik


 Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang
diperebutkan hanya satu.
 Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
 Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik
oleh komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
 Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.
 Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan

3
Kelemahan Sistem Distrik
 Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan
minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik.
 Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu
distrik, kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada
sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali; dan kalau ada beberapa partai
yang mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat men¬capai jumlah
yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil oleh golongan-golongan yang merasa
dirugikan.
 Ada kecenderungan wakil tersebut lebih mementingkan kepentingan daerah
pemilihannya dari pada kepentingan nasional
 Umumnya kurang efektife bagi suatu masyarakat heterogen

2. Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )

Dalam sistem perwakilan proporsional, jumlah kursi di DPR dibagi kepada tiap-tiap
partai politik, sesuai dengan perolehan jumlah suara dalam pemilihan umum. khusus di
daerah pemilihan. Untuk keperluan itu, maka ditentukan suatu pertimbangan, misalnya 1
orang wakil di DPR mewakili 500 ribu penduduk. Jadi Sistem yang melihat pada jumlah
penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan sistem distrik, wakil dengan
pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar kertas suara saja. Sistem
proporsional banyak diterapkan oleh Negara multipartai, seperti Italia, Indonesia, Swedia,
dan Belanda.Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member
constituenty. ada dua jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ;
 list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu menunjukan daftar
calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai. alokasi kursi partai
didasarkan pada daftar urut yang sudah ada.
 the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.

Kelebihan Sistem Proposional

4
 Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
 Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat
mewakili masyarakat majemuk(pluralis).

Kelemahan Sistem Proposional


 Sistem proporsional mempermudah terjadinya fragmentasi partai, kurang mendorong
partai untuk saling berintegrasi atau bekerjasama, bahkan sebaliknya cenderung
mempertajam perbedaan, jika terjadi konflik umumnya anggota partai cenderung
mendirikan partai politik baru, mengingat adanya peluang partai baru untuk
mendapatkan kursi dengan menggabung suara yang tersisa.
 Banyaknya partai yang bersaing, menyulitkan munculnya partai dengan suara
mayoritas (50% + 1) yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan yang kuat.
 Sistem proporsional memberikan kewenangan yang kuat terhadap partai politik
melalui sistem daftar (list system). Prosedur sistem daftar bervariasi, umumnya yang
dipakai adalah partai politik menawarkan daftar calon kepada pemilih. Rakyat pemilih
memilih suatu partai dengan semua calonnya untuk berbagai kursi yang diperebutkan.
Sehingga wakil rakyat yang terpilih tidak memiliki hubungan yang kuat kepada
pemilih, melainkan loyalitas terhadap partai politik.
 Dengan demikian, sistem Proporsional dapat menggeser kedaulatan rakyat menjadi
kedaulatan partai Politik.
Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara
penghitungan suara dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam
parlemen bagi masing-masing partai politik.

3. sistem campuran

Selain kedua bentuk utama sistem pemilu di atas, terdapat pula sistem campuran.
Artinya, dalam sistem ini setiap pemilih mempunyai dua suara: memilih calon berdasarkan

5
distrik dan sekaligus berdasarkan sistem proporsional.Sistem ini membagi wiliyah Negara
dalam beberapa daerah pemilihan.Sisa suara pemilihan tidak hilang melainkan
diperhitungkan dengan jumlah kursi yang belum dibagi.Sistem gabungan ini ditetapkan sejak
pemilu tahun 1997 dalam pemilihan anggota DPR,DPRD I,DPRD II. Pengikut sistem
proporsional menganggap bahwa sistem campuran yang masih ada unsur distriknya masih
terdapat kesenjangan perolehan kursi dengan jumlah pemilihan (distortion effect), sedangkan
penganut sistem distrik berpendapat bahwa sistem campuran yang mengandung unsur
proporsional tidak menunjang secara penuh kontrak rakyat dengan wakilnya.

B. FUNGSI PEMILU

Pemilihan umum mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai:


• Sarana memilih pejabat publik (pembentukan pemerintahan),
• Sarana pertanggungjawaban pejabat publik, dan
• Sarana pendidikan politik rakyat
Selain fungsi tersebut,akan tetapi pemilu berfungsi juga sebagai :
Media bagi rakyat untuk menyuarakan pendapatnya, Mengubah kebijakan,Mengganti
pemerintahan,Menuntut pertanggung jawaban, Menyalurkan aspirasi lokal .

C. MAKNA PEMILU
• Pemilu menunjukan seberapa besar dukungan rakyat kepada pejabat atau partai
politik.
• Sarana bagi kita untuk melakukan kesepakatan politik baru dengan partai politik,
wakil rakyat dan penguasa.
• Sebagai sarana mempertajam kesepakatan pemerintah dan anggota legislatif
terhadap aspirasi rakyat.

D. TUJUAN PEMILU

Rakyat sebagai pemegang kedaulatan berhak menentukan warna dan bentuk


pemerintah serta tujuan yang hendak dicapai,sesuai dengan konstitusi yang berlaku.

6
Berikut ini beberapa tujuan pemilu secara umum : Melaksanakan kedaulatan rakyat,
Sebagai perwujudan hak asasi politik rakya, Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk
di DPR,DPD,dan DPRD, serta memilih presiden dan wakil presiden, Melaksanakan
pergantian personal pemerintahan secara damai,aman,dan tertib (secara konstitusional),
Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

E. PRINSIP PEMILU DEMOKRATIS

1. Dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu (Jajaran KPU dan Jajaran


BAWASLU) yang mandiri dan bebas intervensi dari pihak manapun.
2. Dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
3. Semua tahapan dilaksanakan secara demokratis, prosedural, transparan dan akuntabel.
4. Pemerintah dan jajarannya menjaga integritas dan netralitas.
5. Melindungi dan menjaga kesamaan hak pemilih dengan prinsip satu suara mempunyai
nilai yang sama (one person, one vote dan one value)

2.2 PEMILU DI INDONESIA

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih


anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden
(pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat
sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu
diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan
sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk
kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

A. ASAS PEMILU
Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan
singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada
sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya
7
secara langsung dan tidak boleh diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat
diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas
berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat
rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan
singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum
harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga
Negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap
suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan
terpilih. Asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih,
tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih
tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta
pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

B. PERKEMBANGAN PEMILU DI INDONESIA

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2014 bangsa Indonesia telah menyeleng-garakan


11 kali pemilihan umum, yaitu 1945, 1971, 1977, 1982, 1992, 1997, 1999, 2004 ,
2009 dan 2014. Akan tetapi pemilihan pada tahun 1955 merupakan pemilihan
umum yang dianggap istimewa karena ditengah suasana kemerdekaan yang masih
tidak stabil Indonesia melakukan PEMILU , bahkan dunia internasional memuji
pemilu pada tahun tersebut. Pemilihan umum berlangsung dengan terbuka, jujur dan
fair, meski belum ada sarana komunikasi secanggih pada saat ini ataupun jaringan
kerja KPU.
Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam situasi yang
vacuum, melainkan berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil
pemilihan umum itu sendiri. Dari pemilihan umum tersebut juga dapat diketahui
adanya upaya untuk mencari sistem pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia.

a. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)


Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin
Harahap (tahun 1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2 kali

8
yaitu yang pertama untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada
bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota Konstituante pada
bulan Desember. Sistem yang diterapkan pada pemilu ini adalah sistem pemilu
proporsional.
Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis dan
hikmat,, Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari
pemerintah mengadakan intervensi atau campur tangan terhadap partai politik
dan kampanye berjalan menarik. Pemilu ini diikuti 27 partai dan satu
perorangan.
Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu tidak
tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU, PNI dan
Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa masalah terutama
yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno zaman Demokrasi
Parlementer berakhir.

b. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Sesudah mencabut maklumat pemerintah November 1945 tentang
kebebasan mendirikan partai , presiden soekarno mengurangi jumlah partai
menjadi 10. Kesepuluh ini antara lain : PNI, Masyumi,NU,PKI, Partai Katolik,
Partindo,Partai Murba, PSIIArudji, IPKI, dan Partai Islam, kemudian ikut dalam
pemilu 1971 di masa orde baru. Di zaman demokrasi terpimpin tidak diadakan
pemilihan umum.

c. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)


Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter ada
harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikan suatu sistem
politik yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah melalui sistem
pemilihan umum . pada saat itu diperbincangkan tidak hanya sistem
proporsional yang sudah dikenal lama, tetapi juga sistem distrik yang di
Indonesia masih sangat baru.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik berbagai
kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan sistem proporsional
pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena tidak ada distorsi atau
kesenjangan antara perolehan suara nasional dengan jumlah kursi dalam DPR.
9
Kedua, ketentuan di dalam UUD 12945 bahwa DPR dan presiden tidak dapat
saling menjatuhkan merupakan keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi
karena yang dibenarkan eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk
mendirikan partai baru tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan
demikian sejumlah kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan
konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai menjadi tiga
telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih menurut selera dan
pendapat masing-masing sehingga dapat dipertanyakan apakah sipemilih benar-
benar mencerminkan, kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi
pedomannya. Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput
telah menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu
patut dihargai.

d. Zaman Reformasi (1998-sekarang)


Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya partai
politik secara bebas, termasuk mendirikan partai baru. Kedua, pada pemilu
2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia diadakan pemilihan
presiden dan wakil presiden dipilih melalui MPR. Ketiga, diadakannya
pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang
akan mewakili kepentingan daerah secara khusus. Keempat, diadakannya
“electoral thresold “ , yaitu ketentuan bahwa untuk pememilihan legislatif
setiap partai harus meraih minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif
pusat.

C. SISTEM PEMILU DI INDONESIA MEMBERIKAN PELUANG MONEY


POLITIC
Money politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan
untuk menyogok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau
perorangan tersebut dalam pemilu, padahal praktek money politic merupakan
praktek yang sangat bertentangan dengan nilai demokrasi.

10
Lemahnya Undang-Undang dalam memberikan sanksi tegas terhadap pelaku
money politic membuat praktek money politic ini menjamur luas di masyarakat.
Maraknya praktek money politic ini disebabkan pula karena lemahnya Undang-
Undang dalam mengantisipasi terjadinya praktek tersebut. Padahal praktek money
politic ini telah hadir dari zaman orde baru tetapi sampai saat ini masih banyak
hambatan untuk menciptakan sistem pemilu yang benar-benar anti money politic.
Praktek money politic ini sungguh misterius karena sulitnya mencari data
untuk membuktikan sumber praktek tersebut, namun ironisnya praktek money
politic ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat. Real-nya
Sistem demokrasi pemilu di Indonesia masih harus banyak perbaikan, jauh berbeda
dibandingkan sistem pemilu demokrasi di Amerika yang sudah matang.
Hambatan terbesar dalam pelaksanaan pemilu demokrasi di Indonesia yaitu
masih tertanamnya budaya paternalistik di kalangan elit politik. Elit-elit politik
tersebut menggunakan kekuasaan dan uang untuk melakukan pembodohan dan
kebohongan terhadap masyarakat dalam mencapai kemenangan politik. Dewasanya,
saat ini banyak muncul kasus-kasus masalah Pilkada yang diputuskan melalui
lembaga peradilan Mahkamah Konstitusi (MK) karena pelanggaran nilai demokrasi
dan tujuan Pilkada langsung. Hal itu membuktikan betapa terpuruknya sistem
pemilu di Indonesia yang memerlukan penanganan yang lebih serius.

D. SOLUSI MENGATASI MONEY POLITIC


Kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mengkaji keputusan
Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus pemillu agar tidak
menyimpang dari peraturan hukum yang berlaku. Calon-calon pada pemilu juga
harus komitmen untuk benar-benar tidak melakukan praktek money politik dan
apabila terbukti melakukan maka seharusnya didiskualifikasi saja.
Bentuk Undang-Undang yang kuat untuk mengantisipasi terjadinya money
politic dengan penanganan serius untuk memperbaiki bangsa ini, misalnya
membentuk badan khusus independen untuk mengawasi calon-calon pemilu agar
menaati peraturan terutama untuk tidak melakukan money politic.
Sebaiknya secara transparan dikemukan kepada publik sumber pendanaan
kampaye oleh pihak-pihak yang mendanai tersebut. Transparan pula
mengungkapkan tujuan mengapa mendanai suatu partai atau perorangan, lalu
sebaiknya dibatasi oleh hukum mengenai biaya kampanye agar tidak berlebihan
11
mengeluarkan biaya sehingga terhindar dari tindak pencarian pendanaan yang
melanggar Undang-Undang. Misalnya, anggota legislatif yang terpilih tersebut
membuat peraturan Undang-Undang yang memihak pada pihak-pihak tertentu
khususnya pihak yang mendanai partai atau perorangan dalam kampanye tersebut.
Sadarilah apabila kita salah memilih pemimpin akan berakibat fatal karena
dapat menyengsarakan rakyatnya. Sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi
pemilu yang bersih dan bebas money politic kepada masyarakat luas agar tingkat
partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung meningkat.
Perlu keseriusan dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat
dengan penanaman nilai yang aman, damai, jujur dan kondusif dalam memilih. Hal
tersebut dapat membantu menyadarkan masyarakat untuk memilih berdasarkan hati
nurani tanpa tergiur dengan praktek money politic yang dapat menghancurkan
demokrasi.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya
pemilu merupakan suatu hak dan partisipasi masyarakat, juga sebagai penghubung
antara infrastruktur politik atau kehidupan politik dilingkungan masyarakat dengan
supra struktur politik atau kehidupan politik dilingkungan pemerintah sehingga
memungkinnya tercipta pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan
pemerintahan untuk rakyat.
Meski dapat kita lihat bahwa pemilu yang ada di Indonesia ini belum bisa
berjalan dengan baik. Hal ini dapat kita lihat , bahwa sampai sekarang ini masih
banyak masyarakat yang masih Golput, ini menjadi tanggung jawab kita bersama
dimana pemilu ini penting untuk menentukan pemerintahan kita selama 5 Tahun
mendatang.

E. ANALISIS PERMASALAHAN PEMILU 2014


Pemilu 2009 yang berlangsung pada tanggal 9 April 2014 sekali lagi telah
menorehkan sejarah baru dalam transformasi pemerintahan di Indonesia. Puluhan
ribu calon legislatif memperebutkan kursi panas di Senayan. Banyak hal yang
kemudian menjadi sorotan dan dianggap sebagai kelemahan pemilu 2014.
Kelemahan-kelemahan tersebut bersifat substantif maupun teknis.
Secara substantif, beberapa hal yang menjadikan pemilu 2014 memiliki
kelemahan. Beberapa celah yang masih lemah dalam beberapa hal antara lain :

12
1. Surat undangan Pemilu[pencoblosan] yang di edarkan sebelum Pemilu ini celah
yang sangat rawan,untuk digunakan fihak lain,untuk menambah suara
mereka[cenderung kurang terkontrol dengan baik]..
2. Tinta tanda telah mencoblos yang cepat luntur ini juga rawan ,Cuma digosok
dengan jari akan hilang dan tidak berbekas,padahal ada tinta yang patent ,dulu
sekitar tahun 87 an,saya ikut coblos pakai tinta yang patent,tinta tersebut seperti
melengket pada kulit jari butuh waktu 2-3 hari baru luntur walau dilakukan
pencucian. [sekarang ini perkiraan kami,Cuma pakai sejenis tinta stempel ].
3. Lemahnya para saksi saksi ,sehingga segi keamanan dalam jalannya Pemilu masih
bisa digunakan oleh oknum oknum tertentu untuk hal hal yang melanggar rambu
Pemilu.

Selain diliputi masalah-masalah yang sifatnya substantif, pemilu 2009 juga tak
luput dari masalah teknis. Ketua KPU Bapak Husni Kamil Manik di KPU
mengungkapkan ada 7 permasalahan dalam pemilu 2014 yakni kurang akuratnya
data pemilih, tidak memenuhi persyaratannya calon legislatif, permasalahan parpol
internal KPUD yang kurang transparan dan tidak adil terhadap calon-calonnya,
dugaan money politics, pelanggaran masa kampanye, dan penghitungan kurang
akurat.
Terdapat sebuah kasus yang menjadi sebuah catatan penting bagi jalannya
pemilu yang berjalan di Indonesia ini. Yaitu ketidak beresan dalam penyelenggaraan
pemilu 2014. Ironisnya terdapat warga yang mendapat undangan untuk mencontreng
di dua TPS yang berbeda. Ini sungguh sebuah catatan penting bagi penyelenggara
pemilu, karena masalah teknis seperti ini seharusnya tidak terjadi dalam pesta
demokrasi yang memakan uang rakyat. Sungguh ironis ada dalam satu keluarga saja
ada yang yang terdata dan ada yang tidak terdata sebagai pemilih. Lebih parah lagi
dalam suatu keluarga ada yang tidak sama sekali terdata sebagai pemilih. Hal ini
selain merugikan warga negara karena harus kehilangan hak pilihnya,
penyelenggaraan pemilu ini juga secara tidak langsung meningkatkan angka golput,
baik golput karena memang menganggap pemilu 2014 tidak akan membawa
perubahan berarti maupun golput karena hal-hal yang sebenarnya tidak diinginkan.
Padahal hak pilih setiap warga negara dilindungi oleh undang – undang dimana
semua warga berhak memilih dan menyalurkan aspirasinya, dalam hal ini melalui
pemilihan umum secara langsung.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

A. PEMILU
Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi
untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat,
serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga Negara di bidang politik. Dimana
Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Cara langsung, dan Cara
bertingkat. Berdasarkan daftar peserta partai politik Sistem pemilihan umum terbagi 2
jenis yaitu: sistem terbuka, dan sistem tertutup.Dalam suatu pemilu, ada tiga sistem
utama yang sering berlaku, yaitu:
 Sistem perwakilan distrik (satu dapil/daerah pemilihan untuk satu wakil)
 Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )
 sistem campuran

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang merupakan


singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Kemudian di era reformasi
berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil".

3.2 SARAN
Kepada elit politik secara khusus, mestinya mereka lebih memahami makna
demokrasi dan pelaksanaan pemilu. Tidak mementingkan ambisi kekuasaan dan
kepentingan golongan. Mengingat demokrasi sendiri adalah kepemimpinan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Maka segala kebijakan politik harus
mempertimbangkan suara rakyat dengan tidak melupakan unsur moralitas kebudayaan
bangsa.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum , diakses tanggal : 12.05.14


http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia ,diakses tanggal : 14.05.14
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemisahan_kekuasaan diakses tanggal : 14.05.14
http://martmarthen.blogspot.com/2014/01/implementasi-uu-pemilu-dalam-demokrasi.html,
diakses tanggal : 14.05.14
http://pantaupemilu.org/pemilu-dan-demokrasi , diakses tanggal : 14.05.14
http://politikindonesia.com/index.php?k=pendapat&i=15403 , diakses tanggal : 14.05.14
http://priankarara.blogspot.com/2013/03/pengertian-pemilu.html, diakses tanggal : 14.05.14
http://sanggahutama.blogspot.com/2010/04/makalah-analisis-implementasi-demokrasi.html ,
diakses tanggal : 12.06.14
http://simplenews05.blogspot.com/2013/08/tujuan-pemilihan-umum-pemilu.html, diakses
tanggal : 14.05.14
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/05/demokrasi-di-indonesia-
pengertian-sejarah-pelaksanaan-penerapan.html , diakses tanggal : 12.06.14
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/06/pemilu-di-indonesia-sistem.html ,
diakses tanggal : 14.05.14
http://sweeperjamnas.wordpress.com/2012/12/28/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia/
diakses tanggal : 13.05.14
http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentang-demokrasi-indonesia/,
diakses tanggal : 12.06.14
http://www.dw.de/sistem-pemilu-campuran/a-4713509 , diakses tanggal : 14.05.14
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-pemilihan-umum-pemilu.html, diakses
tanggal : 14.05.14
http://www.sharemyeyes.com/2013/04/tugas-demokrasi-dan-implementasinya.html , diakses
tanggal : 12.05.14

15

Anda mungkin juga menyukai